Kamis, 07 Januari 2016

Tugas-3 Folklore Indonesia (Rohana Yunita H.L.S., UJP kelas A)



 Folklore Indonesia
Folklore Lisan dari Danau Terluas nan Indah Kepunyaan Batak

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas dalam rangka untuk pemenuhan nilai ujian sebelum Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah Indonesia dilakukan.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi folklore dan tentunya menambah wawasan tentang Indonesia secara lebih luas, karena tugas kali ini dikhususkan dalam bidang folklore Indonesia.  Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya buat untuk di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Dan juga pada kesempatan kali ini saya tak lupa berterima kasih kepada Bapak Drs. M. Shobirienur Rasyid selaku Dosen mata kuliah Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas ini dan beliau juga telah memberikan pengarahan dan limpahan materi mengenai Sejarah Indonesia yang maksimal sehingga tugas ini dapat terwujud sesuai rencana.
Semoga hasil yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sekali lagi saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, 04 Januari 2016



Penyusun


Pembahasan

1.1. Pengertian Folklore beserta Jenis-jenisnya
Kata folklore merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore. Berasal dari dua kata folk dan lore. Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok kelompok sosial lainnya. Ciri pengenal itu antara lain: warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, dsb. Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui salah satu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu pengingat.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.

Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
1.      Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2.      Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit 2 generasi).
3.      Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
4.      Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
5.      Folklor terdiri atas banyak versi
6.      Mengandung pesan moral
7.      Mempunyai bentuk/berpola
8.      Bersifat pralogis
9.      Lugu, polos

Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
-           Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.



-           Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.


-          Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil (artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:

(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat
Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional

Nah, pada kesempatan kali ini saya akan membahas salah satu Folklore yang ada di Indonesia, yaitu tentang asal usul terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir dari awal hingga akhir. Kenapa saya memilih 2 objek wisata danau dan pulau? Karena Danau Toba terbentuk memang bersamaan dengan Pulau Indah yang berada di tengahnya tersebut. Tidak lengkap rasanya bila saya hanya mengambil objek tentang Danau Toba saja sedangkan Pulau Samosirnya tidak. Atau saya hanya mengambil objek tentang Pulau Samosirnya saja sedangkan Danau Toba tidak. Rasanya kurang lengkap dan tidak menarik karena pulau dan danau tersebut merupakan satu kesatuan yang memang sudah dikaitkan dari awal. Baik itu asal usul secara geografis maupun asal usul menurut legenda atau cerita rakyat.
Ulasan singkat mengenai Danau Toba:



Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir, yang merupakan tanah air Rakyat Batak. Dan identik dengan jenis objek wisata alam danau.



1.2.  Asal Usul Terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir
-          Danau Toba
a.       Sejarah (dilihat dari sisi Geografis)
Diperkirakan Danau Toba terbentuk saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa jumlah total material pada letusan sekitar 2.800 km3 -sekitar 2.000 km3 dari Ignimbrit yang mengalir di atas tanah, dan sekitar 800 km3 yang jatuh sebagai abu terutama ke barat. Aliran piroklastik dari letusan menghancurkan area seluas 20.000 km2, dengan deposito abu setebal 600 m dengan kawah utama.

Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan kepunahan pada beberapa spesies makhluk hidup. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Danau Toba dengan Pulau Samosir di bagian tengahnya.

Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.

Selama tujuh tahun, para ahli dari universitas Oxford tersebut meneliti proyek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.

Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Saya disini juga akan membahas tentang kerusakan lingkungan yang terjadi di Danau Toba dan Pulau Samosir tersebut.
Keindahan alam Danau Toba dan Pulau Samosir yang terkenal seantero Indonesia bahkan luar negeri tentunya perlu dirawat dan dilestarikan. Aktivitas manusia yang melakukan pencemaran, baik melalui sampah atau polusi seperti halnya di tempat wisata lain, diakui memang sulit dihentikan terutama karena perkembangan teknologi yang  mendukung terjadinya kerusakan lingkungan dan perkembangan teknologi biasanya seringkali bertolak belakang dengan cara perawatan lingkungan.
Setiap orang harus memiliki kesadaran tinggi bahwa alam yang indah merupakan anugerah dan titipan yang harus dijaga agar tetap lestari hingga generasi anak cucu. Alam yang indah bisa hilang dan berganti dengan kerusakan jika semua pihak beramai-ramai mencemarinya. Pihak pemerintah selaku pihak yang memiliki kekuatan selayaknya juga serius dalam menyikapi kerusakan lingkungan. Diperlukan penanganan dan pencegahan yang cerdas dan berkesinambungan.
Tetapi, yang terjadi seringkali sebaliknya. Pemerintah malah mempunyai andil dalam kegiatan pengrusakan, misalnya melalui pemberian izin yang kurang bijak kepada kegiatan swasta yang dapat membahayakan lingkungan jangka panjang. Ini tentu sangat ironis. Perlu adanya pertimbangan yang lebih matang dan ilmiah, peninjauan manfaat, serta bahayanya.
Berikut kerusakan yang terjadi:
b.      Kerusakan Lingkungan
Pada bulan Mei 2012, Pemkab Samosir menerbitkan surat keputusan (SK) Bupati Samosir No. 89 tanggal 1 Mei 2012 tentang Pemberian Izin Lokasi Usaha Perkebunan Hortikultura dan Peternakan seluas 800 hektare di Hutan Tele, di Desa Partungkot Nagijang dan Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara kepada PT Gorga Duma Sari (GDS) yang dimiliki seorang anggota DPRD Kabupaten Samosir, Jonni Sitohang.
Kemudian dilanjutkan dengan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) yang diberikan oleh Kepala Dinas Provinsi Sumatera Utara melalui SK Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir Nomor 005 Tahun 2013. Ketua Pengurus Forum Peduli Samosir Nauli (Pesona), Rohani Manalu menyatakan bahwa izin yang didapatkan ini membuat PT GDS melakukan penebangan atas kayu-kayu alam di dalam hutan tanpa memiliki AMDAL. Rohani juga menyatakan bahwa akibat lain adalah terjadinya longsor dan banjir yang menimbulkan korban jiwa.

Akibat penebangan hutan Tele, lumpur hasil erosi di atas tanah bekas penebangan tersebut telah menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di sekitar Danau Toba.

Program penanaman sejuta pohon yang digerakkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun dikatakan tidak efektif karena banyak pohon yang mati karena tidak dirawat. Hal ini menyebabkan tiga aktivis lingkungan Sumatera Utara, Marandus Sirait, Hasoloan Manik (Kalpataru), dan Wilmar Eliaser Simandjorang (Satya Lencana Karya Satya, Toba Award, Wana Lestari) mengembalikan semua piagam penghargaan yang pernah diberikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kementerian Kehutanan, dan Istana Negara.

Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya telah melayangkan dua surat rekomendasi agar Bupati Samosir Mangindar Simbolon sebagai pemberi izin usaha dan penanggung jawab agar memberikan sanksi administratif berupa penutupan aktivitas usaha. Setelah surat pertama tidak digubris, Bupati Samosir menjawab surat kedua dengan menyatakan bahwa perusahaan tidak melanggar sehingga tidak layak ditutup. Karena Bupati tidak melaksanakan rekomendasi, Kementerian Lingkungan Hidup pun memberlakukan Pengambil Alihan Wewenang (Second Line Enforcement) dan menutup sementara aktivitas PT GDS. Setelah Kementerian Lingkungan Hidup turun langsung ke lokasi berdasarkan temuan bahwa keputusan tidak digubris. Lalu Pemkab menyurati PT GDS untuk menaati surat keputusan. PT GDS pun menghentikan semua kegiatan operasional dan menarik alat-alat berat di kawasan tersebut berdasarkan pengakuan Direktur GDS Jonni Sitohang.
Tentu saja tugas menjaga warisan keindahan alam Danau Toba dan Pulau Samosir bukan hanya menjadi tanggung jawab satu orang atau satu pihak tertentu saja. Ini memerlukan kerja sama semua pihak termasuk masyarakat sekitar. Meskipun melalui tindakan sederhana, tetapi nyata. Kegiatan seperti membudayakan membuang sampah pada tempatnya, memisahkan sampah organik dan anorganik, menanam pohon di sekitar tempat tinggal dan lokasi umum, bersikap bijak dalam menggunakan kendaraan pribadi merupakan cara sederhana yang akan berdampak besar pada terjaganya lingkungan.

-          Pulau Samosir
Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut menjadikan pulau ini menjadi sebuah pulau yang menarik perhatian para turis.

Tuktuk adalah pusat konsentrasi turis di Pulau Samosir. Dari Parapat, Tuktuk dapat dihubungkan dengan feri penyeberangan. Selain perhubungan air, Pulau Samosir juga dapat dicapai lewat jalan darat melalui Pangururan yang menjadi tempat di mana Pulau Samosir dan Pulau Sumatera berhubungan.

Pulau Samosir sendiri terletak dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas Kabupaten Toba-Samosir.

Di pulau ini juga terdapat dua buah danau kecil sebagai daerah wisata yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang mendapat julukan "danau di atas danau".



1.3. Cerita Rakyat Danau Toba
Menurut tradisi Rakyat Batak:






Legenda Danau Toba – Inilah sebuah kisah cerita legenda Danau Toba yang menceritakan asal usul Danau Toba dan Pulau Samosir di Sumatera Utara.

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda tani yatim piatu di bagian utara pulau Sumatera. Daerah tersebut sangatlah kering. Pemuda itu hidup dari bertani dan menangkap ikan (=dalam terminology orang Batak disebut Mandurung, yang artinya menangkap ikan dengan cara menjaring.) Hingga pada suatu hari pemuda itu pergi mandurung. Sudah setengah hari ia melakukan pekerjaan itu, namun tak satu pun ikan di dapatnya.

Maka dia pun bergegas pulang karena hari sudah mulai gelap. Namun ketika hendak pulang, ia melihat seekor ikan yang besar dan indah, dan berwarna kuning emas. Ia pun menangkap ikan itu dan dengan segera membawanya pulang. Sesampainya di rumah karena sangat lapar, maka ia hendak memasak ikan itu. Tetapi karena indahnya ikan itu, dia pun mengurungkan niatnya untuk memasak ikan itu. Ia lebih memilih untuk memeliharanya. Lalu ia menaruhnya di sebuah wadah yang besar dan memberi makanannya.

Keesokan harinya seperti biasa, ia pergi bertani ke ladangnya, dan hingga tengah hari ia pun pulang ke rumah dengan tujuan hendak makan siang. Tetapi alangkah terkejut dirinya, ketika melihat rumahnya, di dalam rumahnya, telah tersedia makanan yang sudah siap untuk dimakan. Ia menjadi terheran-heran. Ia pun menjadi teringat pada ikannya karena takut dicuri orang. Lalu dengan bergegas ia pun lari ke belakang untuk melihat ikan yang dipancingnya semalam. Ternyata ikan tersebut masih berada di tempatnya. Lama ia berpikir siapa yang melakukan semua itu, tetapi karena perutnya sudah lapar akhirnya ia pun tidak mempunyai pilihan lain dan langsung menyantap dengan lahapnya masakan tersebut.

Kejadian ini pun terus menerus berulang-ulang. Setiap kali ia pulang makan, masakan tersebut telah terhidang di rumahnya. Hingga akhirnya pemuda tersebut pun mempunyai siasat untuk mengintip siapa yang melakukan semua itu untuk dirinya. Keesokan harinya pun ia mulai menjalankan siasatnya. Seperti biasa, dia berangkat dari rumah, seakan mau pergi ke ladang. Lalu, ia tiba-tiba melompat dan mulai bersembunyi di antara pepohonan di dekat rumahnya. Lama ia menunggu, namun asap dari dapur rumahnya belum juga terlihat. Lalu ia pun berniat untuk pulang karena telah bosan dan sudah lama menunggu. Tetapi begitu ia akan keluar dari tempat persembunyiannya, ia mulai melihat asap dari dapur rumahnya. Dengan perlahan ia berjalan menuju ke belakang rumahnya untuk melihat siapa yang melakukan semua itu.

Wah! Alangkah terkejut dirinya ketika ia melihat siapa yang melakukan semua itu. Ia melihat seorang wanita yang sangat cantik dan berambut pirang. Dengan perlahan-lahan, ia memasuki rumahnya, dan langsung menangkap wanita tersebut.

Lalu ia berkata, ‘’Hai…….wanita! Siapakah engkau dan dari mana asalmu?’’

Wanita itu kaget dan langsung tertunduk diam, dan mulai meneteskan air mata. Pemuda itu cepat ke belakang untuk melihat ikannya. Dan secara kebetulan, ternyata ikannya tak lagi berada di dalam wadahnya.

Ia pun bertanya pada wanita itu, ‘’Hai wanita! Kemanakah ikan yang berada di dalam wadah ini?’’

Wanita itu pun semakin menangis tersedu-sedu. Namun pemuda tersebut terus memaksa dan akhirnya wanita itu pun berkata, ‘’Aku ini adalah ikan yang kau tangkap kemarin.’’


Pemuda itu pun terkejut bukan kepalang! Dan ia merasa bahwa ia telah menyakiti hati wanita itu…….

Setelah dipikir-pikir, tiba-tiba pemuda tersebut  berkata, ‘’Hai wanita, maukah engkau menjadi istriku….??’’

Wanita itu terkejut. Dia hanya diam dan tertunduk.

‘’Mengapakah engkau diam….!!’’, Tanya pemuda itu lagi.

Lalu wanita itu pun berkata, ‘’Aku mau menjadi istrimu, asal dengan satu syarat.’’

‘’Apakah syarat itu?’’ balas pemuda itu dengan cepat.

Wanita itu berkata, ‘’Kelak jika kita mempunyai anak dan bertumbuh, janganlah pernah engkau katakan bahwa dirinya adalah anakni dekke! (=anaknya ikan)’’.

Pemuda itu pun menyetujui persyaratan tersebut dan bersumpah tidak akan pernah mengatakannya. Lalu mereka pun menikah.

Hari berganti hari, mereka pun mempunyai anak. Pada waktu itu, anaknya berusia sekitar 6 tahunan. Anak itu sangatlah jugul (bandel) dan tak pernah mendengar jika diberi nasehat. Lalu pada suatu hari, sang ibu menyuruh anaknya untuk mengantar nasi ke ladang, tempat ayahnya bekerja. Anak itu pun pergi mengantar makanan kepada ayahnya. Namun di tengah perjalanan, anak itu merasa lapar. Ia pun membuka makanan yang dibungkus untuk ayahnya dan segera memakan makanan itu. Setelah selesai makan, kemudian ia pun membungkusnya kembali dan melanjutkan perjalanannya ke tempat sang ayah. Sesampainya di tempat sang ayah, ia memberikan bungkusan tersebut kepada sang ayah. Dengan sangat senang sang ayah menerima, sembari duduk dan segera membuka bungkusan nasi yang dititipkan istrinya. Tetapi apa yang terjadi? Alangkah terkejutnya ayahnya ketika melihat isi bungkusan tersebut. Karena hanya ada tulang ikan saja yang tersisa.

Sang ayah pun bertanya kepada anaknya, ‘’Hai anakku! Mengapa isi bungkusan ini hanya tulang ikan belaka?’’. Anaknya pun menjawab, ‘’Di perjalanan tadi perutku terasa sangat lapar, ayah. Jadi aku memakannya.’’. Sang ayah yang sudah sangat lapar karena telah bekerja dari pagi pun menjadi emosi. Tiba-tiba, dengan kuat ia menampar pipi anaknya sambil berkata, ‘’Botul maho anakni dekke!’’ (=betullah engkau anaknya ikan.)

Sang anak pun menangis dan langsung berlari pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia pun langsung mencari ibunya dan langsung menanyakan benar atau tidak perkataan ayahnya kepadanya.

‘’Mak….toho do na didokkon amangi? Botul do au anakni dekke?!’’ (Mak…..apa benar yang dikatakan ayah itu? Bahwa aku anaknya ikan?!)

Mendengar pertanyaan anaknya itu, ibunya pun sangat terkejut. Hatinya menjadi sangat sedih. Dan sambil meneteskan air mata, ia berkata di dalam hati, ‘’Suamiku telah melanggar sumpahnya! Dan sekarang, aku harus kembali ke alamku.’’

Sekonyong-konyong, langit pun mulai gelap. Tiba-tiba petir pun mulai menyambar-nyambar. Hujan badai mulai turun dengan derasnya. Sang anak dan ibu raib! Dari bekas telapak kaki mereka, muncul mata air yang mengeluarkan air yang sangat deras dan tidak berhenti. Hingga membuat daerah tersebut terbentuk menjadi sebuah danau. Danau itu diberi nama Danau Tuba, yang berarti danau tak tahu belas kasih.

Tetapi karna orang Batak susah mengatakan kata ‘’Tuba’’, maka danau tersebut terbiasa disebut dengan Danau Toba.

Nb: Menurut legenda yang hidup dalam warga setempat, sang ibu kembali berubah menjadi ikan yang sangat besar (penunggu danau), dan akan meminta tumbal setiap setahun sekali. Sampai sekarang, belum ada yang bisa mengukur kedalaman danau tersebut. Diberitakan, telah banyak turis yang mencoba menyelam ke danau, namun tak pernah kembali. Kedalaman danau yang ada di buku hanyalah perkiraan saja, bukan yang sebenarnya!

Ada yang mau coba diving untuk mengukur kedalaman Danau Toba?








 Penutup

1.1. Kesimpulan dan Saran
1.      Kawasan Danau Toba adalah kawasan wisata yang memenfaatkan keindahaan alam danaunya yang indah. Sudah seharusnya kawasan ini dijaga kelestariannya. Namun hal ini tidaklah mudah. Kurangnya kesadaran masyarakat mengakibatkan kawasan ini tercemar khususnya air danau ini. Jadi perlu disadari, bahwa bukan hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab atas masalah kerusakan lingkungan atau masalah yang terjadi di Danau Toba atau pun di tempat-tempat wisata lain. Perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat agar Danau Toba atau tempat-tempat wisata lain selalu terjaga keindahannya dan kelestariannya karena alam adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dinikmati bersama, bukan untuk dirusak dan dipakai sembarangan.
2.      Danau Toba adalah danau yang terkenal hingga ke mancanegara.
3.      Danau cantik ini menjadi ikon pulau Sumatera
4.      Pesona dan eksotisme Danau Toba mampu membius para wisatawan lokal maupun luar daerah.
5.      Banyak cerita dan legenda yang menyertai terbentuknya danau kebanggaan warga Medan tersebut. Namun para ilmuwan menyatakan danau ini terbentuk karena ledakan gunung yang dahsyat, sehingga menimbulkan cekungan, yang kemudan terisi oleh air hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar