Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata
Pengertian Ekowisata
Ekowisata atau ekoturisme merupakan
salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan
dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek
pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran
dan pendidikan.
Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak
negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya
dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan,
tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa
kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol,
berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam
lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.
Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara
membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah
lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun memberikan
dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.
Ekowisata di Indonesia
Di Indonesia kegiatan ekowisata mulai dirasakan pada
pertengahan 1980-an, dimulai dan dilaksanakan oleh orang atau biro wisata
asing, salah satu yang terkenal adalah Mountain Travel Sobek – sebuah biro
wisata petualangan tertua dan terbesar. Beberapa objek wisata terkenal yang
dijual oleh Sobek antara lain adalah pendakian gunung api aktif tertinggi di
garis khatulistiwa - Gunung Kerinci (3884 m), pendakian danau vulkanik
tertinggi kedua di dunia - Danau Gunung
Tujuh dan
kunjungan ke danau vulkanik terbesar didunia - Danau Toba.
Beberapa biro wisata lain maupun perorangan yang
dijalankan oleh orang asing juga melaksanakan kegiatan kunjungan dan hidup
bersama suku-suku terasing di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua.
Salah satu dari proyek ekowisata yang terkenal yang
dikelola pemerintah bersama dengan lembaga asing adalah ekowisata orang hutan
di Tanjung
Puting,
Kalimantan.
Kegiatan
ekowisata di Indonesia diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009.
Secara umum
objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam biasa,
namun memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi terhadap objek
wisatanya.
- Wisata pemandangan:
- Objek-objek alam (pantai, air
terjun, terumbu karang)
- Flora (hutan, tumbuhan langka,
tumbuhan obat-obatan)
- Fauna (hewan langka dan
endemik)
- Perkebunan (teh, kopi)
- Wisata petualangan:
- Kegiatan alam bebas (lintas
alam, berselancar)
- Ekstrem (mendaki gunung,
paralayang)
- Berburu (babi hutan)
- Wisata kebudayaan dan sejarah:
- Suku terasing (orang Rimba, orang Kanekes)
- Kerajinan tangan (batik,
ukiran)
- Peninggalan bersejarah (candi,
batu bertulis, benteng kolonial)
- Wisata penelitian:
- Pendataan spesies (serangga,
mamalia dan seterusnya)
- Pendataan kerusakan alam
(lahan gundul, pencemaran tanah)
- Konservasi (reboisasi,
lokalisasi pencemaran)
- Wisata sosial, konservasi dan
pendidikan:
- Pembangunan fasilitas umum di
dekat objek ekowisata (pembuatan sarana komunikasi, kesehatan)
- Reboisasi lahan-lahan gundul
dan pengembang biakan hewan langka
- Pendidikan dan pengembangan
sumber daya masyarakat di dekat objek ekowisata (pendidikan bahasa asing,
sikap)
Ekowisata merupakan
sub-komponen dari pariwisata yang berkelanjutan. Ide ekowisata berakar dari
keinginan untuk berkontribusi terhadap konservasi sumber daya alam dunia.
Sebuah riset yang dimulai pada tahun 1970 di Kenya mendemonstrasikan keuntungan
ekonomi yang berasal dari pariwisata di alam bebas. Pada tahun 1980-an, hutan
hujan dan terumbu karang menjadi subyek baru yang menarik untuk dibuat film
dokumenter. Hal ini mendorong ketertarikan untuk mengeksplorasi alam sebagai
suatu bentuk pariwisata baru.
Ekowisata
dan wisata berbasis alam pada umumnya banyak yang mengambil tempat pada kawasan
lindung dan konservasi, area terpencil dengan keindahan alam yang eksepsional,
area ekologi dan kawasan budaya. Definisi untuk kawasan lindung menurut International
Union of the Conservation of Nature menyatakan
bahwa kawasan lindung adalah suatu kawasan baik daratan maupun lautan yang
khusus didedikasikan untuk melindungi dan menjaga keanekaragaman biologis dan
kondisi natural yang berasosiasi dengan sumber daya budaya yang dikelola secara
hukum. Terdapat beberapa kategori untuk hal ini, yang walaupun tujuan utamanya
adalah untuk konservasi namun bisa saja memiliki fungsi khusus dalam kondisi
tertentu misalnya, untuk kegiatan wisata.
Potensi Ekowisata yang Dimiliki Indonesia
Indonesia yang memiliki pulau-pulau sebanyak 17.508
ribu pulau merupakan daerah potensial untuk mengembangkan ekowisata karena
potensi alam, seni, budaya, dan etnis yang beraneka ragam.
Alamnya yang memiliki banyak gunung, perbukitan, dan
danau yang indah, sungau dan riam yang masih perawan, flora dan fauna yang
beraneka ragam, menjadikan Indonesia sebagai surganya ekowisata.
Wilson
(1988) membaginya dalam tiga bagian yang sangat berkaitan, yaitu:
Pertama : Berdasarkan Keanekaragaman
Ekosistem.
Kedua : Berdasarkan Keanekaragaman Hayati.
Ketiga : Berdasarkan Keanekaragaman Genetika
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia
Menurut BAPPENAS dari UNEP tahun 1991, di Indonesia
terdapat tidak kurang 49 jenis ekosistem yang berbeda, baik yang alami maupun
buatan. Menurut sumber ini, walau Indonesia hanya memiliki luas daratan seluas
1,32% dari seluruh daratan yang ada di dunia, Indonesia memiliki kekayaan yang
cukup berlimpah, seperti:
- 10% jenis tumbuhan berbunga
yang terdapat di seluruh dunia
- 12% binatang menyusui
- 16% reptilia dan amphibia
- 17% burung-burung
- 25% jenis ikan
- 15% jenis serangga
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh MacNeely at all
: 1990, dalam dunia binatang atau hewan, Indonesia mempunyai kedudukan yang
termasuk istimewa di dunia. Dari 515 janis mamalia besar, 36% endemik, 33%
jenis prima, 78% berparuh bengkok, dan 121 jenis kupu-kupu.
Adapun potensi obyek wisata yang dapat dikembangkan
untuk ekowisata di Indonesia tidak kurang dari 120 buah yang terdiri dari:
- Taman nasional : 31 buah, (12
diantaranya sudah ditetapkan sebagai Taman Nasional, 2 diantaranya sudah
ditetapkan sebagai warisan dunia, dan 19 buah lainnya dalam proses
penetapan).
- Taman Hutan Raya : 9 buah
- Taman Wisata Alam : 73 buah
- Taman Wisata Laut : 7 buah
Berdasarkan identifikasi Masyarakat Ekowisata
Indonesia (MEI), di Indonesia terdapat 61 Daerah Tujuan Ekowisata (DTE) yang
dianggap potensial yang terdapat pada beberapa pulau sehingga Indonesia dikenal
sebagai negara yang memiliki Mega Diversity yang dijumpai pada pulau :
- Sumatera : 12 DTE
- Kalimantan : 1 DTE
- Jawa : 10 DTE
- Sulawesi : 8 DTE
- Bali : 6 DTE
- Maluku : 4 DTE
- Nusa Tenggara Barat : 8 DTE
- Irian Jaya : 6 DTE
- Nusa Tenggara Timur : 6 DTE
Para pelaku
dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata
sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya
setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan
nilai konservasi. Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:
1. Jumlah
pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan
sosial- budaya masyarakat ( vs mass tourism)
2. Pola
wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)
3. Pola
wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)
4. Membantu
secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi)
5. Modal
awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi
masyarakat dan ekonomi).
Ekowisata berbasis masyarakat (community- based
ecotourism) Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan
ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat
setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan
segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha
ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas.
Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa
masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi
dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi
mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam
mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun
sebagai pengelola.
Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan
kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana
penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu;
ongkos transportasi; homestay; menjual kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak
positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada
akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar
penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.
Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan
berarti bahwa masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran
implementasi ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan
terpadu yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait
mulai dari level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi
non pemerintah diharapkan membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu
kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing.
Beberapa aspek kunci dalam ekowisata berbasis
masyarakat adalah:
1. Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk
pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya,
dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi
masyarakat (nilai partisipasi masyarakat dan edukasi)
pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya,
dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi
masyarakat (nilai partisipasi masyarakat dan edukasi)
2. Prinsip local ownership (=pengelolaan dan
kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan
sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana
ekowisata, kawasan ekowisata, dll ( nilai partisipasi masyarakat)
sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana
ekowisata, kawasan ekowisata, dll ( nilai partisipasi masyarakat)
3. Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana
akomodasi di lokasi wisata ( nilai ekonomi dan edukasi)
akomodasi di lokasi wisata ( nilai ekonomi dan edukasi)
4. Pemandu adalah orang setempat (nilai partisipasi
masyarakat)
5. Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek
wisata menjadi tanggungjawab masyarakat
setempat, termasuk penentuan biaya (=fee) untuk
wisatawan (nilai ekonomi dan wisata
wisata menjadi tanggungjawab masyarakat
setempat, termasuk penentuan biaya (=fee) untuk
wisatawan (nilai ekonomi dan wisata
Masalah
Perkembangan ekowisata di Indonesia memang belum terlalu
populer, namun ternyata konsep ekowisata ini justru menjadi andalan di berbagai
kawasan di Indonesia. Pasalnya, ekowisata sangat berperan penting dan memiliki
berbagai macam manfaat. Namun sayangnya pengembangan ekowisata kurang dapat
perhatian dari pemerintah maupun masyarakat dan juga terdapat dampak negatif
bagi pariwisata.
Dampak negatif yang umumnya terjadi
diantaranya:
·
wisatawan
cenderung membuang sampah / mengotori kawasan wisata.
·
pariwisata
dapat menyebabkan kepadatan baik itu manusia maupun kendaraan.
·
pariwisata
memiliki andil dalam pencemaran aliran air dan kawsan pantai.
·
pariwisata
dapat menyebabkan erosi.
·
pariwisata
dapat menyebabkan adanya pembangunan yang tidak diinginkan.
·
pariwisata
menyebabkan gangguan dan kerusakan pada habitat hewan liar.
Kegiatan wisata yang tidak
terkendali akan menyebabkan ancaman terhadapp lingkungan. Menurut UNEP (United
Nations Environment Programme), dampak utama pariwisata terhadap lingkungan
terbagi menjadi tiga poin besar, yaitu berkurangnya sumber daya alam,
bertambahnya polusi, dan dampak terhadap ekosistem. Kegiatan pariwisata dapat
menciptakan tekanan yang besar bagi sumber daya lokal, seperti energi, air,
hutan,tanah, juga satwa liar. Hutan kerap mendapatkan dampak negatif dengan
adanya deforestasi dan land clearing atau pembukaan lahan
untuk lapangan parkir atau fasilitas bersama.
Pariwisata juga dapat menyebabkan
dampak lain yaitu polusi, seperti emisi udara, kebisingan,limbah padat, limbah
cair, maupun polusi visual. Emisi dari transportasi dan produksi energy akan
mengakibatkan hujan asam, polusi fotokimia,dan pada tingkat global akan berdampak
pada pemanasan global. Polusi bising juga dapat mengubah perilaku satwa
terhadap pola aktivitas alami mereka. Hal ini secara tidak langsung merubah
alam dan perilakunya.
Jika kita lihat dari paparan diatas,
secara umum dampak fisik pariwisata dapat dibagi berdasarkan area of
effect, yaitu, biodiversity, erosi dan kerusakan fisik, polusi,
permasalahan sumber daya, dan perubahan atau kerusakan visual atau struktural.
Sebuah area wisata alam yang menarik
pasti memiliki lanskap beserta ekosistem yang beragam. Namun pembangunan
fasilitas pendukung pariwisata seperti pembangunan infrastruktur akan
menyebabkan degradasi tanah dan mineral. Selain itu, pembangunan infrastruktur
juga menghilangkan populasi habitat tertentu di area tersebut.
Dengan adanya
kebutuhan dan permintaan yang semakin meningkat akan keberadaan kawasan wisata
dalam hal ini khusus kawasan ekowisata tentunya diperlukan kesadaran dan
pemahaman oleh para stakeholders akan pentingnya dampak pariwisata
terhadap lingkungan , sehingga perencanaan dan pengendalian pariwisata
terintegrasi menjadi penting untuk dilakukan.
Sadar
akan pentingnya isu lingkungan dan perlunya menjaga kondisi ekologis dan
biodiversitas maka diperlukan metoda dan tools untuk
dapat menilai suatu proyek atau pengembangan kawasan terkait denga potensi
dampaknya terhadap lingkungan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan
EIA, yaitu Environmental
Impact assesment, dengan
adanya pengembangan metode ini diharapkan memudahkan parapolicy-maker dalam pengambilan keputusan, demi
mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.
Solusi
Permasalahan mengenai pariwisata di
Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan karena kurangnya kepedulian
mengenai pengembangan ekowisata. Oleh sebab itu, menyebabkan menurunnya jumlah
pengunjung (wisatawan). Menurunnya jumlah wisatawan tersebut karena fasilitas
yang tidak lengkap dan kurang mendukung keamanan serta kenyamanan. Faktor lainnya
juga karena tidak terlaksananya dengan baik 7 sapta pesona,yaitu
bersih,tertib,aman,indah,ramah,tamah,sejuk,kenangan.
Agar terwujudnya 7 sapta pesona
perlunya partisipasi dari masyarakat. Pariwisata harus dikembangkan karena
dapat meningkatan pertumbuhan ekonomi namun dengan tidak merusaknya, melainkan
ikut berpartisipasi untuk melestarikannya. Masyarakat merupakan salah satu
unsur yang berperan penting dalam pembangunan serta pengembangan ekowisata.
Untuk itu peran serta masyarakat dalam pengembangan ekowisata sangat penting,
Konsep ekowisata juga dapat memberdayakan ekonomi masyarakat setempat,sehingga
dapatt menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat disekitar daerah
destinasi wisata tersebut.
Dengan keadaan alam sekarang yang penuh
polusi baik udara maupun air, kerusakan hutan maupun permasalahan alam lainnya
memang membutuhkan solusi ampuh untuk memperbaiki kerusakan yang ada. Dan dengan
adanya ekowisata, dapat setidaknya memperbaiki kerusakan yang terjadi pada alam
sekaligus ,menjadi potensi baru bagi dunia pariwisata.
Dengan begitu masyarakat juga dapat merasakan manfaat
dari pengembangan ekowisata karena pengembangan ekowisata memberikan dampak
positif bagi perekonomian masyarakat disekitar wilayah objek wisata tersebut.
Dengan demikian terjalinnya kerja sama yang kuat,objek wisata bertema ekowisata
membutuhkan masyarakat untuk menjaga keasrian serta kelestariannya,sedangkan
masyarakat membutuhkan objek wisata yang bertema ekowisata tersebut sebagai
sumber mata pencaharian bagi kehidupan mereka.
Selain peran serta masyarakat dalam
Pengembangan ekowisata, peran pemeritah yaitu lebih tepatnya Dinas Pariwisata
juga sangat berperan penting dalam pengembangan ekowisata. Untuk itu, kerja
sama antara masyarakat dengan pemerintah harus terjalin dengan baik agar
terlaksananya sistem pengembangan ekowisata dan berjalan dengan baik.
Peranan masyarakat dalam
Pengembangan Ekowisata yaitusebagai
upaya untuk memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menciptakan keindahan
alam dan membantu kelestariannya. Masyarakat yang ikut berperan juga haruslah
Sumber Daya Manusia yang terdidik maupun terlatih, serta mengerti dan memahami
tentang pariwisata dan juga pemahaman tentang ekowisata.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menunjang Pengembangan Ekowisata:
1. Melibatkan
masyarakat di daerah setempat dalam mengelola maupun berkontribusi untuk
kemajuan dan pengembangan objek wisata.
2. Pembuatan peraturan terhadap mutu
pelayanan pariwisata dan untuk tetap menjaga kelestarian objek wisata. Dan juga
perlunya tindak tegas bagi para pelanggar yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan, seperti tidak merusak
ataupun membuang sampah disekitar objek wisata.
3. Membuat ciri khas atau keunikan dari
objek wisata tersebut dibandingkan objek wisatalain. Dengan adanya keunikan,
dapat menaikan jumlah pengunjung, sehingga dapat memajukan pengembangan
ekowisata.
4. Melakukan promosi tentang daerah
ekowisata tersebut, terutama dijaman yang serba teknologi dapat memudahkan
orang untuk melakukan promosi melalui internet baik website maupun social
media.
5. Memperbaiki segala sarana maupun
fasilitas yang tersedia untuk menambah kenyamanan para wisatawan.
Meskipun begitu meningkatnya jumlah
wisatawan pada objek wisata yang bertema ekowisata tidak hanya berdampak
positif, namun juga dampak negatif. Karena kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya ikut menjaga kelestarian dari objek wisata. Maka dari itu, tindak
tegas sangat diperlukan.Menurut saya, solusi untuk wisatawan yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan yang dapat merusak suatu objek wisata khususnya
ekowisata adalah dengan sanksi denda yang tinggi agar masyarakat jera dan tidak
melakukan kesalahan yang sama.
Memperbaiki sarana dan fasilitas
yang tersedia juga merupakan upaya dalam mengembangkan ekowisata. Karena
seringkali dijumpai fasilitas yang kurang memadai di beberapa tempat wisata. Untuk pemerintah
diharapkan lebih memperhatikan fasilitas & pengelolaan yang ada di lokasi
ekowisata supaya pengunjung lebih nyaman, dan aman di kawasan ekowisata. Dan
untuk masyarakat yang datang berkunjung ataupun berwisata diharapkan menjaga
kebersihan lingkungan.
Daftar Pustaka
Rachael Thalita ( 4423154172)-Kelas A UJP 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar