Cindelaras,
Cerita Rakyat dari Jawa Timur
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas 3 ini
dengan baik. Tujuan penulisan tugas ini dibuat sebagai salah satu syarat memenuhi
Tugas 3 mata kuliah Sejarah Indonesia mengenai Folklor Indonesia dengan judul “Cindelaras, Cerita Rakyat dari Jawa
Timur.” Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. M.
Shobirienur Rasyid selaku dosen Sejarah Indonesia Usaha Jasa Pariwisata yang
telah banyak membantu dan memberikan limpahan ilmu berguna kepada penulis,
serta kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan
yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini
bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik
lagi.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas 3 ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mohon kritik, saran dan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya
dan dapat memberikan informasi lebih.
Jakarta, Januari 2016
Penulis
PEMBAHASAN
A. Folklor
Folklor meliputi
legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang
menjadi tradisi dalam
suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang
menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang
mempelajari folklor disebut folkristika. Istilah filklor berasal dari bahasa inggris, folklore, yang pertama kali
dikemukakan oleh sejarawan Inggris William Thoms dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London
Journal pada tahun 1846. Folklor
berkaitan erat dengan mitologi.
Kata
folklor berasal dari bahasa inggris, yaitu folk dan lore. Kata Folk memiliki
arti sama dengan kata Kolektif. Menurut Alan Dundes arti kata Folk adalah
sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan
sehingga dapat di bedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Sementara itu
kata lore berarti tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang di wariskan
secara lisan atau melalui suatu contoh yang di sertai dengan gerak isyarat atau
alat pembantu pengingat.
Folklor
mempunyai empat fungsi. Pertama foklor sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai
alat pencerminan angan-angan suatu kelompok kedua folklor sebagai alat
pengesahan pranata-pranata dan Lembaga-lembaga kebudayaan, ketiga folklor sebagai
alat pendidikan anak-anak, contoh foklor Sebagai alat pendidik adalah foklor
lisan (nyanyian anak) dari jawa yaitu wajibe dadi murid, dan ke empat Folklor
sebagai alat pemaksa norma agar masyarakat selalu mematuhinya.
Folklor
memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan kebudayaan lainnya. Ciri-ciri
folklor antara lain :
1) penyebaran dan pewarisannya secara lisan
2) bersifat tradisional. Hal ini terlihat dari sistem
penyebarannya yang bersifat tetap
3) versinya berbeda-beda karena penyampaiannya secara
lisan memungkinkan adanya perubahan di dalamnya
4) bersifat anonim karena tidak di ketahui nama
penciptanya
5) memiliki bentuk yang biasanya mempunyai rumus atau
berpola. Hal ini terlihat dalam cerita rakyat yang selalu mennggunakan kata
Klise, seperti "menurut empunya cerita"... Sebagai kata pembukaan
6) memiliki suatu fungsi dalan kehidupan masyarakat
7) Bersifat Pralogis karen logikanya sendiri tidak
sesuai dengan logika umum
8) Menjadi milik bersama masyarakat tertentu hal ini
karena penciptanya pertama tidak di ketahui lagi. Maka semua anggota masyarakat
itu merasa memilikinya
9) Pada umumnya bersifat polos dan lugu meskipun
sering kali terlihat kasar atau terlalu sopan.
Menurut
Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1.)
Folklor lisan yang bentuknya murni lisan, contoh
folklor lisan seperti bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan
tradisional, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat.
a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai
alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang
dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti:
logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
Fungsi bahasa rakyat
Fungsi bahasa rakyat
sedikitnya ada empat yakni:
- Untuk memberi serta memperkokoh identitas
folklornya (slang, cant, shop salk, argot, jargon, nama gelar, bahasa
bertingkat, colloquial, onomatopoetic, dan onomastis)
- Untuk
melindungi folk pemilik folklore itu dari ancaman kolektif lain atau penguasa
(slang, bahasa rahasia, dan cant);
- Untuk memperkokoh
kedudukan folknya pada jenjang pelapisan masyarakat (gelar atau bahasa
bertingkat);
- Untuk memperkokoh kepercayaan rakyat dari
folknya (sirkumlokusi dan julukan atau alias yang diberikan kepada anak-anak
yang buruk kesehatannya).
Bentuk-bentuk folklore bahasa
rakyat; Logat, Slang, Pemberian nama dan
julukan, Gelar kebangsawanan atau jabatan tradisional, Bahasa bertingkat (speech
level), onomatopoetis(onomatopoetic), onomastis.
-
Logat
Bentuk foklor Indonesia yang termasuk dalam
kelompok bahasa rakyat adalah logat (dialect) bahasa-bahasa Nusantara, misalnya
logat jawa dari Indramayu, yang merupakan bahasa Jawa Tengah yang telah
mendapat pengaruh bahasa Sunda, atau logat bahasa Sunda dari Banten, ataupun
logat bahasa Jawa Cirebon, dan logat bahasa Sunda Cirebon.
-
Slang
Bentuk lain bahasa rakyat adalah slang. Menurut
kamus Webster New World Dictionary of the American Language (1959), asal slang adalah
kosa kata dan idiom para penjahat gelandangan atau kolektif khusus. Maksudnya
diciptakannya bahasa slang ini adalah untuk menyamarkan arti bahasa terhadap
orang luar. Pada masa kini bahasa slang dalam arti khusus itu (bahasa rahasia)
disebut cant. Di Jakarta cant adalah istilah-istilah rahasia.
-
Gelar kebangsawanan
Bentuk folklore lainnya yang juga termasuk dalam golongan bahasa rakyat
adalah gelar kebangsawanan atau jabatan tradisional.Gelar kebangsawanan
kerajaan Banjar seperti pola lapisan sosial kerajaan lainnya di nusantara
menunjukkan pola status sosial menurut keturunan.
-
Bahasa Bertingkat
Bentuk lain dari folklore bahasa rakyat adalah bahasa
bertingkat (speech level). Bahasa Banjar juga mengenal tingkatan
bahasa (Jawa: unggah-ungguh), tetapi hanya untuk kata ganti orang, yang tetap
digunakan sampai sekarang.
(b) Ungkapan tradisional adalah
kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya
mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki).
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang
mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan
rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali
sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain.
Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu
cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam
masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi
lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau
tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan
hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat
manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2.) Folklor sebagian lisan yaitu folklor
yang merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan, Contoh folklor sebagian lisan seperti:
a) Kepercayaan rakyat (takhyul),
kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek
(kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan
rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa
bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater
rakyat
(d) Tari
Rakyat
(e) Pesta
Rakyat
(f) Upacara
Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan
agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan
sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap
memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3.) Folklor
bukan lisan merupakan
folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara
lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam
folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna
suci),Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat, Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi
waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk
angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional
Selain itu seperti
arsitektur rakyat, kerajinan tangan, dan pakaian juga termasuk contoh folklor
bukan lisan.
B.
Folklor Cindelaras dari Jawa Timur
Cindelaras adalah cerita rakyat yang
berasal dari Jawa Timur. Kisah ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki
yang bernama Cindelaras dan ayam jantannya.Cindelaras mempunyai ayam yang tidak
terkalahkan. Ayam inilah yang
mempertemukan Cindelaras dan Raden Putra, ayah dari Cindelaras.
Baginda Raden Putra, raja kerajaan
Jenggala seorang raja yang termasyur. Sayang, kadang-kadang sikapnya kurang
bijaksana. Misalnya dalam istrinya yang kedua. Sang Baginda sering menurut
saja, bagaikan seekor kerbau dicocok hidungnya.
Istri kedua sang Prabu memang cantik
rupawan. Namun, hatinya tidak seindah wajahnya. Wanita ini kerap dikuasai rasa
dengki yang keterlaluan. Lebih-lebih dalam masalah dengan istri pertama
Baginda, yaitu sang Permaisuri.
"Aku seharusnya yang pantas
menjadi permaisuri!" pikir wanita pendengki itu setiap kali.
"Satu-satunya jalan ialah dengan menyingkirkan perempuan musuhku itu!
sebelum cita-citaku ini menjadi kenyataan, takkan tenteram perasaanku."
Padahal sebenarnya Permaisuri itu orang baik, juga terhadap istri kedua.
Pada suatu hari, istri kedua
melaksanakan rencana yang telah berhari-hari dipikirkannya. Ia berpura-pura
jatuh sakit. Sakitnya sepertinya parah sekali.
Baginda Raden Putra merasa panik
melihat istrinya tampak menderita seperti itu. Ia berusaha dengan segala cara
supaya istrinya bisa sembuh kembali.
Dibutuhkan tabib dan dukun untuk
menolong wanita itu. Salah seorang dukun yang sebenarnya adalah orang suruhan
istri kedua menjelaskan sebab-sebab penyakit istri kedua kepada Baginda.
"Sesungguhnya sakit Tuan Putri
itu disebabkan perbuatan seseorang yang tidak menyukainya. Dia adalah Tuanku
Permaisuri sendiri. Agaknya Tuanku Permaisuri merasa iri karena Baginda sangat
menyayangi Tuan Putri. Itu sebabnya ia menaruh racun yang nyaris mematikan
dalam makanan istri Paduka ini."
Mendengar laporan itu, tanpa
menyelidiki lebih jauh, Baginda langsung meradang. Saat itu juga ia menyuruh
Patih untuk membawa Permaisuri ke hutan dan membunuhnya di sana. Baginda bahkan
tidak peduli bahwa saat itu Permaisuri sedang mengandung.
Patih adalah orang yang bijaksana.
Ia tahu sifat Permaisuri. Ia juga tahu bagaimana perangai istri kedua.
"Tidak mungkin Permaisuri sampai hati melakukan perbuatan keji, seperti
yang dituduhkan istri kedua itu. Permaisuri orang baik. Sebaliknya istri kedua
tidak bisa dipercaya. Sayang, Baginda terlalu mudah dipengaruhi oleh perempuan
pendengki itu," pikir Patih.
Atas pertimbangan-pertimbangan itu,
patih tidak sepenuhnya melaksanakan perintah Baginda. Permaisuri memang
dibawanya ke sebuah hutan, namun Patih tidak membunuhnya.
Mulai saat ini, saya anjurkan Tuanku
untuk tinggal di hutan ini. Berusahalah untuk bertahan sampai Tuanku
melahirkan. Oleh kehendak Dewata, saya percaya pada suatu saat Tuanku akan
dapat kembali ke istana," kata Patih kepada Permaisuri," kata Patih
kepada Permaisuri, setibanya di sebuah hutan yang terletak jauh dari istana.
"Akan tetapi, bagaimana dengan
Anda, Paman Patih?" Bukankah Baginda memerintahkan Anda membunuh saya?
Baginda pasti akan menghukummu jika mengetahui Anda justru melindungiku,"
kata Permaisuri.
"Tentang hal itu, Tuanku tidak
perlu khawatir. Saya bisa mengatasinya. Saya akan meyakinkan Baginda.
Percayalah."
"Anda adalah orang yang
bijaksana. Terima kasih, Paman Patih," sahut Permaisuri penuh rasa haru.
"Kesempatan untuk tetap hidup yang Anda berikan tidak akan saya
sia-siakan. Saya akan membesarkan anak saya. Semoga kelak dia dapat berjumpa
dengan ayahnya."
Sejak saat itu Permaisuri hidup di
hutan itu. Sampai pada suatu hari ia melahirkan seorang bayi laki-laki, yang
kemudian dikenal dengan nama Cindelaras.
Cindearas tumbuh menjadi seorang
anak yang sehat dan cerdas. Ia bersahabat dengan binatang-binatang penghuni
hutan itu dan mengerti bahasa mereka.
Pada suatu hari, tengah ia
bermain-main di hutan, seekor burung rajawali terbang ke arahnya. Burung itu
terbang kian merendah, lalu menjatuhkan sesuatu. Oh, ternyata sebutir telur
ayam hutan!
Cindelaras mengambil dan
mengamati-amati telur itu. Rasanya telur itu lebih besar daripada ukuran telur
pada umumnya.
"Hemmm, rajawali sepertinya
sengaja menghadiahkan telur ini padaku. Akan kutetaskan telur ini!"
katanya.
Lalu Cindelaras menemui ular,
sahabatnya. Kepada ular besar itu Cindelaras minta bantuan untuk mengerami
telur pemberian rajawali.
"Boleh saja. Tarauh telur
itu," kata ular.
Cindelaras pun meletakkan telur di
tengah gulungan badan ular yang panjang itu.
Beberapa waktu kemudian telur itu
menetas.
"Wah, hasilnya seekor ayam
jantan!" seru Cindelaras girang. Lalu dipeliharanya ayam itu sampai besar.
Ternyata ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang nampak kekar dan kuat.
Lebih mengherankan adalah bunyi kokoknya:
Kukuruyuuuuuuuk....
Jagone Cindelaras
Omahe tengah alas
Payone godhong klaras
Bapakne Raden Putra....
(Kukuruyuuuuuuk...Ayam jantan milik
Cindelaras, Rumahnya di tengah hutan, Atapnya daun kelapa, Ayahnya bernama
Raden Putra ....)
Cindelaras
tak habis heran mendengar bunyi kokok yang aneh itu. Oleh karena dorongan rasa
ingin tahunya, kemudian ia menanyakan makna kokok ayam itu kepada ibunya.
Permaisuri tercenung mendengar
pertanyaan putranya. "Agaknya saatnya sudah tiba," pikirnya. Lalu
wanita itu menjelaskan asal-usulnya kepada Cindelaras. Juga, masalah yang
menyebabkan sehingga ia terpaksa menyamar menjadi seorang perempuan desa dan
hidup di tepi hutan.
"Wah, jadi aku ini anak seorang
raja?" tanya Cindelaras terkejut.
"Benar, Anakku."
"Dan nama ayahku Raden
Putra?"
"Ya"
"Kalau begitu aku harus menemui
Ayah."
"Itu tidak mungkin, Nak,"
Permaisuri berusaha mencegah. "Pertama, ayahmu tidak akan percaya
kepadamu. Kedua, kalau sampai tahu, istri muda ayahmu itu pasti tidak akan
tinggal diam."
"Aku akan memikirkan caranya,
Bu," jawab Cindelaras. "Yang pasti, aku tidak ingin Ibu terus begini.
Hidup menderita, sementara perempuan licik itu enak-enakan hidup di
istana."
Permaisuri sadar, tekad
anaknya tidak mungkin dicegah.
Pada suatu hari Cindelaras turun ke
desa dengan membawa ayam jantan peliharaannya. Setibanya di desa ia menantang
adu ayam kepada pemilik-pemilik ayam jantan yang dijumpainya.
Tantangan Cindelaras memperoleh
sambutan. Akan tetapi, ayam jantan Cindelaras ternyata sangat perkasa. Tak ada
seekor ayam jantan pun dari desa itu yang bisa mengalahkannya.
"Wah, ayam ini kuat
sekali!" puji orang banyak.
Berita tentang seorang anak
laki-laki yang memiliki ayan jantan tak terkalahkan segera menyebar ke
mana-mana. Hingga akhirnya sampai ke telinga Baginda Raden Putra. Kebetulan
Baginda juga punya kegemaran menyabung ayam.
"Aku ingin mencoba kehebatan
ayam milik anak itu," ujar Baginda. "Carilah dia, dan bawa ke
hadapanku."
Cindelaras pun dibawa menghadap
Baginda. Baginda mengamati Cindelaras dengan cermat. "Anak ini nampak
tampan dan cerdas. Sepertinya bukan anak orang kebanyakan," pikir Baginda.
"Siapa dia sebenarnya?"
Pada saat pandangannya beradu dengan
sinar mata Cindelara, Baginda merasakan ada getaran aneh dalam dadanya. Baginda
semakin merasakan sesuatu yang aneh.
"Hemmm, jadi kamu yang bernama
Cindelaras, pemilik ayam jantan yang terkenal itu? Dan itukah ayammu?"
tanya Baginda.
"Betul, Yang Mulia."
"Aku yakin ayamku akan bisa
mengalahkan ayammu."
"Kita coba saja," tantang
Cindelaras penuh rasa percaya diri." Namun, apa taruhannya, Paduka?"
"Apa sebaiknya menurut
kamu?" balas Baginda.
"Saya tidak punya apa-apa. Maka
taruhan saya adalah leher ini," jawab Cindelaras sambil menuding lehernya.
"Kalau ayam saya kalah, Baginda boleh menyuruh penggal leher saya. Akan
tetapi, kalau saya menang, Paduka harus rela menyerahkan separuh dari kerajaan
Paduka."
Baginda Raden Putra makin terkesan
melihat ketegasan dan keberanian Cindelaras. Tanpa berpikir panjang, beliau
langsung menjawab, "Setuju! Dan jangan berlama-lama, sabung ayam kita
mulai sekarang saja!"
"Baik, Baginda!"
Cindelaras lalu melepaskan ayamnya ke arena. Demikian pula pembantu Baginda.
Dua ekor ayam jantan saling
berhadapan. Sesudah saling menaksir kekuatan lawan, mereka pun mulai berlaga.
Lagi-lagi ayam jantan Cindelaras menunjukkan keperkasaannya. Dalam waktu tidak
terlama lama, ayam Baginda berhasil dibikinnya lari lintang pukang ke luar arena!
"Horeeee!" sorak para
penonton mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya.
Baginda menatap tajam ke arah
Cindelaras, lalu berkata, "Aku sudah kalah. Dan aku tidak akan mengingkari
janjiku. Tetapi sebelum kuserahkan separuh kerajaan ini kepadamu, tolong katakan
siapa dirimu sebenarnya."
Cindelaras balas memandang Raden
Putra. Sesudah itu ia membungkuk dan membisikkan sesuatu kepada ayamnya. Saat
itu juga ayam jantan itu menegakkan lehernya. Kemudian dengan suara nyaring
hewan itu berkokok berulang-ulang:
Kukuruyuuuuuuuk....
Jagone Cindelaras
Omahe tengah alas
Payone godhong klaras
Bapakne Raden Putra...."
Baginda tersentak mendengar suara
kokok ayam itu. Sementara dengan suara mantap Cindelaras berkata, "Paduka
sudah mendengarnya sendiri, bukan? Nama saya adalah Cindelaras. Ibu saya adalah
Permaisuri yang sah dari kerajaan ini. Ayah saya adalah Anda sendiri
....."
"Jadi ... kamu anakku? Tetapi
bagaimana mungkin?" tanya Baginda terbata-bata.
Seseorang nampak maju lalu
menghaturkan hormat kepada Baginda. Dia adalah si Patih. Patih yang bijaksana
itu lalu menuturkan duduk perkaranya kepada Baginda.
"Jadi, ini semua karena ulah
saya, Tuanku. Jika Tuanku menganggap saya bersalah, silakan menghukum
saya."
"Oh, tidak...tidak!" tukas
Baginda cepat. "Justru kamu sangat bijaksana, Paman Patih. Kalau saja
waktu itu kau benar-benar membunuh Adinda Permaisrui..... ohh, betapa bodoh dan
cerobohnya aku!" seru Baginda sambil menepuk jidatnya.
Baginda lalu menghampiri Cindelaras
dan memeluknya erat-erat. "Maafkan ayahmu, Nak. Ayah menyesal
sekali." Baginda nampak menyeka matanya. "Bagaimana keadaan
ibumu?"
"Ibu, baik-baik saja. Dan Ibu
tidak pernah membenci Ayah," jawab Cindelaras.
"Aku akan menjemput ibumu. Aku
sendiri yang akan berangkat!"
Begitulah Raden Putra lalu berangkat
ke hutan menjemput Permaisuri. Sementara itu, istri kedua dan komplotannya
harus menanggung akibat kelicikan mereka. Mereka semua dijatuhi hukuman berat.
Permaisuri kembali diboyong ke
istana, dan hidup bahagia di samping suami dan putranya yang tercinta.
PENUTUP
Kesimpulan
Cerita ini
tergolong dongeng. Dongeng Cindelaras dan ayam jantannya sangat terkenal di
daerah Jawa Timur. Dari dongeng ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa
kebenaran pada akhirnya akan mencuat.
Tidak ada
sesuatu pun yang dapat menutupi kebenaran. Di samping itu, dongeng ini juga
menggambarkan bahwa ketidakbijaksanaan bisa menyebabkan kecerobohan. Seperti
yang dilakukan Raden Putra terhadap permaisurinya. Sebaliknya, ketabahan dalam
menghadapi penderitaan dan keadaan yang sulit, pada akhirnya akan membuahkan
kebahagiaan.
Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu penulis mohon
kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan
dimasa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan
dapat memberikan informasi lebih.
DAFTAR PUSTAKA
http://wahyuchaem.mywapblog.com/
Nama: Vita Nurani Alawiyah ( 4423154592 )
Kelas: A Usaha Jasa Pariwisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar