Dengan menyebut nama Tuhan Yang
Maha Esa, kiranya pantaslah saya memanjatkan puji syukur atas segala nikmat
yang telah diberikan kepada saya, baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas sejarah ini dengan baik. Salam dan shalawat
selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah
membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang
ini.
Tugas yang saya buat ini adalah
folklore yang berasal dari Sumatera Utara, yaitu legenda Lau Kawar.Saya
menyadari bahwa tugas yang saya buat ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan
tak luput dari kesalahan.Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya.oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati,
saya selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan tulisan saya ini. Akhirnya, besar
harapan saya agar dengan adanya tulisan yang saya buat ini dapat memberikan
manfaat yang berarti untuk para pembaca.Dan yang paling penting adalah semoga
dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.
Sumatera Utara adalah sebuah
provinsi yang terletak dipulau Sumatera, Indonesia dan beribukota di Medan.Pada
zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang
bernama Gouverment Van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh pulau Sumatera,
dipimpin oleh seorang gubernur yang berkedudukan dikota Medan. Dengan
diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I) No. 10tahun 1948 pada
tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi
yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus sendiri yaitu : Provinsi
Sumatera Utara, provinsi Sumatera Tengah dan provinsi Sumatera Selatan.Pada
tanggal 15 April 1948 selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi provinsi
Sumatera Utara.Pada tahun 1949, dilakukan kembali reorganisasi pemerintahan di
Sumatera.Dengan keputusan pemerintah Darurat R.I nomor 22/pem/PDRI pada tanggal
17 Mei 1949, jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan. Selanjutnya dengan
ketetapan Pemerintah Darurat R.I. pada tanggal 17 Desember 1949, dibentuk
Provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli/Sumatera Timur. Kemudian, dengan peraturan
Pemerintah pengganti Undang-Undang No.5 tahun 1950 pada tanggal 14 Agustus
1950, ketetapan tersebut dicabut dan dibentuk kembali provinsi Sumatera Utara.
Dengan undang-undang R.I No.24 tahun
1956 yang diundangkan pada tanggal 7 Desember 1956, dibentuk Daerah Otonom
Provinsi Aceh, sehingga wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagian menjadi
wilayah Provinsi Aceh.
Provinsi Sumatra Utara terletak
pada 1-4 Lintang Utara dan 98-100 Bujur Timur, luas daratan provinsi Sumatera
Utara 72.981,23 km. Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas pesisir
Timur, pegunungan bukit barisan, pesisir Barat, Kepulauan Nias. Di Sumatera
Utara beriklim tropis pada bulan Mei hingga September curah hujan ringan,
sedangkan Oktober hingga April curah hujan relatif lebat akibat intensitas
udara yang lembab.Sumatera Utara dibagi kepada 25 Kabupaten, 8kota (dahulu kota
madya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan atau desa.Sumatera Utara merupakan
provinsi multietnis dengan Batak,Nias dan Melayu sebagai pendududuk asli
wilayah ini.Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara
luas adalah Bahasa Indonesia..Suku Melayu
Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa
Melayu.Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh
orang-orang Melayu.Bahasa yang digunakan secara luas adalahbahasa Indonesia.Agama
yang ada di Sumatera Utara adalah Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu,
Parmalim dan animisme. Sosial budaya yang ada di Sumatera Utara beragam, mulai
dari musik, rumah adat, arsitektur, tarian, kerajinan, makanan khas dan cerita rakyat. Sumatera
Utara memiliki banyak kabupaten.Salah satu kabupaten tersebut ialah kabupaten
Karo.
Kabupaten Karo adalah salah satu
kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.Ibukota kabupaten ini terletak di
Kabanjahe.Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km dan berpenduduk
sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa.Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi
Karo, Bukit barisan Sumatera Utara.Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi
dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter diatas permukaan laut. Karena
berada diketinggian tersebut, tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini
mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 C. secara
geografis, letak kabupaten Karo berada diantara 2050-3019.
Lintang utara dan 97o55-98o38. Bujur Timur dengan luas 2.127,25
km2 atau 2,97 persen dari luas provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo terletak
pada jajaran bukit barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran
tinggi.Dua gunung berapi aktif terletak diwilayah ini sehingga rawan gempa
vulkanik.Wilayah kabupaten Karo berada pada ketinggian 280-1420 M diatas
permukaan laut. Berbatasan dengan kabupaten Langkat dan kabupaten Deli Serdang, sebelah selatan dengan Kabupaten
Dairi dan Toba Samosir, sebelah timur dengqan Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Simalungun dan sebelah barat dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Penduduk asli yang mendiami
wilayah Kabupaten Karo disebut suku bangsa Karo.Suku bangsa Karo ini mempunyai
adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat
bagi suku bangsa Karo sendiri. Suku ini
terdiri dari 5 Merga, Tutur Siwaluh, Rakut Sitelu. Dalam
perkembangannya, adat suku bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa suku bangsa
Indonesia lainnya dapat diterima dapat menjadi suku bangsa Karo dengan beberapa
persyaratan adat. Masyarakat Karo terkenal dengan semangat keperkasaannya dalam pergerakan merebut kemerdekaan
Indonesia, misalnya pertempuran melawan Belanda, Jepang,Politik bumi hangus.
Semangat patriotisme ini dapat kita lihat sekarang dengan banyaknya makam para
pahlawan ditaman makam pahlawan di kota KabanJahe yang didirikan pada tahun
1940. Penduduk kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta takwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang pada adat istiadat yang
luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Dalam
kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang
ingin diwujudkan adalah pencapaian tiga hal pokok yang disebut Tuah, sangap dan
menjuah-juah. Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Esa, mendapat
keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan
datang. Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota
keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang. Menjuah-juah
berarti sehat sejahtera lahir dan batin, aman,damai bersemangat serta
keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan manusia, antara manusia dan
lingkungan, dan antara manusia dengan tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah
merupakan satu kesatuan yang bulat yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama
lain.
Lambang persatuan dan kesatuan
Masyarakat Karo.UIS Beka Buluh adalah lambing kepemimpinan. Bintang lima,
melambangkan bahwa suku karo terdiri dari lima merga, kemudian dipadukan dengan
tiang bambu yang terdiri dari empat buah sehingga menyatu dengan tahun
kemerdekaan RI. Padi,melambangkan kemakmuran yang terdiri dari 17 butir sesuai
dengan tanggal kemerdekaan RI.Bunga kapas, lambing keadilan social, cukup
sandang pangan yang terdiri dari 8buah sesuai dengan bulan kemerdekaan
RI.Kepala kerbau, melambangkan semangat kerja dan keberanian.Tugu bambu
runcing, melambangkan patriotism dan kepahlawanan dalam merebut dan mempertahankan
Negara kesatuan RI.Markisa, KOL dan jeruk, melambangkan hasil pertanian
spesifik Karo yang memberikan sumber kehidupan bagi masyarakat Karo. Jambur
Sapo Page, melambangkan sifat masyarakat Karo yang suka menabung (tempat
menyimpan padi). Uis Arinteneng, lambang kesentosaan. Rumah adat Karo,
melambangkan ketegaran seni, adat dan budaya Karo.
Kabupaten
Karo juga memiliki rumah adat.Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi
dibandingkan dengan rumah adat lainnya.Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya
ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut
‘’ayo-ayo rumah’’ dan ‘’tersek’’.Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah
karo memiliki bentuk khas disbanding dengan rumah tradisional lainnya yang
hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara. Objek wisata di Kabupaten
Karo beragam, misalnya Gunung Sinabung, Gunung sibayak, Danau Lau Kawar, Air
Panas Lau Debuk-Debuk, Bukit Gundaling, Air Terjun Sikulikap, Air Terjun
Sipiso-Piso, Air Terjun Tongging, Putri Hijau, dan Pagoda. Kabupaten Karo,
Sumatera Utara memiliki banyak tujuan wisata yang bisa dikunjungi. Yaitu Danau
Toba, Air terjun sipiso-piso, air terjun sikulikap, gunung sibayak, gunung
sinabung, tongging, bukit gundaling, danau lau kawar, air panas lau
debuk-debuk, air panas semangat gunung, taman hutan raya bukit barisan, gua
liang lahar, kota braskaji, gunung sipiso-piso, para laying, arum jeram,
perjalanan, desa budaya lingga, penatapan doulu.Salah satu cerita rakyat yang
ada di Kabupaten Karo adalah Danau Lau Kawar.
Danau Lau Kawar adalah salah satu
danau yang berada di Desa Kutagugung, kecamatan Naman Teran dibawah kaki gunung
berapi Sinabung, Kabupaten Karo, provinsi Sumatera Utara.Di danau Lau Kawar
mempunyai cerita tersendiri mengapa terjadinya Danau tersebut.Danau lau kawar
berada di desa Kutagugung kecamatan teran
(dulu kecamatan simpang empat), dibawah kaki gunung Sinabung kabupatena
Karo provinsi Sumatera Utara. Bila dari kota Medan untuk sampai ke danau Lau Kawar memakan waktu kurang lebih 3jam
dengan jarak sekitar 70 kilometer jika menggunakan sepeda motor. Bila beragkat
dari kota Medan maka arah tujuannya menuju ke kta Berastagi lalu melewati pajak
Berastagi hingga sampai pada persimpangan 4 dan terdapat sebuah tugu atau
monumen ditengah persimpangan, lalu berbelok ke kanan. Setelah itu akan
terlihat sebuah papan arah dipinggir jalan. Disana bisa dilihat untuk menuju ke
danau Lau Kawar sekitar 27 kilometer lagi atau bila dalam waktu sekitar 45
menit.Lanjutkan perjalanan mengikuti jalan besar yang ada dan terus saja
kedalam. Selama perjalanan kita akan melihat perkasaan gunung Sinabung yang
tinggi menjulang dan terlihat gagah. Begitu indah terlihat pemandangan
tersebut.Pasca letusan terlihat gunung Sinabung terlihat begitu gersang dan
kering kerontang.Banyak pepohonan yang mati karena letusan tersebut.Langit yang
biru dihiasi dengan awan-awan putih yang terbang di langit luas bagaikan
kapas-kapas diudara yang memanjakan mata saat memandangnya.
Sebelum sampai ke danau Lau Kawar
akan begitu banyak persimpangan yang dijumpai salah satunya persimpangan di
dekat kantor camat simpang empat. Pada persimpangan ini terdapat juga papan
arah yang hamper tak terlihat tertutup dedaunan yang rindang. Jika berbelok ke
kiri akan menuju desa Lingga untuk melihat rumah adat Karo yang sudah berumur
ratusan tahun. Maka untuk menuju Lau Kawar dapat berbelok ke kanan. Setelah itu terus saja mengikuti
jalan utama masih banyak persimpangan yang akan ditemui. Ketika menemukan
pertigaan maka berbelok ke kiri untuk sampai ke danau Lau Kawar.
Akses jalan ke danau Lau Kawar
juga sudah bagus dan beraspal, meskipun ada beberapa sudut jalan yang longsor.
Setelah perjalanan hampir satu jam dari simpang empat berastagi kini tibalah
dipintu gerbang danau Lau Kawar. Namun sayangnya gerbang danau Lau Kawar
tersebut terlihat seperti tidak terawat.Ada kemungkinan hal tersebut
dikarenakan efek dari letusan sinabung beberapa waktu yang lalu.Ketika kita
memasuki kawasan danau Lau Kawar tidak perlu membeli karcis atau membayar uang
untuk menikmati keindahan danau Lau Kawar ini.Meskipun letusan gunung terjadi
beberapa waktu lalu namun danau Lau Kawar ini sepertinya tidak terjadi
perubahan.Danau Lau kawar tetap terlihat menawan, sejuk dan terasa rileks.Saat
duduk santai didekat danau Lau Kawar.Danau ini memiliki luas sekitar 200
hektar.Meskipun tidak seluas danau toba namun danau Lau Kawar mempunyai daya
tarik sendiri.Apalagi untuk para pendaki Sinabung, danau Lau Kawar menjadi
tempat istirahat atau temat beristirahat sejenak sebelum dan sesudah mendaki Gunung
Sinabung.
Legenda Lau Kawar merupakan
legenda yang berkembang di kabupaten Karo, Sumatra Utara.Kabupaten ini terletak
di dataran tinggi Karo.Daerah ini sangat kaya akan keindahannya. Salah satu
keindahannya adalah Danau Lau kawar.Air yang bening dan tenang, serta
bunga-bunga yang indah ikut mengelilingi danau ini sehingga menambah kecantikan
danau.Menurut cerita rakyat sebelum menjadi danau, daerah ini bernama desa
Kawar.Dahulu, daerah tersebut merupakan kawasan pertanian yang sangat subur.Mata
pencaharian masyakarat sebagian besar adalah bercocok tanam.Pada awalnya
merupakan desa yang subur kemudian berubah menjadi sebuah danau.
Pada
zaman dahulu kala.Tersebutlah sebuah kampung yang subur dan permai, desa Kawar
namanya.Di desa itu terdapat sebuah mata air yang dimanfaatkan penduduk sebagai
sumber air minum.Penduduknya hidup dari bertani. Dan jika mereka habis panen,
biasanya akan digelar Gondang Guro-Guro Aron, musik khas masyarakat Karo. Dalam
acara itu penduduk akan bersuka cita, berdendang dan manortor. Remaja lelaki
dan perempuan akan manortor berpasang-pasangan. Begitulah cara penduduk Kawar
mengadakan selamatan untuk panen yang mereka nikmati.
Pada suatu waktu, Desa Kawar mengalami panen raya.Ini tak
pernah terjadi sebelumnya.Hasil panen meningkat dua kali lipat.Lumbung-lumbung
penduduk penuh semua dengan padi.Bahkan banyak warga harus membuat
lumbung-lumbung baru, supaya dapat menampung hasil panen yang melimpah.Untuk
mensyukuri panen raya ini, warga desa Kawar bersepakat untuk mengadakan pesta
“Mejuah-juah” satu hari penuh, diisi dengan upacara adat dan makan besar secara
bersama.
Hari pesta itu pun tiba.Desa Kawar tampak
semarak.Pagi-pagi, warga telah datang ke tempat pesta digelar.Di sebuah
lapangan terbuka, di situlah mereka berkumpul. Mereka memakai pakaian aneka
warna nan indah. Sebagian kaum perempuan tampak sibuk memasak.Memasak berbagai
macam masakan untuk disantap bersama dalam upacara tersebut.Di sebuah rumah di
dekat sebuah mata air, tinggallah seorang nenek tua renta.Dia menderita sakit, lumpuh.Ia
baru saja melepas kepergian anak, menantu dan cucunya untuk hadir dalam upacara
itu. Ia terbaring dalam kesendiriannya. Rasa sepi menyergapnya.
Beberapa saat berlalu. Kemudian, sayup-sayup ia mulai
mendengar suara Gondang Guro-guro Aron telah ditabuh. Angin juga membawa suara
derai tawa gembira ke telinganya.Ia menebarkan pandangannya ke luar melalui
jendela kamar. Ia tersenyum tiap kali mendengar keriuhan pesta itu. Dan
teringatlah ia ketika dahulu masih remaja. Lelaki dan perempuan manortor berpasangan-pasangan
dan ia ada di antara mereka. Banyak pemuda berlomba ingin berlama-lama manortor
dengannya. Maklum, dahulu ia tidak hanya pandai manortor. Ia juga terkenal
sebagai kembang desa Kawar. Alangkah bahagianya saat-saat seperti itu.Beberapa
saat berlalu.Suara keriuhan pesta makin terdengar jelas.
“Ya, Tuhan, betapa aku ingin berada di pesta itu.Aku ingin
manortor sepuas hatiku. Tapi, usia tua dan kelumpuhan ini membuatku tak
berdaya, ” jeritnya dalam hati. Beberapa saat kemudian airmatanya pun turun
berderai. Airmata kerinduan, kesepian dan penyesalan akan nasib. Kadang ia
merasa seperti orang tak berguna.
Tiba saatnya makan siang.Musik Gondang dihentikan
sementara.Semua warga desa Kawar berkumpul untuk menyantap hidangan makan siang
yang telah tersedia.Dengan lahap mereka menyantapnya.Panggang babi dan gulai
sapi tersaji bersama nasi yang masih mengepul.Semua bergembira.Sesekali
terdengar tawa riuh mereka karena ada saja yang membuat lelucon. Kegembiraan
itu menyebabkan mereka lupa pada sang nenek yang terbaring di rumahnya dalam
keadaan kelaparan. Anak, menantu dan cucunya juga lupa padanya.Waktu terus
berlalu. Sejak tadi si nenek mengharapkan kiriman nasi dan lauknya, yang akan
dibawa oleh cucunya, si Tongat. Tapi, tunggu punya tunggu, tak seorang pun yang
datang.
Sakit perutnya makin melilit karena didera kelaparan yang
sangat.Ia tak kuat. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada padanya, ia mencoba turun
dari ranjangnya. Tapi, ia kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh. Ia tersungkur
ke lantai tanah, karena tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri. Ia mencoba
merangkak. Perlahan dan tertatih ia merangkak menuju ke dapur untuk melihat
kalau-kalau ada yang bisa ia makan. Tapi, tak ada apa-apa.Rupanya, anak dan
menantunya hari itu sengaja tidak memasak. Pikir mereka, di tempat pesta akan
tersedia banyak makanan, sehingga nanti mereka tinggal mengambilnya dan
mengirimkan makanan itu melalui cucunya si Tongat.
Beberapa saat kemudian.Tubuh si nenek tampak gemetar
menahan kelaparan. Di dapur ia tak mendapatkan apa-apa. Ia sangat kecewa.
Dengan beringsut dan tertatih-tatih ia kembali ke pembaringannya. Nafasnya
tersenggal menahan rasa kecewa dan kemarahan.Ia merasa seperti disia-siakan.
Kemudian airmatanya berderai meratapi nasibnya penderitaannya.
“Oh Tuhan, aku sudah tak kuat menahan rasa lapar ini,”
tangisnya sembilu. ” Mereka sungguh tega membiarkan aku menderita seperti ini,
” ujanya seperti berbisik mengungkapkan rasa kecewanya.
Sementara itu, pesta makan sore dalam upacara itu baru
saja usai.Sang anak tiba-tiba teringat pada ibunya di rumah.Ia segera
menghampiri istrinya. “Istriku, apakah kamu tadi sudah mengantar makanan untuk
ibu?” tanyanya lekas.
“Belum, suamiku, ” jawab sang istri.
“Ibu sudah pasti kelaparan. Segeralah kau bungkus
makanannya, lalu suruhlah si Tongat, anak kita, untuk menghantarkannya ke
rumah,” perintah sang suami.
“Baiklah,” jawab sang istri.
Wanita itu pun bersegera membungkus makanan, lalu
memanggil anaknya. ” Tongat, antarkan makanan ini kepada nenekmu di rumah,”
perintahnya kepada sang anak.
“Baik, Bu,” jawab Tongat sambil menerima bungkusan
makanan. Ia pun berlari membawa makanan itu pulang. Beberapa saat
berlalu.Sesampainya di rumah, Tongat segera menyerahkan bungkusan itu kepada
neneknya.
“Ini makanannya, Nek.Tapi, nenek makanlah sendiri karena
Tongat harus kembali ke tempat upacara,” ujarnya bergegas kembali.
Dengan sisa tenaga yang ada padanya, sang nenek membuka
bungkusan makanan tersebut. Ia telah membayangkan akan menikmati makanan yang
lezat. Namun, ketika bungkusan tersebut dia buka, betapa dia kecewa, karena
mendapati isinya hanyalah sisa-sisa makanan.Beberapa tulang sapi dan kambing
yang hampir sudah dagingnya, dan sedikit sisa nasi.Itulah yang dia dapatkan.
Ia seperti tak percaya apa yang dia lihat. “Ya, Tuhan, apa
mereka sudah menganggapku seperti binatang?Mereka hanya memberiku sisa-sisa
makanan dan tulang-tulang.Mereka sekarang telah terang-terangan
menghinaku.Sungguh, tak dapat kumaafkan penghinaan mereka,” tangis si nenek
meledak dalam kemarahan yang sangat.
Sebetulnya, bungkusan tersebut berisi lauk daging yang
masih utuh, termasuk di dalamnya babi panggang satu porsi dan nasi yang cukup
untuk si nenek.Tetapi, di tengah jalan, si Tongat telah memakan sebagian isi
bungkusan itu, sehingga yang tersisa hanyalah tulang-tulang.
Tiada si nenek mengetahui kejadian yang sebenarnya.Ia
mengira anak dan menantunya tega melakukan hal itu padanya. Dengan perlakuan
seperti itu, hatinya terasa hancur.Air matanya terus-menerus mengalir menyesali
keadaan yang telah terjadi. Maka ia pun kemudian berdoa kepada penguasa alam
untuk mengutuk anak dan menantunya itu.
“Mereka telah berbuat durhaka kepadaku.Sekarang aku
menyumpahi mereka,” ujarnya memohon kepada penguasa alam semesta.
Beberepa saat berlalu.Tiba-tiba langit tampak
mendung.Guntur dan kilat bertalu-talu memecah langit.Bersamaan turunnya hujan
lebat, desa Kawar digoncang oleh gempa bumi.
Seluruh penduduk yang tadinya sangat bersuka cita,
seketika menjadi panik.Wajah-wajah ketakutan tampak di mana-mana.Jerit-tangis
terdengar di mana-mana.Namun, mereka tak bisa menghindar dari keganasan alam
yang dahsyat itu.Dalam sekejap, desa Kawar yang subur dan makmur tenggelam oleh
hujan deras yang tiada henti selama berhari-hari.Beberapa hari kemudian, desa
itu telah beruba menjadi sebuah kawah besar yang dipenuhi genangan air.
Demikianlah oleh masyarakat Karo ia diberi nama Lau Kawar.
Danau yang terletak sekitar 80 km dari Medan.
Di danau lau Kawar ini menurut
masyarakat sekitar yang percaya bahwa dikawasan ini terdapat beberapa
pantangan, seperti yang lazim berlaku di manapun.Harus bersikap dan berbicara
sopan, dilarang berbuat asusila, dilarang memotong anjing atau membuang
pembalut wanita ke danau. Menurut kepercayaan warga sekitar jika pantangan
tersebut dilanggar maka penunggu danau dan gunung akan marah yang ditandai
dengan datangnya badai. Ada sebuah peristiwa yang pernah terjadi yang berkitan
dengan danau tersebut.Ada seorang wisatawan yang tidak percaya degan pantangan
tersebut dan dia mencoba membuktikannya dengan membuang pembalut ke danau. Dan
kemudian sekitar satu jam berlalu, datang badai. Semua orang naik keatas
meninggalkan tenda, tetapi orang tersebut justru menuju danau.Ia merasa ada
yang menariknya. Namun untungnya salah seorang teman dari orang tersebut
menyadarkannya dan membawanya ke atas.Kejadian tersebut membuat orang tersebut
percaya dengan misteri danau Lau Kawar.
Misteri-misteri yang ada di Danau
tersebut didukung dengan kondisi danau yang memiliki udara yang sejuk dan cuaca
yang mendung serta hujan membuat suasana di danau Lau Kawar berubah menjadi
menyeramkan.Warga sekitar danau Lau Kawar sering mengingatkan kepada para
wisatawan untuk tidak melakukan maksiat dan berkata kotor. Menurut penjaga
pintu masuk danau Lau Kawar sekitar 3tahun yang lalu pernah ada korban yang
tewas saat berenang di danau tersebut. Pada waktu itu korban yang tidak
diketahui namanya tersebut berenang bersama teman-temannya ke tengah
danau.Namun saat sebelum sampai ke tengah danau mereka sadar bahwa danau
tersebut dalam.Kemudian mereka berenang kembali ke tepi danau namun naas korban
yang diketahui berjenis kelamin laki-laki tersebut tenggelam saat mencoba
berenang ke tepi danau.Teman korban dan warga yang megetahui kejadian tersebut
mencoba menyelamatkan korban dengan memakai perahu.Namun korban tidak dapat diselamatkan
bahkan jasad korban pun sampai saat ini belum ditemukan.
Kesimpulan :
Legenda danau lau kawar merupakan
salah satu legenda yang berada di Indonesia dan masih dipercayai sampai sekarang. Sebenarnya
legenda danau lau kawar memiliki banyak versi cerita, tergantung kepercayaan
pribadi masing-masing.Salah satu cerita yang dipercayai masyarakat tentang
legenda danau Lau Kawar adalah tentang seorang nenek yang ditinggal oleh anak,
menantu serta cucunya ke pesta. Pada saat itu sang nenek sangat kelaparan
tetapi anaknya, menantu serta cucunya tidak meninggalkan makanan sama sekali
didapur. Sewaktu dibawakan makanan oleh sang cucu, makanan itu hanya tersisa
tulang dan nasi bekas. Betapa sedihnya sang nenek, ia berdoa kepada tuhan agar
sang anak diberikan pelajaran. Maka beberapa hari kemudian terjadi badai yang
sangat besar, maka terbentuklah danau Lau Kawar.Danau lau kawar berlokasi
ditempat yang terpencil dan sulit dijangkau.Namun dibalik semua itu danau lau
kawar memiliki keindahan yang begitu mempesona dan menawan.Dengan suasana
seperti itu, membuat wisatawan merasa nyaman untuk berkunjung ke danau
tersebut.Namun dibalik semua pesona yang dimilikinya, danau lau kawar memiliki
misteri yang membuat para wisatawan ragu untuk mendatangi kawasan tersebut.Pantangan-pantangan
di danau lau kawar tersebut adalah dilarang memotong anjing, dilarang berbuat
asusila dan membuang pembalut ke danau.Hal tersebut harus di patuhi dan tidak
boleh dilanggar karena selain hal tersebut adalah sebuah pantangan di danau tersebut,
hal tersebut juga dapat merusak ekosistem danau lau kawar.Beberapa kejadian
juga pernah terjadi di danau Lau Kawar, seperti orang tenggelam saat berenang,
dirasuki dan hampir terseret ke dalam danau sewaktu terjadi badai.Maka dari
itu, disaat kita berkunjung ke tempat baru sebaiknya kita tidak berbuat hal
yang dilarang ditempat itu.dan kita jangan merusak fasilitas yang ada, harus
mejaga kebersihan ditempat itu dan menaati peraturan yang sudah ada.
www.travel.detik.com
Nama : Quinta Badzlina Anjani
Usaha Jasa Pariwisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar