Kamis, 07 Januari 2016

Tugas-3 Folklore Indonesia

Tugas- 3 Folklore Indonesia
FOLKLORE dari FLORES TIMUR
Kisah Air Bama
Pengantar
                Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena saya telah menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.Dan juga  saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Shobirien selaku dosen Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan tentang Folklore yang terdapat di Flores Timur.
Saya menyadari bahwa didalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya buat ini sehingga kesalahan yang ada tidak terjadi di tugas selanjutnya. Saya memohon maaf apabila terdapat kesalahn kata-kata yang kurang berkenan.
Semoga tugas ini bisa dipahami oleh siapapun yang membacanya.

                                                                                                                                                Jakarta,     Januari 2015

                                                                                                                                                                Penulis

Pembahasan
Larantuka merupakan ibu kota dari Kabupaten Flores Timur. Secara fisik, kota ini “mau tidak mau” dibangun memanjang dari barat ke timur, karena di sisi selatan dan utara diapit oleh laut dan gunung. Di sepanjang jalan utama, terdapat beberapa kantor pemerintah, pertokoan (istilah disana untuk sebuah area dimana sejumlah toko berdiri berderet disana), pasar, hotel dan sejumlah rumah penduduk. Meski demikian, rumah penduduk biasanya mengambil lokasi di gang-gang (atau penduduk biasa menyebutnya: lorong) yang terhubung dari jalan utama.
Iklimnya secara umum dapat dibilang panas, sangat panas malah. Meski demikian, sekitar bulan Juni-Juli, kadang sampai Agustus, cuaca cukup sejuk. Kata orang-orang sih, itu pengaruh angin dari Australia. Benar atau tidak, entahlah :) Kondisi cuaca agak mengerikan terjadi sekitar bulan Desember-Januari. Angin kencang disertai hujan deras melingkupi kota. Pada waktu-waktu tersebut, paling susah mendapatkan makanan segar seperti ikan dan sayur, karena nelayan jarang ada yang berani melaut. Oleh karenanya, kalau Anda kebetulan harus berkunjung ke Larantuka pada bulan Desember – Januari, siapkan juga stok makanan yang tahan lama.
Wisatawan, baik lokal maupun mancanegara umumnya ramai datang pada sekitar hari raya keagamaan Jumat Agung dan Paskah. Sejak lama, terdapat sejumlah tradisi kegiatan dalam memperingati hari raya keagamaan umat Katolik dan Kristen tersebut. Mulai dari pagi biasanya terdapat prosesi arak-arakan kapal menelusuri selat di pinggir kota. Biasanya kegiatan ini diikuti puluhan kapal yang dipenuhi ratusan bahkan ribuan pengunjung. Prosesi lalu berlanjut pada malam hari, dimana para peziarah mengikuti kegiatan jalan salib mengelilingi sebagian wilayah kota Larantuka sambil berdoa, bernyanyi dan melakukan refleksi pribadi. Bagi mereka yang sungguh-sungguh mengikuti aktivitas ini tentu dapat merasakan pengalaman spiritual yang mendalam.
Namun, selain daya tarik acara keagamaan seperti yang baru saja saya gambarkan, Larantuka dan Flores Timur pada umumnya, menawarkan daya tarik wisata lainnya, yaitu pemandangan yang indah. Sangat indah. Sejumlah pantai yang cantik tersaji di tanah Flores Timur. Terdapat beberapa spot pantai yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan. Dan jika Anda yang senang melakukan eksplorasi ke wilayah pedesaan, Anda akan temui sejumlah pantai lainnya yang tak kalah cantiknya. Di beberapa spot, Anda juga bisa menyaksikan lumba-lumba berenang. Selain pantai, di Flores Timur, Anda bisa juga menikmati sejumlah keindahan alam lainnya seperti gunung dan danau. Di luar keindahan alam, masyarakat asli Flores Timur juga memiliki sejumlah aktivitas budaya yang menarik untuk dikunjungi dan dilihat.
Infrastruktur akomodasi semacam hotel untuk wisatawan tersedia cukup banyak di kota Larantuka. Bahkan dari informasi terbaru yang saya dapatkan, kualitas hotel-hotel baru yang muncul di Larantuka semakin baik. Untuk oleh-oleh, Anda bisa punya beberapa pilihan seperti kain tenun dan sejumlah produk alam seperti kacang mente, alpukat, kopi, mangga dsb. Sejumlah produk alam yang saya sebutkan tadi, berdasarkan penilaian pribadi, memiliki kualitas yang mantap, baik dari sisi ukuran maupun rasa! Tak percaya? Coba sendiri! :D
Di luar masa-masa ramai kunjungan wisatawan pada hari raya Paskah, kehidupan masyarakat di Larantuka berjalan dengan tenang. Di pagi hari, mereka beraktivitas dengan pekerjaan masing-masing, mulai dari pegawai pemerintah, berdagang, dan sebagainya. Siang hari, toko-toko di Larantuka tutup dan baru buka lagi pada sore hingga malam hari. Keramaian di malam hari biasanya terdapat di wilayah pertokoan. Transportasi utama yang digunakan masyarakat adalah motor dan untuk kendaraan umum, selain ojek, juga terdapat angkot yang biasanya selesai beroperasi pada jam 20.00 WITA. Sebagaimana angkot di wilayah NTT pada umumnya, jangan kaget kalau sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi musik (biasanya house music) dengan volume (sangat) besar yang keluar dari speaker besar yang ada di dalam angkot.
Sekilas tetang Flores Timur, sekarang saya akan bercerita tentang salah satu cerita rakyat Flores Timur yaitu Kisah Air Bama.
Sumber Air Bama terletak 23 Km, arah barat Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur, yang memberi kehidupan bagi para penduduk Kota Larantuka dan daerah sekitarnya, mempunyai cerita yang sangat unit dan menarik. Air Bama Merupakan sumber mata air utama untuk Kota larantuka.
Pada zaman dahulu kala di Desa Onge kampung lama dari Desa Lewokluo ( sekarang ), tinggallah dua bersaudara. Yang pria bernama Bolok Jawa dan wanita bernama Sabu Peni.mereka berasal dari marga Leyn. Orang tua mereka sudah meninggal di kala keduanya telah berajak remaja. Keduanya hidup rukun dan damai. Bolok Jawa berladang dan menyadap lontar sedangkan Sabu Peni menenun dan mengurus rumah tangga selayaknya semua wanita di kala itu.
Air minum merupakan masalah utama bagi Desa Onge maupun desa desa di sekitarnya. Hal ini sangat dirasakan apabila musim kemarau tiba. Penduduk mengeluh kekurangan air. Tidak jarang penduduk meninggal akibat kehausan.
Apabila musim kemarau tiba kaum wanita beramai ramai memasuki hutan untuk menyadap embun pagi yang tergenang di dedaunan. Pekerjaan yang sangat berat dan membosankan selama enam bulan lamanya. Menjelang pagi buta mereka memasuki hutan membawa perlengkapan menyadap embun untuk memasak makan dan untuk minum selama sehari.Sabu Peni mengerjakan pekerja ini dengan tabah namum dalam hati kecilnya menyimpan harapan besar untuk dapat menemukan sebuah sumber air bagi desanya dan kaum keluarganya.

Pada suatu pagi yang cerah, Sabu Peni memesuki hutan untuk menyadap embun seekor anjing piaraan Bolok Jawa mengikutinya. Sabu Peni sibuk mengerjakan pekerjaannya dan sang anjing pun menghilang. Namum di kala dia hendak kembali sang anjing muncul dan menemaninya ke rumah. Sabu Peni terkejut melihat mulut anjing berlumpur, Sabu Peni mendekatinya dan mengamati secara baik, dan setelah di amati secara saksama diketahuinya ada lumpur yang melekat di jemari sang anjing. Hatinya sangat lega. Sabu Peni bergegas kembali ke rumah. Malam harinya ia membuat rencana untuk membawa sang anjing keesokan harinya.
Pagi hari ke dua, Sabu Peni bergegas bangun. Di panggilnya anjing itu ke duanya memasuki hutan. Sang anjing menghilang lagi dan takala hendak kembali, sang anjing datang. Kali ini lumpur semakin banyak melekat di tubuh sang anjing, maka Sabu Peni yakin bahwa sang anjing telah menemukan sebuah sumber air. Pada malam harinya Sabu Peni menggayam sebuah bakul kecil, diisinya abu dapur sampai penuh, pada bagian bawahnya di beri lubang tempat abu dapur tercecer. Malam harinya Sabu Peni tidak bisa tidur dia membayangkan betapa bahagianya warga desa seandainya rencana itu berhasil, terlebih kaum wanita dapat mengakhiri pekerjaan rutin dan berat itu.
Pada hari ke tiga, Sabu Peni bangun sebagaimana biasanya. Dia memanggil anjing, dibawanya perlengkapannya serta bakul yang berisi abu dapur. Setibanya di tempat dia menyadap embun,dia memanggil anjing, di ikatnya bakul kecil di leher anjing dan ia pun berkerja sebagaimana biasanya. sang anjing menghilang dan takalan ia hendak kembali, sang anjing datang. Segera ia memaggil anjing itu dan memeriksanya. Ternyata bakul itu telah kosong. Sabu Peni bergegas berjalan menyelusuri ceceran abu dapur itu dan di temani anjing piarannya. Perjalanan amat jauh dan melelahkan, melewati hutan lebat, mendaki gunung, menuruni lembah ia tak memikirkan bahaya yang akan menimpahnya. Dia terus berjalan dan tak kenal lelah. Dan tak kala menjelang tengah hari, tibalah Sabu Peni di Air Bama, sekarang bernama Leto Behe. Anjing berlari dan berhenti pada dedaunan kering, seakan memberi petunjuk kepada Sabu Peni untuk datang ketempat itu. Didapatnya lumpur basah lalu ia membersihkannya, tempat disekitarnya dengan tangannya. Dikoreknya lumpur basah itu air semakin jerni memenuhi lubang kecil Hatinya sangat girang. Sabu Peni menggali lubang itu semakin besar,air segera memenuhi lubang itu,lalu ia menimba dan meneguknya sampai puas dan mengisi tempatnya sampai penuh. Ia pun mandi sepuas-puasnya. Pakaiannya basah kuyup. Dicucinya rambut yang panjang terurai itu. Kemudian ia memjujung tempayangnya dan kembali kekampung di temani sang ajing. Bolok Jawa yang bingung dan cemas menunggu kedatang Sabu Peni. Ia sangat senang menyambut kedatangan adiknya. Berita itupun tersebar . Bolok Jawa mengumpulkan beberapa kawan prianya dan pergi menuju Leto Behe. Peduduk Desa Onge bergembira sejak saat itu. Sabu Peni disanjung-sanjung dan disayangi segenap warga desa.
Setelah sebulan lamanya, pada suatu malam Sabu Peni bermimpi. Dalam mimpinya ia bertemu dengan seorang pria tampan dan gagah, sang pemuda itu menceritakan padanya bahwa dialah pemilik sumber air itu. Sang pemuda telah jatuh cinta pada sejak pertemuan pertamanya di Leto Behe. Sang Dewa Air [Nitung = Lamaholot] itulah yang memberi air itu, karena cintanya kepada gadis Sabu Peni, dan ia berjanji apabila Sabu Peni menerima cintanya, maka ia akan menjadikan sumber air itu menjadi besar dan deras, alirannya sampai kelaut dan tidak akan berkurang sepanjang masa.

Pagi harinya Sabu Peni menceritakan minpinya kepada Bolok Jawa, namun anehnya Bolok Jawa pun berminpi yang sama dengan Sabu Peni. Sabu Peni ditanyai kesediaannya. Dan ternyata Sabu Peni sangat senang hatinya. Sabu Peni mengiahkannya. Bolok Jawa pun merelakannya, karena mereka yakin bahwa seorang anak manusia akan meninggalkan dunia fana ini apabila Dewa/Nitung telah jatuh cinta kepadanya.
Malam hari tiba, mimpi pun selalu datang. Sabu Peni selalu bertemu dengan Dewa Air. Dia menunjukan kehidpannya dikemudian hari setelah menikah dengannya. Kemewahan hidup sang Dewa Air mendorong Sabu Peni untuk mengorbankan dirinya untuk segera menemui kehidupan yang baru.
Bolok Jawa merasa sangat tersiksa mengenang hari-hari kehidupannya dimasa depan tampa keponakannya yang lahir dari seorang ibu . Namun Sabu Peni menghiburnya dengan berkata bahwa Bolok Jawa akan dikurniakan panjang umur dan bahagia di hari tuanya bersama istrinya. Sabu Peni memilih calon tunangan kakaknya, seorang gadis yang rajin, anak saudara paman laki laki bunda mereka yang tercinta. Akhirnya Bolok Jawa pasrah.
Sabu Peni menyuruh Bolok Jawa mendirikan baleh baleh di sumber air Leto Behe dan mengundang seluruh warga desa dan kaum keluarganya. Sabu Peni mengenakan pakaian pengantin sebagaimana biasanya, dia di antarkan ke sumber air itu didudukinya di baleh baleh yang didirikan oleh Bolok Jawa.
Pada hari yang telah ditetapkan, tiba semua keluarga berkumpul pada malam hari di adakan pesta yang sangat meriah. Keesokan harinya Sabu Peni berdandan dan semua warga desa bergerak dari Desa Onge menujuh ke Leto Behe. Setibanya mereka di situ satu persatu mereka memeluk dan mencium Sabu Peni untuk terakhir kalinya. Para wanita menangis meratapinya, namum Sabu Peni tetap tegar dan tidak meneteskan air mata. Yang terakhir saudara satu satu yang selama hidup menjaga dan merawatnya, sang kakak Bolok Jawa menciumnya keduanya berpelukan cukup lama, semua yang ada di situ turut menangis melihat perpisahan kedua anak yatim piatu yang mengharuhkan. Perpisahan yang tidak bisa di ukiri oleh akal manusia, namum kenyataan dan kepercayaan yang membuat keduanya saling merelakan, sehingga sang kakak yang terlihat tegar pun tak bisa menahan deraian air mata. Sementara itu Sabu Peni berbisik di telinga Bolok Jawa, apabila air telah naik menutupi wajah ku, sanggulku akan terlepas, rambut ku akan bertebaran di permukaan air, maka akan terdengar letusan yang amat dahsyat dan kalian semua akan berlari meninggalkan tempat ini, tetapi engkau janganlah takut,berdiri ditepi kali ini dan apa saja yang hanyut bawah air ke arah mu, pungutlah dan di bawa ke rumah mu. Kedua nya berhenti menangis, hari telah siang Sabu Peni meluruskan kakinya ke selatan dan tenang menantikan saat saat terakhir hidupnya.
Air mulai naik sampai akhirnya menutupi wajahnya. Sanggulnya pun terlepas dan rambutnya terurai bertebaran di atas permukaan air, maka terjadilah letusan yang sangat dahsyat, semua orang pengiring berlari berhamburan namum Bolok Jawa masih tetap berdiri sendiri sambil menantikan apa yang di pesankan adiknya. Tak lama kemudian air menghayutkan sebatang kayu kering, seutas tali hutang dan beberapa daun kering kearahnya. Bolok Jawa memunggutnya dan membawa pulang ke rumah sembil menangis. Setibanya di rumah, diletaknya di pondok tampat ia menyadap lontar. Namum keesokan harinya benda tak berharga itu berubah wujud menjadi sebatang gading besar dan panjang, seutas rantai emas dan kepingang uang perak, dan Bolok Jawa mengambil benda itu dan menyimpannya di rumahnya. Segenap warga kampng datang melihat benda benda berharga yang merupakan belis Sabu Peni yang diberikan oleh suaminya Sabu Peni Dewa Air Leto Behe.
Takala pembukaan area ladang tahun itu Bolok Jawa memilih dekat lokasi sumber air Leto Behe, hujan tahun itu sangat banyak hasil padi dan jagung bakal melimpah, di kala musim jagung muda tiba babi ladang masuk ke ladangnya dan memakan jagungnya, hatinya sangat sedihm, Bolok Jawa memutuskan memasang jerat ladak. Keesokkan paginya seekor ladak jantan berhasil di tangkapnya, hatinya sangat lega dan puas,dipangan daging ladak itu dan di santapnya sampai puas.
Dua hari kemudian menjelang sore terdengar suara sang bayi menangis. Sang bayi terus saja menangis, keteika itu terdengar suara ia mengatakan Wahai saudarku Bolok Jawa, begitu tega engkau menangkap bintang peliharaan kami tanpa seizinan kami, suara itu sungguh sungguh suara Sabu Peni, Bolok Jawa berlari menujuh sumber air. Suaranya kedengar jelas datangnya dari arah batu besar dekat sumber air itu, sejenak Bolok Jawa memanggil katanya Sabu saudaraku, aku sudah di sini bagaimana aku dapat bertemu kali ? Sabu Peni menjawab , bersabarlah sebentar, suami ku sedang bersiap pergi memancing di laut. Kemudian terdengar suara Sabu Peni mengatakan pejamkan matamu Bolok Jawa pun menurutinya. takala membuka matanya ternyata ia sudah berada di sebuah rumah yang mewah. Bolok Jawa di persilahkan masuk, keduanya mencerita kehidupan masing masing. Sabu Peni mencertiakan kehidupan manusia dengan roh halus seperti dirinya, Sabu Peni mengatakan bahwa ladak yang di tangkap itu adalah ayam piaraannya. Kesempatan baik itu digunakan Sabu Peni untuk menunjukan harta suaminya, ternyata suaminya adalah seorang pemimpin di desanya semua warga sangat segan dan patuh kepadanya. Kemudian Sabu Peni berkata, jikalau suami ku pulang pasti dia sangat gebira dan akan menyedikan makan bagimu. Tapi, janganlah engkau makan sebelum cincin di jari manis di tangan kanannya di serahkan kepada mu. Semua harta itu tidak akan kekal tapi cincin itu akan kamu miliki secara turun temurun, simpanlah bersama gading, rantai emas dan uang perak sebagai kenangan kita berdua.
Hari sudah siang, suaminya kembali, segera Sabu Peni menyampaikan berita kunjungan kakaknya. Dewa Air sangat senang, di undangnya semua warga desanya. Malam harinya di adakan pesta, namum dikala santap bersama tiba, Dewa Air mempersilakan iparnya makan. Bolok Jawa menolaknya sampai beberapa kali, akhirnya Dewa Air memohon agar Bolok Jawa meminta apa saja yang ingin di perolehnya. Bolok Jawa meminta cincin permata di jari manis Dewa Air. Ia membukanya lalu mengenakan di jari manis Bolok Jawa, kemudian mereka bersantap bersama. Menjelang pagi Sabu Peni dan suaminya mengantarkan Bolok Jawa di depan pintu masuk perkarangan rumah. Setelah berpamitan mereka berpisah untuk selama lamanya. Dewa Air menyuruh Bolok Jawa memejamkan matanya, setalh di buka ternyata dirinya berada di tepi sumber air Leto Behe. Cincin yang di bawanya kemudian di simpan bersama gading, rantai emas dan uang perak di rumahnya.
Sampai kini di rumah adat marga Leyn. Di Desa Lewokluo Demong Pagong Kabupaten Flores Timur. Masih tersimpan dan terawat baik benda benda pusaka milik Bolok Jawa Leyn oleh keturunannya. Memang aneh tapi nyata anda dapat melihat sendiri sebatang gading besar yang tidak berongga. Rongganya kecil sepanjang 12 cm, rantai emas dan uang perak serta cincin waisat yang menjadi kebanggaan tersendiri dan kenangan kejayaan leluhur di masa silam.
Versi lain sejarah air bama
 Di daerah Kobek pada zaman dahulu dimana masih berhutan lebat hiduplah sepasang suami istri bersama anak – anaknya Uto Wata Hadu Horet, Sigu Lugu, Tua, Labo bojo dan Tiwa.
            Kehidupan mereka bertani. Mereka sangat sulit mendapatkan air. Untuk memasak, minum, ataupun mandi mereka harus membasahkan kain dari embun di pagi hari. Mereka mempunyai binatang piaraan, yaitu seekor anjing. Pada suatu hari anjing piaraan ini kembali dari hutan, badannya basah dan penuh dengan lumpur.
            Mereka kemudian menganyam sebuah ketupat dan mengisinya dengan abu dapur yang diikat pada leher anjing tersebut. Keesokan harinya anjing itu muncul dan betul badannya basah dan penuh dengan lumpur. Tak sabar lagi saudara – saudara Uto Wata Hadu Horet dengan hati yang gembira dan penuh semangat mengikuti hamburan abu yang dibawa anjing itu, kemudian sampailah mereka pada sebuah jurang yang dalam dan disitulah terdapat sebuah kolam kecil yang penuh dengan air. Sejak saat itu orang tua Uto Wata Hadu Horet bersama saudaranya mulai mandi serta mencuci dan memasak dari air yang mereka temukan.
            Tak disangka – sangka pada suatu hari Uto Wata Hadu Horet pergi sendirian ke mata air itu. Sampai sore ia tidak juga pulang karena diambil oleh roh air untuk menjadi istrinya. Karena sudah malampun saudari mereka tak pulang, maka saudara – saudaranya pergi ke tempat mata air itu.  Sesampainya di tempat itu, terdengar suara yang berseru : ’ Jangan kamu gelisah terhadap saudarimu ini, ia telah kami terima sebagai istri dari tuan air ini. Kami berjanji akan memberikan kelimpahan air ini yang mengalir sampai ke laut.’ Saudaranya sangat sedih mendengar perkataan itu, namun mereka setuju. Mereka memohon agar hal ini disampaikan dahulu kepada orang tua mereka dan memohon agar saudarinya kembali bersama mereka ke rumah dan mereka akan mengantarnya kembali ke tempat ini.
            Persetujuan terjadi dan saudari mereka pulang bersama- sama dengan mereka. Setelah selesai makan malam perjanjian yang telah disepakati disampaikan kepada orang tua mereka. Dengan sedih hati merekapun setuju, karena memikirkan banyak orang. Keesokan harinya dengan berpakaian pengantin Uto Wata Hadu Horet diusung diatas balai- balai dan dihantar oleh saudara – saudaranya bersama kedua orang tuanya ke mata air sesuai perjanjian. Sesampainya di tempat itu, Uto Wata Hadu Horet diletakan ditengah – tengah kolam yang penuh dengan air itu. Kemudian si gadis Uto Wata Hadu Horet hilang pelan- pelan ke dalam air bersama balai- balainya, sementara air mulai melonjak ke atas dan meluap mengalir dengan deras. Orang tua dan saudara – saudaranya gembira karena dapat mengurbankan ananya demi orang banyak.    
Besi Pare Tonu Wujo
Dahulu kala, hiduplah tujuh orang bersaudara yaitu enam orang laki-laki yang bernama Lagitang, Latoreng, Lalue, Lalame, Labala, Laharu, dan saudari mereka Ema Nini. Kehidupan waktu itu sangat susah, terutama padi. Oleh karena iti, Ema Nini pergi ke pasar untuk menjuak majanan di antaranya ubi dan kacang hijau untuk mendapatkan beras. Pekerjaan Ema Nini setiap harinya adalah hanya menjual kedua bahan makanan tersebut.
Suatu ketika, Ema Nini ditegur oleh seorang penjual di pasar dan berkata “Ema Nini, apakah engkau malu menjual kedua bahan makanan tersebut?” Jawab Ema Nini, ”tidak, karena hanya ini saja yang aku punya.” Dengan sifat yang memfitnah, penjual itu berkata, “sebaiknya engkau pergi dari sini.” Saat itu Ema Nini diejek, ditendang dan diusir keluar dari tempat jualan tersebut. Ia pun merasa malu dan meninggalkan tempat tersebut dan pulang ke rumah.
Pancaran terik matahari semakin panas. Waktu pun terus bergerak dengan mantapnya. Ema Nini terus berjalan sambil menangis dan memikirikan peristiwa tersebut. Dalam perjalanan tiba-tiba matanya terpana kala melihat sesuatu. Ia pun mulai mendekat dan ternyata yang dilihatnya itu adalah tanaman padi. Aneh bin ajaib, dengan sendirinya padi itu melekat pada tubuhnya. Ia pun terheran-heran dan takjub saat mengalami kejadian itu.
Ema Nini lalu melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya dan saat tiba di rumah, ia di sambut dengan gembira oleh keenam saudaranya. Tetapi kebahagiaan itu hanyalah sesaat. Pikiran Ema Nini semakin kacau “Apa yang harus ia buat?”
Hari mulai malam, bunyi jangkrik mengiringi sepinya malam. Tepat waktunya beristirahat, si sulung mengajak adik-adiknya beristirahat untuk melanjutkan kegiatan keesokan harinya. Saat tidur, Ema Nini bermimpi tentang seorang kakek tua berambut putih datang dan berbiacara dengannya. Kakek itu berkata “Ema Nini, jika kamu ingin keluargamu hidup bahagia, kamu harus mengorbankan dirimu!” Jawab Ema Nini “Dengan cara apa aku mengorbankan diriku?” Sambung kakek itu “Kamu harus menyuruh saudaramu unutk membuka kebun baru seluas mungkin. Selain itu, bawalah mereka ke tengah kebun itu dan memenggal kepalamu dan mencincang tubuhmu. Setelah itu menaburnya di kebun tersebut. Tetapi kamu harus mengingatkan mereka untuk datang melihat kebun tersebut. Di tengah kebun harus ditancapkan kayu dan harus di ikat sabut kelapa pada ujungnya. Tetapi jangan lupa letakan batu dan empat kayu mengelilingi tancapan kayu itu dengan bentuk segiempat”. Tiba-tiba Ema Nini kaget dan terbangundari tidurnya. Keringat pun mengucur deras dari wajah Ema Nini.
Keesokan harinya, Ema Nini pun mengumpulkan seluruh kakaknya dan menceritakan mimpinya semalam. Saat itu juga, pergilah keenam saudaranya untuk membuka kebun baru. Setelah selesai membuka kebun baru yang luas, berkatalah si sulung kepada adik-adiknya yang lain “Untuk apa kita membuka kebun baru ini, sedangkan kita tidak tahu harus menanaminya dengan apa?” Dengan suara halus dan tenang, Ema Nini menjawab “Jangan khawatir, yang harus kamu lakukan adalah memenggalkan kepalaku dan mencincang tubuhku. Lalu taburkan ketengah kebun ini.”
Pada saat tiba waktunya untuk menanam, Ema Nini mengajak keenam saudaranya ke kebun itu. Sesampainya di sana, Ema Nini berdidri di atas batu dan menyuruh salah satu dari keenam saudaranya itu memenggal kepalanya dan mencincang tubuhnya. Yang berani unutk melakukan hal itu adalah Laharu. Setelah memenggal dan mencincang tubuh Ema Nini, mereka menaburkannya di kebun itu. Dengan hati yang berat dan sedih yang tak tertahankan, mereka semua kembali ke rumah.
Sesuai dengan pesan Ema Nini bahwa dalam tujuh hari mereka harus datang dan melihat kebun itu. Maka hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Mereka bersiap-siap pergi ke kebun. Dari jauh, mereka melihat kebun mereka dipenuhi dengan warna hijau tanaman yang tumbuh degan subur. Tanaman itu ternyata adalah padi yang dalam bahasa Lamaholot “Besi Pare Tonu Wujo”.

Penutup
                Sikap dari kedua adik kakak ini harus kita tiru karena mereka saling membantu satu sama lain, dan kita harus melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati agar hasilnya bias memuaskan kita dan orang lain.
                               
Daftar Pustaka
                mbulinggela.blogdetik.com>2012/02/12
                http://derosaryebed.blogspot.co.id/2011/09/sejarah-air-bama.html

VICTORIA MARIADELLA RANUM
USAHA JASA PARIWISATA
2015
4423154948




5 komentar:

  1. tidak melampirkan foto2nya tentang keindahan flores yang telah disampaikan diatas

    BalasHapus
  2. Ketertarikan untuk datang ke suatu tempat biasanya oleh daya tarik foto tempat tsb. Juga dengan cerita tentang akomodasi menuju tempat tsb. Akan lebih menarik lagi jika d tambah foto juga rincian akomosasi dan rincian hal menarik lain.

    BalasHapus
  3. Ilustrasi gambar foto seharusnya dilampirkan agar objek yang Anda rekomendasikan dapat menarik perhatian pembaca untuk dapat mengunjungi tempat wisata tersebut.

    BalasHapus
  4. bagus. semoga berguna dan beranfaat

    BalasHapus
  5. bagus. semoga berguna dan beranfaat

    BalasHapus