Folklore Indonesia
Folklore
Lisan dari Danau Terluas nan Indah Kepunyaan Batak
Kata
Pengantar
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas dalam rangka untuk pemenuhan nilai ujian sebelum
Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah Indonesia dilakukan.
Saya sangat berharap tugas
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
materi folklore dan tentunya menambah wawasan tentang Indonesia secara lebih
luas, karena tugas kali ini dikhususkan dalam bidang folklore Indonesia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang
telah saya buat untuk di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Dan juga pada
kesempatan kali ini saya tak lupa berterima kasih kepada Bapak Drs. M.
Shobirienur Rasyid selaku Dosen mata kuliah Sejarah Indonesia yang telah
memberikan tugas ini dan beliau juga telah memberikan pengarahan dan limpahan
materi mengenai Sejarah Indonesia yang maksimal sehingga tugas ini dapat
terwujud sesuai rencana.
Semoga hasil yang
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas
yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sekali lagi saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Jakarta, 04
Januari 2016
Penyusun
Pembahasan
1.1.
Pengertian Folklore beserta Jenis-jenisnya
Kata
folklore merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore. Berasal dari
dua kata folk dan lore. Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri
pengenal fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok
kelompok sosial lainnya. Ciri pengenal itu antara lain: warna kulit, bentuk
rambut, mata pencaharian, dsb. Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu
sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui salah satu contoh
yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore
adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara
tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau
alat bantu pengingat.
Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional
dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Adapun
ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
1. Folkor
diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Folklor
bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk
relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup
lama (paling sedikit 2 generasi).
3. Folklor
menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah
tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa
memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
4. Folklor
mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik,
pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
5. Folklor
terdiri atas banyak versi
6. Mengandung
pesan moral
7. Mempunyai
bentuk/berpola
8. Bersifat
pralogis
9. Lugu,
polos
Menurut
Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
-
Folklor Lisan
Merupakan
folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan
diwariskan secara lisan.
Folkor
jenis ini terlihat pada:
(a)
Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara
rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana
pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya,
julukan.
(b)
Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang
panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti,
peribahasa, pepatah.
(c)
Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut
Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu
atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d)
Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu.
Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu
permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e)
Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun
temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda,
dongeng.
(f)
Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang
diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi
rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari
dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti:
lagu-lagu dari berbagai daerah.
-
Folklor Sebagian Lisan
Merupakan
folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor
ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian
lisan, adalah:
(a)
Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan
logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut
kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b)
Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa
bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c)
Teater rakyat
(d)
Tari Rakyat
(e)
Pesta Rakyat
(f)
Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan
agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan
sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap
memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
-
Folklor Bukan Lisan
Merupakan
folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara
lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil (artefak). Yang termasuk dalam
folklor bukan lisan:
(a)
Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur
merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b)
Kerajinan tangan rakyat
Awalnya
dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah
tangga.
(c)
Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d)
Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e)
Masakan dan minuman tradisional
Nah, pada kesempatan kali
ini saya akan membahas salah satu Folklore yang ada di Indonesia, yaitu tentang
asal usul terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir dari awal hingga akhir.
Kenapa saya memilih 2 objek wisata danau dan pulau? Karena Danau Toba terbentuk
memang bersamaan dengan Pulau Indah yang berada di tengahnya tersebut. Tidak
lengkap rasanya bila saya hanya mengambil objek tentang Danau Toba saja
sedangkan Pulau Samosirnya tidak. Atau saya hanya mengambil objek tentang Pulau
Samosirnya saja sedangkan Danau Toba tidak. Rasanya kurang lengkap dan tidak
menarik karena pulau dan danau tersebut merupakan satu kesatuan yang memang
sudah dikaitkan dari awal. Baik itu asal usul secara geografis maupun asal usul
menurut legenda atau cerita rakyat.
Ulasan singkat mengenai
Danau Toba:
Danau Toba adalah
sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30
kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini
merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini
terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir, yang merupakan tanah air
Rakyat Batak. Dan identik dengan jenis objek wisata alam danau.
1.2. Asal Usul Terbentuknya Danau Toba dan Pulau
Samosir
-
Danau
Toba
a.
Sejarah (dilihat dari sisi Geografis)
Diperkirakan
Danau Toba terbentuk saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan
merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill
Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan
bahwa jumlah total material pada letusan sekitar 2.800 km3 -sekitar 2.000 km3
dari Ignimbrit yang mengalir di atas tanah, dan sekitar 800 km3 yang jatuh
sebagai abu terutama ke barat. Aliran piroklastik dari letusan menghancurkan
area seluas 20.000 km2, dengan deposito abu setebal 600 m dengan kawah utama.
Kejadian
ini menyebabkan kematian massal dan kepunahan pada beberapa spesies makhluk
hidup. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia
sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60
juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun
para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera
yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau
Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau
Samosir.
Danau
Toba dengan Pulau Samosir di bagian tengahnya.
Tim
peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia,
mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa
telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli
geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang
bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba
pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah
timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari
sebaran abunya.
Selama
tujuh tahun, para ahli dari universitas Oxford tersebut meneliti proyek ekosistem
di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka
tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini
ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan
berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu
dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran
debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal
dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung
Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100
titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000
mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran
debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli,
betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Saya disini juga akan
membahas tentang kerusakan lingkungan yang terjadi di Danau Toba dan Pulau
Samosir tersebut.
Keindahan alam Danau Toba
dan Pulau Samosir yang terkenal seantero Indonesia bahkan luar negeri tentunya
perlu dirawat dan dilestarikan. Aktivitas manusia yang melakukan pencemaran,
baik melalui sampah atau polusi seperti halnya di tempat wisata lain, diakui
memang sulit dihentikan terutama karena perkembangan teknologi yang mendukung terjadinya kerusakan lingkungan dan
perkembangan teknologi biasanya seringkali bertolak belakang dengan cara
perawatan lingkungan.
Setiap orang harus
memiliki kesadaran tinggi bahwa alam yang indah merupakan anugerah dan titipan
yang harus dijaga agar tetap lestari hingga generasi anak cucu. Alam yang indah
bisa hilang dan berganti dengan kerusakan jika semua pihak beramai-ramai
mencemarinya. Pihak pemerintah selaku pihak yang memiliki kekuatan selayaknya
juga serius dalam menyikapi kerusakan lingkungan. Diperlukan penanganan dan
pencegahan yang cerdas dan berkesinambungan.
Tetapi, yang terjadi
seringkali sebaliknya. Pemerintah malah mempunyai andil dalam kegiatan
pengrusakan, misalnya melalui pemberian izin yang kurang bijak kepada kegiatan
swasta yang dapat membahayakan lingkungan jangka panjang. Ini tentu sangat
ironis. Perlu adanya pertimbangan yang lebih matang dan ilmiah, peninjauan
manfaat, serta bahayanya.
Berikut kerusakan yang
terjadi:
b.
Kerusakan Lingkungan
Pada
bulan Mei 2012, Pemkab Samosir menerbitkan surat keputusan (SK) Bupati Samosir
No. 89 tanggal 1 Mei 2012 tentang Pemberian Izin Lokasi Usaha Perkebunan
Hortikultura dan Peternakan seluas 800 hektare di Hutan Tele, di Desa Partungkot
Nagijang dan Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara
kepada PT Gorga Duma Sari (GDS) yang dimiliki seorang anggota DPRD Kabupaten
Samosir, Jonni Sitohang.
Kemudian
dilanjutkan dengan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) yang diberikan oleh Kepala Dinas
Provinsi Sumatera Utara melalui SK Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Samosir Nomor 005 Tahun 2013. Ketua Pengurus Forum Peduli Samosir
Nauli (Pesona), Rohani Manalu menyatakan bahwa izin yang didapatkan ini membuat
PT GDS melakukan penebangan atas kayu-kayu alam di dalam hutan tanpa memiliki
AMDAL. Rohani juga menyatakan bahwa akibat lain adalah terjadinya longsor dan
banjir yang menimbulkan korban jiwa.
Akibat
penebangan hutan Tele, lumpur hasil erosi di atas tanah bekas penebangan
tersebut telah menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di sekitar Danau Toba.
Program
penanaman sejuta pohon yang digerakkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun
dikatakan tidak efektif karena banyak pohon yang mati karena tidak dirawat. Hal
ini menyebabkan tiga aktivis lingkungan Sumatera Utara, Marandus Sirait,
Hasoloan Manik (Kalpataru), dan Wilmar Eliaser Simandjorang (Satya Lencana
Karya Satya, Toba Award, Wana Lestari) mengembalikan semua piagam penghargaan
yang pernah diberikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kementerian Kehutanan,
dan Istana Negara.
Menteri
Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya telah melayangkan dua surat rekomendasi
agar Bupati Samosir Mangindar Simbolon sebagai pemberi izin usaha dan
penanggung jawab agar memberikan sanksi administratif berupa penutupan
aktivitas usaha. Setelah surat pertama tidak digubris, Bupati Samosir menjawab
surat kedua dengan menyatakan bahwa perusahaan tidak melanggar sehingga tidak
layak ditutup. Karena Bupati tidak melaksanakan rekomendasi, Kementerian
Lingkungan Hidup pun memberlakukan Pengambil Alihan Wewenang (Second Line
Enforcement) dan menutup sementara aktivitas PT GDS. Setelah Kementerian
Lingkungan Hidup turun langsung ke lokasi berdasarkan temuan bahwa keputusan
tidak digubris. Lalu Pemkab menyurati PT GDS untuk menaati surat keputusan. PT
GDS pun menghentikan semua kegiatan operasional dan menarik alat-alat berat di
kawasan tersebut berdasarkan pengakuan Direktur GDS Jonni Sitohang.
Tentu
saja tugas menjaga warisan keindahan alam Danau Toba dan Pulau Samosir bukan
hanya menjadi tanggung jawab satu orang atau satu pihak tertentu saja. Ini
memerlukan kerja sama semua pihak termasuk masyarakat sekitar. Meskipun melalui
tindakan sederhana, tetapi nyata. Kegiatan seperti membudayakan membuang sampah
pada tempatnya, memisahkan sampah organik dan anorganik, menanam pohon di
sekitar tempat tinggal dan lokasi umum, bersikap bijak dalam menggunakan
kendaraan pribadi merupakan cara sederhana yang akan berdampak besar pada
terjaganya lingkungan.
-
Pulau
Samosir
Pulau Samosir adalah sebuah pulau
vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Sebuah pulau dalam
pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut menjadikan pulau ini
menjadi sebuah pulau yang menarik perhatian para turis.
Tuktuk adalah pusat konsentrasi turis di
Pulau Samosir. Dari Parapat, Tuktuk dapat dihubungkan dengan feri
penyeberangan. Selain perhubungan air, Pulau Samosir juga dapat dicapai lewat
jalan darat melalui Pangururan yang menjadi tempat di mana Pulau Samosir dan
Pulau Sumatera berhubungan.
Pulau Samosir sendiri terletak dalam
wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas
Kabupaten Toba-Samosir.
Di pulau ini juga terdapat dua buah
danau kecil sebagai daerah wisata yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang
yang mendapat julukan "danau di atas danau".
1.3. Cerita Rakyat Danau Toba
Menurut tradisi Rakyat Batak:
Legenda
Danau Toba – Inilah sebuah kisah cerita legenda Danau Toba yang menceritakan
asal usul Danau Toba dan Pulau Samosir di Sumatera Utara.
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang
pemuda tani yatim piatu di bagian utara pulau Sumatera. Daerah tersebut
sangatlah kering. Pemuda itu hidup dari bertani dan menangkap ikan (=dalam
terminology orang Batak disebut Mandurung, yang artinya menangkap ikan dengan
cara menjaring.) Hingga pada suatu hari pemuda itu pergi mandurung. Sudah
setengah hari ia melakukan pekerjaan itu, namun tak satu pun ikan di dapatnya.
Maka dia pun bergegas pulang karena hari
sudah mulai gelap. Namun ketika hendak pulang, ia melihat seekor ikan yang
besar dan indah, dan berwarna kuning emas. Ia pun menangkap ikan itu dan dengan
segera membawanya pulang. Sesampainya di rumah karena sangat lapar, maka ia hendak
memasak ikan itu. Tetapi karena indahnya ikan itu, dia pun mengurungkan niatnya
untuk memasak ikan itu. Ia lebih memilih untuk memeliharanya. Lalu ia
menaruhnya di sebuah wadah yang besar dan memberi makanannya.
Keesokan harinya seperti biasa, ia pergi
bertani ke ladangnya, dan hingga tengah hari ia pun pulang ke rumah dengan
tujuan hendak makan siang. Tetapi alangkah terkejut dirinya, ketika melihat
rumahnya, di dalam rumahnya, telah tersedia makanan yang sudah siap untuk
dimakan. Ia menjadi terheran-heran. Ia pun menjadi teringat pada ikannya karena
takut dicuri orang. Lalu dengan bergegas ia pun lari ke belakang untuk melihat
ikan yang dipancingnya semalam. Ternyata ikan tersebut masih berada di
tempatnya. Lama ia berpikir siapa yang melakukan semua itu, tetapi karena
perutnya sudah lapar akhirnya ia pun tidak mempunyai pilihan lain dan langsung
menyantap dengan lahapnya masakan tersebut.
Kejadian ini pun terus menerus
berulang-ulang. Setiap kali ia pulang makan, masakan tersebut telah terhidang
di rumahnya. Hingga akhirnya pemuda tersebut pun mempunyai siasat untuk
mengintip siapa yang melakukan semua itu untuk dirinya. Keesokan harinya pun ia
mulai menjalankan siasatnya. Seperti biasa, dia berangkat dari rumah, seakan
mau pergi ke ladang. Lalu, ia tiba-tiba melompat dan mulai bersembunyi di
antara pepohonan di dekat rumahnya. Lama ia menunggu, namun asap dari dapur
rumahnya belum juga terlihat. Lalu ia pun berniat untuk pulang karena telah
bosan dan sudah lama menunggu. Tetapi begitu ia akan keluar dari tempat
persembunyiannya, ia mulai melihat asap dari dapur rumahnya. Dengan perlahan ia
berjalan menuju ke belakang rumahnya untuk melihat siapa yang melakukan semua
itu.
Wah! Alangkah terkejut dirinya ketika ia
melihat siapa yang melakukan semua itu. Ia melihat seorang wanita yang sangat
cantik dan berambut pirang. Dengan perlahan-lahan, ia memasuki rumahnya, dan
langsung menangkap wanita tersebut.
Lalu ia berkata, ‘’Hai…….wanita!
Siapakah engkau dan dari mana asalmu?’’
Wanita itu kaget dan langsung tertunduk
diam, dan mulai meneteskan air mata. Pemuda itu cepat ke belakang untuk melihat
ikannya. Dan secara kebetulan, ternyata ikannya tak lagi berada di dalam
wadahnya.
Ia pun bertanya pada wanita itu, ‘’Hai
wanita! Kemanakah ikan yang berada di dalam wadah ini?’’
Wanita
itu pun semakin menangis tersedu-sedu. Namun pemuda tersebut terus memaksa dan
akhirnya wanita itu pun berkata, ‘’Aku ini adalah ikan yang kau tangkap
kemarin.’’
Pemuda
itu pun terkejut bukan kepalang! Dan ia merasa bahwa ia telah menyakiti hati
wanita itu…….
Setelah
dipikir-pikir, tiba-tiba pemuda tersebut
berkata, ‘’Hai wanita, maukah engkau menjadi istriku….??’’
Wanita
itu terkejut. Dia hanya diam dan tertunduk.
‘’Mengapakah
engkau diam….!!’’, Tanya pemuda itu lagi.
Lalu
wanita itu pun berkata, ‘’Aku mau menjadi istrimu, asal dengan satu syarat.’’
‘’Apakah
syarat itu?’’ balas pemuda itu dengan cepat.
Wanita
itu berkata, ‘’Kelak jika kita mempunyai anak dan bertumbuh, janganlah pernah
engkau katakan bahwa dirinya adalah anakni dekke! (=anaknya ikan)’’.
Pemuda
itu pun menyetujui persyaratan tersebut dan bersumpah tidak akan pernah
mengatakannya. Lalu mereka pun menikah.
Hari
berganti hari, mereka pun mempunyai anak. Pada waktu itu, anaknya berusia sekitar
6 tahunan. Anak itu sangatlah jugul (bandel) dan tak pernah mendengar jika
diberi nasehat. Lalu pada suatu hari, sang ibu menyuruh anaknya untuk mengantar
nasi ke ladang, tempat ayahnya bekerja. Anak itu pun pergi mengantar makanan
kepada ayahnya. Namun di tengah perjalanan, anak itu merasa lapar. Ia pun
membuka makanan yang dibungkus untuk ayahnya dan segera memakan makanan itu.
Setelah selesai makan, kemudian ia pun membungkusnya kembali dan melanjutkan
perjalanannya ke tempat sang ayah. Sesampainya di tempat sang ayah, ia
memberikan bungkusan tersebut kepada sang ayah. Dengan sangat senang sang ayah
menerima, sembari duduk dan segera membuka bungkusan nasi yang dititipkan
istrinya. Tetapi apa yang terjadi? Alangkah terkejutnya ayahnya ketika melihat
isi bungkusan tersebut. Karena hanya ada tulang ikan saja yang tersisa.
Sang
ayah pun bertanya kepada anaknya, ‘’Hai anakku! Mengapa isi bungkusan ini hanya
tulang ikan belaka?’’. Anaknya pun menjawab, ‘’Di perjalanan tadi perutku
terasa sangat lapar, ayah. Jadi aku memakannya.’’. Sang ayah yang sudah sangat
lapar karena telah bekerja dari pagi pun menjadi emosi. Tiba-tiba, dengan kuat
ia menampar pipi anaknya sambil berkata, ‘’Botul maho anakni dekke!’’
(=betullah engkau anaknya ikan.)
Sang
anak pun menangis dan langsung berlari pulang ke rumah. Sesampainya di rumah,
ia pun langsung mencari ibunya dan langsung menanyakan benar atau tidak
perkataan ayahnya kepadanya.
‘’Mak….toho
do na didokkon amangi? Botul do au anakni dekke?!’’ (Mak…..apa benar yang dikatakan
ayah itu? Bahwa aku anaknya ikan?!)
Mendengar
pertanyaan anaknya itu, ibunya pun sangat terkejut. Hatinya menjadi sangat
sedih. Dan sambil meneteskan air mata, ia berkata di dalam hati, ‘’Suamiku
telah melanggar sumpahnya! Dan sekarang, aku harus kembali ke alamku.’’
Sekonyong-konyong,
langit pun mulai gelap. Tiba-tiba petir pun mulai menyambar-nyambar. Hujan
badai mulai turun dengan derasnya. Sang anak dan ibu raib! Dari bekas telapak
kaki mereka, muncul mata air yang mengeluarkan air yang sangat deras dan tidak
berhenti. Hingga membuat daerah tersebut terbentuk menjadi sebuah danau. Danau
itu diberi nama Danau Tuba, yang berarti danau tak tahu belas kasih.
Tetapi
karna orang Batak susah mengatakan kata ‘’Tuba’’, maka danau tersebut terbiasa
disebut dengan Danau Toba.
Nb:
Menurut legenda yang hidup dalam warga setempat, sang ibu kembali berubah
menjadi ikan yang sangat besar (penunggu danau), dan akan meminta tumbal setiap
setahun sekali. Sampai sekarang, belum ada yang bisa mengukur kedalaman danau
tersebut. Diberitakan, telah banyak turis yang mencoba menyelam ke danau, namun
tak pernah kembali. Kedalaman danau yang ada di buku hanyalah perkiraan saja,
bukan yang sebenarnya!
Ada
yang mau coba diving untuk mengukur kedalaman Danau Toba?
Penutup
1.1.
Kesimpulan dan Saran
1. Kawasan
Danau Toba adalah kawasan wisata yang memenfaatkan keindahaan alam danaunya
yang indah. Sudah seharusnya kawasan ini dijaga kelestariannya. Namun hal ini
tidaklah mudah. Kurangnya kesadaran masyarakat mengakibatkan kawasan ini
tercemar khususnya air danau ini. Jadi perlu disadari, bahwa bukan hanya
pemerintah saja yang bertanggung jawab atas masalah kerusakan lingkungan atau
masalah yang terjadi di Danau Toba atau pun di tempat-tempat wisata lain. Perlu
adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat agar Danau Toba atau
tempat-tempat wisata lain selalu terjaga keindahannya dan kelestariannya karena
alam adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dinikmati
bersama, bukan untuk dirusak dan dipakai sembarangan.
2. Danau
Toba adalah danau yang terkenal hingga ke mancanegara.
3. Danau
cantik ini menjadi ikon pulau Sumatera
4. Pesona
dan eksotisme Danau Toba mampu membius para wisatawan lokal maupun luar daerah.
5. Banyak
cerita dan legenda yang menyertai terbentuknya danau kebanggaan warga Medan
tersebut. Namun para ilmuwan menyatakan danau ini terbentuk karena ledakan
gunung yang dahsyat, sehingga menimbulkan cekungan, yang kemudan terisi oleh
air hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar