Rabu, 06 Januari 2016

Tugas - 2 Solusi UNJ Untuk Pariwisata Indonesia



Solusi Permasalahan Pariwisata Di Tengah Kabut Asap Riau





BAB I
LATAR BELAKANG


            Riau adalah salah satu propinsi yang ada di indonesia. Sejarah mencatat bahwasanya riau merupakan salah satu daerah yang pernah mencapai kejayaan dimasa lampau dengan adanya bukti sebagai daerah yang memiliki peradaban melayu. Pada dahulu tercatat ada beberapa kerajaan yang berada di daerah Riau diantaranya Kerajaan Indragiri, Kerajaan Palalawan, Kerajaan Siak Indrapura,Dan Kerajaan Riau-Lingga.

Banyaknya peninggalan sejarah melayu yang masih bisa dipertahankan hingga sekarang dapat dijadikan aset pariwisata yang bisa mengundang wisatawan baik dari lokal,maupun dari daerah lain bahkan turis asing. Peninggalan sejarah yang didukung dengan keadaan alam nan indah membuat riau pantas dijadikan sebagai pusat pariwisata budaya melayu sebagai mana majunya pariwisata daerah jawa dan daerah lainnya terutama bali yang sudah diakui oleh banyak orang sebagai pulau yang indah dan banyak menarik para wisatawan untuk berkunjung kesana.





BAB II
PERMASALAH


          Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain. Menurut Rully Syumanda (2003), menyebutkan empat aspek yang terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan. Keempat aspek mencakup dampak terhadap hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata. Dampak terhadap Sosial, Budaya, dan Ekomoni salah satunya adalah: Menurunnya devisa negara. Hutan menjadi salah satu sumber devisa baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya termasuk pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata; Kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemuanya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional.
            Menurut Muthiah Alhasany (September 2015) bencana asap yang disebabkan pembakaran hutan oleh perusahaan dan oknum yang tak bertanggung jawab akan mengakibatkan bencanan susulan. Hal pertama yang telah terjadi adalah lumpuhnya transpotasi udara dari dan ke Pulau Sumatera dan Kalimantan. Penerbangan bukan hanya tertunda, tetapi dihentikan secara total. Selama beberapa hari pesawat tidak dapat lepas landas ataupun mendarat karena jarak pandang yang menurun tertutup oleh kabut asap. Dalam beberapa hari, semua perusahaan penerbangan domestik mengalami kerugian yang besar. Efek berikutnya adalah kabut asap ini mengancam pariwisata Indonesia. Salah satunya adalah dibatalkannya event Tour de Siak 2015 yang sedianya akan diselenggarakan di Riau. Event seperti ini biasanya diikuti oleh para peserta dari dalam dan luar negeri. Penyelenggaraan event Tour de Siak merupakan cara efektif untuk mendongkrak pariwisata Indonesia agar lebih dikenal di mancanegara. Event-event serupa juga digelar di provinsi-provinsi lain seperti di Sumatera Barat dengan Tour de Singkarak dsb. Maka dipastikan bahwa upaya untuk meningkatkan jumlah wisatawan ke Pulau Sumatera adalah sia-sia. Kabut asap menggagalkan seluruh agenda di bidang pariwisata. Sebab salah satu aspek penting pariwisata adalah tidak lepas dari kelancaran transportasi menuju lokasi wisata serta situasi dan kondisi yang kondusif. Jangankan untuk menggaet wisatawan luar negeri, wisatawan domestik pun kini sudah enggan datang ke perhelatan tersebut dikarenakan hanya akan mendapatkan banyak kesulitan untuk mengakses lokasi event. Pendapatan daerah dari sektor pariwisata kosong dan penduduk pun kehilangan sebagian mata pencaharian. Ini tentu membuat perekonomian daerah Riau tersendat-sendat.
            Selain itu seperti fakta yang dilansir situs berita SinarHarapan.com (September 2015) Kabut asap yang menyelimuti wilayah di Sumatera dalam kurun waktu sepekan saja telah menimbulkan kerugian miliran rupiah setiap hari. Jumlah kunjungan turis ke Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan yang dilanda kabut asap mencapai 5.000 orang setiap harinya
“Kalau satu orang berbelanja Rp.1.000.000,- sektor pariwisata kehilang uang hinga 5 miliar rupiah per hari” berikut penuturan Ketua Umum Asosiasi Biro Perjalan Wisata Indonesia (ASITA), Asnawi Bahar seperti dilansir, Jumat (18/9)
            Kabut asap akan menimbulkan dampak luar biasa jika terjadi dalam jangka panjang, terutama pada sektor ekonomi kerakyatan serta usaha kecil dan menengah. Karena itu ASITA meminta pemerintah serius menanggulangi kabut asap.
            Pernyataan-pernyataan di atas semakin diperkuat oleh artikel yang dilansir situs berita online waspada.co.id (September 2015) Medan, WOL – Kabut asap yang melanda hampir seluruh wilayah Sumatera dan Kalimantan akibat kebakaran hutan yang hingga saat ini belum terselesaikan dengan tuntas. Hal ini sangat berdampak bagi seluruh sektor perekonomian di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.
            Salah satunya adalah perekonomian di sektor pariwisata, dimana dampak kabut asap sangat memepengaruhi sektor tersebut seperti penerbangan dan tempat-tempat wisata yang terkena dampaknya.
“Saya menilai kabut asap Riau yang terjadi sangat menggangu perekonomian nasional secara umum. Kondisi tersebut dikarenakan banyak wilayah lainnya yang terkena imbas dari kabut asap tersebut dan selain itu sebagai bencana nasional juga mengindikasi bahwa masalah kabut asap itu bukan hanya masalah Riau semata, namun masalah bangsa ini walaupun untuk besaran kerugian sekala nasional tentunya tidak signifikan,” terang Ekonom Sumatera Utara, Gunawan Benjamin kepada Waspada Online, Jumat (25/9).
            Jika melihat efeknya terhadap perekonomian Sumatera Utara, tentunya akan kita lihat terlebih dahulu nanti pada realisasi PDRB Sumatera Utara selama periode berjalan. Khususnya selama kabut asap ini terjadi, diperkirakan akan ada penurunan dan gangguan yang akan menekan sejumlah industri baik penerbangan, perhotelan, pariwisata, hingga industri lainnya.
“Dan sektor pariwisata memang sangat rentan jika berhadapan dengan kabut asap selain industri penerbangan. Aktivitas masyarakat yang hanya terfokus di rumah juga mengakibatkan masalah lainnya karena banyak aktivitas yang tersandera dan menurunkan pengeluaran. Namun saya tetap optimis industri pariwisata akan kembali pulih jika kabut asap ini segera di atasi pemerintah” terangnya.






BAB III
SOLUSI


Untuk mengatasi masalah di bidang pariwisata yang diakibatkan oleh bencana kabut asap Riau tidak hanya memerlukan solusi di bidang pariwisata. Penanggulanan dan pencegahan yang tepat terhadap bencana kebakaran itu sendiri sangat diperlukan sebagai langkah awal untuk menuntaskan efek domino yang ditimbulkan bencana ini. Karena banyaknya dampak merugikan yang ditimbulkan kebakaran hutan di Riau kita harus mencari solusinya, diantaranya:
1.    Tindakan Pencegahan
Ø Membuat hukum dan peraturan yang tegas tentang pembakaran dan perlindungan hutan dari kerusakan. Karena selama ini pemerintah terkesan berat sebelah terhadap kasus-kasus pembakaran hutan di Indonesia. Lemahnya sistem hukum membuat oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tidak merasakan efek jera terhadap tindakan yang dilakukannya. Hal ini tentu merupakan penyebab utama mengapa masalah pembakaran hutan di Indonesia selalu berulang di setiap tahunnya dan tidak kunjung menunjukkan titik terang penyelesaian.
Pemerintah harus memperlihatkan bahwa hukum negara adalah mutlak dan tidak dapat diperjual-belikan. Oleh karena itu pemerintah harus bisa menjadi instansi peradilan yang seadil-adilnya agar dapat menjadi sumber pencerahan dari pemutusan rantai kelam mafia pembakaran hutan yang sudah terjadi selama bertahun-tahun di Indonesia. Tidak hanya kepada perusahaan berskala besar, namun tindak peradilan tersebut harus bisa diterapkan kepada seluruh masyarakat yang kerap melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan. Karena terkadang dari tindak kriminal kecil yang dibiarkan dapat menjadi alasan orang untuk melakukan tindak kriminal yang lebih besar lagi.
Ø Perlu adanya lembaga pelindung kebakaran, seperti polisi hutan. Polusi hutan disini bertugas melakukan patroli secara rutin di seluruh wilayah hutan sebagai pencegahan terhadap tangan-tangan nakal yang sekiranya hendak melakukan kerusakan terhadap hutan. Bila kegiatan patroli hutan seperti ini genjar dilaksanakan oleh pemerintah tentu akan membuat oknum-oknum yang hendak bertindak kriminal berpikir dua kali bila hendak melancarkan aksinya. Polisi hutan juga dapat melakukan aktivitas yang bersifat pendekatan kepada masyakarat untuk meberikan pengarahan serta pengetahuan akan bahayayang ditimbulkan dari pembakaran hutan. Hal ini dirasa akan lebih efektif karena polisi hutan merupakan petugas yang tentu lebih sering berinteraksi dan dekat dengan masyarakat.
Ø Menyiapkan perangkat dan peralatan pencegahan kebakaran hutan. Saat kebakaran hutan di Indonesia sudah terjadi hal yang menjadi momok utama dalam penanganannya adalah perangkat pemadam. Terkadang pemerintah sampai harus meminta bantuan dari pihak asing agar dapat meminjamkan perangkat pemadam yang dimiliki negara mereka untuk kemudian digunakan di Indonesia. Hal ini tentu merupakan langkah pencegahan yang sangat lamban dalam penanganan kebakaran hutan. Minimnya perangkat pemadam untuk kebakaran skala besar yang dimiliki Indonesia membuat efek yang ditimbulkan setiap terjadinya bencana kebakaran menjadi sangat besar dan berlarut-larut. Setidaknya dengan menyiapkan perangkat pemadam yang memadai tentu apabila terjadi kebakaran hutan pemerintah dapat dengan tanggap melakukan evakuasi dan pemadaman. Dengan begitu kebakaran yang terjadi pun kemungkinan tidak akan seluas dan sebesar yang sudah terjadi sebelumnya.

2.    Tindakan Penanggulangan
Ø Memiliki tim reaksi cepat penanggulangan kebakaran. Saat bencana kebakaran sudah terjadi dan menimbulkan efek yang cukup besar penanggulan tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah daerah tempat kebakaran terjadi. Karena kebakaran hutan sudah menjadi bencana yang bersifat nasional mengingat kerugian yang dapat ditimbulkannya. Oleh karena itu diperlukan tim reaksi cepat untuk membantu memberikan solusi serta membantu tindakan pengevakuasian saat bencana kebakaran sudah terjadi. Hal ini dikarenakan lingkungan Indonesia yang beriklim tropis serta banyaknya lahan gambut yang berada di seluruh wilayah Indonesia menyebabkan api sangat mudah dan cepat menyebar di wilayah hutan saat terjadi kebakaran. Oleh karena itu penanggulan yang dibutuhkan pun adalah jenis penanggulangan yang bersifat tanggap dan cepat. Karena bila tidak begitu kebakaran dapat menjadi semakin besar dan cepat meluas serta kerugian yang ditimbulkan pun semakin banyak.
Ø Meningkatkan kesadaran dari masyarakat untuk menjaga hutan. Penanggulangan bencana kebakaran tidak cukup hanya dilakukan oleh satu pihak saja yakni, pemerintah. Masyarakat pun harus mau bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk kemudian bergotong-royong menjaga dan melestarikan hutan milik kita bersama. Pemerintah harus giat memberikan penyuluhan dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa membakar dan merusak hutan bukanlah tindakan yang tepat untuk dilakukan. Karena dilihat dari segi positif dan negatifnya, lebih banyak dampak negatif dibanding positif yang ditimbulkan bila warga terus menerus membakar hutan. Kelestarian hutan dapat dijaga dengan optimal bila masyarakat sendiri sudah mencintai hutannya.

3.    Tindakan Rehabilitasi
Ø Melakukan reboisasi (penanaman kembali). Sebagai upaya perbaikan pemerintah dan warga dapat bersama-sama melakukan kegiatan penanaman kembali untuk mengembalikan kelestarian hutan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara fun dan menarik seperti dengan cara menggabungkan berbagai kegiatan perlombaan dan pertunjukan supaya lebih banyak masyarakat yang tertarik untuk turut berpatisipasi. Kegiatan reboisasi ini tidak dapat dilakukan secara sembarangan namun harus dilakukan secara serius dan bersungguh-sungguh. Walaupun jenis kegiatannya bersifat fun namun pemerintah juga harus membimbing dan menjadi pendamping bagi warga pada saat proses penanaman bibit pohon agar sesuai dengan ketentuan.
Ø Pemberian subsidi dari pemerintah untuk masyarakat agar dapat memulihkan lahannya, untuk kepentingan pribadi dan banyak pihak. Pemulihan lahan tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan harus secara bertahap. Proses ini tentu memerlukan biaya yang cukup besar. Bagi masyarakat sekitar hutan yang sebagian besar berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah tentu akan mejadi beban bila seluruh pendanaan tersebut hanya berasal dari kantung mereka saja. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan subsidi pemerintah yang kemudian akan digunakan untuk membeli kebutuhan proses pemulihan lahan tersebut. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai motivasi kepada masyarakat untuk dapat segera melakukan proses pemulihan terhadap lahan-lahan mereka.

4.    Tindakan Promotif
Tindakan promotif ini dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat terutama kalangan remaja untuk sadar akan keadaan lingkungan di sekitarnya. Bila bukan mereka yang mencitai hutan mereka sendiri lalu siapa lagi? Tindakan ini dapat juga dijadikan peringatan kepada masyarakat luar desa yang datang ke daerah-daerah yang sering terjadi kebakaran hutan untuk tindak melakukan tindak-tindakan tidak terpuji seperti mengotori lingkungan atau bahkan merusak hutan. . Tindakan-tindakan yang bersifat persuasif ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya:
Ø Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya membakar hutan.
Ø Membuat poster yang mengajak masyarakat untu menjaga hutan.
Ø Membuat iklan atau spanduk agar tidak membakar hutan.

Selesai dengan solusi pencegahan serta penanggulangan dari segi bencana kita beralih ke perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kembali minat wisatawan untuk berkunjung ke Riau. Langkah-langkah yang harus diterapkan pemerintah dan masyarakat untuk dapat kembali mendongkrak pariwisata Riau diantaranya:
1.    Melakukan pengenalan dan promosi akan kekayaan alam Riau secara gencar. Selain untuk menarik minat wisatawan hal ini dapat juga dijadikan pengalihan bagi masyarakat yang selama ini hanya tertuju kepada berita yang memperlihatkan kerusakan alam yang terjadi di Riau. Pengenalan ini harus disertai bantuan dari pihak pemerintah untuk membangun wisata alam yang berada di Riau. Bersama dengan pemerintah masyarakat dapat menciptakan atrkasi wisata yang memanfaatkan alam sebagai objek wisata. Pemerintah dapat membantu membangun fasilitas yang dibutuhkan wisatawan seperti jalan, akomodasi, restoran, destinasi, yang kemudian dapat diberikan kepada masyarakat untuk dikelola dan dikembangkan. Atau pemerintah juga dapat memberikan masyarakat pembekalan mengenai dunia pariwisata yang tentunya kemudian dapat mereka terapkan dalam kehidupan.

2.    Melakukan pengenalan dan promosi budaya Riau secara besar-besaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan festival budaya atau pun pertukaran budaya. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat luas keindahan sesungguhnya yang dimiliki Riau. Seni tari, lukis, kerajinan, dan lainnya dapat dijadikan objek unik yang menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam maupun luar negeri. Untuk dapat membuat orang luar mencintai budaya Riau, tentu harus dimulai dari warga Riau yang mencitai budayanya sendiri. Oleh karena itu pemerintah juga harus turut berperan serta melestarikan dan membudidayakan kebudayaan khas Riau serta tak lupa melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif untuk memperkenalkan kebudayaan daerah kepada warga Riau khususnya kalangan remaja. Promosi wisata yang menggunakan budaya sebagai objeknya dirasa merupakan cara promosi yang paling efektif dilakukan, karena wisata budaya merupakan jenis wisata yang paling banyak diminati warga di seluruh dunia serta merupakan objek wisata yang tidak akan hancur oleh jenis bencana apa pun.


3.    Peningkatan kualitas fasilitas pariwisata yang berada di Riau. Saat terjadi bencana kebakaran dampak negatif yang paling  mempengaruhi pada bidang pariwisata adalah dari segi transportasi. Oleh karena itu diperlukan upaya pengembalian kembali keyakinan masyarakat akan kualitas transportasi terutama transportasi udara yang dimiliki Riau yang berada pada level baik. Hal ini diutamakan kepada wisatawan asing yang tentunya perlu diberikan penggaransian bahwa fasilitas wisata yang mereka gunakan di Indonesia sepenuhnya aman dan terjamin. Selain dari segi transportasi fasilitas wisata lainnya seperti jalan, akomodasi, restoran, dan lainnya tentu harus semakin ditingkatkan kualitasnya. Selain untuk menjadi daya tarik wisatawan hal ini juga dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan yang lebih kepada wisatawan yang berkunjung ke Riau. Saat wisatawan merasa puas akan pelayanan prima yang diberikan seluruh pelaku wisata di Riau diharap mereka akan kembali berkunjung dan berwisata di Riau. Pemberian fasilitas dengan kualitas yang baik kepada wisatawan dapat menjadi alasan bagi wisatawan untuk berkunjung ke destinasi-destinasi wisata di Riau. Karena saat mereka berwisata di Riau mereka tidak akan menemukan kesulitan-kesulitan seperti akses yang sulit, jumlah penginapan yang sedikit, kualitas restoran yang tidak baik, dan sebagainya. Wisatawan hanya akan merasakan kenyamanan yang mereka dapat dari fasilitas yang disediakan.

4.    Kembali mengadakan event-event bertaraf nasional maupun internasional. Saat terjadi bencana kebakaran tentu banyak agenda event yang batal untuk dilaksanakan. Hal ini tentu banyak mendatangkan kerugian tidak hanya dari segi pariwisata namun juga dari segi ekonominya. Oleh karena itu diharapkan pemerintah dapat bekerja sama dengan masyarakat maupun pihak swasta untuk dapat kembali mengadakan acara-acara besar dan menarik serupa yang bertaraf nasional maupun internasional. Event-event seperti ini dapat menjadi daya tarik sekaligus promosi pariwisata secara bersamaan. Seperti mislanya perhelatan event perlombaan bertaraf internasional yang diadakan di Riau. Selain mendatangkan turis asing yang menjadi peserta lomba dapat pula mendatangkan turis asing lainnya yang datang bersamanya dengan maksud untuk menjadi suporter. Hal seperti ini walau tidak signifikan namun dapat dirasakan efek jangka panjangnya. Karena tentu saat peserta lomba dan suporternya yang berkunjung ke Riau ini merasakan kenyamanan dan pengalaman yang luar biasa saat berasa di Riau, diharapkan mereka akan kembali mengunjungi Riau dan bahkan membawa rombongan yang lebih besar lagi. Pengadaan event-event bertaraf internasional seperti itu dapat menjadi sarana promosi global secara tidak langsung terhadap pariwisata Riau. Selain itu juga dapat dijadikan alasan bagi wisatawan domestik yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia yang tidak pernah berkunjung ke Riau untuk kemudian datang dan berwisata di Riau.

5.    Pemberian pengetahuan kepada masyarakat luas bahwa bencana yang terjadi di Riau hanya bersifat sementara dan tidak menimbulkan efek yang berlarut-larut. Wisatawan harus kembali diyakinkan bahwa kualitas udara dan lingkungan pasca bencana  di Riau sudah membaik dan kembali pada keadaan semula. Hal ini dimaksudkan untuk pemberian rasa aman kepada wisatawan yang berkunjung ke Riau. Oleh karena itu pemerintah dan seluruh warga Riau harus bahu-membahu menata dan merias ulang kotanya agar kembali asri dan bersih. Bersama-sama seluruh pihak harus menciptakan wajah Riau yang aman serta nyaman untuk dijadikan destinasi wisata.





Daftar Pustaka






Ratu Dewi Tursina
4423154496
Usaha Jasa Pariwisata - A
2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar