Kamis, 07 Januari 2016

tugas 3 folklore Indonesia

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah saya memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada saya, baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas sejarah ini dengan baik. Salam dan shalawat selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Tugas yang saya buat ini adalah folklore yang berasal dari Sumatera Utara, yaitu legenda Lau Kawar.Saya menyadari bahwa tugas yang saya buat ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan tak luput dari kesalahan.Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya.oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, saya selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan tulisan saya ini. Akhirnya, besar harapan saya agar dengan adanya tulisan yang saya buat ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca.Dan yang paling penting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.
Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak dipulau Sumatera, Indonesia dan beribukota di Medan.Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouverment Van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh pulau Sumatera, dipimpin oleh seorang gubernur yang berkedudukan dikota Medan. Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I) No. 10tahun 1948 pada tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus sendiri yaitu : Provinsi Sumatera Utara, provinsi Sumatera Tengah dan provinsi Sumatera Selatan.Pada tanggal 15 April 1948 selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi provinsi Sumatera Utara.Pada tahun 1949, dilakukan kembali reorganisasi pemerintahan di Sumatera.Dengan keputusan pemerintah Darurat R.I nomor 22/pem/PDRI pada tanggal 17 Mei 1949, jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan. Selanjutnya dengan ketetapan Pemerintah Darurat R.I. pada tanggal 17 Desember 1949, dibentuk Provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli/Sumatera Timur. Kemudian, dengan peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No.5 tahun 1950 pada tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan tersebut dicabut dan dibentuk kembali provinsi Sumatera Utara. Dengan undang-undang R.I  No.24 tahun 1956 yang diundangkan pada tanggal 7 Desember 1956, dibentuk Daerah Otonom Provinsi Aceh, sehingga wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagian menjadi wilayah Provinsi Aceh. 
Provinsi Sumatra Utara terletak pada 1-4 Lintang Utara dan 98-100 Bujur Timur, luas daratan provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km. Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas pesisir Timur, pegunungan bukit barisan, pesisir Barat, Kepulauan Nias. Di Sumatera Utara beriklim tropis pada bulan Mei hingga September curah hujan ringan, sedangkan Oktober hingga April curah hujan relatif lebat akibat intensitas udara yang lembab.Sumatera Utara dibagi kepada 25 Kabupaten, 8kota (dahulu kota madya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan atau desa.Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak,Nias dan Melayu sebagai pendududuk asli wilayah ini.Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia..Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu.Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu.Bahasa yang digunakan secara luas adalahbahasa Indonesia.Agama yang ada di Sumatera Utara adalah Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, Parmalim dan animisme. Sosial budaya yang ada di Sumatera Utara beragam, mulai dari musik, rumah adat, arsitektur, tarian, kerajinan,  makanan khas dan cerita rakyat. Sumatera Utara memiliki banyak kabupaten.Salah satu kabupaten tersebut ialah kabupaten Karo.
Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.Ibukota kabupaten ini terletak di Kabanjahe.Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa.Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit barisan Sumatera Utara.Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter diatas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 C. secara geografis, letak kabupaten Karo berada diantara 2050-3019. Lintang utara dan 97o55-98o38. Bujur Timur dengan luas 2.127,25 km2 atau 2,97 persen dari luas provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo terletak pada jajaran bukit barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi.Dua gunung berapi aktif terletak diwilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik.Wilayah kabupaten Karo berada pada ketinggian 280-1420 M diatas permukaan laut. Berbatasan dengan kabupaten Langkat dan kabupaten Deli  Serdang, sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir, sebelah timur dengqan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan sebelah barat dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut suku bangsa Karo.Suku bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi suku bangsa Karo sendiri. Suku ini  terdiri dari 5 Merga, Tutur Siwaluh, Rakut Sitelu. Dalam perkembangannya, adat suku bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa suku bangsa Indonesia lainnya dapat diterima dapat menjadi suku bangsa Karo dengan beberapa persyaratan adat. Masyarakat Karo terkenal dengan semangat keperkasaannya  dalam pergerakan merebut kemerdekaan Indonesia, misalnya pertempuran melawan Belanda, Jepang,Politik bumi hangus. Semangat patriotisme ini dapat kita lihat sekarang dengan banyaknya makam para pahlawan ditaman makam pahlawan di kota KabanJahe yang didirikan pada tahun 1940. Penduduk kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang pada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian tiga hal pokok yang disebut Tuah, sangap dan menjuah-juah. Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang. Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang. Menjuah-juah berarti sehat sejahtera lahir dan batin, aman,damai bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.
Lambang persatuan dan kesatuan Masyarakat Karo.UIS Beka Buluh adalah lambing kepemimpinan. Bintang lima, melambangkan bahwa suku karo terdiri dari lima merga, kemudian dipadukan dengan tiang bambu yang terdiri dari empat buah sehingga menyatu dengan tahun kemerdekaan RI. Padi,melambangkan kemakmuran yang terdiri dari 17 butir sesuai dengan tanggal kemerdekaan RI.Bunga kapas, lambing keadilan social, cukup sandang pangan yang terdiri dari 8buah sesuai dengan bulan kemerdekaan RI.Kepala kerbau, melambangkan semangat kerja dan keberanian.Tugu bambu runcing, melambangkan patriotism dan kepahlawanan dalam merebut dan mempertahankan Negara kesatuan RI.Markisa, KOL dan jeruk, melambangkan hasil pertanian spesifik Karo yang memberikan sumber kehidupan bagi masyarakat Karo. Jambur Sapo Page, melambangkan sifat masyarakat Karo yang suka menabung (tempat menyimpan padi). Uis Arinteneng, lambang kesentosaan. Rumah adat Karo, melambangkan ketegaran seni, adat dan budaya Karo.
                Kabupaten Karo juga memiliki rumah adat.Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya.Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut ‘’ayo-ayo rumah’’ dan ‘’tersek’’.Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah karo memiliki bentuk khas disbanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara. Objek wisata di Kabupaten Karo beragam, misalnya Gunung Sinabung, Gunung sibayak, Danau Lau Kawar, Air Panas Lau Debuk-Debuk, Bukit Gundaling, Air Terjun Sikulikap, Air Terjun Sipiso-Piso, Air Terjun Tongging, Putri Hijau, dan Pagoda. Kabupaten Karo, Sumatera Utara memiliki banyak tujuan wisata yang bisa dikunjungi. Yaitu Danau Toba, Air terjun sipiso-piso, air terjun sikulikap, gunung sibayak, gunung sinabung, tongging, bukit gundaling, danau lau kawar, air panas lau debuk-debuk, air panas semangat gunung, taman hutan raya bukit barisan, gua liang lahar, kota braskaji, gunung sipiso-piso, para laying, arum jeram, perjalanan, desa budaya lingga, penatapan doulu.Salah satu cerita rakyat yang ada di Kabupaten Karo adalah Danau Lau Kawar.
Danau Lau Kawar adalah salah satu danau yang berada di Desa Kutagugung, kecamatan Naman Teran dibawah kaki gunung berapi Sinabung, Kabupaten Karo, provinsi Sumatera Utara.Di danau Lau Kawar mempunyai cerita tersendiri mengapa terjadinya Danau tersebut.Danau lau kawar berada di desa Kutagugung kecamatan teran  (dulu kecamatan simpang empat), dibawah kaki gunung Sinabung kabupatena Karo provinsi Sumatera Utara. Bila dari kota Medan untuk sampai ke danau  Lau Kawar memakan waktu kurang lebih 3jam dengan jarak sekitar 70 kilometer jika menggunakan sepeda motor. Bila beragkat dari kota Medan maka arah tujuannya menuju ke kta Berastagi lalu melewati pajak Berastagi hingga sampai pada persimpangan 4 dan terdapat sebuah tugu atau monumen ditengah persimpangan, lalu berbelok ke kanan. Setelah itu akan terlihat sebuah papan arah dipinggir jalan. Disana bisa dilihat untuk menuju ke danau Lau Kawar sekitar 27 kilometer lagi atau bila dalam waktu sekitar 45 menit.Lanjutkan perjalanan mengikuti jalan besar yang ada dan terus saja kedalam. Selama perjalanan kita akan melihat perkasaan gunung Sinabung yang tinggi menjulang dan terlihat gagah. Begitu indah terlihat pemandangan tersebut.Pasca letusan terlihat gunung Sinabung terlihat begitu gersang dan kering kerontang.Banyak pepohonan yang mati karena letusan tersebut.Langit yang biru dihiasi dengan awan-awan putih yang terbang di langit luas bagaikan kapas-kapas diudara yang memanjakan mata saat memandangnya.
Sebelum sampai ke danau Lau Kawar akan begitu banyak persimpangan yang dijumpai salah satunya persimpangan di dekat kantor camat simpang empat. Pada persimpangan ini terdapat juga papan arah yang hamper tak terlihat tertutup dedaunan yang rindang. Jika berbelok ke kiri akan menuju desa Lingga untuk melihat rumah adat Karo yang sudah berumur ratusan tahun. Maka untuk menuju Lau Kawar dapat berbelok  ke kanan. Setelah itu terus saja mengikuti jalan utama masih banyak persimpangan yang akan ditemui. Ketika menemukan pertigaan maka berbelok ke kiri untuk sampai ke danau Lau Kawar.
Akses jalan ke danau Lau Kawar juga sudah bagus dan beraspal, meskipun ada beberapa sudut jalan yang longsor. Setelah perjalanan hampir satu jam dari simpang empat berastagi kini tibalah dipintu gerbang danau Lau Kawar. Namun sayangnya gerbang danau Lau Kawar tersebut terlihat seperti tidak terawat.Ada kemungkinan hal tersebut dikarenakan efek dari letusan sinabung beberapa waktu yang lalu.Ketika kita memasuki kawasan danau Lau Kawar tidak perlu membeli karcis atau membayar uang untuk menikmati keindahan danau Lau Kawar ini.Meskipun letusan gunung terjadi beberapa waktu lalu namun danau Lau Kawar ini sepertinya tidak terjadi perubahan.Danau Lau kawar tetap terlihat menawan, sejuk dan terasa rileks.Saat duduk santai didekat danau Lau Kawar.Danau ini memiliki luas sekitar 200 hektar.Meskipun tidak seluas danau toba namun danau Lau Kawar mempunyai daya tarik sendiri.Apalagi untuk para pendaki Sinabung, danau Lau Kawar menjadi tempat istirahat atau temat beristirahat sejenak sebelum dan sesudah mendaki Gunung Sinabung.
Legenda Lau Kawar merupakan legenda yang berkembang di kabupaten Karo, Sumatra Utara.Kabupaten ini terletak di dataran tinggi Karo.Daerah ini sangat kaya akan keindahannya. Salah satu keindahannya adalah Danau Lau kawar.Air yang bening dan tenang, serta bunga-bunga yang indah ikut mengelilingi danau ini sehingga menambah kecantikan danau.Menurut cerita rakyat sebelum menjadi danau, daerah ini bernama desa Kawar.Dahulu, daerah tersebut merupakan kawasan pertanian yang sangat subur.Mata pencaharian masyakarat sebagian besar adalah bercocok tanam.Pada awalnya merupakan desa yang subur kemudian berubah menjadi sebuah danau.
Pada zaman dahulu kala.Tersebutlah sebuah kampung yang subur dan permai, desa Kawar namanya.Di desa itu terdapat sebuah mata air yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air minum.Penduduknya hidup dari bertani. Dan jika mereka habis panen, biasanya akan digelar Gondang Guro-Guro Aron, musik khas masyarakat Karo. Dalam acara itu penduduk akan bersuka cita, berdendang dan manortor. Remaja lelaki dan perempuan akan manortor berpasang-pasangan. Begitulah cara penduduk Kawar mengadakan selamatan untuk panen yang mereka nikmati.
Pada suatu waktu, Desa Kawar mengalami panen raya.Ini tak pernah terjadi sebelumnya.Hasil panen meningkat dua kali lipat.Lumbung-lumbung penduduk penuh semua dengan padi.Bahkan banyak warga harus membuat lumbung-lumbung baru, supaya dapat menampung hasil panen yang melimpah.Untuk mensyukuri panen raya ini, warga desa Kawar bersepakat untuk mengadakan pesta “Mejuah-juah” satu hari penuh, diisi dengan upacara adat dan makan besar secara bersama.
Hari pesta itu pun tiba.Desa Kawar tampak semarak.Pagi-pagi, warga telah datang ke tempat pesta digelar.Di sebuah lapangan terbuka, di situlah mereka berkumpul. Mereka memakai pakaian aneka warna nan indah. Sebagian kaum perempuan tampak sibuk memasak.Memasak berbagai macam masakan untuk disantap bersama dalam upacara tersebut.Di sebuah rumah di dekat sebuah mata air, tinggallah seorang nenek tua renta.Dia menderita sakit, lumpuh.Ia baru saja melepas kepergian anak, menantu dan cucunya untuk hadir dalam upacara itu. Ia terbaring dalam kesendiriannya. Rasa sepi menyergapnya.
Beberapa saat berlalu. Kemudian, sayup-sayup ia mulai mendengar suara Gondang Guro-guro Aron telah ditabuh. Angin juga membawa suara derai tawa gembira ke telinganya.Ia menebarkan pandangannya ke luar melalui jendela kamar. Ia tersenyum tiap kali mendengar keriuhan pesta itu. Dan teringatlah ia ketika dahulu masih remaja. Lelaki dan perempuan manortor berpasangan-pasangan dan ia ada di antara mereka. Banyak pemuda berlomba ingin berlama-lama manortor dengannya. Maklum, dahulu ia tidak hanya pandai manortor. Ia juga terkenal sebagai kembang desa Kawar. Alangkah bahagianya saat-saat seperti itu.Beberapa saat berlalu.Suara keriuhan pesta makin terdengar jelas.
“Ya, Tuhan, betapa aku ingin berada di pesta itu.Aku ingin manortor sepuas hatiku. Tapi, usia tua dan kelumpuhan ini membuatku tak berdaya, ” jeritnya dalam hati. Beberapa saat kemudian airmatanya pun turun berderai. Airmata kerinduan, kesepian dan penyesalan akan nasib. Kadang ia merasa seperti orang tak berguna.
Tiba saatnya makan siang.Musik Gondang dihentikan sementara.Semua warga desa Kawar berkumpul untuk menyantap hidangan makan siang yang telah tersedia.Dengan lahap mereka menyantapnya.Panggang babi dan gulai sapi tersaji bersama nasi yang masih mengepul.Semua bergembira.Sesekali terdengar tawa riuh mereka karena ada saja yang membuat lelucon. Kegembiraan itu menyebabkan mereka lupa pada sang nenek yang terbaring di rumahnya dalam keadaan kelaparan. Anak, menantu dan cucunya juga lupa padanya.Waktu terus berlalu. Sejak tadi si nenek mengharapkan kiriman nasi dan lauknya, yang akan dibawa oleh cucunya, si Tongat. Tapi, tunggu punya tunggu, tak seorang pun yang datang.
Sakit perutnya makin melilit karena didera kelaparan yang sangat.Ia tak kuat. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada padanya, ia mencoba turun dari ranjangnya. Tapi, ia kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh. Ia tersungkur ke lantai tanah, karena tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri. Ia mencoba merangkak. Perlahan dan tertatih ia merangkak menuju ke dapur untuk melihat kalau-kalau ada yang bisa ia makan. Tapi, tak ada apa-apa.Rupanya, anak dan menantunya hari itu sengaja tidak memasak. Pikir mereka, di tempat pesta akan tersedia banyak makanan, sehingga nanti mereka tinggal mengambilnya dan mengirimkan makanan itu melalui cucunya si Tongat.
Beberapa saat kemudian.Tubuh si nenek tampak gemetar menahan kelaparan. Di dapur ia tak mendapatkan apa-apa. Ia sangat kecewa. Dengan beringsut dan tertatih-tatih ia kembali ke pembaringannya. Nafasnya tersenggal menahan rasa kecewa dan kemarahan.Ia merasa seperti disia-siakan. Kemudian airmatanya berderai meratapi nasibnya penderitaannya.
“Oh Tuhan, aku sudah tak kuat menahan rasa lapar ini,” tangisnya sembilu. ” Mereka sungguh tega membiarkan aku menderita seperti ini, ” ujanya seperti berbisik mengungkapkan rasa kecewanya.
Sementara itu, pesta makan sore dalam upacara itu baru saja usai.Sang anak tiba-tiba teringat pada ibunya di rumah.Ia segera menghampiri istrinya. “Istriku, apakah kamu tadi sudah mengantar makanan untuk ibu?” tanyanya lekas.
“Belum, suamiku, ” jawab sang istri.
“Ibu sudah pasti kelaparan. Segeralah kau bungkus makanannya, lalu suruhlah si Tongat, anak kita, untuk menghantarkannya ke rumah,” perintah sang suami.
“Baiklah,” jawab sang istri.
Wanita itu pun bersegera membungkus makanan, lalu memanggil anaknya. ” Tongat, antarkan makanan ini kepada nenekmu di rumah,” perintahnya kepada sang anak.
“Baik, Bu,” jawab Tongat sambil menerima bungkusan makanan. Ia pun berlari membawa makanan itu pulang. Beberapa saat berlalu.Sesampainya di rumah, Tongat segera menyerahkan bungkusan itu kepada neneknya.
“Ini makanannya, Nek.Tapi, nenek makanlah sendiri karena Tongat harus kembali ke tempat upacara,” ujarnya bergegas kembali.
Dengan sisa tenaga yang ada padanya, sang nenek membuka bungkusan makanan tersebut. Ia telah membayangkan akan menikmati makanan yang lezat. Namun, ketika bungkusan tersebut dia buka, betapa dia kecewa, karena mendapati isinya hanyalah sisa-sisa makanan.Beberapa tulang sapi dan kambing yang hampir sudah dagingnya, dan sedikit sisa nasi.Itulah yang dia dapatkan.
Ia seperti tak percaya apa yang dia lihat. “Ya, Tuhan, apa mereka sudah menganggapku seperti binatang?Mereka hanya memberiku sisa-sisa makanan dan tulang-tulang.Mereka sekarang telah terang-terangan menghinaku.Sungguh, tak dapat kumaafkan penghinaan mereka,” tangis si nenek meledak dalam kemarahan yang sangat.
Sebetulnya, bungkusan tersebut berisi lauk daging yang masih utuh, termasuk di dalamnya babi panggang satu porsi dan nasi yang cukup untuk si nenek.Tetapi, di tengah jalan, si Tongat telah memakan sebagian isi bungkusan itu, sehingga yang tersisa hanyalah tulang-tulang.
Tiada si nenek mengetahui kejadian yang sebenarnya.Ia mengira anak dan menantunya tega melakukan hal itu padanya. Dengan perlakuan seperti itu, hatinya terasa hancur.Air matanya terus-menerus mengalir menyesali keadaan yang telah terjadi. Maka ia pun kemudian berdoa kepada penguasa alam untuk mengutuk anak dan menantunya itu.
“Mereka telah berbuat durhaka kepadaku.Sekarang aku menyumpahi mereka,” ujarnya memohon kepada penguasa alam semesta.
Beberepa saat berlalu.Tiba-tiba langit tampak mendung.Guntur dan kilat bertalu-talu memecah langit.Bersamaan turunnya hujan lebat, desa Kawar digoncang oleh gempa bumi.
Seluruh penduduk yang tadinya sangat bersuka cita, seketika menjadi panik.Wajah-wajah ketakutan tampak di mana-mana.Jerit-tangis terdengar di mana-mana.Namun, mereka tak bisa menghindar dari keganasan alam yang dahsyat itu.Dalam sekejap, desa Kawar yang subur dan makmur tenggelam oleh hujan deras yang tiada henti selama berhari-hari.Beberapa hari kemudian, desa itu telah beruba menjadi sebuah kawah besar yang dipenuhi genangan air.
Demikianlah oleh masyarakat Karo ia diberi nama Lau Kawar. Danau yang terletak sekitar 80 km dari Medan.
Di danau lau Kawar ini menurut masyarakat sekitar yang percaya bahwa dikawasan ini terdapat beberapa pantangan, seperti yang lazim berlaku di manapun.Harus bersikap dan berbicara sopan, dilarang berbuat asusila, dilarang memotong anjing atau membuang pembalut wanita ke danau. Menurut kepercayaan warga sekitar jika pantangan tersebut dilanggar maka penunggu danau dan gunung akan marah yang ditandai dengan datangnya badai. Ada sebuah peristiwa yang pernah terjadi yang berkitan dengan danau tersebut.Ada seorang wisatawan yang tidak percaya degan pantangan tersebut dan dia mencoba membuktikannya dengan membuang pembalut ke danau. Dan kemudian sekitar satu jam berlalu, datang badai. Semua orang naik keatas meninggalkan tenda, tetapi orang tersebut justru menuju danau.Ia merasa ada yang menariknya. Namun untungnya salah seorang teman dari orang tersebut menyadarkannya dan membawanya ke atas.Kejadian tersebut membuat orang tersebut percaya dengan misteri danau Lau Kawar.
Misteri-misteri yang ada di Danau tersebut didukung dengan kondisi danau yang memiliki udara yang sejuk dan cuaca yang mendung serta hujan membuat suasana di danau Lau Kawar berubah menjadi menyeramkan.Warga sekitar danau Lau Kawar sering mengingatkan kepada para wisatawan untuk tidak melakukan maksiat dan berkata kotor. Menurut penjaga pintu masuk danau Lau Kawar sekitar 3tahun yang lalu pernah ada korban yang tewas saat berenang di danau tersebut. Pada waktu itu korban yang tidak diketahui namanya tersebut berenang bersama teman-temannya ke tengah danau.Namun saat sebelum sampai ke tengah danau mereka sadar bahwa danau tersebut dalam.Kemudian mereka berenang kembali ke tepi danau namun naas korban yang diketahui berjenis kelamin laki-laki tersebut tenggelam saat mencoba berenang ke tepi danau.Teman korban dan warga yang megetahui kejadian tersebut mencoba menyelamatkan korban dengan memakai perahu.Namun korban tidak dapat diselamatkan bahkan jasad korban pun sampai saat ini belum ditemukan.

Kesimpulan :
Legenda danau lau kawar merupakan salah satu legenda yang berada di Indonesia dan masih  dipercayai sampai sekarang. Sebenarnya legenda danau lau kawar memiliki banyak versi cerita, tergantung kepercayaan pribadi masing-masing.Salah satu cerita yang dipercayai masyarakat tentang legenda danau Lau Kawar adalah tentang seorang nenek yang ditinggal oleh anak, menantu serta cucunya ke pesta. Pada saat itu sang nenek sangat kelaparan tetapi anaknya, menantu serta cucunya tidak meninggalkan makanan sama sekali didapur. Sewaktu dibawakan makanan oleh sang cucu, makanan itu hanya tersisa tulang dan nasi bekas. Betapa sedihnya sang nenek, ia berdoa kepada tuhan agar sang anak diberikan pelajaran. Maka beberapa hari kemudian terjadi badai yang sangat besar, maka terbentuklah danau Lau Kawar.Danau lau kawar berlokasi ditempat yang terpencil dan sulit dijangkau.Namun dibalik semua itu danau lau kawar memiliki keindahan yang begitu mempesona dan menawan.Dengan suasana seperti itu, membuat wisatawan merasa nyaman untuk berkunjung ke danau tersebut.Namun dibalik semua pesona yang dimilikinya, danau lau kawar memiliki misteri yang membuat para wisatawan ragu untuk mendatangi kawasan tersebut.Pantangan-pantangan di danau lau kawar tersebut adalah dilarang memotong anjing, dilarang berbuat asusila dan membuang pembalut ke danau.Hal tersebut harus di patuhi dan tidak boleh dilanggar karena selain hal tersebut adalah sebuah pantangan di danau tersebut, hal tersebut juga dapat merusak ekosistem danau lau kawar.Beberapa kejadian juga pernah terjadi di danau Lau Kawar, seperti orang tenggelam saat berenang, dirasuki dan hampir terseret ke dalam danau sewaktu terjadi badai.Maka dari itu, disaat kita berkunjung ke tempat baru sebaiknya kita tidak berbuat hal yang dilarang ditempat itu.dan kita jangan merusak fasilitas yang ada, harus mejaga kebersihan ditempat itu dan menaati peraturan yang sudah ada.
www.travel.detik.com 


Nama : Quinta Badzlina Anjani 
Usaha Jasa Pariwisata
 (4423154940)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar