Legenda Pulau Mursala
Pendahuluan
FOLKLORE
A. Pengertian Folklor
Folklor sering diidentikkan dengan tradisi dan kesenian yang berkembang pada zaman sejarah dan telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia, setiap daerah, kelompok, etnis, suku, bangsa, golongan agama masing-masing telah mengembangkan folklornya sendiri-sendiri sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam folklore. Folklor ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat.Dapat juga diartikan Folklor adalah adat-istiadat tradisonal dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, dan tidak dibukukan merupakan kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan turun menurun.
B. Jenis-jenis Folklor
a. Folklor Lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
(1) bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;
(2) ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;
(3) pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;
(4) sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;
(5) cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali;
(6) nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.
b. Folklor sebagian Lisan
Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
(1) kepercayaan dan takhayul;
(2) permainan dan hiburan rakyat setempat;
(3) teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;
(4) tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;
(5) adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;
(6) upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten;
(7) pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat.
c. Folklor Bukan Lisan
Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:
(1) arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;
(2) seni kerajinan tangan tradisional,
(3) pakaian tradisional;
(4) obat-obatan rakyat;
(5) alat-alat musik tradisional;
(6) peralatan dan senjata yang khas tradisional;
(7) makanan dan minuman khas daerah.
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
(1) bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;
(2) ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;
(3) pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;
(4) sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;
(5) cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali;
(6) nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.
b. Folklor sebagian Lisan
Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
(1) kepercayaan dan takhayul;
(2) permainan dan hiburan rakyat setempat;
(3) teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;
(4) tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;
(5) adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;
(6) upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten;
(7) pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat.
c. Folklor Bukan Lisan
Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:
(1) arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;
(2) seni kerajinan tangan tradisional,
(3) pakaian tradisional;
(4) obat-obatan rakyat;
(5) alat-alat musik tradisional;
(6) peralatan dan senjata yang khas tradisional;
(7) makanan dan minuman khas daerah.
Legenda
Pulau Mursala atau Mansalaar Island merupakan pulau
terbesar yang dimiliki Kabupaten Tapanuli Tengah, terletak di sebelah barat
daya kota Sibolga dan masuk dalam wilayah Kecamatan Tapian Nauli. Pulau ini
berada di antara Pulau Sumatera dan Pulau Nias. Cerita rakyat yang berkembang
pun tergolong menjadi Folklor Lisan.
Air
terjun Pulau Mursala rasanya tawar. Yang uniknya
adalah, hingga saat ini masih dipertanyakan dari mana asal dari air terjun
tersebut, banyak yang berkata air tersebut dari Danau Toba, namun ta banyak
juga yang tetap percaya air itu berasal dari legenda yang berkembang di daerah
Sumatera.
Ada cerita yang
berkembang di masyarakat sekitar Air Terjun Mursala ini. Konon air terjun
ini adalah tempat bermain seorang putri cantik yang bernama Putri Runduk.
Menurut cerita Putri Runduk ini adalah permaisuri Raja Jayadana yang
memerintah Kota Kerajaan Barus Raya, sebuah kerajaan Islam di wilayah Sumatera
Utara pada abad ke-7 M dan memiliki paras cantik sehingga termasyur sampai ke
luar kerajaan.
Kisah Putri Runduk
Kisah
tentang ‘Putri Runduk’ sangat dikenal oleh masyarakat di sepanjang pesisir
barat Sumatera Utara, mulai dari Barus sampai ke Natal, meski dengan versi
masing-masing.
Dari
sisi cerita, Putri Runduk tak kalah menarik dengan cerita
lain yang ada di bagian lain tanah air kita. Ada cerita tentang Kejadian Danau
Toba di Tanah Batak, Malin Kundang dari Minang, Sampuraga dari Mandailing,
Putri Hijau dari Melayu Deli, Roro Jonggrang dari Jawa, Nyi Roro Kidul, dll.
Sebuah
cerita rakyat biasanya dituturkan oleh para orang tua kepada anak dan cucu
mereka. Demikianlah dari waktu ke waktu dari zaman ke zaman, cerita itu
mengalir dan terwarisi oleh generasi berikutnya. Selain itu, cakupan wilayah
kisah dan cerita yang sangat luas, menyangkut demografis wilayah lain,
selayaknya menjadi pemikiran untuk dicari kesamaan versi dan alur ceritanya.
Menurut
cerita, Putri Runduk adalah permaisuri Raja Jayadana
yang memerintah Kota Kerajaan Barus Raya, sebuah kerajaan Islam di wilayah
Sumatera Utara abad ke-7 M.
Dengan
parasnya yang sangat cantik, Putri Runduk dikagumi oleh Raja Mataram Sanjaya
dan Raja Janggi dari Sudan/India. Karena sang putri menolak, ia pun melarikan
diri ke Pulau Mursala yang sudah porak poranda akibat
diserang dan dikuasai oleh Raja Sanjaya, yang kemudian direbut oleh Raha
Janggi.
Bahkan
ada juga yang mengatakan bahwa Putri Rungguk adalah Putri Raja Barus yang
sangat Cantik yang dibuang ke salah satu pulau dekat kerajaan barus bersama
hulu balangnya karena melanggar tradisi atau adat. Dan ada juga kisahnya sbb:
ketika kerajaan mongol mengirimkan utusannya kepada kerajaan-kerajaan
di jawa yaitu mojopahit,dengan membawa banyak pasukan agar kerajaan
mojopahit bersedia tunduk kepada kerajaan mongol.Para utusan dan pasukan
kerajaan mongol singgah dikerajaan barus yang merupakan kota niaga,lalu salah
satu jendral mongol menyukai putri runduk yang merupakan putri kejaan
barus,tetapi putri runduk tidak bersedia untuk dinikahi.sehingga putri runduk
melarikan diri ke pulau mursala,mendengar
keberadaan putri runduk yang telah melarikan diri dengan menaiki sampan(kapal
kecil)pasukan mongol berserta jendralnya mencoba mengejarnya,tetapi sayang
mereka kehilangan jejak putri runduk sehingga mereka(pasukan mongol) sampai ke
pulau nias,sebagian dari mereka menetap dan mempunyai keturunan disana dan
sebagian lagi pulang kemongol,sampai saat ini saya sangat meyakini cerita
tersebut melihat suku dan ras nias sangat berbeda jauh dengan suku suku batak
yg ada di SUMUT,raut wajah suku nias tidak berbeda jauh dengan raut wajah
bangsa mongol.Keterangan ini dikuatkan dengan informasi pelaut yang sering melihat
keberadaan dua orang wanita yangmana salah satunya memakai pakai merah dan
sering memanggil kapal2 yang melintasi pulau mursala yang mereka yakini itu adalah
PUTRI RUNDUK
Sekitar
abad ke-7 di kota Kerajaan Barus Raya, memerintah seorang raja yang cukup ternama.
Raja Jayadana (tidak disebutkan keturunan dari mana ataupun berasal dari negeri
mana) namanya. Wilayah kerajaan ini membawahi daerah yang sudah memasuki era
Islam, disebutkan Kota Guguk dan Koota Beriang, di dekat Kade Gadang (Barus)
sekarang ini. Pada masa itu Barus telah menjadi bandar niaga rempah dan kapur
Barus yang terkenal itu.
Layaknya
seorang Raja, maka Raja Jayadana beristerikan (permaisuri, ratu) yang bernama Putri Runduk (tidak tertulis asal dari mana
dan keturunan dari siapa).
“Kecantikan
sang permaisuri sampai ke luar wilayah kerajaan. Dan Barus sebagai bandar niaga
antar wilayah dan kerajaan, ikut menyebarluaskan perihal kecantikan luar biasa
dari sang ratu, Putri Runduk!”
tulis HA Hamid Panggabean, Drs H Afif Lumbantobing dkk, dalam bunga rampai
mereka.
Disebutkan,
beberapa raja di luar wilayah Barus, akhirnya berspekulasi merebut Putri Runduk dari kerajaan Jayadana.
Tercatat Raja Janggi dari Sudan-Afrika, dan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram.
Bahkan seorang Raja dari Cina datang melamar dengan baik-baik.
Raja
Janggi dan Raja Sanjaya ingin menguasai Barus sebagai bandar perdagangan dunia
pada masa itu, melalui peperangan sekaligus ingin memiliki sang ratu Putri Runduk.
Demikianlah,
Raja Sanjaya berhasil menewaskan Raja Jayadana dan isterinya Putri Runduk ditawan, karena menolak lamaran
Raja Sanjaya. Masalahnya Raja Sanjaya beragama Hindu, sedangkan sang putri
beragama Islam.
Simaklah
pantun berikut ini:
kota
guguk kota bariang
ka
tigo kota di muaro
ayam
bakukuk ari siang
puti
runduk ditawan jao
red.
kota
guguk kota beriang
ke
tiga kota di muara
ayam
berkokok hari siang
putri runduk ditawan jawa
Ternyata,
inilah kesempatan yang dinanti oleh Raja Janggi. Mengetahui Putri Runduk telah ditawan oleh Raja
Sanjaya, Raja Janggi dan pasukannya menyerang Raja Sanjaya. Pertempuran kembali
terjadi di Barus, dan Kota Guguk pusat kerajaan Jayadana hancur porakporanda.
Raja Janggi berhasil mempecundangi Raja Sanjaya.
Sekelompok
pengawal setia dari sisa kerajaan Jayadana menyelamatkan ratu mereka Putri Runduk ke Pulau Morsala. Dalam pelarian
inilah, disebutkan berceceran peralatan dan perbekalan yang dibawa oleh
rombongan Putri Runduk,
lalu terdampar di pulau-pulau kecil sekitar pulau Morsala. Dinamailah
pulau-pulau itu sesuai barang yang terdampar di situ. Seperti, Pulau Situngkus,
Pulau Lipek Kain, Pulau Tarika, Pulau Puteri, Pulau Janggi, dll.
Raja
Janggi sampai juga di Pulau Morsala. Ketika hendak menangkap Putri Runduk, sang putri memukulkan
tongkat akar bahar ke kepala Raja Janggi .
Entah
benar atau tidak, dari kejadian itu oleh masyarakat dikaitkan dengan pantun
pesisir sebagai berkut:
pulo
puti pulo panginang
ka
tigo pulo anak janggi
lapik
putih bantal bamiang
racun
bamain dalam ati
Setelah
peristiwa tragis itu, disebutkanlah seorang pembantu Putri Runduk, yang tugasnya mengurusi
rumah tangga kerajaan, seorang pemuda anak nelayan miskin bernama ”Sikambang
Bandahari.”
Salah
satu legenda yang berkembang di masyarakat tentang legenda Putri Runduk:
Alkisah
disuatu negeri yang berada dikawasan pesisir pantai barat yang dikenal dengan
nama SIBOLGA KOTA BERBILANG KAUM, terdapat satu legenda yang dikenal dengan
nama LEGENDA PUTRI RUNDUK dimana legenda tersebut dipercaya oleh penduduk Kota
Sibolga sebagai satu legenda yang menceritakan tentang kecantikan seorang Putri
yang berkuasa di Pulau MURSALA sebagai tahta kerajaannya. Kecantikan Putri
Runduk ini sangat termasyhur sampai keseluruh pelosok Negeri bahkan sampai ke
Manca Negara, sehingga banyak para Raja dan Pangeran ingin mensuntingnya.
Selain itu legenda putri runduk ini juga dipercaya oleh orang pesisir Sibolga
sebagai satu legenda yang merupakan cikal bakal lahirnya KESENIAN PESISIR
SIBOLGA yang dikenal dengan nama KESENIAN SIKAMBANG, dimana kata Sikambang di
ambil dari nama seorang dayang Putri Runduk yaitu dayang Sikambang yang di
tinggalkan Putri Runduk ketika beliau melarikan diri dari kejaran Raja Janggi
dengan berkata “ Tinggallah Engkau Dayang Kambang !!!”. maka oleh sebab itu
orang pesisir sibolga ketika menyanyikan lagu Sikambang selalu di awali dengan
jeritan “Maule……….. Kambang!!!!!!!!”
Putri
Runduk adalah putri yang sangat cantik dimana kecantikannya terkenal keseluruh
pelosok negeri bahkan sampai ke Benua Eropa, sehingga banyak para raja dan
pangeran ingin menjadikannya sebagai permaisuri, tapi sayangnya Putri Runduk
sudah mempunyai tautan hati yaitu seorang datuk dari negeri Sorkam yang bernama DATUK
ITAM.
Hubungan
Putri Runduk dengan Datuk Itam telah berjalan dengan baik tapi karena jarak
yang cukup jauh yakni antara kepulauan Mursala dengan Sorkam, dan adat istiadat
Negeri menjadikan hubungan mereka terlihat kurang harmonis, namun hati mereka
berdua selalu terpaut, bak kata pepatah “ Jauh dimata, Dekat di Hati”. Hal
inilah yang menyebabkan kedua sejoli tadi kurang saling berkomunikasi, sampai
suatu ketika terjadilah petaka yang menimpa Putri Runduk dengan singgasana di
Pulau Mursala, akibat datangnya seorang Raja dari Negeri jauh yang oleh
penduduk Sibolga dipercaya sebagai Raja yang berasal dari Benua Eropa yang
bernama Raja Janggi.
Suatu
ketika di taman kerajaan di Pulau Mursala Putri Runduk terlihat melamun, hal
itu diperhatikan oleh dayangnya sikambang. Putri Runduk duduk melamun dan
termenung. “ Duhai Tuan Putri, ada apa gerangan? Mengapa wajah Tuan Putri
bermuram durja tanya dayang Sikambang. “ pandanglah dayangku, dilangit awan
hitam berarak, mentari tak menampakkan wajahnya, seakan-akan berbisik padaku
akan ada terjadi sesuatu di negeri ini” jawab Putri Runduk. Kemudian dayang
sikambang memandang kelangit dan melihat awan hitam yang mengelabuhi langit,
sebenarnya dayang sikambang juga memiliki firasat yang buruk akan tetapi
berusaha menghibur Putri Runduk dengan berkata “ Akh, jangan terlalu dirisaukan
Tuan Putri, barangkali, itu hanya firasat saja, mungkin sebentar lagi hujan
akan turun”. Putri Runduk terdiam sejenak masih dengan wajah yang tampak cemas
lalu beliau berkata “ Tidak dayangku, hatiku selalu berbisik akan ada sesuatu
yang terjadi di negeri ini”. Mendengar penjelasan putri runduk dayang sikambang
berfikir untuk menghibur Tuan Putri agar tidak terlalu cemas dengan berkata
kalau begitu bagaimana jika kami menghibur tuan Putri agar wajah tuan Putri tak
lagi bersedih”. “baiklah dayang sikambang, engkau panggillah dayang – dayang
yang lain kemari” jawab putri runduk. Dayang sikambang menghaturkan sembah
dengan berkata “baiklah tuan Putri perintah akan segera hamba laksanakan”. Kemudian
dayang sikambang berlalu dari hadapan Putri Runduk, dan tak berapa kemudian
dayang sikambang beserta dayang lain itupun sampai ke taman dan mereka
menghaturkan sembah dengan berkata “sembah kami tuan Putri, apa yang bisa kami
lakukan untuk tuan Putri”. Putri Runduk menjawab “ dayang – dayangku, pukul
gendang dengan jari ambil selendang mari menari”.
Dengan
serta merta dayang – dayang itupun menarikan tari selendang, setelah selesai
menari Putri Runduk pun bertepuk tangan sambil tersenyum menyaksikan kecantikan
dayang – dayangnya ketika menari. Tatkala pertunjukan tari usai tiba-tiba
datang seorang pengawal Putri Runduk dengan tergesa-gesa sambil menghaturkan
sembah dengan berkata “ ampun Tuan Putri disana ada sesuatu yang tampak dari
jauh”, Putri Runduk terkejut kemudian berkata “ ada apa pengawal !!!, apa yang
kau lihat disana, katakan pengawal ada apa gerangan ? sehingga engkau
tergesa-gesa”. Kemudian pengawalpun menjawab pertanyaan Tuan Putri dengan
berkata “ ampun Tuan Putri di perairan kita ada sebuah kapal berhenti dan hamba
tidak tahu, siapa, dari mana dan untuk apa mereka kemari”. Putri Runduk semakin
gusar, hatinya semakin cemas dengan serta merta beliau berkata “ baiklah
pengawal, segera engkau kesana !!! bawa pengawal lainnya dan tanyakan, siapa
mereka, dari mana, dan untuk apa mereka kemari !!!”. selanjutnya pengawal
menghaturkan sembah sembari berkata “ baiklah Tuan Putri perintah segera hamba
laksanakan”. Setelah pengawal Putri Runduk berlalu, kemudian beliau mengajak
dayang – dayangnya untuk meninggalkan taman kerajaan sembari berkata “ dayang
sikambang dan dayang-dayang yang lain, marilah kita segera masuk ke istana
firasatku berkata mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak baik”.
Dilain
tempat diatas singgasananya, sang Putri melihat kejadian itu dan menyadari
petaka akan segera datang, kemudian beliau turun dari singgasananya menemui
sang Raja seraya berkata “Duhai Tuanku yang gagah perkasa, siapakah Tuan? Dari
manakah Tuan? dan apa tujuan tuan kemari? Dan untuk apa Tuan melakukan semua
ini, sehingga Negeri ku ini beroleh petaka”.
Melihat
Putri Runduk Raja Janggi tercengang, terpana seakan-akan tak menyangka akan
bertemu dengan Putri yang cantik, kemudian Raja Janggi berkata
“ha……haha……haha…… rupanya engkaukah Putri Runduk yang terkenal itu? Sungguh
cantik rupamu, tak salah lagi banyak Raja dan Pangeran ingin merebutmu, sungguh
aku ini orang yang beruntung dapat bertemu denganmu”.
Putri
Runduk tak menghiraukan ucapan Raja Janggi seraya berkata “Maaf Tuanku katakan
saja siapa Tuan, dari mana asal Tuan dan untuk apa Tuan kemari!!!!”.
Mendengar
pertanyaan Tuan Putri Raja Janggi semakin cepat ingin memberitahukan niatnya,
kemudian dengan sombongnya Raja Janggi berkata “Aku adalah Raja Janggi dari
Negeri Eropa, datang kemari untuk mempersunting Tuan Putri”.
Mendengar
ucapan Raja Janggi Tuan Putri tertegun, beliau berfikir sejenak untuk mencari
akal guna menghindari maksud dan tujuan Raja Janggi karena Putri Runduk Tidak
bersedia menjadi permaisuri Raja Janggi seraya berkata “Baiklah Tuanku, jika
itu keinginan Tuan, aku punya satu syarat, jika syarat itu telah tuan penuhi,
aku bersedia menjadi permaisuri”.
Dengan
serta merta Raja Janggi menyambut keinginan Putri Runduk dengan berkata
“Katakan segera, apa syaratnya”. Putri Runduk mengajukan satu syarat seraya
berkata. “Tariklah Negeriku ini, sampai kedekat Sorkam, dalam waktu satu malam,
bila Tuan berhasil merapatkan Negeriku ke Sorkam, maka aku bersedia menjadi
permaisuri Tuan”.
Mendengar
syarat yang diajukan Putri Runduk, Raja Janggi menyanggupinya karena beliau
merasa yakin bisa memenuhi syarat tersebut, sambil tertawa Raja Janggi berkata
“Hahaha…….hahaha….. hahahaha….. alangkah mudah syaratmu itu Putri Runduk,
jangankan satu malam sebelum Fajar menyingsing, Negerimu ini akan rapat dengan
Sorkam”.
Putri
Runduk berkata “Baiklah Tuan laksanakanlah!!!, jika Tuan tak berhasil maka
segeralah meninggalkan Negeriku. Seraya berucap “Naik kuda pasang pelana, Tarik
kemudi ke Sibolga, jika Tuan sudah kalah, mohon tinggalkan Negeri hamba”.
Mendengar
ucapan Putri Runduk, Raja Janggi semakin ingin membuktikan ucapannya, maka
dengan sombongnya Raja Janggi berkata “Baiklah Tuan Putri yang cantik aku akan
buktikan kata-kataku”.
Setelah
itu Raja Janggi melaksanakan ucapannya, dengan menghimpun segenap tenaga dan
kekuatan yang dia miliki, Raja Janggi berusaha menarik Pulau Mursala agar
mendekati Sorkam, tak berapa lama kemudian Putri Runduk merasakan Pulau Mursala
bergetar, bergeser, seolah-olah bergerak menuju arahnya, dengan serta merta
Putri Runduk merasa takut jika Raja Janggi benar-benar sanggup memenuhi
syaratnya, diam-diam Putri Runduk masuk kedalam istananya dan berkata kepada
dayang-dayangnya “Wahai dayang-dayangku, nampaknya Raja Janggi sanggup memenuhi
syaratku, sementara aku tak suka padanya, bagaimana cara kita untuk
menghalanginya?”
Melihat
kecemasan Tuan Putri dayang-dayangpun berfikir sembari memberikan pendapat
kepada Tuan Putri seraya berkata “Ampun Tuan Putri, bagaimana jika kita tokok
lesung dengan alu, agar ayam berkokok seolah-olah hari telah pagi”.
Mendengar
nasehat dayangnya dengan serta merta Putri Runduk menyetujuinya seraya berkata
“Laksanakanlah wahai dayangku, sebagai wujud baktimu padaku”. Kemudian dayang
itupun mengambil lesung dan alu dan memukulnya berkali-kali sehingga ayam-ayam
terbangun dan berkokok dengan nyaringnya mengira hari telah pagi.
Dengan
tiba-tiba Putri Runduk mendekati Raja Janggi dan berkata “Duhai Tuan Raja
Janggi yang gagah dan perkasa, ternyata Tuan tak bisa memenuhi syaratku, karena
Negeriku ini belum rapat dengan Sorkam sedangkan hari sudah menjelang pagi”.
Mendengar
ucapan Putri Runduk, Raja Janggi tertegun dan merasa tak percaya, kemudian
beliau melakukan penyelidikan dan merasa adanya keganjilan, dengan marahnya
Raja Janggi berkata “Akh, Bagaimana mungkin hari masih gelap, menurut
perkiraanku, hari masih separuh malam”.
Putri
Runduk berusaha meyakinkan Raja Janggi seraya berkata “Mengapa Tuan tak
percaya,? Dengarkanlah suara kokok ayam yang bersahut-sahutan, pertanda pagi
akan menjelang”.
Raja
Janggi kembali tertegun dan berusaha mendengarkan suara itu dengan
sebaik-baiknya, tetapi Raja Janggi tetap saja menemui sesuatu keganjilan maka
dengan marahnya Raja Janggi berkata kepada Tuan Putri “Engkau curang Putri
Runduk!!! Hari belum pagi, tapi engkau sengaja membangunkan ayam-ayam itu, agar
berkokok seolah-olah hari sudah pagi”.
Putri
Runduk merasa terkejut dan menyadari keadaannya seraya berkata “Tuan Raja
Janggi, aku tak sudi padamu jika Tuan ingin menyuntingku taklukkanlah dulu
diriku”. Putri Runduk bersiap-siap untuk melakukan perlawanan.
Melihat
hal itu Raja Janggi semakin marah, kemudian Raja Janggi berkata “Baiklah jika
itu kemauanmu”.
Raja
Janggi menyerang Putri Runduk, maka terjadilah pertempuran yang hebat diantara
keduanya, setelah beberapa lama bertempur, Putri Runduk merasa tak mampu
mengalahkan Raja Janggi, dengan tiba-tiba Putri Runduk mengibaskan selendangnya
kearah Raja Janggi, sehingga Raja Janggi sempoyongan, dan kesempatan itu digunakan
Putri Runduk untuk melarikan diri sembari membawa semua perbekalannya yang
terdiri: Setrika, Bakul, Nasi Sebungkus, Sendok, Selendang Panjang, Talam, dan
Sebongkah Karang seraya berkata kepada dayangnya sikambang “Tinggallah engkau
dayang kambang !!! aku akan pergi jauh dan jagalah Negeriku”.
Putri
Runduk tak menghiraukan panggilan dayangnya, beliau terus berlari, dan
sementara itu Raja Janggi sadar dari sempoyongannya dan langsung melakukan
pengejaran sehingga terjadilah kejar-kejaran antara Putri Runduk dan Raja
Janggi. Lama kelamaan Putri Runduk semakin lelah dan hampir tak sanggup lagi
berlari sehingga terjatuhlah perbekalannya satu persatu ke bumi yaitu disaat
jatuh Setrikanmya menurut legenda terjadilah Pulau Tarika,
lalu jatuhlah Bakulnya maka jadilahPulau Baka, kemudian jatuh kembali Nasinya
yang sebungkus jadilah Pulau Situngkus, jatuh sendoknya jadilah Pulau
Sendok, jatuh
kembali Selendang Panjangnya maka jadilah Pulau Panjang, kemudian jatuh pula Talamnya,
jadilah PulauTalam, dan akhirnya jatuhlah sebuah
karang yang beliau bawa maka jadilah Pulau Karang.
Setelah
semua perbekalannya berjatuhan, Raja Janggi semakin dekat mengejarnya hampir
saja Putri Runduk dapat ditangkap Raja Janggi dan Putri Runduk merasa tak mampu
lagi untuk berlari dengan serta merta Putri Runduk menceburkan dirinya kedalam
laut, tempat Putri Runduk menceburkan dirinya ke Laut dikenal dengan nama Pulau
Putri, ketika Putri Runduk berlari menghindari kejaran Raja Janggi beliau
selalu di ikuti oleh seekor Burung kesayangannya, disaat Putri Runduk
menceburkan dirinya kedalam laut, burung tersebut terbang jauh seolah-olah
merasa takut dengan tindakan yang dilakukan putri runduk, burung tersebut terus
terbang diangkasa sambil berciut dengan keras dan sampai pada suatu tempat
burung tersebut berhenti dan atas kehendak Tuhan burung tersebut menjelma
menjadi sebuah Pulau yang dikenal oleh masyarakat Sibolga yaitu Pulau Ungge.
Melihat
kenyataan itu Raja Janggi terkejut, beliau berhenti dan menatap ke dalam laut
dan tanpa disangka, atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa Raja Janggi berubah
menjadi batu .
Dengan
serta merta seluruh Rakyat Negeri Sorkam melaksanakan keinginan Rajanya sebagai
tanda turut belasungkawa. Kisah Putri Runduk yang merupakan legenda Kota
Sibolga, dikenang dengan membuat nama jalan yang ada di Kota Sibolga yaitu
Jalan Putri Runduk, Jalan Janggi dan Jalan Datuk Itam yang posisinya saling
berdekatan.
Kesimpulan dan Saran
Dari
cerita legenda Putri Runduk ini dapat diambil satu kesimpulan bahwa tidak baik
bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain meskipun kita memiliki kekuatan,
selain itu cerita Putri Runduk ini mencerminkan kegigihan seorang Putri untuk
mempertahankan diri dan wilayahnya dari ancaman, juga mencerminkan kesetiaan
dalam membina hubungan, meskipun mengorbankan dirinya serta segala sesuatu yang
dilakukan dengan itikad tidak baik, akan beroleh balasan Dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Saran
saya, agar cerita ini terus berkembang, dan tak punah. Sebagaimana para leluhur
menurunkan cerita ini. Walaupun hanya mitos atau cerita rakyat, namun ini
adalah salah satu warisan budaya yang tak pernah terlupakan dan hilang. Setidaknya,
dengan adanya cerita raksyat, asal muasal maupun legenda yang ada di tempat ini
menjadi keunikkan yang bisa di gunakan untuk menjadi daya tarik para wisatawan,
baik wisatawan domestic ataupun luar negeri.
emajasampit.blogspot.com › Teori Sastra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar