Kamis, 31 Desember 2015

folklore indonesia

Pengaruh Peradaban Budaya Banjar Terhadap Bahasa Pamali

Pendahuluan

Masyarakat Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan religi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.
Salah satu contoh adalah : Tradisi lisan Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya MelayuArab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adala h Madihin dan Lamut.
Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (ﻤﺪﺡ) yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklore Banjar di Kalsel.
Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.
Dari berbagai bahasa banjar yang dipakai, bahasa-bahasa tersebut mengandung makna tersendiri, yang dimana kita akan bahas dalam budaya atau folklore di daerah banjar Kalimantan selatan
Berbicara masalah folklore daerah Banjar, maka kita akan berbicara pula tentang tradisi tutur yang terdapat pada masyarakat Banjar. Apa yang terdapat dalam folklore Banjar juga tidak lepas kaitannya dengan ajaran atau nasihat yang selalu dituturkan secara turun-temurun dengan ragam tujuan serta ragam budaya masyarakat yang mempengaruhinya.

Pendapat Fraze (dalam Polak, 1966) memandang bahwa setiap anggota masyarakat dalam dirinya memiliki kepercayaan kepada hal-hal gaib yang disebut magis sebagai sumber kepercayaan asal kepada yang gaib-gaib.

Berdasarkan pendapat Jan Harold Brunvand (dalam Danandjaja, 2002), folklore adalah suatu budaya kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun secara tradisional dalam versi berbeda, baik lisan maupun dalam contoh gerak, isyarat, atau alat pembantu pengingat.


Di sisi lain, manusia memilki kemampuan yang disebut religi yaitu perilaku yang bersifat religius. Berangkat dari pendapat ini memang tidak mengherankan apabila dalam folklore Banjar mengandung pengaruh-pengaruh budaya yang membentuk masyarakat itu sendiri sebagai kumpulan manusia-manusia yang terdiri dari individu, keluarga dan masyarakat. Adapun unsur budaya yang mempengaruhi tersebut adalah unsur religi atau agama, kepercayaan, maupun tata nilai yang bersifat positif. Kronologis lapisan budaya yang berpengaruh dapat diperinci pada keterangan di bawah ini:

• Unsur-unsur asli, yang terdiri atas agama Balian atau agama Balian atau agama Kaharingan serta unsur-unsur religi lainnya.

• Unsur Melayu dan Jawa Budha.

• Unsur Islam dengan segala manifestasinya di bawah raja-raja Banjar.

• Unsur modern/sekarang.

Kategorisasi Pamali Banjar kalimatan selatan

James Dananjaya (dalam Dundes, 1961:25-26) menulis: “takhyul adalah ungkapan tradisional
dari satu atau lebih syarat dan satu atau lebih akibat, beberapa syarat–syarat itu bersifat tanda sedangkan yang lain bersifat sebab”.

Pamali yang dianggap takhyul ini sangat luas penyebarannya di kalangan masyarakat. Pamali merupakan takhyul dalam salah satu golongan besar yang berhubungan dengan masalah hidup manusia sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Wayland D. Hand dalam bukunya The Frank C. Brown Collection of North Carolina Folklore.

Sebagaimana fungsi folklor ini sendiri secara umum telah dikemukan oleh Bascom dalam Danandjaja (2002:32), folklor lisan pada umumnya memiliki fungsi sebagai sistem proyeksi, alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, alat pendidikan anak dan masyarakat, alat pemaksa dan pengawas norma masyarakat agar selalu dipatuhi.

Adapun salah satu folklor dari Kalimantan Selatan ini adalah sastra lisan berbentuk kalimat larangan atau pantangan (pamali). Dalam kalimat pamali ini mengandung nilai-nilai tradisional maupun modern yang sangat tepat untuk dilestarikan keberadaannya meskipun sebagian besar kalimat pamali terasa mengandung ketakhayulan, namun justru di balik “kepamalian” yang ada dalam tuturan lisan masyarakat Banjar memiliki sesuatu yang tersembunyi dari segi tujuan atau manfaat yang disesuaikan dengan pengadabtasian power nalar yang ada.

Berdasarkan pendapat Hand ini pula penge kelompokan Pamali dalam masyarakat Banjar dibagi 12 kategori, yaitu:

Contoh kalimat pamali ini adalah:

Berhubungan dengan kehamilan.

Contohnya adalah:

1.      Urang batianan pamali bajalan malam, diganggu urang halus.
yang arti nya (Orang hamil jangan keluar malam, diganggu makhluk halus).

2.      Urang batianan pamali barabah di galuling, anaknya bisa tahalang
yang arti nya (Orang hamil jangan berbaring di guling, anaknya tidak bisa keluar karena posisinya melintang).

3.      Urang batianan pamali makan sambil badiri, pas tabahera
yang arti nya (Orang hamil jangan makan sambil berdiri, saat melahirkan bisa buang air besar).

• Berhubungan dengan kelahiran.

Contohnya adalah:

1.      Pamali duduk di tangga, bisa ngalih baranak
Yang arti nya (Jangan duduk di tangga, nanti sulit melahirkan).

2.      Pamali maandak wancuh di dalam panci nang batutup, bisa ngalih baranak
Yang arti nya (Jangan meletakkan sendok nasi di dalam panci tertutup, nanti sulit melahirkan).

3.      Pamali mangantup lawang, lamari atawa lalungkang, parahatan ada nang handak baranak, bisa ngalih baranak
Yang arti nya (Jangan menutup pintu, lemari atau jendela saat ada yang mau melahirkan, nanti sulit melahirkan).

• Berhubungan dengan masa anak-anak.

Contohnya adalah :

1.      Kakanakan imbah basunat pamali kaluar rumah, kaina lambat waras
Yang arti nya (Anak-anak yang baru dikhitan jangan keluar rumah, nanti tidak cepat sembuh).

2.      Kakanakan pamali bapenanan di barumahan, bisa babisul kapala
Yang arti nya (Anak-anak jangan bermain di kolong rumah, nanti bisa tumbuh bisul di kepalanya).

3.      Kakanakan nang balum bisa bajalan pamali mancaraminakan kakanakan nang balum bisa bajalan, kaina kakanaknya pangguguran
Yang arti nya (Anak kecil yang belum bisa berjalan jangan mencerminkan anak kecil yang belum bisa berjalan, nanti anak tersebut akan sering terjatuh).

• Berhubungan dengan pekerjaan rumah.

Contohnya adalah :

1.      Imbah makan pamali langsung barabah, bisa pangoler
Yang arti nya (Setelah makan jangan langsung berbaring, pemalas).

2.      Pamali mamirik sambal bagagantian, kaina sambalnya bisa kada nyaman
Yang arti nya (Jangan mengulek sambal berganti-ganti, nanti rasa sambalnya tidak enak).

3.      Pamali mancatuk burit urang, bamasak bisa kada nyaman
Yang arti nya (Jangan memukul pantat orang, memasak bisa tidak enak)

• Mata pencaharian atau rezeki.

Contohnya adalah :

1.      Pamali bagandang di meja atawa di tawing, bisa magiaw hutang
Yang arti nya (Jangan menabuh meja atau dinding, bisa memanggil hutang).

2.      Pamali bahamburan nasi waktu makan, rajaki bisa tahambur-hambur ka lain
Yang arti nya (Jangan menghamburkan nasi saat makan, rezekinya bisa berhamburan ke tempat lain).

3.      Pamali bahera waktu sanja, hilang rajakinya
Yang arti nya (jangan buang air besar saat senja hari, hilang rezekinya),

• Berhubungan sosial.

Contohnya adalah :

1.      Pamali mahirup gangan di wancuh, calungap sandukan
Yang arti nya (Jangan menyeruput kuah sayur di sendok nasi, suka menyela pembicaraan orang).

• Berhubungan dengan cinta kasih.

Contohnya adalah :

1.      Babinian bujang bujang pamali maandak wancuh di dalam panci nang batukup, bisa lambat balaki
Yang arti nya (Bujangan jangan meletakkan sendok nasi di dalam panci yang bertutup, sebab akan lama mendapatkan jodoh).

• Berhubungan dengan kematian.

Contohnya adalah :

1.      Pamali bacaramin sambil barabah, bisa mati ditembak pater
Yang arti nya (Pantang bercermin sambil berbaring, bisa ditembak petir).

2.      Pamali bagambar batiga, bisa tapisah, nang di tangah badahulu mati
Yang arti nya (pantang berfoto bertiga, bisa terpisah, yang di tengah duluan mati).

• Berhubungan dengan pemeliharaan tubuh.

Contohnya adalah :

1.      Kakanak nangkuitannya tulak haji pamali mangibah kalambu, kaina kuitannya kaributan di tangah laut
Yang arti nya (Anak-anak yang orang tuanya pergi haji pantang mengibaskan kelambu, nanti orang tuanya kena badai topan di laut).

• Berhubungan dengan kehidupan rumah tangga.

Contohnya adalah:

1.      Pamali diumpati urang bacaramin, kaina laki/bini bisa dirabuti urang
Yang arti nya (Pantang diikuti orang bercermin, nanti suami/istri bisa direbut orang).

• Berhubungan dengan alam gaib.

Contohnya adalah :


1.      Pamali badadakuan malam, bisa dimainakan hantu
Yang arti nya (Pantang bermain daku di malam hari, bisa dimainkan hantu).

2.      Pamali bajalan bajejer, bisa taranjah hantu
Yang arti nya (Pantang berjalan berjejer, bisa ditabrak hantu).

• Berhubungan dengan agama atau religi.

Contohnyaadalah :

1.      Pamali badadakuan malam, bisa dimainakan hantu
Yang arti nya (Pantang bermain daku di malam hari, bisa dimainkan hantu).

Demikianlah, ke-12 kategori ini memang tidak bisa dipisahkan dari kepercayaan dan budaya masyarakat Banjar yang menjadi latar belakang munculnya kalimat pamali itu sendri.

Oleh karena itu tak mengherankan fungsi pamali ini selain sebagai sarana pendidikan anak-anak dan remaja agar memiliki adab dan adat yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitar yaitu Banjar atau bisa pula sekadar hiburan semata dalam artian kalimat pamali tersebut digunakan untuk hiburan karena alasan tertentu yang ada dalam kalimat yang dilantunkan oleh para tetua “Banjar” juga sekaligus sebagai penebal emosi keagamaan atau kepercayaan.

Hal ini disebabkan manusia yakin akan adanya kekuatan supranatural yang berada di luar alam mereka. Selain itu, masyarakat Banjar memang pada umumnya sangat kental akan pengaruh agama Islam dan kepercayaan lainnya.

Penutup

Pamali sebagai salah satu folklor lisan daerah Banjar ini memang pantas untuk dilestarikan sebagai aset daerah karena mengandung fungsi tertentu sekaligus refleksi atau mencerminkan salah satu sisi budaya yang dimiliki masyarakat Banjar.


Dengan demikian lewat pendokomentasian pamali Banjar sebagai salah satu fenomena folklor Banjar yang untuk sekaran sangat minimalis penggaliaannya ini maka diharapkan akan mampu membendung interpolasi masyarakat Banjar terhadap budaya dan lingkungannya dari generasi ke generasi.


Kesimpulan

Dari kesimpulan di atas bahwa daerah banjar alimantan selatan mempunyai tutur kata bahasa yang sebagai mana di jadikan kode atau isarat buat masyarakat nya untuk tidak melakukan yang di larang sebagai mana oleh adat istiadat orang sana.

Serta disana juga mengutamakan tradisi atau kepercayaan yang di larang dari nenek moyang nya, dan apabila salah satu mayarakat nya melanggar atau tidak nurut untuk di bilangin nya, itu akan di biarkan karna memang biyar yang maha kuasa yg menghukum nya.


Saran

Tetap terus pertahan an tradisi-tradisi budaya kita agar supaya budaya dan trads yang dimly suatu daerah tida akan hilang atau d ambil oleh Negara lan atau budaya lain













Daftar Pustaka

· Dalam/bukunya/The Frank C.Brown/Collection/of/North/Carolina/Folklore.
· Dalam/buku/Polak,thn/1966
  Dalam/buku/Danand/jaja,thn/2002

· Dalam/buku/Dundes,thn/1961:25-26

Solusi UNJ Untuk Pariwisata Indonesia

Pengembangan Desa Wisata

              Masalah pariwisata di Indonesia seiring dengan perkembangan teknologi menyebabkan faktor kepedulian wisatawan di sekitar lingkungan wisata menurun. Akibatnya banyak tempat wisata yang rusak akibat ulah wisatawan. Wisatawan harus membiasakan diri melaksanakan 7 sapta pesona yaitu, aman, tertib, indah, bersih, sejuk, ramah tamah dan kenangan saat beriwisata di tempat wisata. Namun pada kenyataannya dilapangan banyak wisatawan yang belum mengetahui ketujuh sapta pesona tersebut. Tujuh sapta pesnona dalam bidang pariwisata merupakan hal yang sangat penting demi keberlangsungan tempat wisata tersebut. Yang pertama masalah keamanan, keamanan wisatawan dalam perjalanan menuju tempat wisata dan saat berada di tempat wisata jangan sampai membahayakan nyawa wisatawan, penting adanya kesadaran wisatawan untuk menjaga diri selagi berwisata di tempat wisata. Yang kedua masalah ketertertiban, mematuhi rambu lalulintas saat dalam perjalanan menuju tempat wisata merupakan hal yang penting untuk dilakukan untuk menghindari kecelakaan lalu lintas. Tertib saat di tempat wisata seperti contohnya saat membeli tiket masuk wisata wisatawan harus antri agar tidak terjadi kericuhan, mematuhi peraturan juga harus dilakukan oleh wisatawan demi terjaganya suasana kondusif di tempat tersebut. Yang ketiga masalah keindahan, yaitu kondisi yang mencerminkan penataan yang teratur, tertib dan serasi baik mengenai prasarana, sarana, penggunaan tata warna yang serasi, selaras dengan lingkungannya serta menunjukkan sifat-sifat kepribadian nasional. Yang keempat kebersihan, kondisi yang memperihatkan kebersihan dan higienis baik keadaan lingkungan tempat wisata, sarana dan prasarana, dan juga manusia yang memberikan pelayanan kepada wisatawan. Wisatawan juga turut andil dalam menciptakan suasana lingkungan bersih dengan membuang sampah pada tempatnya. Yang kelima keramahtamahan, ramah tamah merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya , selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan salah satu daya tarik bagi para wisatawan yang berkunjung. Suasana yang friendly akan membuat wisatawan yang berkunjung merasa nyaman saat berwisata ditempat tersebut. Yang keenam kesejukan,  terciptanya suasana yang segar, sejuk serta nyaman yang dikarenakan adanya penghijauan secara teratur dan indah baik dalam bentuk taman maupun penghijauan disetiap lingkungan tempat wisata. Yang terakhir yaitu kenangan,  kesan yang menyenangkan dan akan selalu diingat . Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. 
              Zaman sekarang banyak digunakannya alat-alat yang berteknologi canggih diberbagai tempat wisata demi kemajuan pariwisata lokal, namun juga jangan melupakan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Kemajuan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat lokal harus berjalan secara bersamaan. Namun pada kenyataannya banyak tempat wisata yang berada didaerah dikelola oleh pihak lain sehingga hasil dari pariwisata tersebut tidak bisa dinikmati oleh masyarakat lokal. Kurangnya partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan wisata daerah menjadikan dibeberapa tempat wisata masyarakat meminta pungutan kepada wisatawan yang datang, tentu saja dengan adanya pungutan liar dari masyarakat wisatawan merasa terganggu. Masyakarat lokal harus mempunyai andil dalam pengembangan wisata daerah, sehingga masyarakat dapat menikmati hasil dari keindahan alam tanah kelahirannya. Masyakarat juga harus diberi bekal pengetahuan tentang pengelolaan tempat wisata, sehingga tujuan pengembangan tempat wisata dapat tercapai. Karena sebesar apa pun dan sebagus apa pun potensi yang akan menjadi komoditas unggulan jika pelaku usaha pariwisata (desa) tidak siap dengan ilmu manajemen pariwisata, maka bisa dipastikan kegiatan pariwisata itu tak akan berlangsung lama, karena pariwisata dengan segala karakteristiknya tetap diperlukan pengelolaan yang profesional dan inovatif. Termasuk di sini adalah strategi pemasaran yang tepat untuk mengangkat angka kunjungan. Perlu diberikan pelatihan manajemen pariwisata yang sesuai dengan karakteristik desa. Banyak contoh tempat pariwisata yang akhirnya terpuruk, mangkrak karena tidak inovatif sehingga tidak kompetitif, tidak memperhatikan saran dan pendapat pengunjung, tidak ada kelanjutan perbaikan sarana dan prasarana, tidak menangani keluhan pengunjung dan akhirnya pengelola gulung tikar karena rugi. Tujuan dari pengembangan desa wisata adalah meningkatkan harapan hidup yang lebih baik kepada masyarakat lokal dengan memanfaatkan kebudayaan lokal sebagai daya tarik wisata.
             Strategi yang dapat dilakukan pemerintah dalam hal pengembangan sektor wisata daerah dengan peningkatan partisipasi masyarakat lokal adalah dengan mengembangkan desa wisata. desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan dan ciri khas desa tersebut baik berupa keindahan karakter fisik desa maupun sosial budaya masyarakat lokal, yang dikemas secara unik dan menarik dengan tersedianya berbagai fasilitas pendukung. Pengembangan desa wisata membutuhkan kerjasama antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat lokal.
              Pendekatan pengembanagn desa wisata harus direncanakan secara hati-hati untuk mengantisipasi dan mengontrol dampak yang akan timbul kedepannya, serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat lokal, oleh sebab itu pengembangan desa wisata harus ditujukan untuk ; mendukung program pemerintah dala pembangunan kepariwisataan dengan menyediakan objek wisata alternatif, menggali potensi desa untuk pembangunan perekonomian masyarakat desa, memperluas lapangan kerja dan peluang usaha masyarakat lokal sehingga meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat lokal, mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi lebih baik agar senang pergi ke desa untuk berwisata, menimbulkan rasa bangga bagi masyarakat lokal untuk mencintai desanya sehingga menurunkan tingkat urbanisasi, mempercepat pembauran antara orang pribumi dan non pribumi, dan memperkokoh persatuan bangsa sehingga mengatasi disintegrasi.
             Biasanya permasalahan yang sering muncul dari suatu desa yang memiliki potensi wisata seperti infrastruktur jalan, jembatan, listrik, saluran air, jaringan komunikasi dan lain-lain. Selain itu permasalahan bisa juga bersifat non fisik, tapi bersifat sosial. Misalnya, bisa saja desa tersebut memiliki potensi keindahan alam namun dari sisi keamanannya kurang. Perlu adanya pembenahan untuk permasalahan diatas. Pembenahan dilakukan tanpa merubah keaslian desa tersebut.
 Menurut pola, proses dan tipe pengembangan desa wisata terbagi menjadi dua yaitu, tipe struktur dan tipe terbuka. Tipe struktur (enclave) ditandai dengan karakter lahan yang terbats yang dilengkapi dengan infrastuktur spesifik untuk kawasan tersebut, tipe ini mampu menembus pasar internasional. Lokasi pada umumnya terpisah dengan tempat tinggal masyarakat lokal, sehingga dampak negatif yang akan timbul kedepannya dapat terdeteksi sejak dini. Lahan yang tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat perencanaan yang integratif dan terorganisir sehingga diharapkan akan hadir semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional untuk dapat ‘menangkap’ servis-servis dari hotel bintang lima. Tipe terbuka (spontaneus) tipe ini ditandai dengan adanya kehidupan masyarakat menyatu dengan kawasan wisata baik bangunan maupun kehidupan dengan masyarakat lokal, distribusi hasil pendapatan pariwisata langsung dapat dinikmati oleh masyarakat lokal, akan tetapi dampak negatifnya akan langsung masuk kedalam kehidupan masyarakat lokal sehingga sulit dikendalikan.
          Penentuan strategi dalam pengembangan desa wisata sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan model pengembangan desa wisata sebagai rekomendasi tindak lanjut dari perencanaan wilayah pengembangan desa wisata. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu tahapan-tahapan model pengembangan desa wisata yang diharapkan dapat diterapkan di daerah penyangga kawasan konservasi, antara lain:
1. Dari sisi pengembangan kelembagaan desa wisata, perlunya perencanaan awal yang tepat dalam menentukan usulan program atau kegiatan khususnya pada kelompok sadar wisata agar mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui pelaksanaan program pelatihan pengembangan desa wisata, seperti: pelatihan bagi kelompok sadar wisata, pelatihan tata boga dan tata homestay, pembuatan cinderamata, pelatihan guide/pemandu wisata termasuk didalamnya keterampilan menjadi instruktur outbound.
2. Dari sisi pengembangan objek dan daya tarik wisata, perlunya perencanaan awal dari masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan dan mampu mendatangkan wisatawan dari berbagai potensi yang dimiliki oleh masyarakat, serta perlunya sosialisasi dari instansi terkait dalam rangka menggalakkan sapta pesona dan paket desa wisata terpadu.
3. Dari sisi pengembangan sarana prasarana wisata, perencanaan awal dari pemerintah perlu diarahkan ke pengembangan sarana prasarana wisata yang baru seperti: alat-alat outbound, pembangunan gapura, gedung khusus pengelola desa wisata, cinderamata khas setempat, dan rumah makan bernuansa alami pedesaan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu menjalin kemitraan dengan pemerintah dan pengusaha/pihak swasta.
          Mengacu pada konsep pengembangan desa wisata dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2001), maka pola pengembangan desa wisata diharapkan memuat prinsip-prinsip sebagai berikut :
a). Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat
Suatu desa yang tata cara dan ada istiadatnya masih mendominasi pola kehidupan masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai atraksi wisata harus disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya.
b). Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa
Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti penambahan sarana jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan dinikmati wisatawan.
c). Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian
Arsitektur bangunan, pola lansekap serta material yang digunakan dalam pembangunan haruslah menonjolkan ciri khas desa, mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah setempat.
d). Memberdayakan masyarakat desa wisata
Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut. Masyarakat desa memperoleh manfaat sebesar-besarnya dalam pengembangan pariwisata. Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat diluar aktifitas mereka sehari-hari.
e). Memperhatikan daya dukung dan berwawasan lingkungan
Prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan harus mendasari pengembangan desa wisata. Pengembangan yang melampaui daya dukung akan menimbulkan dampak yang besar tidak hanya pada lingkungan alam tetapi juga pada kehidupan sosial budaya masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi daya tarik desa tersebut. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat tersebut adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-rumah penduduk (home stay), penyediaan kebutuhan konsumsi wisatawan, pemandu wisata, penyediaan transportasi lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain.
                   Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata :
1. Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
Sedangkan Edward Inskeep, dalam Tourism Planning An Integrated and Sustainable Development Approach, hal. 166 memberikan definisi : Village Tourism, where small groups of tourist stay in or near traditional, often remote villages and learn about village life and the local environment : Wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.
   Desa wisata sebagai cara untuk mempromosikan budaya dan keindahan alam suatu daerah, juga dapat sebagai cara untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan lokal masyarakat setempat. Wisatawan dapat menikmati keindahan alam, keunikan budaya dan keramahtamahan masyarakat lokal secara langsung saat berkunjung ke desa wisata. Wisatawan dapat merasakan kehidupan masyarakat lokal dengan ikut langsung dalam kegiatan sehari-hari. Keramahtamahan masyarakat lokal dapat menjadikan wisatawan merasa nyaman karena diperlakukan seperti saudara sendiri.
                   Sebagai contoh tahapan pengembangan desa wisata
Proses perencanaan pembangunan desa wisata meliputi :
a.       Studi Pendahuluan (Pra Survey)
Bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sumber-sumber pariwisata suatu desa untuk dijadikan bahan dasar penyelenggaraan studi pembuatan rencana induk (master plan). Ruang lingkup studi pendahuluan yaitu :
Invertarisasi sumber-sumber, seperti sumber-sumber alam, daya manusia dan buatan manusia. Lalu identifikasi potensi untuk mengetahui potensi pariwisata desa yang bersangkutan dan wilayah sekitarnya, dan untuk mengetahui kemungkinan pola arus dan jaringan lalu lintas yang dapat mendukung pengembangan desa tersebut.
b.       Pembuatan Rencana Induk (Master Plan)
Bertujuan untuk mendapatkan gambaran untuk perencanaan pengembangan desa tersebut.  Pembuatan rencana induk meliputi :
Studi umum kondisi fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan. Analisa pasar yang terdiri dari analisa perkembangan secara regional dan terikat pertambahan pengunjung, karakteristik wisatawan dan analisa daerah asal wisatawan. Penyusunan rencana pembangunan desa wisata seperti identifikasi objek wisata yang berpotensi dan skala prioritas program pengembangan. Pengusulan lokasi yang mempunyai skala prioritas tertinggi.
c.       Pembuatan Recana Tapak Kawasan (Site Plan)
Pembuatan rencana tapak kawasan meliputi :
Penyusunan desain kriteria, studi ini perlu dilakukan untuk pelestarian lingkungan, konservasi alam, proteksi terhadap tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang serta untuk pencegahanan terjadinya polusi. Pembuatan pra desain, perencanaan bentuk-bentuk bangunan, bahan-bahan bangunan yang digunakan, bentuk arsitektur serta penggunaan tata ruangharus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Dan pembuatan pola pengembangan.
d.       Pembuatan Desain Teknis (Design Engineering)
Langkah-langkahnya adalah pengukuran tanah yang bertujuan untuk mendapatkan data-data daerah perbatasan. Pemeriksaan atau penelitian tanah untuk keperluan kontruksi dengan melakukan beberapa pengeboran di beberapa tempat yang akan digunakan untuk bangunan. Pembuatan desain terperinci dalam bentuk urain, peta dan gambar. Penyusunan dokumen tender terdiri dari rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan, gambar-gambar kontruksi dan lainnya.

Perencanaan dan konsumen wisata meliputi :
a.       Tujuan pembuatan perencanaan yaitu meciptakan lingkungan fisik wisata yang tertib, rapi, aman serta nyaman sehingga daya tariknya sebagai tempat wisata dan rekreasi semakin meningkat. Memanfaatkan semaksimal mungkin keindahan alan dan kekayaan alam yang ada ditempat tersebut dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
b.       Mengenali karakteristik wisatawan, pengunjung terdiri atas berbagai golongan umur, maka perlu diketahui karakteristik wisatawan berdasarkan umur.
c.       Kegiatan wisata, kegiatan wisata yang dapat dilakukan wisataawan selama berada di desa wisata.

Perancangan fisik lokasi wisata
a.       Zoning lokasi wisata, merupakan sistem pengelompokkan unsur-unsur yang mempunya fungsi sama. Penetapan zoning selalu berorientasi kepada aktivitas berupa, zona rekreasi, dan zona penunjang.
b.       Distribusi unsur rencana dalam zoning. Zoning rekreasi terdiri dari area restoran, playground, panggung terbuka, area piknik, area souvenir, cottage, dan jalan setapak. Zoning penunjang terdiri dari lapangan olahraga,area kantor, loket penjualan karcis, area informasi, menara air dan menara pengawas.

Pengembangan tata ruang
a.       Pola tata ruang, tapak perencanaan obyek wisata harus berkesan terbuka. Kondisi desa jangan terlalu banyak diubah dari bentuk aslinya, apalagi merusak nilai-nilai alaminya dengan menambah bangunan buatan.
b.       Pola letak massa, menyangkut beberapa aspek seperti, aspek fungsional : pusat informasi, restoran, mck, toko souvenir,dan p3k.

Pengelolaan dan pelayanan
a.       Unsur-unsur kemantapan organisasi atau pengelolaan diuraikan menjadi adanya status pengelolaan.
b.       Mutu pelayanan, pelayanan yang dilakukan karyawan seperti kelancaran, keramahan, kemampuan komunikasi baik bahasa darah, bahasa Indonesia maupun bahasa asing, penguasaan materi tentang desa tersebut.
    

                    Sekian paparan tentang masalah dan solusi yang dapat penulis berikan. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas ini. Semoga informasi yang penulis berikan dapat bermanfaat bagi perkembangan pariwisata di Indonesia. 










DAFTAR PUSTAKA


Ariani, Angela. “Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Bassed Tourism) di Desa Wisata”.  http://www.ampta.ac.id/desa-wisata#.VoS3Reh97Dc (diakses pada tanggal 31 Desember 2015)


Casmudi. “Harapan mengembangkan desa wisata sebagai subjek pembangunan untuk meningkatkan ekonomi pariwisata”. http://www.kompasiana.com/casmudi/harapan-mengembangkan-desa-wisata-sebagai-subjek-pembangunan-untuk-meningkatkan-ekonomi-pariwisata_54f37fd47455137c2b6c7969 (diakses pada tanggal 31 Desember 2015).


Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sidoarjo. “Sapta Pesona”. http://pariwisata.sidoarjokab.go.id/sapta_pesona.php (diakses pada tanggal 31 Desember 2015).


Dinas Tata Ruang Kabupaten Morowali. “Pengembangan Desa Wisata”. https://www.facebook.com/penataanruang.morowali/posts/344449969090219 (diakses pada tanggal 31 Desember 2015).

Ensiklopedia Bebas. “Pendekatan Pasar Untuk Pengembangan Desa Wisata”. https://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata#Pendekatan_Pasar_untuk_Pengembangan_Desa_Wisata(diakses pada tanggal 31 Desember 2015).



Nugroho, Catur. “Merumuskan Startegi Pengembangan Desa Wisata”. http://www.berdesa.com/merumuskan-strategi-pengembangan-desa-wisata/ (diakses pada tanggal 31 Desember 2015).


Ramadhani Wulansari, Purwani. “Arti Desa Wisata”. http://ramadhaniwulansari.blogspot.co.id/2015/01/arti-desa-wisata.html. (diakses pada tanggal 1 Januari 2016).


Samad,Noorsal. “Rencana Pembanganan Desa Wisata”. http://www.slideshare.net/actnow2profit/rencana-pembangunan-desa-wisata (diakses pada tanggal 31 Desember 2015)


Wau, Sifaoma. “ Masalah pariwisata di Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan dimana dengan mengikuti berkembangnya teknologi yang semakin pesat”. http://www.academia.edu/4551120/Masalah_pariwisata_di_indonesia_sekarang_ini_sangat_memprihatinkan_dimana_dengan_mengikuti_berkembangnya_teknologi_yang_semakin_pesat_d (diakses pada tanggal 31 Desember 2015).




Nama : Soraida Shabrina
NIM   : 4423155033
Kelas  : B UJP 2015