Kamis, 07 Januari 2016

Tugas 3 - Folklore Indonesia

LEGENDA BAWANG MERAH BAWANG PUTIH


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

    Artikel  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai informasi dari  internet sehingga dapat memperlancar pembuatan artikel ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan artikel ini.
   
    Terlepas dari semua itu, sayaa menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah artikel ini.
   
    Akhir kata sayaa berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk teman-teman ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
   

Jakarta, Januari 2016

PENDAHULUAN

Kata folklore merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore, berasal dari dua kata folk dan lore. Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki cirri pengenal fisik, social dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok kelompok social lainnya. Ciri pengenal itu antara lain: warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, dsb. Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui salah satu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Pengertian, Ciri-ciri dan Fungsi Folklor-Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana peradaban masyarakat  indonesia sebelum mengenal tulisan (praaksara) dapat diketahui pada masa kini. Folklor adalah salah satu cara untuk melacak jejak sejarah pada masa praaksara. pada bahasan kali ini kita akan mengerti apa itu folklor (pengertian folklor), bagaimana ciri-ciri folklor dan apa jenis-jenis folklor serta fungsi folklor itu sendiri.
bab ini berhubungan juga dengan dengan bab tradisi masyarakat praaksara

FOLKLOR

A. Pengertian Folklor

Folklor sering diidentikkan dengan tradisi dan kesenian yang berkembang pada zaman sejarah dan telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia, setiap daerah, kelompok, etnis, suku, bangsa, golongan agama masing-masing telah mengembangkan folklornya sendiri-sendiri sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam folklore. Folklor ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat.Dapat juga diartikan Folklor adalah adat-istiadat tradisonal dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, dan tidak dibukukan merupakan kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan turun menurun.

Kata folklor merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris. Kata tersebut merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, bahasa, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun, yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang telah mereka akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang paling penting adalah bahwa mereka memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore merupakan tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.

B. Ciri-ciri folklore

 Agar dapat membedakan antara folklor dengan kebudayaan lainnya, harus diketahui ciri-ciri utama folklor. Folklor memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(a) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
(b) Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
(c) Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.
(d) Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.
(e) Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).
(f) Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
(g) Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
(h) Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.
(i) Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.

C. Jenis-jenis Folklor

Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor Amerika Serikat, membagi folklor ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.
a. Folklor Lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
(1) bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;
(2) ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;
(3) pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;
(4) sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;
(5) cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali;
(6) nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.

b. Folklor sebagian Lisan

Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
(1) kepercayaan dan takhayul;
(2) permainan dan hiburan rakyat setempat;
(3) teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;
(4) tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;
(5) adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;
(6) upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten;
(7) pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat.

c. Folklor Bukan Lisan

Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:

(1) arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;
(2) seni kerajinan tangan tradisional,
(3) pakaian tradisional;
(4) obat-obatan rakyat;
(5) alat-alat musik tradisional;
(6) peralatan dan senjata yang khas tradisional;
(7) makanan dan minuman khas daerah.
D. Fungsi Folklor
Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.
b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
c. Sebagai alat pendidik anak.
d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

-          Definisi / Pengertian cerita rakyat (Kisah Rakyat / Legenda )
-           
-          Kisah Rakyat / Legenda / Cerita rakyat adalah cerita atau kisah yang asal muasalnya bersumber dari masyarakat serta tumbuh berkembang dalam masyarakat di masa yang lampau. Cerita ini menjadi ciri khas (tradisi/budaya) pada bangsa (kota/tempat) tersebut, yang mempunyai kultur budaya dengan keaneka ragaman termasuk didalamnya khasanah kekayaan budaya serta sejarah pada setiap bangsa (kota/tempat) yang diceritakan. Biasanya, cerita rakyat bercerita mengenai suatu peristiwa pada suatu tempat sehingga menjadi legenda asal muasal tempat tersebut. Tokoh yang berperan pada cerita rakyat biasa berwujud manusia, binatang, maupun para dewa.
-           
-          Ciri-ciri Cerita rakyat (Unsur-Unsur Cerita Rakyat)
-           
-          Untuk lebih memahami mengenai apa yang dimaksud dengan cerita rakyat, dibawah ini kami tampilkan karakteristik cerita rakyat :
-           
-          Dikisahkan atau diceritakan secara turun-temurun.
-          Tidak jelas siapa pengarangnya oleh karenanya sifatnya anonim (tanpa pengarang)
-          Tinggi dengan pesan moral
-          Memiliki nilai budaya / tradisi
-          Mempunyai banyak versi yang berbeda
-          Memiliki banyak hal-hal yang tidak bisa diterima dengan logika
-          Tersebar turun temurun dari mulut ke mulut.
-          Pada awalnya dokumentasi sangat kurang pada umumnya dikisahkan secara lisan.
-          Sering mirp dengan cerita rakyat dari daerah lain.
Sebagaimana telah dikemukakan, manusia praaksara telah memiliki kesadaran sejarah. Salah satu cara kita untuk melacak bagaimana kesadaran sejarah yang mereka miliki ialah dengan melihat bentuk folklor. Bentuk
folklor yang berkaitan dengan kesadaran sejarah adalah cerita prosa rakyat. Termasuk prosa rakyat antara lain mite atau mitologi dan legenda.
Tahun 80-90an merupakan tahun emas bagi dunia perdongengan Indonesia., penggiat dongeng muda dari Pati, Jawa Tengah. Mereka yang lahir tahun 80-90an, pada umumnya tidak asing dengan cerita-cerita rakyat seperti Si Kancil, Malin Kundang, Bawang Merah dan Bawang Putih, dan lain sebagainya.

Tetapi kini ketika kita dewasa, seringnya kita menyadari bahwa ternyata adegan-adegan dramatis dalam dongeng-dongeng tersebut memiliki keganjilan-keganjilan. Kita ambil contoh, salah satu adegan dalam kisah si kancil ternyata menggambarkan peristiwa ketika si Kancil berbohong terhadap tokoh-tokoh di dalam cerita itu, atau ketika si kancil secara licik mengelabuhi lawan-lawannya, dan semacamnya. Lantas kita sadari bahwa adegan itu tidak baik jika kemudian dicerna oleh anak-anak apalagi ditirunya.

kenyataan seperti itu memang ada dalam beberapa cerita rakyat yang lain, namun bukan itu yang ingin ditekankan dalam cerita tersebut. "Nah, sebenarnya dalam dunia perdongengan peran dari pendongeng sangat penting dalam menekankan nilai moral yang baik dari cerita, serta menguatkan kesimpulannya,

"Sisi negatif dari drama cerita rakyat itu merupakan kesempatan untuk menekankan sisi positif secara lebih kuat." Artinya, semua dongeng bertujuan mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada pendengarnya. Nah, berikut brilio.net sajikan beberapa cerita rakyat yang memiliki pesan moral sangat kuat sehingga terus diingat dan melegenda.
Berikut ini adalah beberapa Fungsi/Manfaat/Kebaikan dari ceritarakyat bagi Anak-Anak :

1. Mengajarkan Nilai Moral Yang Baik

Dengan memilih dongeng yang isi ceritanya bagus, maka akan tertanam nilai-nilai moral yang baik. Setelah mendongeng sebaiknya pendongeng menjelaskan mana yang baik yang patut ditiru dan mana-mana saja yang buruk dan tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai tindak kenakalan dapat dikurangi dari menanamkan perilaku dan sifat yang baik dari mencontoh karakter ataupun sifat-sifat perilaku di dalam cerita dongeng. Mendongeng mungkin memiliki efek yang lebih baik daripada mengatur anak dengan cara kekerasan (memukul, mencubit, menjewer, membentak, dan lain-lain)

2. Mengembangkan Daya Imajinasi Anak

Sayang sekali saat ini jarang sekali kaset tape atau cd audio dongeng maupun cerita suara yang dijual di toko kaset dan cd. Atau mungkin sudah tidak ada sama sekali. Padahal cerita-cerita dalam bentuk suara dapat membuat anak berimajinasi membayangkan bagaimana jalan cerita dan karakternya. Anak-anak akan terbiasa berimajinasi untuk memvisualkan sesuatu di dalam pikiran untuk menjabarkan atau menyelesaikan suatu permasalahan.

3. Menambah Wawasan Anak-Anak

Anak-anak yang terbiasa mendengar dongeng dari pendongengnya biasanya akan bertambah perbendaharaan kata, ungkapan, watak orang, sejarah, sifat baik, sifat buruk, teknik bercerita, dan lain sebagainya. Berbagai materi pelajaran sekolah pun bisa kita masukkan pelan-pelan di dalam cerita dongeng untuk membantu buah hati kita memahami pelajaran yang diberikan di sekolah.

4. Meningkatkan Kreativitas Anak

Kreatifitas anak bisa berkembang dalam berbagai bidang jika dongeng yang disampaikan dibuat sedemikian rupa menjadi berbobot. Kita pun sah-sah saja apabila ingin menambahkan isi cerita selama tidak merusak jalan cerita sehingga menjadi aneh tidak menarik lagi.

5. Mendekatkan Anak-Anak Dengan Orangtuanya

Terjadinya interaksi tanya jawab antara anak-anak dengan orangtua secara tidak langsung akan mempererat tali kasih sayang. Selain itu tertawa bersama-sama juga dapat mendekatkan hubungan emosional antar anggota keluarga. Apabila sering dilakukan maka bisa menghilangkan hubungan yang kaku antara anak dengan orangtua yang mendongengkan.

6. Menghilangkan Ketegangan / Stress

Jika anak sudah hobi mendengarkan cerita dongeng, maka anak-anak akan merasa senang dan bahagia jika mendengar dongeng. Dengan perasaan senang dan mungkin diiringin dengan canda tawa, maka berbagai rasa tegang, mud yang buruk dan rasa-rasa negatif lain bisa menghilang dengan sendirinya.

Dari begitu banyak manfaat dongeng, tidak ada salahnya bila kita sisihkan sedikit waktu kita sebagai orangtua untuk memberikan dongeng yang mendidik kepada anak-anak kita. Mendongeng bisa dilakukan oleh salah satu maupun dua atau lebih orangtua (dengan suami, istri, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, dsb dari si kecil) serta dapat diberikan kepada satu, dua atau bahkan banyak anak sekaligus. Pendongengan tidak harus diberikan pada malam hari, namun juga pada waktu-waktu lain.

Bawang Merah Bawang Putih adalah dongeng populer Melayu Indonesia yang berasal dari Riau. Kisah ini bercerita mengenai dua orang gadis cantik kakak beradik yang memiliki sifat dan perangai sangat berbeda lagi bertolak belakang, serta mengenai seorang ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih. Dongeng ini memiliki tema dan pesan moral yang hampir sama dengan dongeng Cinderella dari Eropa.

Bagaimana seorang bawang putih dapat bertahan menjalani hidupnya dengan penuh penderitaan. Karena ulah ibu dan si bawang merah yang senantiasa memerbudak si bawang putih.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik dongeng  Bawang Merah dan Bawang Putih?
2. Apakah dongeng tersebut mengandung nilai-nilai moral?
3. Nilai-nilai moral yang bagaimana yang terdapat dalam novel tersebut?

PEMBAHASAN

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.

Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawannya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!!!!!!!!!!!!!!!!!!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.

“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…..........................nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.

“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannnya, tapi kau harus mnenemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama anku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir senjenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya ankan menemani nenek selama senminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

Amanat Cerita Dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih:

Kebaikan dan keburukan tidak dapat ditempatkan berdampingan, karena Allah SWT menciptakan manusia untuk memilih salah satu di antara kedua nya.

Sifat angkuh dan iri hati akan membawa ke pada kehancuran, seperti yang dialami Bawang merah dan Ibunya, yang iri melihat nasib baik yang di dapat Bawang Putih karena mendapatkan labu yang berisi emas yang berharga.

Jangan mudah berkeluh kesah, karena sesungguhnya setiap musibah yang terjadi, kesulitan yang kita rasakan, penderitaan yang kita alami, adalah sebagai ujian agar kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yakinlah bahwa Allah SWT tidak akan memberikan ujian yang terlalu berat, hingga kita tidak bisa melaluinya.

Kesabaran dan keikhlasan akan mendapatkan balasan yang setimpal yang tidak di sangka-sangka dari mana asalnya, seprti nasib Bawang Putih yang mendapatkan labu emas karena keikhlasannya, dan terbebas dari penderitaan karena kesabarannya.



Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Bawang Merah Bawang Putih itu sebagai berikut:

a)      Tema
Kebaikan dan kesabaran seseorang
b)      Penokohan
Bawang Putih   : gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati
Bawang Merah : seorang gadis yang malas, sombong, suka bermewah-mewah, tamak dan pendengki
Ibu Tiri            : malas, kejam, tamak
Nenek Tua       : baik
c)      Amanat
Janganlah tamak dan sombong kepada saudara sendiri
d)     Latar
Sungai, rumah, dan gua
e)      Alur (plot)
Alur maju
f)       Gaya bahasa
-
g)      Sudut Pandang/ point of view
Orang ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a)      Norma-norma
Norma sosial:  Hendaknya saling menyayangi sesama saudara.



KESIMPULAN

Setiap kebaikan pasti akan berbuah manis dan begitu juga sebaliknya, kejahatan akan dibalas dengan hal yang setimpal dengan perbuatannya. Sebagian dari dongeng yang banyak kita lihat maupun dengar adalah kisah nyata dari beberapa negara. Dongeng yang masih ada saat ini adalah turun temurun yang di salurkan melalui lisan maupun  tulisan oleh nenek moyang kita.

Setiap dongeng dari berbagai negara di atas mempunyai cara tersendiri untuk menceritakan dongengnya masing-masing. Biasanya latar yang dipakai pada dongeng-dongeng itu adalah istana, baik itu latar utama maupun sampingan. Dan bercerita tentang penderitaan anak tiri yang kemudian mendapatkan kebahagiaan pada akhir cerita.



Daftar Pustaka



Anggilytha Kumala Putrie
Usaha Jasa Pariwisata 2015
4423154923

Tidak ada komentar:

Posting Komentar