Minggu, 03 Januari 2016

Tugas-3 Folklore Indonesia


FOLKLORE UPACARA MANTEN JAWA
 
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan Tugas Sejarah yang diberikan oleh dosen(Pak Shobierin) sehingga tugas yang diberikan ini dapat selesai tepat pada waktunya.Paparan informasi ini berisikan tentang informasi “Folklore Indonesia”.
Diharapkan Tugas ini dapat memberikan informasi kepada kita semua khususnya untuk mahasiswa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta untuk menambah wawasan dan pengetahuannya. Penulis menyadari bahwa Tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaa tugas berikutnya.


Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Tugas sejarah ini dari awal sampai akhir. Semoga TUHAN senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amin.



  Jakarta, 28 Desember 2015




        Nurul Ikhrimah







PEMBAHASAN

Indonesia sangat terkenal dengan budaya-budaya dan adat istiadat yang turun temurun masih di percaya oleh masyarakat itu sendiri dari daerah yang berbeda dengan budaya yang berbeda juga,sehingga budaya dan adat istiadat itu semakin lekat pada masyarakat yang masih mempercayainya serta masih banyak masyarakat yang melakukan berbagai macam tradisi-tradisi turun-temurun dari nenek moyang kita.salah satu tradisi yang ada di pulau Jawa yang masih banyak orang melakukannya dan sangat melekat dengan budaya jawa yaitu saat melangsungkan pernikahan maupun sebelum melakukan pernikahan.
Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dan merupakan terluas ke-13 di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar hampir 160 juta, pulau ini berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan salah satu tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5, Pulau Jawa dihuni oleh 60% penduduk Indonesia, Angka ini turun jika di bandingkan sensus penduduk tahun 1930 yang mencapai 70% dari seluruh penduduk indonesia penurunan penduduk di pulau jawa secara persentase di akibatkan perpindahan penduduk(Transmigrasi) dari pulau jawa ke seluruh indonesia. Ibu kota Indonesia, Jakarta, terletak di Jawa bagian barat laut (tepatnya di ujung paling barat Jalur Pantura).
Dan pulau Jawa ini relatif muda dan sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik. Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari timur hingga barat pulau ini, dengan dataran endapan aluvial sungai di bagian utara.
Banyak sejarah Indonesia berlangsung di pulau ini. Sebagian besar penduduknya bertutur dalam tiga bahasa utama. Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu dari 100 juta penduduk Indonesia, dan sebagian besar penuturnya berdiam di pulau Jawa. Sebagian besar penduduk adalah bilingual, yang berbahasa Indonesia baik sebagai bahasa pertama maupun kedua. Dua bahasa penting lainnya adalah bahasa Sunda dan bahasa Betawi. Sebagian besar penduduk Pulau Jawa adalah muslim, namun terdapat beragam aliran kepercayaan, agama, kelompok etnis, serta budaya di pulau ini.
Pulau ini secara administratif terbagi menjadi enam provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten; serta dua wilayah khusus, yaitu DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.
Upacara perkawinan adat pengantin Jawa sebenarnya bersumber dari tradisi keraton. Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka ragam. Seiring perkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut, lambat laun bergerak keluar tembok keraton. Sekalipun sudah dianggap milik masyarakat, tapi masih  banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana pengantin basahan (bahu terbuka) yang konon hanya diperkenankan bagi mereka yang berkerabat dengan keraton.
Pada dasarnya banyak persamaan yang menyangkut upacara perkawinan maupun tata rias serta busana kebesaran yang dipakai keraton Yogyakarta, Surakarta dan mengkunegara. Perbedaan yang ada bisa dikatakan merupakan identitas masing-masing yang menonjolkan ciri khusus, dan itu justru memperkaya khasanah budaya bangsa kita. Bertolak dari kenyataan tersebut, sudah sering diselenggarakan sarahsehan yang berkenan dengan adat istiadat perkawinan oleh kerabat keraton.

Dana saya akan memaparkan berbagai macam ritual atau adat istiadat yang harus dilakukan jika ingin melangsungkan pernikahan dalam adat Jawa :

Serah-Serahan
Setelah dicapai kata sepakat oleh kedua belah pihak orang tua tentang perjodohan putra-putrinya, maka dilakukanlah 'serah-serahan' atau disebut juga 'pasoj tukon'. Dalam kesempatan ini pihak keluarga calon mempelai putra menyerahkan barang-barang tertentu kepada calon mempelai putri sebagai 'peningset', artinya tanda pengikat. Umumnya berupa pakaian lengkap, sejumlah uang, dan adakalanya disertai cincin emas untuk keperluan 'tukar cincin'.

Pingitan Manten
Saat menjelang pernikahan biasanya ada tradisi “pingitan” (bahasa jawa) di daerah tempat tinggal saya yang artinya calon mempelai dilarang bertemu selama 1 bulan menjelang pernikahan. Dahulu tradisi ini kental sekali dan pasti di jalankan oleh hampir semua orang bersuku jawa (yang menganut saja). calon mempelai putri dilarang keluar rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon  mempelai putra. Seluruh tubuh pengantin putri dilulur dengan ramu-ramuan, dan dianjurkan pula berpuasa.
Ada beberapa alasan yang dipercayai masyarakat khusunya jawa, kenapa tradisi itu dilakukan:
  1.  Membuat pasangan memiliki rasa rindu yang menggebu saat di hari pernikahan sehingga mempelai terlihat lebih romantic dll.
  2. Memberikan waktu untuk merenung, banyak hal yang harus di persiapkan bukan hanya financial dan fisik tapi yang terpenting adalah mental.Menghindari godaan syetan ,banyak diluar sana yang menganggap hubungan badan antara tunangan itu wajar padahal dalam agama islam sudah jelas itu di HARAM .
  3.  Menghindari percekcokan, persiapan pernikahan itu rumit banyak dan sangat menyita waktu dan pertengkaran di masa ini kita calon pasangan di tuntut untuk menyelarasakan dua pemikiran dari pribadi yang berbeda .
  4. Menghindari kegagalan dalam rencana pernikahan
  5. Supaya pada saat penganten putra melihat si calon penganten putri pada saat pernikahan akan mmebuat pangling oleh karena kecantikan dari penganten putri
Alasan di atas mewakili makna di balik tradisi pingitan menurut analisa saya.
Hukum Pingit Manten Menurut Agama
Wanita yang dipingit itu adalah wanita yang dijaga dari pergaulan yang haram. Itu seharusnya bukan saja disaat hendak menikah. Pingit itu adalah menjaga komunikasi dengan yang bukan mahram untuk tidak keluar dengan sebebas-bebasnya. Itu sebenarnya pendidikan wanita mulia. Bukan disaat ingin menikah saja. Dan memang ada di sebagian masyarakat kita ini ada kebiasaan pingitan disaat mau menikah .
Ada satu hal yang amat perlu diperhatikan bahwa : Di dalam bertunangan belum menghalalkan sebuah jalinan. Sebagian masyarakat awam telah salah yaitu disaat bertunangan justru disaat itu menjadi terbukalah pintu keharoman. Karena sudah bertunangan atau khitbah lalu mereka mudah berkomunikasi. Kadang komunikasi sebebas-bebasnya. Maka sangat tepat disaat semacam ini diketatin penjagaannya dengan istilah pingitan. Jadi memingit disaat sudah bertunangan itu adalah bagus. Untuk menjaga calon mempelai agar tidak terjerumus di dalam perzinaan atau muqaddimah-muqaddimah zina. Bisa jadi karena merasa sudah akan dinikahkan menjadi sebebas-bebasnya dalam berkomunikasi dan bergaul hingga ada yang terjerumus pada dosa yang amat besar (pencabut barokah dan rahmat) yaitu perzinaan. Jadi pingitan tidak bertentangan dengan syariat Islam bahkan pingitan itu hendaknya ada pada siapapun dari wanita agar terjaga kehormatannya.Tidak keluar rumah kecuali ada hajat yang mendesak dan di temani dan dimuliakan oleh mahram atau suaminya. Pingit maknanya menjaga pergaulan dan komunikasi dengan laki-laki, khususnya dengan laki-laki yang bukan mahramnya khususnya laki-laki yang akan menikahinya. Itu adalah hal yang baik, sebab di dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Pacaran adalah bertentangan dengan syari’at Nabi Muhammad SAW. Dan hendaknya pingitan bukan saja saat menikah akan tetapi senantiasa wanita dipingit dalam makna dijaga kehormatannya agar tidak bebas dalam pergaulannya demi menjaga kehormatannya.

Pasang Bleketepe/ Tarup
Upacara pasang 'tarup' diawali dengan pemasangan 'bleketepe' (anyaman daun kelapa) yang dilakukan oleh orangtua calon mempelai putri, yang ditandai pula dengan pengadaan  sesajen. Tarup adalah bangunan darurat yang dipakai selama upacara berlangsung. Pemasangannya memiliki persyaratan khusus yang mengandung makna religius, agar rangkaian upacara berlangsung dengan selamat tanpa adanya hambatan. Hiasan tarup, terdiri dari daun-daunan dan buah-buahan yang disebut 'tetuwuhan' yang  memiliki nilai-nilai simbolik.


Siraman
Makna upacara ini, secara simbolis merupakan persiapan dan pembersihan diri lahir batin kedua calon mempelai yang dilakukan dirumah masing-masing. Juga merupakan media permohonan doa restu dari para pinisepuh. Peralatan yang dibutuhkan, kembang setaman, gayung, air yang diambil dari 7 sumur, kendi dan bokor.
Orangtua calon mempelai putri mengambil air dari 7 sumur, lalu dituangkan ke wadah kembang setaman. Orangtua calon mempelai putri mengambil air 7 gayung untuk diserahkan kepada panitia yang akan mengantarnya ke kediaman calon mempelai putra. Upacara ini dimulai dengan sungkeman kepada orangtua calon pengantin serta para pini sepuh.
Siraman dilakukan pertama kali oleh orangtua calon pengantin, dilanjutkan oleh para pinih sepuh, dan terakhir oleh ibu calon mempelai mempelai putri, menggunakan kendi yang kenudian dipecahkan ke lantai sembari mengucapkan, "Saiki wis pecah pamore”.

Paes/ Ngerik
Setelah siraman, dilakukan upacara ini, yakni sebagai lambang upaya memperindah diri secara lahir dan batin. 'Paes' (Rias)nya baru pada tahap 'ngalub-alubi' (pendahuluan), untuk memudahkan paes selengkapnya pada saat akan dilaksanakan temu. Ini dilakukan dikamar calon mempelai putri, ditunggui oleh para ibu pini sepuh.
Sembari menyaksikan paes, para ibu memberikan restu serta memanjatkan do'a agar dalam upacara pernikahan nanti berjalan lancar dan khidmat. Dan semoga kedua mempelai nanti saat berkeluarga dan menjalani kehidupan dapat rukun 'mimi lan mintuno', dilimpahi keturunan dan rezeki.

Dodol Dawet
Prosesi ini melambangkan agar dalam upacara  pernikahan yang akan dilangsungkan, diknjungi para tamu yang melimpah bagai cendol dawet yang laris terjual. dalam upacara ini, ibu calon mempelai putri bertindak sebagai penjual dawet, didampingi dan dipayungi oleh bapak calon mempelai putri, sambil mengucapkan : "Laris...laris". 'Jual dawet' ini dilakukan dihalaman rumah. Keluarga. kerabat adalah pembeli dengan pembayaran 'kreweng' (pecahan genteng)
Selanjutnya adalah 'potong tumpeng' dan 'dulangan'. Maknanya, 'ndulang' (menyuapi) untuk yang terakhir kali bagi putri yang akan menikah. Dianjurkan dengan melepas 'ayam dara' diperempatan jalan oleh petugas, serta mengikat 'ayam lancur'  dikaki kursi mempelai putri. Ini diartikan sebagai simbol melepas sang putri yang akan mengarungi bahtera perkawinan.
Upacara berikutnya, 'menanam rikmo' mempelai putri dihalaman depan dan 'pasang tuwuhan' (daun-daunan dan buah-buahan tertentu). Maknanya adalah 'mendem sesuker', agar kedua mempelai dijatuhkan dari kendala yang menghadang dan dapat meraih kebahagiaan.

Midodareni
Ini adalah malam terakhir bagi kedua calon mempelai sebagai bujang dan dara sebelum melangsungkan pernikahan ke esokan harinya. Ada dua tahap upacara di kediaman  calon mempelai  putri. Tahap pertama, upacara 'nyantrik', untuk  meyakinkan bahwa calon mempelai putra akan hadir pada upacara pernikahan yang waktunya sudah ditetapkan. Kedatangan calon mempelai putra diantar oleh wakil orangtua, para sepuh, keluarga serta kerabat untuk menghadap calon mertua.
Tahap kedua, memastikan bahwa keluarga calon mempelai putri sudah siap melaksanakan prosesi pernikahan dan upacara 'panggih' pada esok harinya. Pada malam tersebut, calon mempelai putri sudah dirias sebagaimana layaknya. Setelah menerima doa restu dari para hadirin, calon mempelai putri diantar kembali masuk ke dalam kamar pengantin, beristirahat buat persiapan upacara esok hari. Sementara para pni sepuh, keluarga dan kerabat bisa melakukan 'lek-lekan' atau 'tuguran', dimaksudkan untuk mendapat rahmat Tuhan agar seluruh rangkaian upacara berjalan lancar dan selamat.





Pernikahan
Pernikahan, merupakan upacara puncak yang dilakukan menurut keyakinan agama si calon mempelai. Bagi pemeluk Islam, pernikahan bisa dilangsungkan di masjid atau di kediaman calon mempelai putri. Bagi pemeluk Kristen dan Katolik, pernikahan bisa dilangsungkan di gereja.
Ketiga pernikahan berlangsung, mempelai putra tidak diperkenankan memakai keris. Setelah upacara pernikahan selesai, barulah dilangsungkan upacara adat, yakni upacara 'panggih' atau 'temu'.

Panggih (Temu)
Sudah menjadi tradisi, prosesi ini berurutan secara tetap, tapi dimungkinkan hanya dengan penambahan variasi sesuai kekhasan daerah di Jawa Tengah. Diawali dengan kedatangan rombongan mempelai putra yang membawa 'sanggan', berisi 'gedang ayu suruh ayu', melambangkan keinginan untuk selamat atau 'sedya rahayu'. sanggan tersebut diserahkan kepada ibu mertua sebagai penebus.
Upacara dilanjutkan dengan penukaran 'kembang mayang'. Konon, segala peristiwa yang menyangkut suatu formalitas peresmian ditengah masyarakat, perlu kesaksian. Fungsi kembang mayang, konon sebagai saksi dan sebagai penjaga serta penangkal (tolak bala). Setelah berlangsungnya upacara, kembang mayang tersebut ditaruh di perempatan jalan, yang bermakna bahwa  setiap orang yang melewati jalan itu, menjadi tahu bahwa di daerah itu baru saja berlangsung upacara perkawinan. 'Panggih' atau 'temu' adalah dipertemukannya mempelai putri dan mempelai putra, yang berlangsung sebagai berikut.



Balangan gantal/ Sirih





Mempelai putri dan mempelai putra dibimbing menuju 'titik panggih'. Pada jarak lebih kurang lima langkah, masing-masing mempelai saling melontarkan sirih atau gantal yang telah disiapkan.Arah lemparan mempelai putra diarahkan ke dada mempelai putri, sedangkan mempelai putri mengarahkannya ke paha mempelai putra. Ini sebagai lambang cinta kasih suami terhadap istrinya, dan si istri pun menunjukan baktinya kepada sang suami.








Wijik
Mempelai putra menginjak telur ayam hingga pecah. Lalu mempelai putri membasuh kaki mempelai putra dengan air kembang setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk. Prosesi ini malambangkan kesetiaan istri kepada suami. Yakni, istri selalu berbakti dengan sengan hati dan bisa memaafkan segala hal yang kurang baik yang dilakukan suami. Setelah wijik dilanjutkan dengan 'pageran', maknanya agar suami bisa betah di rumah. Lalu diteruskan dengan sembah sungkem mempelai putri kepada mempelai putra.

Pupuk
Ibu mempelai putri mengusap ubun-ubun mempelai putra sebanyak tiga kali dengan air kembang setaman. Ini sebagai lambang penerimaan secara ikhlas terhadap menantunya sebagai suami dari putrinya.

Sinduran/ Binayang
Prosesi ini menyampirkan kain sindur yang berwarna merah ke pundak kedua mempelai (mempelai putra di sebelah kanan) oleh bapak dan ibu mempelai putri. Saat berjalan perlaham-lahan menuju pelaminan dengan iringan gending, Paling depan di awali bapak mempelai putri mengiringi dari belakang dengan memegangi kedua ujung sindur. Prosesi ini menggambarkan betapa kedua mempelai telah diterima keluarga besar secara utuh, penuh kasih sayang tanpa ada perbedaan anatara anak kandung dan menantu.

Bobot Timbang
Kedua mempelai duduk dipangkuan bapak mempelai putri. Mempelai putri berada dipaha sebelah kiri, mempelai putra dipaha sebelah kanan. Upacara ini disertai dialog antara ibu dan bapak mempelai putri. "Abot endi bapakne?" ("Berat yang mana, Pak) kata sang ibu. "Podo, podo abote," ("Sama beratnya") sahut sang bapak. Makna dari upacara ini adalah kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besar dan beratnya.


Guno Koyo - Kacar-kucur
Pemberian 'guno koyo' atau 'kacar-kucur' ini melambangkan pemberian nafkah yang pertama kali dari suami kepada istri. Yakni berupa : kacang tolo merah, keledai hitam, beras putih, beras kuning dan kembang telon ditaruh didalam 'klasa bongko' oleh mempelai putra yang dituangkan ke pangkuan mempelai putri. Di pangkuan mempelai putri sudah disiapkan serbet atau sapu tangan yang besar. Lalu guno koyo dan kacar-kucur dibungkus oleh mempelai putri dan disimpan.


Upacara Sungkeman
Sepasang pengantin melakukan  sungkem kepada kedua belah pihak orang tua. Mula-mula kepada orang tua pengantin wanita kemudian kepada orang tua pengantin pria. Sungkem adalah merupakan bentuk penghormatan tulus kepada orang tua dan pinisepuh.

Pada waktu sungkem ( menghormat dengan posisi jongkok , kedua telapak tangan menyembah dan mencium lutut yang di-sungkemi), keris yang dipakai pengantin pria dilepas dulu dan dipegangi oleh perias, sesudah selesai sungkem , keris dikenakan kembali.

Orang tua dengan haru menerima penghormatan berupa sungkem dari putra putrinya dan pada waktu yang bersamaan juga memberikan restunya supaya  keduanya menempuh hidup rukun, sejahtera. Tanpa mengucapkan kata-kata itu, sebenarnya para orang tua pengantin sudah memberikan restu yang dilambangkan dari kain batik yang dikenakan yang polanya truntum , artinya punyailah rejeki yang cukup selama hidup. Kedua orang tua juga menggunakan ikat pinggang besar  yang namanya sindhur dengan pola gambar dengan garis yang melekuk-lekuk, artinya orang tua mewanti-wanti kedua anaknya supaya selalu bertindak hati-hati, bijak dalam menjalani kehidupan nyata didunia ini.

PENUTUP

Kesimpulan

Indonesia memiliki banyak adat istiadat yang perlu kita jaga dan terapkan dalam kehidupan berbudaya yang telah diberikan oleh nenek moyang secara turun temurun supaya adat istiadat itu tidak punah atau lambat laun menghilang begitu saja, Jadi untuk generasi muda untuk menerapkannya kepada anak cucunya dimasa depan yang akan datang. Salah satu contoh budaya yang masih melekat atau kental di masyarakat yaitu budaya jawa.Di indonesia ini banyak sekali perbedaan budaya tetapi tidak dipungkiri dengan adanya perbedaan-perbedaan itu, bisa mempersatukan dan menjalin tali silahtuhrami dengan budaya-budaya daerah lainnya.

Saran

Demikian informasi yang saya paparkan semoga bisa bermanfaat khususnya untuk Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta ,supaya menambah wawasan mengenai budaya-budaya indonesia ini.Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan serta penyusunan informasi ini jauh dari kata sempurna.Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

       NAMA : NURUL IKHRIMAH (4423155584)
KELAS : USAHA JASA PARIWISATA B

3 komentar: