Pariwisata
Pendorong Kondisi Ekonomi Indonesia
Tidak
dapat dipungkiri bahwa sektor pariwisata termasuk salah satu dari sasaran
program pembangunan Indonesia. Peluang pariwisata dalam mendukung pendapatan
Negara sangat besar. Namun sayang, hingga saat ini realisasi di lapangan masih
belum maksimal. Padahal, kalau kita telaah, satu-satunya sektor pembangunan
berbasis muatan lokal hanya ada di bidang pariwisata. Melalui pariwisata,
kearifan lokal, sejarah, seni dan budaya, sumber daya alam dan potensi ekonomi
kreatif dapat dikembangkan secara menyeluruh sehingga mendukung dalam menambah
nilai pendapatan negara.
Pada
saat ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk berwisata akan
terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di dunia yang
semakin membutuhkan refressing akibat
dari semakin tingginya kesibukan kerja.
Situasi
dan kondisi ekonomi di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Semakin
berkurangnya lapangan pekerjaan serta semakin rusaknya lingkungan akibat
kegiatan manufaktur dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. Saat ini pariwisata
sangat perlu dikembangkan sebagai salah satu sumber produksi andalan. Sektor
pariwisata selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga tidak merusak
lingkungan bahkan sebaliknya dapat merangsang pelestarian lingkungan hidup.
Pengembangan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup sebagai
salah satu sasaran atau obyek wisata.
Menurut artikel yang saya baca melalui internet. Dari
laporan dan analisis World Tourism
Organization (WTO) diperoleh bahwa sumbangan pariwisata amat berarti bagi
penciptaan lapangan kerja. Pariwisata dapat membuka pasar baru bagi produksi
pertanian dan hasil kerajinan rumah tangga yang masih tradisional maupun
usaha-usaha jasa seperti tukang pijit, penginapan, rumah makan, transportasi
dan guide yang dengan sendirinya
membuka peluang kerja baru bagi para pencari kerja yang terus meningkat setiap
tahun, serta meningkatkan output negara.
Sehubung perekonomian negara, sektor pariwisata terbukti
telah memberikan kontribusi yang cukup pada perolehan devisa. Hal ini dapat
dilihat dari perolehan devisa negara pada tahun 1995,pariwisata menempati
urutan ketiga setelah migas dan tekstil, dengan devisa sebesar 5.228,4 juta
dollar AS. Sebelumnya tahun 1994 berada pada posisi keempat setelah migas,
tekstil dan kayu olahan, dengan devisa sebesar 4.785,1 juta dollar AS
(Kedaulatan Rakyat, 21 Agustus 1998). Ditambahkan pula bahwa terhadap GDP
Indonesia,sektor pariwisata juga memainkan peranan yang penting. Hasil studi
World Travel and Tourism Council (WTTC) menyimpulkan bahwa pertumbuhan
kontribusi pariwisata terhadap GDP rata-rata sebesar 8% danm erupakan yang
tercepat di dunia.
Potensi pengembangan pariwisata sangat terkaitdengan
lingkungan hidup dan sumberdaya. Menurut Fandeli (1995:48-49), sumberdaya
pariwisata adalah unsur fisik lingkungan yang statik seperti: hutan, airr,
lahan, margasatwa, tempat-tempat untuk
bermainan, berenang dan lain-lain. Karena itu pariwisata sangat terkait dengan
keadaan lingkungan dan sumberdaya.
Dengan
adanya program studi pariwisata di berbagai Universitas negeri ataupun swasta, Negara
Indonesia dapat mengembangkan kondisi ekonomi yang sudah tak terkendali ini. Seperti
contohnya UNJ dapat menyalurkan lulusan-lulusan yang siap terjun lapangan untuk
menjadi seorang tour guide
profesional yang akan meningkatkan ekonomi indonesia, mengapa demikian? Karena
dengan adanya tour guide para turis
asing dapat mengetahui keindahan indonesia dan dapat menjual destinasi wisata.
Para
lulusan mahasiswa UNJ jurusan Usaha Jasa Pariwisata dapat mengembangkan daerah-daerah
yang belum dijadikan Daerah Tujuan Wisata (DTW). Dari berbagai sumber informasi
yang saya baca melalui jejaring internet, diberitakan bahwa Indonesia memiliki
banyak potensi di daerah-daerah yang belum dikembangkan atau dijadikan daerah
tujuan wisata (DTW). Sekitar 212 obyek wisata, berupa peninggalan bersejarah,
gunung, air terjun, danau, hutan, dan lain-lain yang ada di Sumatera Selatan
yang belum dikelola (Suara Pembaruan, 11-12-1999:12). Daerah Lampung yang kaya
dengan peninggalan-peninggalan bersejarah, gunung-gunung, pantai-pantai, dan
berbagai keindahan alam dijadikan yang terukir pada beberapa lokasi, belum
dijadikan obyek wisata secara optimal (Suara Pembaruan, 22-12-1999:10). NTT
yang kaya akan obyek wisata laut juga belum dikembangkan (Suara Pembaruan, 27
Juli 1999:10), dan masih banyak obyek wisata lainnya yang belum dimanfaatkan
sebagai DTW untuk mendatangkan keuntungan secara sosial ekonomi. Selain itu,
Indonesia dengan kergaman suku, agama dan ras (SARA) yang memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda, berupa teri-tarian dan upacara-upacara adat juga merupakan
hal yang sangat potensial bagi pengembangan pariwisata.
Mahasiswa
di Universitas Negeri Jakarta harus diperkenalkan keindahan Indonesia,
Indonesia itu indah justru lebih indah dari Luar Negeri. Indonesia memiliki
keunikan tersendiri. Dengan status kita sebagai mahasiswa UNJ kita dapat
melakukan sosialisasi kepada masyarakat, kita dapat memberikan rekomendasi
tempat wisata yang sangat indah kepada mereka. Mereka tak perlu menikmatinya ke
Luar Negeri, Indonesia tak kalah indahnya dengan negeri Sakura dan sebagainya.
Coba bayangkan, bila kita berwisata keluar Negeri akan membutuhkan biaya yang
sangat besar alangkah baiknya kita berwisata di dalam negeri saja ya tepatnya
di Indonesia. Jika kita pergi ke Luar Negeri itu hanya memperkaya negeri orang
sedangkan negeri kita sendiri kondisi ekonominya masih sangat memprihatinkan.
Seharusnya kita mengajak orang asing untuk berwisata ke Indonesia agar dapat
membantu orang-orang untuk mencari lapangan pekerjaan. Kan jika dunia
Pariwisata kita meningkat itu sangat membantu kondisi ekonomi di Indonesia. Nih
saya akan menjelaskan secara rinci. Misalnya ada turis asing berwisata ke
Indonesia, pasti turis tersebut akan membutuhkan seorang tour guide untuk memandu perjalanan wisata mereka nah turis
tersebut akan menghubungi travel agent
untuk mencarikan tour guide untuk
memandu rombongan mereka, lalu travel
agent itu akan mempersiapkan seorang tour
guide serta transportasi dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan turis
tersebut. Selama wisata tersebut berlangsung pasti seorang turis membutuhkan
makan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Nah disisi lain jika seorang turis
melakukan wisata ke Indonesia itu sangat berkaitan dengan pihak-pihak lainnya.
Selama perjalanan wisata itu sangat menguntungkan bagi seorang tour guide, pemilik travel, pemilik
transportasi, driver, serta pihak
lainnya. Apalagi bila mereka melakukan wisatanya selama beberapa hari ya pasti
mereka sangat membutuhkan tempat penginapan untuk mereka beristirahat, nah
bertambah lagi keuntungan bagi pihak lain. Ga kebayang kan jika banyak orang
yang berwisata ke Indonesia. Semakin maraknya turis datang ke Indoensia untuk
berwisata semakin ningkatnya juga devisa negara. Keduaya saling berkaitan.
Kita
sebagai warga Negara Indonesia harus melakukan perubahan untuk perkembangan
pariwisata Indonesia. Dengan upaya-upaya yang dilakukan dengan tujuan
memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu obyek dan
daya tarik wisata sehingga mampu menjadi mapan dan ramai untuk dikunjungi oleh
wisatawan serta mampu memberikan suatu manfaat baik bagi masyarakat di sekitar
onyek dan daya tarik dan lebih lanjut akan menjadi pemasukan bagi suatu
pemerintah. Ada lima pendekatan dalam pengembangan, diantara lima pendekatan
tersebut, yang dapat menitikberatkan dalam penulisan ini adalah (The Community Approach) empat
diantaranya didefinisikan oleh Getz (1987), dan satu tambahan oleh page (1995).
Empat kelompok pendekatan yang di
idenfikasikan Getz (1997) adalah:
a. Boosterm:
adalah suatu pendekatan sederhana yang melihat pariwisata sebagai suatu atridut
positif untuk suatu tempat dan penghuninya masyarakat setempat tidak dilibatkan
dalam proses perencanaan daya dukung wilayah tidak cukup diperimbangkan.
b. The Economic-Industry Approach:
adalah pendekatan pengembangan yang tujuan-tujuan ekonomi lebih didahulukan
dari tujuan-tujuan sosial dan lingkungan, yaitu dengan menjadikan
pengalaman-pengalaman pengunjung dan tingkat kepuasan sebagai sasaran-sasaran
utama.
c. The Physical-Spatial Approach:
pendekatan ini didasarkan pada tradisi “penggunaan lahan” geografi.
Strategi-strategi pengembangan berdasarkan perencanaan yang berbeda-beda
melalui prinsip-prinsip keruangan digunakan di sini, misalnya pengelompokkan
pengunjung di satu kawasan, dan pemecahan-pemecahan untuk menghindari
kemungkinan terjadi konflik. Hanya satu kritikan bagi pendekatan ini adalah
masih kurang mempertimbangkan dampak sosial dan kultural dari pengembangan
wisata.
d. The Community Approach:
pendekatan ini lebih menekankan pada pentingnya keterlibatan maksimal dari
masyarakat setempat di dalam proses pengembangan. Pendekatan ini menganggap
penting suatu pedoman pengembangan yang dapat diterima secara sosial (socially acceptable).
Oleh kerena itu pendekatan
yang dilakukan adalah menekankan kepentingan pada manfaat-manfaat sosial yang
cultural bagi masyarakat lokal bersama-sama termasuk di dalam pertimbangan
ekonomi dan lingkungan.
Page (1995) menambahkan
lagi satu pendekatan dalam pembangunan ini, yaitu:
a.
Sustainable
Approach: pendekatan yang berkelanjutan berkepentingan atas
masa depan yang panjang atas sumber daya dan efek-efek pengembangan ekonomi
pada lingkungan yang mungkin juga menyababkan gangguan kultural dan sosial yang
memantapkan pola-pola kehidupan dan kaya hidup individual.
Menurut Hall (1991)
pengembangan yang berkelanjutan berhubungan dengan “equity, the needs of economically marginal population, and the idea of
techmological and social limitations on the ability of environment to meet present
and future needs”.
Berdasarkan potensi dan
peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Kita harus
mengembangkan paket-pakeet wisata seperti agrowisata atau ekowisata karena jeniss
wisata semacam ini tidakmembutuhkan modal yang besar tidak seperti paket wisata
lainnya. Selain tidak membutuhkan modal yang besar paket wisata ini sangat
berpengaruh bagi masyarakat sekitar. Masyarakat dapat diikutsertakan dan
keuntungan yang diperolehpun dapat dirasakan oleh masyarkat sekitar.
Pengembangan pariwisata yang menunjang pertumbuhan
ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Pertama, perlu ditetapkan sebagai peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak pada kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu perlu diambil tindakan yang tegas bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan.
2. Kedua, pengelolaan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat.
3. Ketiga, kegiatan promosi yang dilakukan harus beragam.
4. Keempat, perlu menentukan DTW-DTW utama yang memiliki keunikan dibanding dengan DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami. Kebetulan saat ini pbyek wisata yang alami dan tradisional menjadi sasaran utama para wisatawan asing.
5. Kelima, pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan pemerintah daerah setempat dengan sistem yang jujur, tebuka dan adil. Kerjasama ini penting untuk kelancaran pengelolaan secara profesional dengan mutu pelayanan yang memadai.
6. Keenam, perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua DTW yang ada di seluruh Indonesia. Dalam hal ini pemerintah juga harus memberikan perhatian yang sama kepada semua DTW.
7. Ketujuh, menggugah masyarkat sekitar DTW agar menyadari peran, fungsi dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara ekonomi.
8. Kedelapan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk menunjang kelancaran pariwisata.
Sedangkan menurut
Spillane (1994) yang saya baca melalui jejaring internet, untuk mengembangkan
suatu kawasan enjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada lima
unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini:
a. Attractions
Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.
b. Facilities
Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.
c. Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber lisrik dan energi, sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan raya dan sistem keamanan.
d. Transportation
Transportasi umum, Bis-Terminal, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/obyek wisata.
e. Hospitality
Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik.
Segala hal dan keadaan yang nyata,yang dapat di raba maupun tidak, di garap, di atur, dan di sediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat. Di manfaatkan atau di wujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang di perlukan atau menentukan bagi usaha dalam pengembangan pariwisata baik itu berupa suasana, keadaan, benda maupun jasa disebut sebagai potensi wisata (tour pontency) (Darmadjati 1995). Potensi wisata adalah suatu aset yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya. Berikut dua bentuk potensi wisata, yaitu:
a. Site Atraction yaitu suatu tempat yang dijadikan obyek wisata seperti tempat-tempat tertentu yang menarik.
b. Event Atraction yaitu suatu kejadian yang menarik untuk dijadikan momen kepariwisataan seperti pameran, pesta kesenian, upacara keagamaan, konferensi dan lain-lain.
Dalam dunia pariwisata, segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi atau yang biasa disebut obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik, peninggalan purba kala, museum budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama, adat-istiadat, upacara pekan raya, peringatan perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah (pendit,2002:20).
Tiap mata rantai pengembangan produk pariwisata dapat merupakan produk tersendiri dan terkait dengan bidang-bidang lain yang sling mempengaruhi. Akomodasi dapat dijadikan salah satu mata rantai dan produk pariwisata, tetapi hotel dapat juga merupakan produk tersendiri apabila akomodasi dijual sebagai bagian dari satu paket wisata, maka akomodasi tersebut menjadi salah satu mata rantai produk pariwisata. Akan tetapi mandiri tidak sebagai komponen wisata, maka akomodasi termasuk menjadi produk tersendiri. Akomodasi juga saling terkait dan saling mempengaruhi bidang-bidang lain akomodasi tidak dapat beroperasi tanpa bidang-bidang lain. Sebaliknya dengan beroperasinya sarana akomodasi, maka produk-produk energi, air bersih, baha-bahan minuman dan makanan dapat terjual, dibeli oleh sarana akomodasi. Seperti dibawah ini:
a. Atraksi Wisata (Tourist Attraction)
Masyarakat wisatawan berkunjung ke suatu tempat, daerah atau Negara disebabkan oleh daya tarik yang memikatnya. Sesuatu yang menarik dan mengakibatkan wisatawan berkunjung ke suatu tempat, daerah, negara itu yang disebut daya tarik atau atraksi wisata. Berbagai negara yang menjadi daerah tujuan wisata itupun dilatarbelakangi oleh berbagai daya tarik yang cukup memikat sehingga calon wisatawan memutuskan untuk dapat berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.
b. Kemudahan (Facilitation)
Salah satu hal yang terpenting untuk pengembangan pariwisata adalah kemudahan (facilitation). Tidak jarang wisatawan berkunjung ke suatu tempat, daerah atau Negara karena tertarik oleh kemudahan-kemudahan yang dapat diperoleh. Demikian pula sebaliknya tidak kurang wisatawan batal berkunjung ke suatu tempat, daerah atau negara karena merasa tidak memperoleh kemudahan. Kemudahan yang dimaksud antara lain dalam hal memperoleh informasi, mengurus dokumen perjalanan, membawa barang, uang dan lain-lain.
c. Aksesbilitas (Acsesbility)
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pariwisata adalah aksesbilitas atau kelancaran masyarakat perpindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya bisa dalam jarak dekat, menengah ataupun jauh. Untuk melakukan perpindahan itu tentu saja diperlukan alat transportasi untuk memudahkan perjalanan wiatawan.
d. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi merupakan istilah yang menerangkan semua jenis sarana yang menyediakan tempat penginapan bagi masyarakat yang sedang dalam perjalanan. Dalam kata atau istilah akomodasi tercakup hotel, motel, wisma, pondok wisata, villa, apartemen dan sebagainya.
e. Jasa Boga (Food and Beverages)
Makan dan minum juga merupakan hal yang amat penting. Bagi setiap manusia dan khususnya wisatawan. Tidak jarang wisatawan melakukan perjalanan wisata mengunjungi suatu tempat didorong oleh alasan makanan atau minum. Oleh sebab itu, wisatawan biasanya menaruh harapan untuk mendapatkan makanan atau minuman yang enak.
f. Perusahaan Perjalanan (Tour Operation)
Dalam suatu aktifitas perjalanan yang menempuh jarah jauh tentunya membutuhkan jasa perantara guna memfasilitasi dari daerah asal wisatawan ke daerah tujuan wisata hingga pulang. Para wisatawan tentunya akan diperhadapkan dengan tiga pilihan transportasi darat, laut, ataupun udara. Jika sudah ditentukan maka para wisatawan harus membeli tiket keberangkatan.
Cintailah
Indonesia, Indonesia itu Indah!!!
Daftar Pustaka:
http://analisispengembanganpariwisata.blogspot.co.id/2011/11/analisis-pengembangan-pariwisata-serta.html
Rhea Sari Puspita
UJP A - 2015
4423154735
Good job nih
BalasHapus