Selasa, 12 Januari 2016

Tugas 2 - Solusi UNJ Untuk Pariwisata Indonesia


Memperbaiki Fasilitas Tempat Wisata


Buruknya Pariwisata Indonesia
Beragam produk wisata bisa dikembangkan di Indonesia ini dari Panorama Alam hingga budaya tradisional, satu daerah dengan daerah lainnya tradisi dan budayanya berbeda, bahasanya pun berbeda dalam satu propinsi saja bisa bermacam – macam tradisi, budaya, bahasa berbeda, jadi pengembangan wisata di Tanah air kita ini sangat potensial karena bukan wisata asing saja yang menjadi sasaran konsumennya wisatawan domestikpun menjadi sasaran yang potensial karena melihat jumlah penduduk di Indonesia yang sudah diatas 245 jutaan.

Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh World Economic Forum yang berkedudukan di Swiss, yang diberi nama Travel and Tourism Competitiveness Report 2009, Indonesia menempati peringkat dunia nomor 81. Ada kenaikan satu tingkat dari ranking tahun 2008 yaitu, 82. Negara-negara yang menduduki tiga besar top-ranking pariwisata dunia adalah Swiss, Austria dan Jerman. Padahal jumlah kekayaan pariwisata dan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia begitu banyak.

Negara tetangga kita Singapura berada pada peringkat 10, sementara Malaysia nomor 32, Thailand nomor 39 dan Brunei pada nomor 69. Negara-negara Asean yang berada dibawah peringkat Indonesia adalah Filipina nomor 86, Vietnam nomor 89 dan Kamboja nomor 108.

Singapura, negara mungil yang jumlah penduduknya setara dengan Yogyakarta ternyata memiliki Gross National Product (GNP) yang lebih tinggi daripada negara-negara di sekitarnya seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam. GNP Singapura mencapai 95,5 miliar USD, sementara Malaysia, Filipina, dan Vietnam masing-masing hanyalah 81,3, 78,9 dan 26,5 miliar USD. Pencapaian GNP Singapura yang cukup memadai itu tidak terlepas dari keberhasilannya menangani sektor pariwisata. Pariwisata di Singapura dikembangkan dalam dua jalur, masing-masing jalur pariwisata alami (natural tourism) serta pariwisata budaya (cultural tourism); meskipun penekanannya lebih ke pariwisata kultural. Di samping mengembangkan pariwisata di kawasan darat (main land), Singapura sengaja membangun pulau khusus sebagai taman rekreasi. Pulau Sentosa namanya, dibangun dan diperluas dengan tanah yang dibeli dari Riau, Indonesia. Banyak devisa diraup oleh pemerintah Singapura sehingga ketika tetangganya, Malaysia, Thailand dan Indonesia meraung disambar krisis maka Singapura tenang-tenang saja.

Tidak perlu belajar dari Singapura, yang berada diurutan 10, tetapi setidaknya kita bisa belajar dari Malaysia. Malaysia adalah negara serumpun dengan Indonesia, Malaysia mungkin tak terlalu unik bagi bangsa kita. Hampir tak ada jenis kebudayaan Malaysia yang tak kita miliki. Karena hal itu pula, beberapa kali kita harus bersitegang dengan Malaysia. Perdebatan yang akhirnya menggiring kita untuk kembali berintrospeksi tentang kekayaan budaya yang dimiliki selama ini.

Dengan luas wilayah daratan dan lautan sebesar 329.750 km persegi, wilayah Malaysia tujuh belas kali lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia. Demikian juga dengan jumlah sumber daya manusianya yang sangat minim dari segi kuantitas dibandingkan dengan Indonesia.

Kemajuan dalam hal kepariwisataan Malaysia terlihat secara nyata dalam bentuk angka kunjungan wisatawan ke negeri itu. Data Kementerian Pelancongan Malaysia mencatat, sepanjang April 2008 saja telah tercatat sebanyak 1.760.326 wisatawan ke Malaysia. Jumlah itu sangat fantastis jika dilihat dari rekapitulasi jumlah wisatawan dalam empat bulan terakhir selama tahun 2008 (Januari-April) yang mencapai angka 7.102.617 orang. Jumlah itu meningkat sebesar 0,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal, musim liburan baru akan dimulai pada akhir Juni sampai Juli mendatang. Sepanjang tahun 2008 ini, Malaysia telah menargetkan kedatangan wisatawan asing sebanyak 22,5 juta orang.

Ironisnya, wisatawan dari Indonesia menempati urutan kedua yang telah menyumbang devisa bagi negara jiran ini setelah Singapura. Jumlah wisatawan Indonesia ke Malaysia rentang Januari-April 2008 tercatat sebanyak 697.339 orang. Wisatawan Indonesia ke Malaysia berada di peringkat kedua pada satu tahun terakhir, menggeser kedudukan wisatawan Thailand. Bahkan, Kementerian Pelancongan Malaysia menargetkan wisatawan Indonesia sebanyak 2 juta orang sepanjang tahun ini. Miriskan...!!!!!!!!!!!Orang Indonesia lebih suka melancong ke negara lain dibandingkan berpelancong ke negara sendiri.

Malaysia sendiri sangat konsen membangun pariwisatanya. Ini terlihat dari seringnya mereka mengikuti berbagai event berskala internasional sengaja digelar untuk menarik minat wisatawan asing ke Malaysia. Keadaan itu didukung oleh keadaan keamanan yang stabil serta mudahnya aksesibilitas penerbangan ke Malaysia.

Keseriusan pemerintah Malaysia dalam menggenjot angka kunjungan wisata itu berbeda jauh dengan Indonesia yang sama-sama menetapkan tahun ini sebagai tahun kunjungan wisata. Jangan dulu bangga kalau Indonesia memiliki Pulau Bali sebagai tujuan wisata paling eksotis di dunia karena angka statistik justru berkata lain. Sepanjang tahun 2007 lalu, tercatat hanya sekitar 5,5 juta wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Jika Malaysia menetapkan target 22,5 juta wisatawan selama tahun 2008, Indonesia hanya mematok angka 7 juta! Atau setara dengan jumlah wisatawan asing ke Malaysia dalam empat bulan terakhir tahun ini.

Untuk tahun 2009 ini Depbudpar hanya mampu memenuhi target wisatawan sejumlah 6,5 juta wisman saja. Dan Depbudpar bersama stakeholder pariwisata menetapkan target jumlah kunjungan wisman dalam lima tahun mendatang adalah 7 juta wisman (tahun 2010), 7,7 juta wisman (tahun 2011), 8,5 juta wisman (tahun 2012,) 9,3 juta wisman (tahun 2013), dan 10,3 juta (tahun 2014). Hanya segitu saja yang ditargetkan oleh Depbudpar. Jauh sekali jika dibandingkan dengan Malaysia sudah menargetkan 22,5 juta wisatawan selama tahun 2008.


Saat ini Malaysia yang berpenduduk 25 juta jiwa mampu mendatangkan 20 juta turis. Logikanya Indonesia dengan 245 juta penduduk, harus mampu mendatangkan 200 juta wisatawan. Masak gak bisa sih?????

Untuk itu Indonesia tak perlu malu dalam belajar meninggatkan dan memperbaiki pariwisatanya dari negara lain walaupun juga harus belajar dari negara tetangga sendiri. Salah satu contoh yang bisa kita pelajari dari Malaysia adalah program promosi pariwisata Malaysia yang cukup meriah dan menghabiskan anggaran cukup besar adalah program "Mega Familiarisation" (Mega Fam) untuk event "Colours of Malaysia" yang semula dikenal dengan nama Citrawarna Malaysia. Dalam program ini, sebanyak 675 orang perwakilan jurnalis dan agen wisata dari 45 negara di dunia dikumpulkan di Dataran Perdana Putrajaya, 30 km sebelah selatan Kuala Lumpur, untuk menyaksikan secara langsung acara "Colours of Malaysia".

Tak kurang dari 50.000 penonton menyaksikan langsung pertunjukan ini di Putrajaya. Malaysia sengaja menyediakan shuttle bus gratis dari berbagai tempat menuju tempat pertunjukan "Colours of Malaysia" di Putrajaya. Kota pusat pemerintahan Malaysia ini pun digubah menjadi sangat indah dengan tampilan artistik di setiap sudutnya.

Wow Amazingkan. Malaysia mau mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mengembangkan pariwisatanya dan tidak takut rugi untuk itu. Karena dilihat dari hasilnya yaitu jumlah wisman yang datang ke Malaysia mencapai 22 juta orang.

Ini merupakan salah satu pelajaran berharga yang harus mau dipelajari oleh Indonesia untuk meningkatkan pariwisatanya agar mampu menaikkan jumlah devisa negara, gak ada ruginya untuk mengeluarkan dana yang cukup besar tetapi nanti akan dapat yang lebih besar lagi.



Beberapa Permasalahan Tentang Buruknya Fasilitas 

1.Permasalahan Di Bandung
“Kendala utama yakni kecilnya kapasitas bandara Husein Sastranegara sebagai pintu masuk wisatawan. Bandara tidak mendukung pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara ke Jabar,” ucapnya kepada Bisnis, Senin (30/12 Bisnis.jabar.com, BANDUNG  - Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jawa Barat meminta pemerintah provinsi Jabar untuk memerbaiki seluruh kendala pariwisata Jabar pada 2014 unutk meningkatkan jumlah wisatawan ke Jabar .
Ketua BPPD Jabar Cecep Rukmana mengatakan kendala yang menjadi penghambat pertumbuhan jumlah wisatawan ke Jabar yakni buruknya infrastruktur, seperti bandara, jalan, hingga fasilitas di dalam tempat wisata.
Menurutnya, kecilnya kapasitas bandara Husein Sastranegara  tidak mendukung pertumbuhan jumlah wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selain masalah kapasitas, tingkat kenyamanan bandara pun dinilai buruk sehingga dapat membuat wisatawan enggan berkunjung ke Jabar.
).                                                                  
Masalah infrastruktur lainnnya yakni kondisi banyak ruas jalan di Jabar yang rusak. Padahal tahun depan BPPD Jabar berencana melakukan diferensiasi tujuan wisata dengan mempromosikan beberapa wilayah yang belum tergali.
“Kami melihat para wisatawan sudah mulai jenuh dengan wisata belaja di Bandung sehingga kami harus membuat variasi tujuan wisata dengan mempromosikan daerah-daerah selain Bandung,” katanya.
Cecep menambahkan diferensiasi tujuan wisata tersebut dengan mengembangkan wisata pegunungan dan olahraga air di Jabar. Objek wisatawan yang dinilai berpotensi menarik wisatawan mancanegara yakni diantaranya arung jeram di Sukabumi dan Gunung Papandayan di Harut.
Namun Cecep menilai banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengembangkan wisata di beberapa wilayah di Jabar. Tantangan tersebar, katanya, adalah kondisi jalan menuju tempat wisata yang rusak.
“Kami minta perbaikan jalan ini sudah dilakukan pemprov Jabar paling lambat pertengahan 2014 sehingga kami dapat segera mempromosikan potensi wisata di berbagai daerah,” katanya.
Pada 2014, BPPD Jabar berencana membidik pasar wisatawan China serta meningkatkan pasar wisatawan dari Singapura dan Malaysia. (k10/ija)

2.Permasalahan di Pulau Karimun
Ketika Sabtu (02/01) pagi saya iseng menulis status di facebook begini, "Bagi masyarakat Karimun dan sekitarnya, berlibur --akhir tahun-- ke negeri tetangga, tidak sekadar sok ke Luar Negeri yang sesungguhnya menguras devisa negara juga tapi selain jaraknya yang dekat juga ada rasa aman dan nyaman. Sudah saatnya pemerintah menciptakan rasa aman dan nyaman juga jika berlibur di dalam negeri. Dan trevel-trevel dalam negeri harus pula gencar mempromosikan tour dalam negeri untuk para pencinta wisata itu," ternyata dari pagi hingga siang, sambutan komentar dari para teman sangat beragam. Pokoknya sangat antusias mereka mengomentari perihal kurangnya orang kita berwisata di negeri sendiri karena lebih memilih ke luar negeri.

Di komentar-komentar itu muncul berbagai pernyataan kekecewaan menyaksikan buruknya fasilitas umum di lokasi-lokasi wisata kita, khususnya di Karimun. Karimun yang jaraknya sangat berdekatan dengan Singapura dan Malaysia, ternyata tidak mampu mendatangkan wisata dari dua negara itu secara signifikan ke negeri berazam ini. Bahkan aneka komentar itu juga menyentil rendahnya minat wisatawan lokal (daerah sendiri) untuk mengunjungi lokasi wisata kita sendiri. Ada juga yang jujur mengakui bahwa fasilitas pendukung kepariwisataan kita memang masih sangat kurang. Intinya betapa masih minimnya kunjungan turis ke daerah kita.
                                   
Apakah obyek wisata kurang jumlahnya, atau kurang menariknya, baik bagi warga kita maupun bagi warga negara Asing? Ternyata tidak. Untuk Provinsi Kepri hampir di semua kabupaten terdapat banyak obyek wisata yang sangat menjanjikan. Saat ini, baru Bintan yang sudah tampil agak meyakinkan dan ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara selain Kota Batam. Dengan fasilitas yang agak lengkap di Lagoi, para turis asing memang cukup ramai datang ke sana. Salain Lagoi ada juga Pantai Trikora serta beberapa obyek wisata lainnya. Yang pasti, pengelolaan yang lebih apik oleh investor bersama pemerintahnya, telah menjadikan wisata Lagoi dan lainnya di Bintan menjadi lebih baik.

Tentang Batam? Batam pun begitu juga dengan kelengkapan yang sudah dipersiapkannya di Kota yang menamakan drinya Kota Madani itu. Dan tidak heran, dua daerah ini menempati tempat teratas jumlah pengunjung turisnya di Provinsi Kepri. Daerah-daerah lainnya seperti Karimun, Natuna, Anambas, Lingga dan Tanjungpinang sebagai Ibu Kota Provinsi, bukan tidak ada obyek wisata yang hebat-hebatnya. Justeru yang tidak hebat itu adalah fasiltas umum dan pelayanannya.

Selain di Pulau Moro atau Kundur Kembali ke Karmun, tidak kurang 40-an obyek wisata yang ada di kabupaten pemekaran ini. Obyek-obyek wsata itu sudah dibeberkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karimun di website Pemda Karimun. Semua obyek wisata itu dapat ditelusuri di alamat http://kab-karimun.go.id/index.php/info-tempat-wisata  yang merupakan website resmi Pemda Karimun. Ternyata begitu banyaknya obyek wisata yang perlu ditawarkan ke para turis, terutama dari manca negara. Di Pulau Buru ada masjid tertua kedua provinsi, Masjid Besar Raja Abdul Gani. Ada juga sumber air panas, makam orang kuat. Bahwa obyek-obyek wisata itu belum terkelola dengan baik, itulah sebenarnya masalah utamanya.

juga ada obyek wisata di pulau-pulau lainnya. Di Moro ada pantai Air Dagang, Pantai Moro dan ada pula Pantai Telunas yang sudah terkenal ke manca negara di Pulau Sugi, Moro. Pokok eprsoalan dari semua obyek wisata itu adalah fasilitas pendukungnya. Seperti di Pulau Karimun, Ibu Kota Kabupaten, fasilitas umumnya sangat menyedihkan.

Jika kita ke Pantai Pongkar (Tebing) atau ke Pantai Pelawan (Meral) kita akan melihat pantai yang tidak kalah indahnya dengan pantai-panta yang sudah terkenal di luar sana. Tapi jangan tanya musolla yang bagus (bersih, terawat, air cukup, dll) di lokasi wisata. Jika ada musolla seperti di Pantai Pelawan, sangat menyedihkan ketika kita akan solat. Di Bongkar malah harus solat jauh keluar untuk numpang di masjid masyarakat. Begitu jua keadaan di lokasi wisata Coastal Area. Walaupun miliaran rupiah sudah ditanam di pantai yang dulu bernama Tanjung Gelam itu, tapi untuk sebuah musolla yang representatif sebagai kebutuhan wisatawan, ternyata tidak ada.

Begitu pula untuk bidang pelayanan. Kita belum tahu siapa atau perusahaan trevel mana yang sudah menyediakan pemandu wisata di Karimun seperti yang sudah disediakan negara tetangga sana. Untuk mempromosikan dan menjelaskan 40-an obyek wisata itu tentu deperlukan orang yang mengerti dan mampu menjelaskannya kepada wisatwan. Tapi siapa? Tentu Dinas Pariwisata. Selama ini sudah bekerja dan melaksanakan tugasnya. Hanya masih jauh dari harapan. Jika kunjungan wisatawan diinginkan lebih ramai, Pemerintah perlu segera menggandeng swasta (investor) untuk ikut serta. Pemerintah saja jelas tidak akan kuat. Ayo, mari bersama kita dukung dan majukan pariwisata daerah kita agar fasiltasnya lengkap dan tidak terus-menerus menyedihkan.***

3.Permasalahan di Pulau Anambas
 Sejumlah tempat wisata di Kepulauan Anambas memang memikat pelancong. Sayangnya, pemerintah daerah terkesan belum serius mengelola sektor pariwisata. Infrastruktur di sejumlah lokasi wisatanya masih buruk, bahkan minim fasilitas umum.

Seperti lokasi wisata air terjun Temburun yang berada di Desa Temburun, Kecamatan Siantan Selatan. Selain akses jalur darat yang masih sangat sulit untuk dilalui, fasilitas lainnya seperti WC juga tidak terawat, dan bahkan dibiarkan begitu saja menjadi bangunan yang terkesan mistis.

"Alamak, nggak ada lagi WC lain, Bang? Masa kayak gini WC di sini? Jangan salahkan kami kalau buang air sembarangan," kata Bowo, pelancong dari Jakarta, kepada BATAMTODAY.COM di Desa Temburun, Kamis (5/3/2015).

Hal serupa juga disampaikan Herfa, warga Desa Tarempa Timur, Kecamtan Siantan. Menurutnya WC di tempat wisata seperti ini seharusnya terawat, sehingga para wisatawan lokal maupun asing tidak perlu bingung untuk buang air.

"Ini nggak, sudahlah WC-nya tak ada air, angker pula tuh," ujar Herfa.

Minimnya fasilitas ini juga terdapat di beberapa lokasi wisata lainnya seperti Pulau Durai. Air Terjun Neraja yang berada di Kecamatan Jemaja Timur ini juga tidak terdapat WC yang memadai sehingga beberapa pengunjung lebih memilih tempat sekitar yang aman untuk buang air.

"Kalau tak ada WC, mau gimana lagi. Yaa terpaksalah di semak-semak dulu, atau di batu-batu ini," ujar Herfa.

Sementara hingga Kamis petang pukul 18.32 WIB, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Anambas, Iwan K Roni,tidak dapat dikonfirmasi dikarenakan sedang menjalankan dinas luar. "Sedang dinas luar, Bang," ujar salah seorang staf di dinas tersebut.

Solusi
Sudah waktunya diprioritaskan pengadaan fasilitas umum seperti WC, musolla, kamar mandi, dll di titik-titik lokasi wisata kita. Kurangnya kunjungan, baik oleh wisatawan dalam negeri (daerah) sendiri maupun dari luar negeri, sudah diketahui umum. Penyebabnya adalah karena kita memang belum bisa melengkapkan berbagai fasiltas pokok dan bersifat umum itu. Selain itu, kebutuhan pendukung lainnya juga belum sebagaimana harapan.

Adanya gotong royong dari semua pihak dapat memperbaiki fasilitas yang buruk sehingga dapat memajukan pariwisata Indonesia di mata dunia internasional.


Daftar Pustaka
http://www.kompasiana.com/nanaarif/buruknya-pariwisata-indonesia_54ff4602a33311ad4c50fa13
http://batamtoday.com/berita54537-Lokasi-Wisata-di-Anambas-Minim-Infrastruktur-dan-Fasum-Buruk.html
http://www.kompasiana.com/nanaarif/buruknya-pariwisata-indonesia_54ff4602a33311ad4c50fa13

Kelas A - Farah Aulia

1 komentar:

  1. menurut saya sudah bagus untuk solusinya, tapi ada beberapa hal yang saya kurang setuju

    BalasHapus