Kata pengantar
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat mengerjakan TUGAS
3 SEJARAH INDONESIA
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Pendahuluan
Folklore merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore,
berasal dari dua kata folk dan lore. Kata folk berarti sekelompok orang yang
memiliki cirri pengenal fisik, social dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan
dari kelompok kelompok social lainnya. Ciri pengenal itu antara lain: warna
kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, dsb. Kata lore merupakan tradisio dari
folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui salah
satu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan
secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat
atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat
istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun,
tetapi tidak dibukukan.
Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut
ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu)
dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu
yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta
pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang
bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai
alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang
terpendam. Menurut Jan Harold Brunvard, ahli
folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok
besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan,
disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi
diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai
sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata
bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari
pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan
kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang
mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterkait.
Sumber(http://alpineavira.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-folklore-beserta-jenis.html)
RADEN KIAN SANTANG
Kian santang sepertinya tokoh ini sangat
melegenda khususnya didaerah jawa barat, ia merupakan seorang yang teguh dalam
beragama dan memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.
Kelahiran
Kian Santang
Prabu
Kiansantang atau Raden Sangara atau Syeh Sunan Rohmat Suci, adalah Putra Prabu
Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja Raja Pakuan Pajajaran dengan Nyi Subang
Larang, Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang dinikahkan oleh
Syekh Quro Karawang. Dari pernikahan Sri Baduga Maharaja dengan Nyi Subang
Larang dikarunia 3 orang putra yaitu Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana), Rara
Santang (ibu Sunan Gunung Jati) dan Prabu Kiansantang.
Sejarah
Kian Santang
ian
santangKian santang adalah Tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya
melogenda khususnya di hati masarakat pasundan dan kaum tasawuf ditanah air
pada umumnya. Tokoh kian-santang ini pertama kali berhembus dan dikisahkan oleh
raden CAKRABUANA atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan islam di tanah
cirbon dan pasundan.pangeran cakrabuana adalah anak dari prabu sili-wangi atau
jaya dewata raja pajajaran, yang dilahirkan dari permisuri ketiga yang bernama
nyi subang larang, subang-larang sendiri murid dari mubaliq kondang yaitu syeh
maulana-hasanudin atau terkenal dengan syeh kuro krawang. Mulanya yaitu ,Ketika
raden walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan galuh pakuan atau
pajajaran ,yang di sbeapkan oleh keberbedaan haluan dengan keyakinan ayahnya
yang memeluk agama “shangyang”, pada waktu itu. diriwayatkan beliau berkelana
mensyi’arkan islam bersama adiknya yaitu rara santang (ibu dari syarif
hidayatullah atau “sunan gunung jati”)dengan membuka perkampungan di pesisir
utara yang menjadi cikal-bakal kerajaan caruban atau kasunanan cirebon yang
sekarang adalah “kota madya cirebon” Logenda kian-santang sendiri diambil dari
sebuah kisah nyata, dari tanah pasundan tempo dulu yang ceritanya pada waktu
itu tersimpan rapi berbentuk buku di perpustakaan kerajaan pajajaran. Karena
pajajaran adalah hasil penyatuan dua kerajaan antara galuh dan kerajaan sunda
pura yang dimana kerajaan galuh dan sundapura adalah dua kerajaan pecahan dari
taruma negara, yang di masa prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga dari kerajaan
taruma negara yang di pecah menjadi dua yaitu tarumanegara yang berganti
sundapura dan ibukota lama menjadi galuh pakuan. Dan jaya dewata menyatukan
kembali dua pecahan kerajaan taruma negara menjadi pajajaran. Di mana di
kisahkan pada waktu itu yaitu abad ke 4m atau tahun 450m pernah terdapat putra
mahkota yang sakti mandraguna bernama GAGAK LUMAYUNG yang dalam ceritanya “di
tataran suda dan sekitarnya ,tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya.
hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti TANG yang hendak menaklukkan
kerajaan tarumanegara. namun berkat gagak lumayung ,pasukan TANG dapat di halau
dan tunggang-langgang meninggalkan taruma negara. semenjak itu raden gagak
lumayung di beri sebutan ”KI AN SAN TANG” atau ”penakluk pasukan tang” Di
ceritakan sang kiansantang ini karena saking saktinya hingga dia rindu kepingin
melihat darahnya sendiri Hingga sampailah di suatu ketika sa’at dia mendapat
wangsit di tapabratanya bahwah di tanah arab terdapat orang sakti mandraguna
Konon: dengan ajian napak sancangnya raden kian santang mampu mengarungi lautan
dengan berkuda saja. “Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir beliau
bertemu seorang kakek ,dan padanya dia minta untuk di tunjukan di mana orang
sakti yang kian santang maksud tersebut”. Dan dengan senang hati si-kakek
tersebut menyanggupinya dan sementara dia mengajak beliau “kiansantang” untuk
mampir dulu ke rumahnya. Al-kisah setelah sampai di rumahnya tongkat dari sang
kakek tersebut tertinggal di pesisir dan minta kian santang untuk
mengambilkanya ,konon dikisahkan si-kian santang tak mampu mencabutnya sampai
tanganya berdarah-darah ,disitulah kian santang baru sadar kalau kakek itu
adalah orang yang di carinya. Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang
di ajarkan sang kakek tadi “yang akhirnya menjadi guru spiritualnya” tongkat
tersebut dapat di cabut .dan siapakah kakek tersebut? ya dia adalah taklain dan
tak bukan syaidina ali r.a menantu dari baginda nabi muhamad s.a.w. Cerita
tersebut membumi sekali sampai saat sekarang. Dan yang aneh, kebanyakan orang
menduga kalau kian santang itu adalah raden walang sungsang. Padahal banyak
sekali cerita yang sepadan dengan kisah raden walang sungsang tersebut. Yang
sesungguhnya dialah yang mengisahkan justru dialah yang di kira pelaku (raden
walang sungsang atau pangeran cakrabuana) sebagai tokoh yang diceritakan itu.
Tujuannya adalah hanya sebagai media dakwah dan penyebaran islam di bumi cirbon
dan sekitarnya. Sehingga sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden
walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan kian santang
adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang. Raden walangsungsang
mengambil cerita ini dari perpustakaan kerajaan pajajaran dengan pertimbangan
karena kisah itu mirip dengan kisahnya, Yang di mana kian santang setelah
pulang dari arab dia ingin meng-islamkan ayahnya prabu purnawarman namun di
tolaknya dan kian santang memilih meninggalkan istana dan tahtanya di berikan
adiknya yaitu darmayawarman Begitu pula raden walang sungsang yang pernah
merantau ke arab dan meningkahkan adiknya rara santang yang di ambil istri oleh
putra kerajaan mesir waktu itu dan pernikahan berlangsum di mesir yang dari
perkawinan inilah nanti akan lahirlah raden syarif hidayatullah atau sunan
gunung jati. Keinginan Walangsungsang untuk meng-islamkan prabu siliwangi
ditolak mentah-mentah dan ayahnya tidak ingin bertarung dengan anaknya maka dia
memilih mensucikan diri atau bertapa, konon beliau menjelma macan putih.
Pengambilan kisah penokohan dalam sebuah ceritra seperti ini sebenarnya pernah
pula terjadi pada era sebelum raden walang sungsang yang tepatnya dilakukan
oleh raja jaya-baya (raja islam pertama di tanah jawa) dari kerajaan panjalu
atau kediri, di mana suaktu masih di pegang raja airlangga kerajaan tersebut
bernama kerajaan KAHURIPAN dan karena kedua anaknya semua meminta tahta maka
kahuripan di bagi dua yaitu panjalu dan jenggala. Sepanjang perkembangan dua
kerajaan tersebut selalu bermusuhan dan pada masa kerajaan panjalu dirajai oleh
jaya baya, panjalu mampu menaklukkan jenggala dan di satukan lagi antara
jenggala dan panjalu. Pada waktu panjalu menaklukkan jenggala rajanya jaya-baya
meminta empu sedha dan empu panuluh untuk mengutip naskah dari india yang
judulnya maha barata. namun di ferifikasi dengan gaya jawa. Sebagai perlambang
atas kemenangan perang saudara panjalu atas jenggala. Yang akhirnya kitab
tersebut di beri judul barata-yuda. Dan dalam kisah klasik jawa ini banyak
kalangan masarakat yang mengira bahwa jaya baya adalah kelanjutan dari trah
barata yaitu cicit dari parikesit putra abimanyu. Juga kisah lainnya yang
serupa pernah pula hadir kemasarakat yang tujuannya waktu itu sebagai media
dakwah untuk melindungi rongrongan ajaran syariat terhadap kaum sufi.maka
ketika bergerak menyebarkan islam WALI SONGO menurt banyak kalangan membuat
cerita al-halaq fersi indonesia yaitu syeh siti jenar. Yang menurut doktor
simon dari ugm berdasarkan temuannya karya-karya besar berupa naskah suluk dari
sunan kali jaga dan lain sebagainya. Dapat di pastikan tokoh siti jenar adalah
imajener hanya untuk media dakwah dan melindungi islam agar tetap pada ajaran ahlusunah
wa jamaah. Dan sampai saat ini pendapat itu masih simpang siur dan menjadi
perdebatan dan polemik panjang oleh para ahli sejarah di tanah air.Kian santang
adalah Tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya melogenda khususnya di
hati masarakat pasundan dan kaum tasawuf ditanah air pada umumnya. Tokoh
kian-santang ini pertama kali berhembus dan dikisahkan oleh raden CAKRABUANA
atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan islam di tanah cirbon dan
pasundan.pangeran cakrabuana adalah anak dari prabu sili-wangi atau jaya dewata
raja pajajaran, yang dilahirkan dari permisuri ketiga yang bernama nyi subang
larang, subang-larang sendiri murid dari mubaliq kondang yaitu syeh
maulana-hasanudin atau terkenal dengan syeh kuro krawang. Mulanya yaitu ,Ketika
raden walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan galuh pakuan atau
pajajaran ,yang di sbeapkan oleh keberbedaan haluan dengan keyakinan ayahnya
yang memeluk agama “shangyang”, pada waktu itu. diriwayatkan beliau berkelana
mensyi’arkan islam bersama adiknya yaitu rara santang (ibu dari syarif
hidayatullah atau “sunan gunung jati”)dengan membuka perkampungan di pesisir
utara yang menjadi cikal-bakal kerajaan caruban atau kasunanan cirebon yang
sekarang adalah “kota madya cirebon” Logenda kian-santang sendiri diambil dari
sebuah kisah nyata, dari tanah pasundan tempo dulu yang ceritanya pada waktu
itu tersimpan rapi berbentuk buku di perpustakaan kerajaan pajajaran. Karena
pajajaran adalah hasil penyatuan dua kerajaan antara galuh dan kerajaan sunda pura
yang dimana kerajaan galuh dan sundapura adalah dua kerajaan pecahan dari
taruma negara, yang di masa prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga dari kerajaan
taruma negara yang di pecah menjadi dua yaitu tarumanegara yang berganti
sundapura dan ibukota lama menjadi galuh pakuan. Dan jaya dewata menyatukan
kembali dua pecahan kerajaan taruma negara menjadi pajajaran. Di mana di
kisahkan pada waktu itu yaitu abad ke 4m atau tahun 450m pernah terdapat putra
mahkota yang sakti mandraguna bernama GAGAK LUMAYUNG yang dalam ceritanya “di
tataran suda dan sekitarnya ,tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya.
hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti TANG yang hendak menaklukkan
kerajaan tarumanegara. namun berkat gagak lumayung ,pasukan TANG dapat di halau
dan tunggang-langgang meninggalkan taruma negara. semenjak itu raden gagak
lumayung di beri sebutan ”KI AN SAN TANG” atau ”penakluk pasukan tang” Di
ceritakan sang kiansantang ini karena saking saktinya hingga dia rindu kepingin
melihat darahnya sendiri Hingga sampailah di suatu ketika sa’at dia mendapat
wangsit di tapabratanya bahwah di tanah arab terdapat orang sakti mandraguna
Konon: dengan ajian napak sancangnya raden kian santang mampu mengarungi lautan
dengan berkuda saja. “Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir beliau
bertemu seorang kakek ,dan padanya dia minta untuk di tunjukan di mana orang
sakti yang kian santang maksud tersebut”. Dan dengan senang hati si-kakek
tersebut menyanggupinya dan sementara dia mengajak beliau “kiansantang” untuk
mampir dulu ke rumahnya. Al-kisah setelah sampai di rumahnya tongkat dari sang
kakek tersebut tertinggal di pesisir dan minta kian santang untuk
mengambilkanya ,konon dikisahkan si-kian santang tak mampu mencabutnya sampai
tanganya berdarah-darah ,disitulah kian santang baru sadar kalau kakek itu
adalah orang yang di carinya. Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang
di ajarkan sang kakek tadi “yang akhirnya menjadi guru spiritualnya” tongkat
tersebut dapat di cabut .dan siapakah kakek tersebut? ya dia adalah taklain dan
tak bukan syaidina ali r.a menantu dari baginda nabi muhamad s.a.w. Cerita
tersebut membumi sekali sampai saat sekarang. Dan yang aneh, kebanyakan orang
menduga kalau kian santang itu adalah raden walang sungsang. Padahal banyak sekali
cerita yang sepadan dengan kisah raden walang sungsang tersebut. Yang
sesungguhnya dialah yang mengisahkan justru dialah yang di kira pelaku (raden
walang sungsang atau pangeran cakrabuana) sebagai tokoh yang diceritakan itu.
Tujuannya adalah hanya sebagai media dakwah dan penyebaran islam di bumi cirbon
dan sekitarnya. Sehingga sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden
walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan kian santang
adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang.
Sumber (fadny-sejarahbanten.blogspot.com/)
·
·
Raden
Kian Santang dan Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah
Suatu
ketika, Raden Kian Santang yang adalah putra Prabu Siliwangi itu terkejut
ketika di dalam mimpinya ada seorang kakek berjubah yang mengatakan bahwa ada
seorang manusia yang sanggup mengalahkannya, dan kakek tersebut tersenyum.
Mimpi itu terjadi beberapa kali hingga Raden Kian Santang bertanya-tanya siapa
gerangan orang itu. Dalam mimpi selanjutnya sang kakek menunjuk ke arah lautan
dan berkata bahwa orang itu di sana.
Penasaran
dengan mimpinya, Raden Kian Santang pun meminta ijin kepada ayahandanya, Prabu
Siliwangi untuk pergi menuju seberang lautan, dan menceritakan semuanya. Prabu
Siliwangi walaupun berat hati tetap mempersilahkan putranya itu pergi. Namun
Ratu Rara Santang, adik perempuan Raden Kian Santang, ingin ikut kakaknya
tersebut.
Meski
dicegah, Ratu Rara Santang tetap bersikeras ikut kakaknya, yang akhirnya mereka
berdua pergi menyeberangi lautan yang sangat luas menuju suatu tempat yang
ditunjuk orang tua alias si kakek berjubah di dalam mimpi Raden Kian Santang
itu.
Hari
demi hari, minggu berganti minggu dan genap delapan bulan perjalanan sampailah
Raden Kian Santang dan Ratu Rara Santang ke sebuah dataran yang asing, tanahnya
begitu kering dan tandus, padang pasir yang sangat luas serta terik matahari
yang sangat menyengat mereka melabuhkan perahu yang mereka tumpangi.
Tiba-tiba
datanglah seorang kakek yang begitu sangat dikenalnya. Yah, kakek yang pernah
datang di dalam mimpinya itu. Kakek itu tersenyum dan berkata: “Selamat datang
anak muda! Assalamu alaikum!” Raden Kian Santang dan Ratu Rara Santang hanya
saling berpandangan dan hanya berkata: “Aku ingin bertemu dengan Ali, orang
yang pernah kau katakan sanggup mengalahkanku.”
Dengan
tersenyum kakek itu pun berkata: “Anak muda, kau bisa bertemu Ali jika sanggup
mencabut tongkat ini!” Lalu si kakek itu menancapkan tongkat yang dipegangnya.
Kembali
Raden Kian Santang dan Ratu Rara Santang saling berpandangan, dan Raden Kian
Santang tertawa terbahak-bahak. “Hai orang tua! Di negeri kami adu kekuatan
bukan seperti ini, tapi adu olah kanuragan dan kesaktian. Jika hanya mencabut
tongkat itu buat apa aku jauh-jauh ke negeri tandus seperti ini? Ujar Raden Kian Santang mengejek.
Kakek
itu kembali tersenyum. “Anak muda, jika kau sanggup mencabut tongkat itu kau
bisa mengalahkan Ali, jika tidak kembalilah kau ke negerimu anak sombong.” Kata
orang tua itu.
Akhirnya
Raden Kian Santang mendekati tongkat itu dan berusaha mencabutnya. Namun upayanya tak berhasil. Semakin dia mencoba
semakin kuat tongkat itu menghunjam.
Keringatnya
bercucuran, sementara Ratu Rara Santang tampak khawatir dengan keadaan
kakaknya, ketika tiba-tiba darah di tangan Raden Kian Santang menetes, dan
menyadari bahwa orang tua yang di hadapan mereka bukan orang sembarangan.
Saat
itu, lutut Raden Kian Santang bergetar dan dia merasa kalah. Ratu Rara Santang
yang terus memperhatikan kakaknya segera membantunya, namun tongkat itu tetap
tak bergeming, akhirnya mereka benar-benar mengaku kalah.
“Hai
orang tua! Aku mengaku kalah dan aku tak mungkin sanggup melawan Ali.
Melawan dirimu pun aku tak bisa! Tapi
ijinkan aku bertemu dengannya dan berguru kepadanya.” Ujar Raden Kian
Santang.Kakek itu kembali tersenyum. “Anak muda! Jika Kau ingin bertemu Ali,
maka akulah Ali.” Tiba-tiba mereka berdua bersujud kepada orang tua itu, namun
tangan orang tua itu dengan cepat mencegah keduanya bersujud. “Jangan bersujud
kepadaku anak muda! Bersujudlah kepada Zat yang menciptakanmu, yaitu Allah!”
Akhirnya
mereka berdua mengikuti orang tua tersebut, yang ternyata Ali Bin Abi Tholib,
ke Baitullah dan memeluk agama Islam.
Begitulah,
Raden Kian Santang dan Ratu Rara Santang mempelajari Islam dengan
sungguh-sungguh. Dalam perjalanannya Raden Kian Santang kembali ke pulau Jawa
dan menyebarkan Islam di daerah Garut hingga meninggalnya. Sedangkan Ratu Rara
Santang dipersunting oleh salah satu pangeran dari tanah Arab yang bernama
Syarif Husen. Perkawinan antara Ratu Rara Santang dan Syarif Husen itu
menghasilkan dua putra, yaitu Syarif Nurullah dan Syarif Hidayatullah. Syarif
Nurullah menjadi penguasa Makkah saat itu, sedangkan Syarif Hidayatullah pergi
ke Jawa untuk bertemu dengan ayah dan kakeknya.
Prabu Kiansantang Dan Aji Suket Kalanjana
adalah ilmu yang tercipta
dari pengaruh islam dan aliran kepercayaan masyarakat jawa-sunda. Ajian ini
pernah dikuasi oleh Prabu Kian Santang (putra Prabu Siliwangi) dan Syeh Siti
Jenar. Ajian ini merupakan ilmu yang sangat tinggi dan untuk mendapatkannya pun
tidak mudah karena harus punya niat yang baik dan tekad yang membaja. Konon
ajian ini merupakan ajian yang langka dikuasai orang. Ia termasuk tingkatan
paling tinggi diantara ilmu kejawen lainnya. Namun begitu, mereka yang
menginginkan ajian ini bisa saja mendapatkannya tentu dengan laku tirakat dan
tahu kunci amalan rahasianya.
Ajian ini awalnya merupakan ilmu terawangan alam gaib, dan kemudian berkembang sebagai ilmu yang dapat digunakan untuk meraga sukma dan menggerakan benda tanpa menyentuh (telekinetik). Intinya berfungsi mengaktifkan seluruh panca indera. Bereaksi terhadap gejala alam, baik alam sadar maupun alam mimpi. Versi para guru spiritual yang menguasainya menyebut ajian ini merupakan ilmu yang didasarkan pada gerakan rumput tertiup angin. Ia bisa bergerak kemana saja, tapi tetap pada tempatnya semula. Artinya, orang yang menguasai ilmu ini bisa memasuki dimensi gaib atau berada di alam lain tapi jasadnya tetap pada tempatnya.
Adapun legenda ajian suket kalanjana ini terdapat berbagai versi. Diyakini ajian ini sudah adal sebelum islam masuk ke tanah jawa. Sumber kontroversinya mengatakan ajian ini ada ketika islam masuk ke tanah pasundan. Tepatnya pada pemerintahan Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran. Dan konon, dari sinilah ajian ini bermula.
Pada masa itu memang pengaruh islam di kerajaan pajajaran belum meluas, sehingga ilmu-ilmu kesaktian para pendekan jaman pajajaran merupakan ilmu yang tiada banding dan banyak jenisnya. Ada yang mampu terbang, menghilang dan lain lain.
Mitos yang berkaitan dengan kegaiban pun terbukti. Misal, sampai kini makam prabu siliwangi tidak pernah ditemukan. Itu sebabnya masyarakat pasundan mempercayai bahwa prabu siliwangi moksa (menghilang) dari bumi dan berubah wujud menjadi harimau. Hal ini bisa dilacak dari cerita rakyat garut. Konon prabu siliwangi tidak mau masuk islam. Ia lebih baik keluar dari keraton daripada mengikuti ajakan prabu kean santang, anaknya untuk masuk agama islam.
Prabu siliwangi akhirnya lari menuju hutan sancang. Maka untuk menjaga hal-hal yang akan terjadi prabu kean santang membendung larinya prabu siliwangi beserta pengikutnya yang telah menjadi harimau. Dan harimau jejadian itu kemudian digiring menuju sebuah gua di pantai selatan kawasan hutan sancang, garut selatan. Ketika itulah prabu kean santang mengerahkan aji suket kalanjana dan berhasil mengalahkan ayahnya yang juga terkenal sakti itu. Kemudian prabu siliwangiakhirnya mendapat hidayah dari Allah dan masuk islam.
Namun sampai sekarang ilmu sakti ini mengalami perkembangan seiring banyaknya minat kalangan keraton pajajaran menuntut ilmu. Dan prabu kean santang adalah orang yang paling suka mempelajari segala macam ilmu agama, kesatriaan maupun ilmu gaib.
Menurut versi lain, aji suket kalanjana juga dimiliki oleh syeh dari tanah jawa. Dari syeh inilah ajian diturunkan kepada murid-muridnya. Syeh ini dikenal dengan sebuatn syeh lemah abang alias syeh siti jenar. Pada masa mudanya, siti jenar juga mendalami ilmu kebatinan. Setelah mendalami bidang agama melalui Syarif Hidayatullah atau sunan gunung jati, semakin bertambah tinggilah ilmu kesaktiannya. Tidak heran jiak banyak pemuda berguru kepada syeh siti jenar.
Ajian suket kalanjana dapat dikuasai siapa saja sepanjang orang tersebut mampu mensucikan dirinya dan mampu melakoni apa yang dipersyaratkan, antara lain harus mampu menjalani puasa 40 hari dan makan hanya boleh dilakukan jam 12 malam. Selain itu juga harus ngrowot (hanya makan umbi-umbian) dan tidak boleh makan jenis lainnya selama 40 hari. Hal lain yang harus dilakukan adalah menjalankan tapa kungkum (berendam) di dalam suangi selama 7 malam berturu-turut, dan yang paling berat harus pati geni yaitu tidak makan,minum,tidur dan bersemedi di ruang gelap selama 7 hari 7 malam. Selama ritual itu pula harus membaca mantra khusus yang harus dihapalnya. Bila ingin melihat alam gaib, mantra ini dibaca tiga kali sambil membuka telapak tangan lalu diusap ke mata.
Ajian ini awalnya merupakan ilmu terawangan alam gaib, dan kemudian berkembang sebagai ilmu yang dapat digunakan untuk meraga sukma dan menggerakan benda tanpa menyentuh (telekinetik). Intinya berfungsi mengaktifkan seluruh panca indera. Bereaksi terhadap gejala alam, baik alam sadar maupun alam mimpi. Versi para guru spiritual yang menguasainya menyebut ajian ini merupakan ilmu yang didasarkan pada gerakan rumput tertiup angin. Ia bisa bergerak kemana saja, tapi tetap pada tempatnya semula. Artinya, orang yang menguasai ilmu ini bisa memasuki dimensi gaib atau berada di alam lain tapi jasadnya tetap pada tempatnya.
Adapun legenda ajian suket kalanjana ini terdapat berbagai versi. Diyakini ajian ini sudah adal sebelum islam masuk ke tanah jawa. Sumber kontroversinya mengatakan ajian ini ada ketika islam masuk ke tanah pasundan. Tepatnya pada pemerintahan Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran. Dan konon, dari sinilah ajian ini bermula.
Pada masa itu memang pengaruh islam di kerajaan pajajaran belum meluas, sehingga ilmu-ilmu kesaktian para pendekan jaman pajajaran merupakan ilmu yang tiada banding dan banyak jenisnya. Ada yang mampu terbang, menghilang dan lain lain.
Mitos yang berkaitan dengan kegaiban pun terbukti. Misal, sampai kini makam prabu siliwangi tidak pernah ditemukan. Itu sebabnya masyarakat pasundan mempercayai bahwa prabu siliwangi moksa (menghilang) dari bumi dan berubah wujud menjadi harimau. Hal ini bisa dilacak dari cerita rakyat garut. Konon prabu siliwangi tidak mau masuk islam. Ia lebih baik keluar dari keraton daripada mengikuti ajakan prabu kean santang, anaknya untuk masuk agama islam.
Prabu siliwangi akhirnya lari menuju hutan sancang. Maka untuk menjaga hal-hal yang akan terjadi prabu kean santang membendung larinya prabu siliwangi beserta pengikutnya yang telah menjadi harimau. Dan harimau jejadian itu kemudian digiring menuju sebuah gua di pantai selatan kawasan hutan sancang, garut selatan. Ketika itulah prabu kean santang mengerahkan aji suket kalanjana dan berhasil mengalahkan ayahnya yang juga terkenal sakti itu. Kemudian prabu siliwangiakhirnya mendapat hidayah dari Allah dan masuk islam.
Namun sampai sekarang ilmu sakti ini mengalami perkembangan seiring banyaknya minat kalangan keraton pajajaran menuntut ilmu. Dan prabu kean santang adalah orang yang paling suka mempelajari segala macam ilmu agama, kesatriaan maupun ilmu gaib.
Menurut versi lain, aji suket kalanjana juga dimiliki oleh syeh dari tanah jawa. Dari syeh inilah ajian diturunkan kepada murid-muridnya. Syeh ini dikenal dengan sebuatn syeh lemah abang alias syeh siti jenar. Pada masa mudanya, siti jenar juga mendalami ilmu kebatinan. Setelah mendalami bidang agama melalui Syarif Hidayatullah atau sunan gunung jati, semakin bertambah tinggilah ilmu kesaktiannya. Tidak heran jiak banyak pemuda berguru kepada syeh siti jenar.
Ajian suket kalanjana dapat dikuasai siapa saja sepanjang orang tersebut mampu mensucikan dirinya dan mampu melakoni apa yang dipersyaratkan, antara lain harus mampu menjalani puasa 40 hari dan makan hanya boleh dilakukan jam 12 malam. Selain itu juga harus ngrowot (hanya makan umbi-umbian) dan tidak boleh makan jenis lainnya selama 40 hari. Hal lain yang harus dilakukan adalah menjalankan tapa kungkum (berendam) di dalam suangi selama 7 malam berturu-turut, dan yang paling berat harus pati geni yaitu tidak makan,minum,tidur dan bersemedi di ruang gelap selama 7 hari 7 malam. Selama ritual itu pula harus membaca mantra khusus yang harus dihapalnya. Bila ingin melihat alam gaib, mantra ini dibaca tiga kali sambil membuka telapak tangan lalu diusap ke mata.
Kian santang anak dari
prabu sliwangi
Prabu Siliwangi seorang raja besar
pilih tanding sakti Mandraguna,Arif
& Bijaksana Memerintah Rakyatnya di kerajaan Pakuan Pajajaran Putra
Prabu Anggalarang atau Prabu dewa Niskala Raja dari kerajaan Gajah dari dinKonon
kabarnya,Ulama besar yang
bergelar Syekh Qurotul’ain dengan nama
aslinya Syekh Mursyahadatillah atau Syekh Hasanudin.beliau adalah seorang yang
arif dan bijaksana dan termasuk seorang ulam yang hafidz Al-qur’an serta ahli
Qiro’at yang sangat merdu suaranya.
Syekh Quro adalah putra ulama besar
Mekkah,penyebar agama Islam di negeri
Campa (Kamboja) yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih keturunan dari
Sayidina Hussen Bin Sayidina Ali RA.dan
Siti Fatimah putri Rosulullah SAW.
Sebelum Beliau datang ke tanah jawa
sekitar tahun 1409 Masehi,Syekh Quro pertama kali menyebarkan Agama islam di
negeri Campa Kamboja ,lalu ke daerah Malaka dan dilanjutkan ke daerah
Martasinga Pasambangan dan Japura akhirnya sampailah ke Pelabuhan Muara Jati yg
saat itu syahbandar di gantikan oleh ki gedeng Tapa karna Ki gedeng
sindangkasih telah Wafat.
Disini beliau disambut dengan baik oleh
Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati,yang masih keturunan Prabu Wastu
Kencana Ayah dari Prabu Anggalarang dan, oleh masyarakat sekitar.
mereka sangat tertarik dengan
ajaran yang disampaikan oleh Syekh Quro
yang di sebut ajaran agama Islam.
Sampailah para utusan itu di depan
pondokan syech Quro,Utusan itu Menyampaikan Perintah dari Rajanya Agar penyebaran
agama Islam di muara jati Harus segera dihentikan.
Perintah dari Raja Gajah tersebut
dipatuhi oleh Syeh Quro.namun,kepada
utusan prabu Anggalarang
yang mendatangi Syekh Quro,beliau
mengingatkan,meskipun ajaran agama
Islam dihentikan penyebarannya.
tapi kelak, dari keturunan Prabu
Anggalarang akan ada yang menjadi seorang Wali Allah.
Beberapa saat kemudian beliau pamit
pada Ki Gedeng Tapa untuk kembali ke
negeri Campa,di waktu itu pula Ki Gedeng Tapa menitipkan putrinya yang bernama
Nyi Mas Subang Larang,untuk ikut dan berguru pada Syekh Quro.
BerangkatLah Syeh Quro bersama Nyi
subang Larang dngn menggunakan Perahu kembali ke negri campa kamboja.
Sebagai Seorang putra Raja Beliau tidak
Betah tinggal diam di istana,Raden Pamanah Rasa kerap mengembara Menyamar
menjadi Rakyat Jelata dari daerah satu ke daerah Lainya,Menolong yg Lemah &
Memberantas Keangkaramurkaan.
Gemar bertapa & mencari kesaktian,
Di dalam salah satu pengembarannya,
Ketika beliau hendak beristirhat di Curug atau air terjun,curug itu bernama
Curug Sawer yg terletak di daerah Majalengka,Raden pemanah Rasa dihadang oleh
siluman Harimau Putih Pertempuran pun tak terelakkan.
Raden Pamanah Rasa dan Siluman Harimau
Putih yang diketahui memiliki kesaktian tinggi itu pun bertarung sengit hingga
Setengah Hari,Namun kesaktian Prabu Pamanah Rasa berhasil
memenangi pertarungan dan membuat
siluman Harimau Putih tunduk kepadanya.
Harimau Putih itu memberi sebuah pusaka
yg terbuat dari kulit Macan,
Dengan pusaka itu beliau bisa Terbang
Laksana burung,Menghilang tak terlihat oleh mata (ajian Halimun),berjalan
secepat angin (Ajian saepi Angin)& Bisa Mendatangkan Bala tentara Jin.
Harimau itupun memutuskan untuk
mengabdi kepada Raden Pamanah Rasa sebagai pendamping beliau.
Dengan tunduknya Raja siluman Harimau
Putih,maka meluaslah wilayah kerajaan Gajah.
Siluman Harimau Putih beserta
pasukannya selanjutnya dengan setia mendampingi dan membantu Raden Pamanah
Rasa.
Salah satunya kala kerajaan Gajah
menundukkan kerajaan2 yg
Memeranginya.Siluman Harimau Putih juga turut membantu Raden Pamanah rasa saat
kerajaan Pajajaran diserang oleh pasukan Mongol pada Masa kekaisaran Kubilai
khan.
Karna Jasa-jasa Anaknya yg begitu besar
dalam Kejayaan kerajaan gajah,maka diangkatlah Raden pemanah Rasa sebagai Raja
kedua di kerajaan tersebut.
Prabu Pamanah Rasa pun selanjutnya
mengubah nama kerajannya menjadi
kerajaan Pajajaran. Yang berarti
menjajarkan atau menggabungkan kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau Putih.
Seiring meluasnya wilayah kerajaan
Gajah,Prabu Pamanah Rasa kemudian membuat senjata sakti yang pilih tanding.
Beliau menyuruh Eyang Jaya Perkasa
untuk membuat senjata pisau berbentuk harimau sebanyak tiga Buah,Dalam Tiga
Warna, yaitu Kuning, Hitam, Putih.
Senjata pertama yang berwarna
hitam,dibuat dari batu yang jatuh dari langit yang sering disebut meteor, yang
dibakar dengan kesaktian Prabu Pamanah Rasa Dalam membentuk besi yang
diperuntukkan untuk membuat senjata tersebut.
Senjata Kedua dibuat dari air,api yang
dingin,yang warnanya kuning dibekukan menjadi besi kuning, Senjata ketiga dari
besi biasa yang direndam dalam air hujan menjadi putih berkilau.
Senjata itu selesai dalam waktu tujuh
hari.
semalam penuh Pengeran Pamanah
Rasa memikirkan nama untuk senjata
sakti tersebut,tepat ayam berkokok ditemukan nama untuk ketiga barang
tersebut,Pisau pusaka itu di beri nama KUJANG (Senjata Berbentuk Harimau),
dikarenakan
Pusaka itu ada tiga,Maka kujang
tersebut di beri nama KUJANG
TIGA SERANGKAI,yang Artinya
BEDA-BEDA TAPI TETAP SAMA.
Senjata itu berbentuk melengkung dengan
ukiran harimau di gagangnya. Ukiran harimau di gagang Kujang konon sebagai
pengingat terhadap pendamping setianya, siluman
Harimau Putih.
Dan pusaka itu yg kini menjadi lambang
dari propinsi Jawa Barat,
Beberapa Tahun kemudian Syekh Quro
datang kembali ke negeri Pajajaran beserta Rombongan para santrinya,dengan
menggunakan Perahu dagang dan serta didalam rombongan adalah,Nyi Mas Subang
Larang,Syekh Abdul Rahman.Syekh Maulana Madzkur dan Syekh Abdilah Dargom.
Setelah Rombongan Syekh Quro melewati
Laut Jawa dan Sunda Kelapa dan masuk Kali Citarum,yang waktu itu di Kali
tersebut ramai dipakai Keluar masuk para
pedagang ke Pajajaran,akhirnya
rombongan beliau singgah di Pelabuhan
Karawang.
Menurut buku sejarah masa silam Jawa
Barat yang terbitan tahun 1983
disebut,Pura Dalem.
mereka masuk Karawang sekitar 1416
M.yang mungkin dimaksud Tangjung Pura,dimana kegiatan Pemerintaahan dibawah
kewenangan Jabatan Dalem..Karena rombongan tersebut,sangat menjunjung tinggi
peraturan kota Pelabuhan,sehingga aparat setempat sangat menghormati
dan,memberikan izin untuk mendirikan Mushola ( 1418 Masehi) sebagai sarana
Ibadah sekaligus tempat tinggal mereka.Setelah beberapa waktu berada di
pelabuhan Karawang,Syekh Quro
menyampaikan Dakwah-dakwahnya di
Mushola yang dibangunya (sekarang Mesjid Agung Karawang ).dari urainnya mudah
dipahami dan mudah diamalkan,ia beserta santrinya juga memberikan contoh pengajian
Al-Qur’an menjadi dayatarik tersendiri di sekitar karawang.
Ulama besar ini sering mengumandangkan
suara Qorinya yang merdu bersama murid-muridnya,Nyi Subang Larang,Syekh Abdul
Rohman,Syekh Maulana Madzkur dan
santri lainnya seperti ,Syekh Abdiulah
Dargom alias Darugem alias Bentong bin
Jabir Modafah alias Ayekh Maghribi keturunan dari sahabat nabi (sayidina Usman
bin Affan).
Berita kedatangan kembali Syekh
Quro,rupanya terdengar oleh Prabu
Anggalarang yang pernah melarang
penyebaran agama islam di muara
jati,sehingga Prabu Anggalarang
mengirim utusannya.untuk menutup
pesantren Syekh Quro dengan paksa.
utusan yang datang itu adalah Putra
Mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa.
sesampainya di depan pesantren Raden
pemanah Rasa tertambat hatinya oleh alunan suara merdu yang dikumandangkan oleh
Nyi Subang Larang,”Saat menlantunkan Ayat-ayat Al-Qur’an,”
Prabu Pamanah Rasa akhirnya
mengurungkan niatnya untuk menutup
pesantren tersebut.
Atas kehendak yang Maha Kuasa Prabu
Pamanah Rasa,menaruh perhatian khususnya pada Nyi Subang Larang yang cantik dan
merdu suaranya.
Beliau pun menyampaikan keinginanya
untuk mempersunting Nyi Subang Larang sebagai permaisurinya.
Pinangan tersebut diterima tapi,dengan
syarat mas kawinnya yaitu Lintang Kerti Jejer Seratus,yang di maksud itu adalah
simbol dari Tasbeh yang merupakan alat untuk berdzikir.
Selain itu,Nyi Subang Larang mengajukan
syarat lain agar kelak anak-anak yang lahir dari mereka harus menjadi Raja.
seterusnya menurut cerita,semua
permohonan Nyi Subang Larang
disanggupi oleh Raden Pamanah
Rasa.Atas petunjuk Syekh Quro,Prabu
Pamanah Rasa segera pergi ke Mekkah.
Di tanah suci Mekkah,Prabu Pamanah
Rasa disambut oleh seorang kakek
penyamaran dari Syekh Maulana Jafar
Sidik.
Prabu Pamanah Rasa merasa
keget,ketika namanya di ketahui oleh
seorang kakek.Dan Kekek itu, bersedia
membantu untuk mencarikan Lintang
Kerti Jejer Seratus dengan syarat harus
mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.Sang Prabu Pamanah Rasa denga tulus dan ikhlas
mengucapkan,Dua Kalimah Syahadat.yang makna pengakuan pada Allah SWT,sabagai
satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan, Muhammad
adalah utusannya.
Semenjak itulah,Prabu Pamanah Rasa
Atau prabu silihwangi masuk agama Islam
dan menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau Tasbeh,mulai dari itu,Prabu
Pamanah Rasa diberi ajaran tentang agama islam yang sebenarnya.
Setelah itu Prabu Pamanah Rasa segera
kembali ke Kraton Pajajaran,Untuk melangsungkan pernikahannya denga Nyi Subang
Larang waktu terus berjalan maka pada tahun 1422 M,pernikahan di langsungkan di
Pesantren Syekh Quro dan
dipimpin y oleh Syekh Quro.
Hasil dari pernikahan tersebut mereka dikarunai
3anak yaitu:
1. kian santang( 1423 Masehi)
2.Nyi Mas Rara Santang ( 1426 Masehi)
3.Raja Sangara ( 1428 Masehi).
Nama Silihwangi pun & dikenal
sebagai raja yang mencintai rakyatnya. Dia meminta agar pajak hasil bumi tidak
memberatkan rakyat. Dia juga mengatur pemerintahan dengan cukup baik sehingga
Pajajaran disegani.
Petilasan Kian santang
Pada tahun 1400 M, Prabu Kian
Santang diangkat menjadi raja Pajajaran menggantikan Prabu Munding Kawati
(Prabu Anapakem I). Ketika itu, usianya delapan puluh lima tahun. Namun tidak
lama kemudian, dia melepaskan jabatannya. Tahta kerajaan dia serahkan pada
Prabu Panatayuda, putera sulung Munding Kawati.
Memang, sejak dulu
Kiansantang kurang tertarik dengan jabatan dan kekuasaan. Awalnya memang dia
mendalami berbagai ilmu kanuragan. Tentu saja ini ada hubungannya dengan
kekuasaan. Sebab, jika ingin berkuasa waktu itu, orang harus sakti. Namun
akhirnya Kian Santang lebih suka mendalami agama Islam dan menyebarkannya ke
seluruh penjuru tanah Pasundan. Apalagi kini usianya sudah lanjut.
Seperti sufi pada
umumnya, fase perjalanan hidup diakhiri dengan lebih mendekatkan diri pada Sang
Pencipta. Konsentrasi pikiran hanya tertuju padaNya. Kian Santang hindari
segala perkara yang dapat memalingkan hati pada selain Yang Di Atas. Untuk itu
Kian Santang memilih uzlah, menjauhi keramaian dan gemerlap kehidupan istana.
Dikisahkan, seusai
serah terima jabatan, Kian Santang pergi mencari tempat sepi dengan membawa
sebuah peti. Mula-mula pergi menuju Gunung Ciremai yang cukup tinggi dan
hawanya sangat dingin. Setelah sampai di sana, peti itu diletakkan di atas
tanah. Ternyata si peti diam saja, tidak godeg (bergoyang). Ini tanda bahwa
tempat itu tidak cocok untuk dihuni. Kemudian, Kian Santang meninggalkan tempat
itu dan pergi ke arah barat menuju Tasikmalaya. Sesampainya di sebuah gunung,
dia letakkan lagi peti tersebut. Ternyata si peti diam juga, tidak memberi
isyarat bagus. Maka tempat itu pun dia tinggalkan.
Akhirnya, dia
kembali pergi menuju arah utara, ke wilayah Garut. Ketika sampai di sebuah
gunung, diletakkanlah peti petunjuk itu di atas tanah. Tiba-tiba si peti godeg
alias bergoyang-goyang. Ini pertanda tempat itu baik untuk dihuni. Maka
disitulah Kian Santang tinggal hingga wafatnya setelah bertafakur selama sembilan
belas tahun.
Kian
Santang wafat tahun 1419, dalam usia
106 tahun dan dimakamkan di Garut situ. Kini tempat itu terkenal sebagai Makam
Keramat Godog atau Makam Sunan Rohmat Suci. Sekitar satu kilo meter dari tempat
ini berdirilah Masjid Pusaka Keramat Godog yang konon dibangun Kian Santang
semasa uzlah. Dua tempat itu menjadi bukti adanya wali yang berasal dari
keluarga raja Pajajaran.
Nama: Fahrul Anur A
Usaha jasa pariwisata 2015
Nim: 4423154692
Tugas 2 sejarah indonesia
Mksh blog baru https://qipedia.blogspot.co.id/2017/04/tips-cara-cari-pacar-di-sekolah-facebook-dan-internet.html?m=1
BalasHapus