Kamis, 07 Januari 2016

TUGAS 2 - Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia

Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian dan Masyarakat Bali

Tahun 1930, di jantung kota Denpasar dibangun sebuah hotel untuk menampung kedatangan wisatawan ketika itu, Bali hotel yang sekarang bernama Inna Bali Hotel, sebuah bangunan bergaya arsitektur kolonial menjadi tonggak sejarah pariwisata Bali yang hingga kini bangunan tersebut masih berdiri kokoh dalam langgam aslinya. Tidak hanya menerima kunjungan wisatawan tapi juga kunjungan budaya. Duta kesenian bali dari desa Peliatan melakukan kunjungan budaya ke beberapa negara di kawasan Eropa dan Amerika. Secara tidak langsung kunjungan tersebut sekaligus memperkenalkan keberadaan Bali sebagai daerah tujuan wisata yang layak dikunjungi. Kegiatan pariwisata yang mulai mekar ketika itu sempat terhenti akibat terjadinya perang Dunia II antara tahun 1942 -1945 yang kemudian disusul dengan makin sengitnya perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia termasuk perjuangan yang terjadi di Bali hingga tahun 1945.  Pertengahan dasawarsa 50-an pariwisata Bali mulai ditata kembali dan tahun 1963 dibangunlah Hotel Bali Beach yang sekarang bernama Inna Grand Bali Beach di pantai Sanur dengan bangunan berlantai 10. Hotel ini merupakan satu – satunya hunian wisata yang bertingkat di Bali saat itu. Sementara sarana akomodasi wisata lainnya yang berkembang kemudian hanyalah bangunan berlantai satu. Pada pertengahan tahun 1970 pemerintah daerah Bali mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur ketinggian bangunan maksimal 15 meter. Ketetapan ini ditentukan dengan mempertimbangkan faktor budaya dan tata ruang tradisional Bali sehingga tetap memiliki nilai – nilai budaya yang mampu menjadi tumpuan sektor pariwisata.
               Secara pasti sejak dioperasikannya Inna Grand Bali Beach pada November 1966, pembangunan sarana hunian wisata berkembang dengan pesat. Dari sisi kualitas, Sanur berkembang relatif lebig terencana karena berdampingan dengan Inna
Grand Bali Beach Hotel sedangkan kawasan pantai Kuta berkembang secara alamiah bergerak mengikuti model akomodasi setempat. Model homestay dan pansion berkembang lebih dominan dibandingkan dengan model standar hotel. Sama halnya dengan kawasan Ubud di daerah Gianyar berkembang secara alamiah, tumbuh di rumah – rumah penduduk yang tetap bertahan dengan nuansa pedesaannya. Pembangunan sarana akomodasi wisata yang berkelas internasional akhirnya dimulai dengan pengembangan kawasan Nusa Dua menjadi resort wisata internasional. Dikelola oleh Bali Tourism Development Corporation, suata badan bentukan pemerintah, kawasan Nusa Dua dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata bertaraf internasional. Beberapa operator hotel masuk ke kawasan Nusa Dua sebagai investor. Pada akhirnya kawasan ini mampu mendongkrak perkembangan pariwisata Bali.
                 Masa – masa berikutnya, sarana hunian wisata lalu tumbuh dengan sangat pesat di pusat akomodasi dan hunian wisata terutama di daerah Badung, Denpasar dan Gianyar. Kawasan pantai Kuta, Jimbaran dan Ungasan menjadi kawasan hunian wisata di Kabupaten Badung. Sanur dan pusat kota untuk kawasan Denpasar. Ubud, Kedewatan, Payangan dan Tegalalang menjadi pengembang akomodasi wisata di daerahGianyar.Untuk mengendalikan perkembangan yang amat pesat tersebut, pemerintah daerah Bali kemudian menetapkan 15 kawasan di Bali sebagai daerah akomodasi wisata berikut sarana penunjangnya seperti restoran dan pusat perbelanjaan. Hingga kini, Bali telah memiliki lebih dari 35.000 kamar hotel terdiri dari kelas Pondok Wisata, Melati hotel hingga berbintang lima. Sarana hotel – hotel tersebut tampil dalam berbagai variasi bentuk mulai dari model rumah, standar hotel, villa, bungalow dan boutique hotel dengan harga yang bervariasi. Keanekaragam ini memberi nilai lebih bagi Bali karena menawarkan banyak pilihan kepada para pelancong. Perkembangan kunjungan wisatawan membuat sarana wisata penunjang pariwisata tumbuh dengan pesat seperti restoran, art shop, pasar seni, sarana hiburan dan rekreasi
Perkembangan pariwisata khususnya di Bali, sangat mempengaruhi sektor ekonomi. Namun perkembangan ini belum secara menyeluruh ataupun menyentuh seluruh lapisan masyarakat Bali. Sampai saat ini perkembangan pariwisata di Bali lebih terkonsentrasi di Bali Selatan, terutama di Kuta, Sanur dan Nusa Dua, tentunya juga karena pengaruh keberadaan Bandara Internasional Ngurah Rai yang berdekatan dengan lokasi tersebut, kemudian perkembangan pariwisata di Bali selatan ini juga akhirnya menyentuh daerah pecatu yang dulunya lahan yang tidak produktif, banyak berdiri, hotel, resor, villa dan lapangan golf, sehingga secara ekonomi membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Sebagai daerah pariwisata, tentunya karena Bali memiliki banyak objek wisata menarik, begitu juga dengan hasil kreasi budaya yang mempunyai nilai seni tinggi, adat istiadat yang unik dan juga keramah-tamahan penduduk setempat sehingga menambah minat wisatawan untuk mengunjungi Bali. Atraksi wisata yang ada juga bervariasi, baik wisata petualangan, bahari dan banyak lagi yang lainnya, perkembangan sarana transportasi pun sangat beragam, wisatawan bisa memilih angkutan umum, taxi, trasnport freelance, sewa motor ataupun sewa mobil

Kendala – kendala yang dihadapi dalam pengembangan  Pariwisata di  Bali
Bali sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi daerah kunjungan wisata nomer 1 di dunia. Tentu saja hal ini dapat terwujud apabila kita sebagai rakyat Indonesia secara sadar bersama-sama untuk menghargai potensi yang kita miliki ini. Berikut adalah permasalahan-permasalahan di Bali yang perlu menjadi perhatian kita :
a.      Permasalahan sampah dan kebersihan lingkungan

Sampah dan masalah kebersihan di Bali sudah sering kali menjadi keluhan utama para wisatawan di Pulau Dewata kita. Jumlah sampah di tempat-tempat pariwisata terkenal di Bali sangat banyak, seperti daerah di sekitaran Pantai Dreamland, jalan-jalan disekitaran wisata bedugul, maupun di area-area wisata pura di Bali. Penanggulangan masalah sampah dan kebersihan lingkungan bisa dilakukan dengan cara membiasakan diri kita untuk membersihkan lingkungan rumah sekitar. Jangan malu untuk mengajak teman-teman kita bersama-sama membersihkan area wisata di Bali. Semakin bersih Bali, kepercayaan diri kita akan semakin meningkat untuk mempromosikan Bali sebagai tempat wisata terbaik di dunia yang tentu saja hal ini dapat meningkatkan perekonomian rakyat Bali.Selain itu, publik Bali harus bisa menekan jumlah sampah yang berserakan mulai dari perorangan, baik berupa sampah plastik, lingkungan, maupun sampah hasil persembahyangan.
b.      Kemacetan lalu lintas dan masalah parkir
Sementara itu, permasalahan transportasi yang berupa kemacetan dan masalah tempat parkir juga terjadi di Bali. Pengembangan transportasi umum untuk para wisatawan dan penduduk lokal untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi dan sewaan menjadi syarat mutlak yang harus diperjuangkan untuk mengatasi kemacetan di Bali. Transporatasi umum yang ideal adalah sistem transportasi yang bisa menjadi solusi yang murah dan tidak mengganggu aktivitas trasnportasi kendaraan lainnya.Saya Beberapa usaha yang dilakukan seperti pembangunan halte-halte bus yang baru disekitar ruas jalan, namun pembangunannya terkesan setengah hati. Halte-halte bus tersebut terlalu besar dan didirikan diatas trotoar yang dapat mengganggu kenyamanan orang lain. Bali yang kecil ini tidak cocok untuk angkutan umum dan fasilitas mendukung yang besar-besar karena hal ini tidak akan menjadi solusi mengatasi kemacetan. Bali hanya butuh sistem trasportasi umum yang kecil, praktis, dan dapat mencakup seluruh tempat wisata di Bali melalui jalur-jalur alternatif yang dapat mengatasi kemacetan 
c.         Permasalahan pada sistem antrian di Bandara yang tidak teratur
Terlalu banyak orang yang bekerja di Bandara Internasional Ngurah Rai namun sistem pelayanannya sangat tidak efektif dan kurang memuaskan. Lampu di bandara tidak menyala saat menjelang senja, jadwal penerbangan yang dibiarkan salah begitu saja, beberapa pemeriksaan tiket dan bagasi yang kurang efektif  dan memakan waktu yang lama. Hal-hal kecil seperti kebersihan bandara, parkir, kebersihan toilet, jam dinding yang dibiarkan mati juga perlu menjadi perhatian serius dalam peningkatan pelayanan di Bandara Ngurah Rai.
d.       Danau-danau di Bali mengalami sedimentasi dan pendangkalan
Semua danau di Bali rata-rata mengalami pendangkalan. Kerusakan lingkungan ini bukanlah hal yang wajar. Semuanya berkaitan dengan prilaku kita yang mengabaikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Sebagai contoh, semakin banyaknya rumah-rumah dan fasilitas umum yang di beton dan di aspal.Adapun langkah-langkah yang bisa kita lakukan dalam menanggulangi permasalahan ini adalah dengan membuat kebun pada pekarangan rumah, membiarkan sebagian halaman rumah  tidak di beton tanpa mengurangi kebersihan rumah, atau dalam skala pembangunan fasilitas umum dengan membuat taman kota di tempat-tempat wisata.
e.         Abrasi pantai, kerusakan terumbu karang, kerusakan vegetasi hutan mangrove, dan pencemaran air laut
Terlalu banyak pembangunan-pembangunan di wilayah Bali Selatan yang merusak Pantai dan Hutan Mangrove. Mereka beralasan bahwa mereka hanya merusak sebagian kecil, 10% dari pantai-pantai di Bali dan hutan mangrove untuk mendapatkan ijin pembangunan.Pejabat-pejabat di Bali yang mengambil keputusan dalam pembangunan proyek di Bali harus lebih pintar dalam memberikan ijin ke Investor. Pembangunan mal centro di Kuta, dan beberapa proyek yang sedang berlangsung seperti rencana pembangunan jalan tol Nusa-Dua Bandara Ngurah Rai merupakan salah satu contoh yang harus menjadi perhatian serius masyarakat Bali.
f.          Kurangnya lapangan pekerjaan dan perhatian untuk para lulusan sarjana di Bali
Jumlah penggangguran dari kalangan lulusan perguruan tinggi (S1) di Denpasar mencapai 45 persen dari total angka usia produktif yang tidak bekerja di Pulau Dewata. Pemerintah, pengusaha dan perguruan tinggi harus bersama-sama berusaha untuk mencari solusi dan memberikan perhatian yang lebih serius dan lapangan pekerjaan untuk menyikapi permasalahan ini. Akhir-akhir ini, banyak generasi muda Bali yang lebih memilih bekerja di kapal pesiar dengan gaji 8 juta perbulan, yang notabene kita dijadikan budak oleh para pebisnis kapal pesiar. Akan lebih bijaksana apabila pemerintah mampu memanfaatkan tenaga kerja ini untuk bersama-sama membangun dan mengatasi segala permasalahan yang ada di Bali.
g.       Harga pelayanan jasa hiburan yang tidak adil dan mencolok mata untuk wisatawan lokal dan mancanegara
harga tiket masuk yang berbeda untuk orang lokal dan wisatawan asing terlalu terang-terangan membuat kondisi yang tidak adil untuk wisatawan asing. Tamu adalah raja tidak sepantasnya kita perlakukan mereka seperti itu. Ada ide menarik yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan adalah dengan memberikan kartu khusus untuk mendapatkan diskon bagi wisatawan lokal dan krama Bali yang juga ingin menikmati indahnya tempat wisata di Bali. Dengan kartu ini, wisatawan lokal mendapat potongan harga sekitar 30-40 % dengan aturan yang telah ditetapkan dengan jelas, sehingga memudahkan kita untuk menjelaskan kenapa ada perbedaan tarif masuk antara orang lokal dan wisatawan asing di Bali.
h.       Berbagai macam permasalahan pada sektor pertanian di Bali
Permasalahan ekonomi para petani menjadi akar dari permasalahan pada sektor pertanian di Bali yang berupa semakin banyaknya alih fungsi lahan pertanian di Bali. Pemerintah daerah perlu mengembangkan insentif bagi upaya mempertahankan lahan pertanian. Jangan sampai hanya karena masalah ekonomi, kita berusaha merubah sistem pengairan tradisional Subak yang telah disetujui sebagai sistem irigasi terbaik di dunia.
i.         Permasalahan sumber energi listrik
Sampai saat ini Bali masih bergantung dengan jaringan listrik dari luar. Karenanya apabila terjadi gangguan dengan koneksi jaringan listrik Jawa-Bali, dapat dipastikan Bali akan mengalami pemadaman listrik untuk jangka waktu yang lama, dan tentu saja ini akan mengganggu industri pariwisata yang akan berpengaruh ke segala bidang.

Pengaruh perkembangan pariwisata bali terhadap struktur perekonomian  provinsi bali.
Dengan berkembangnya sektor pariwisata di Provinsi Bali, yaitu dengan indikator meningkatnya kunjungan wisatawan asing dan domestik serta meningkatnya pendapatan pada subsektor perdagangan hotel dan restoran, menyebabkan sektor jasa meningkat pesat melebihi sektor pertanian dan sector industri. Dengan pesatnya pertumbuhan sektor jasa sebagai akibat dari perkembangan pariwisata, maka terjadi ketidak seimbangan pertumbuhan sektorsektor ekonomi di Provinsi Bali, yang selanjutnya menyebabkan terjadinya perubahan struktur produksi dan struktur penyerapan tenaga kerja dari pertanian ke jasa.
Struktur perekonomian Bali sangat spesifik dan mempunyai karateristik tersendiri dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia. Spesifik perekonomian Bali itu dibangun dengan mengandalkan industri pariwisata sebagai leading sector, telah mampu mendorong terjadinya suatu perubahan struktur. Perubahan struktur ekonomi Bali tidak saja dilihat dari segi pendapatan saja, namun juga dari kesempatan kerja. Presentase pekerja di Bali turun setiap tahunnya sebesar 43,12% di sektor pertanian,yang mengalami fluktuasi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja dari 2,6% menjadi 1,3%.  Membaiknya pertumbuhan ekonomi Bali menjadi salah satu indikator semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Dewata. Struktur ekonomi Bali masih didominasi sektor tersier sebesar 65,58 persen, menyusul sektor primer 18,86 persen dan sektor sekunder 15,56 persen. Sektor pertanian memberikan andil sebesar 18,21 persen, pertambangan dan penggalian 0,65 persen, sektor industri pengolahan 9,16 persen, serta listrik, gas dan air bersih dua persen. Sektor bangunan menyumbang sekitar 4,4 persen, perdagangan, hotel dan restoran 30 persen, angkutan dan komunikasi 13,76 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,11 persen dan sektor jasa-jasa lainnya 14,72 persen. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali atas dasar harga berlaku mencapai Rp57,579 miliar selama 2009, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp49,922 triliun. PDRB perkapita mengalami peningkatan dari Rp14,2 juta pada tahun 2008 menjadi Rp16,21 juta pada akhir 2009.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain, pendapatan daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberi keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dalam Perda Provinsi Bali Nomor 14 Tahun 2009 tentang perubahan atas Perda Provinsi Bali Nomor 7 Tahun 2009 tentang APBD Tahun 2009 tertera bahwa  Provinsi Bali memiliki beberapa sumber PAD bagi sumber pendapatan daerah, yaitu :                                                                                                   1. Pajak Daerah yang dikelola provinsi, meliputi : Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, Pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air , Pajak bahan bakar bermotor , Pajak pemanfaatan dan pengambilan air bawah tanah dan air  permukaan.
2. Retribusi daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan.
4. Lain – Lain Pendapatn Asli Daerah yang Sah.
Total keseluruhan PAD dalam APBD Provinsi Bali Tahun 2009 adalah Rp.977.410.245.034,- dengan total pendapatan dalam APBD adalah sebesar Rp.1.661.108.445.333, -. Jadi tingkat kemampuan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Bali dalam tahun anggaran 2009 adalah :

Bali memiliki banyak keunggulan dibanding provinsi lainnya di Indonesia. Seperti diutarakan di awal sebelumnya,Bali dikenal dengan keindahan alam dan keunikan budayanya. Bali mengunggulkan produk pariwisatanya yang indah untuk memancing turis-turis local maupun mancanegara untuk datang ke Bali. Seperti contohnya, tempat-tempat pariwisata di Bali ialah Pantai Kuta, Tanah Lot, Pantai Sanur, Jimbranan, dan Nusa Dua sangat ramai di kunjungi orang tiap harinya. Hotel-hotel yang bernuansa pantai dan pedesaan banyak dibangun disana dari yang harga murah meriah seperti losmen-losmen hingga hotel berbintang lima dengan harga yang sangat menguras kocek. Selain itu, Bali dikenal juga dengan budayanya yang unik dan mengundang decak kagum bagi orang yang melihatnya seperti tari Kecak dan tari Pendet yang sangat fenomenal hingga ke dunia internasional. Di Bali juga banyak terdapat pusat-pusat kesenian daerahnya, salah satu tempatnya ialah di daerah Ubud. Tidak hanya menawarkan pesona alamnya dan keunikan budayanya, Bali juga mengunggulkan sector kerajinan tangan yang sangat kreatif. Banyakhandmade buatan Bali yang diekspor ke luar negeri. Kuliner di Bali sangat beranekaragam dan enak di lidah, seperti Ayam Betutu, Garang Asem dan Sate Lilit yang menjadi menu andalan khas Bali yang sering dicari oleh turis-turis yang berkunjung.
Pengaruh perkembangan pariwisata  teradap kesejahteraan masyarakat di bali.
Perkembangan pariwisata menyebabkan kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung meningkat melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi yang dihasilkan oleh perkembangan pariwisata. Melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat meningkat menjadi 0,569. Hal ini berarti bahwa pengaruh tidak langsung perkembangan pariwisata tidak langsung meningkat melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi adalah sebesar 0,345 yang lebih besar dari koefisien pengaruh langsung yang hanya 0,224. Kesimpulan ini sesuai dengan pendapat Spillane (1989; 47) dan juga Ave (2006) yang mengatakan bahwa pariwisata di samping memberikan dampak langsung juga memberikan dampak tidak langsung dan dampak ikutan (induced effect) terhadap perekonomian. Dampak tidak langsung dinikmati oleh karyawan hotel, restoran, biro perjalanan wisata, objek tujuan wisata, sopir angkutan, penerimaan pajak bagi pemerintah, pengrajin cenderamata, seniman, percetakan, pedagang sayur-sayuran dan buah-buahan, pompa bensin, dan sebagainya. Dampak ikutan antara lain meningkatkan pendapatan bagi petani sayur dan buah-buahan, peternak, pemasok bahan baku untuk barang kerajinan, sektor industri, perdagangan, dan sektor agribisnis.
Tidak adanya pengaruh langsung dan signifikan perkembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat dijelaskan sebagai berikut. Seperti yang dikemukakan oleh Spillane (1989: 47) dan Ave (2006) bahwa industri pariwisata merupakan mata rantai yang sangat panjang, dan dampak langsung dari kunjungan pariwisata adalah hanya terhadap subsektor yang menerima pendapatan dari belanja wisatawan, yaitu: hotel, restoran, biro perjalanan, perdagangan. Karena masyarakat yang bekerja langsung pada sektor pariwisata relatif kecil, yaitu 14,52 persen pada tahun 1980, tahun 1990 sebanyak 15,58 persen, tahun 2000 sebanyak 24,06 persen dan tahun 2004 sebanyak 26,63 persen, sehingga perkembangan pariwisata tidak memberikan pengaruh langsung yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun demikian, pandangan perspektif developmentalist yang dikemukanan oleh Pye dan Lin (1983) menegaskan bahwa industri pariwisata telah banyak menyumbangkan kecepatan, percepatan, dan arah perkembangan di negara-negara berkembang sehingga dianggap sebagai pintu masuk bagi kesejahteraan masyarakat melalui pengaruh tidak langsung.
Anisah Tsani Nabila
UJP A 2015
4423154325

Tidak ada komentar:

Posting Komentar