Solusi Permasalahan Pariwisata Di Tengah Kabut Asap Riau
BAB I
LATAR BELAKANG
Riau
adalah salah satu propinsi yang ada di indonesia. Sejarah mencatat bahwasanya
riau merupakan salah satu daerah yang pernah mencapai kejayaan dimasa lampau
dengan adanya bukti sebagai daerah yang memiliki peradaban melayu. Pada dahulu
tercatat ada beberapa kerajaan yang berada di daerah Riau diantaranya Kerajaan
Indragiri, Kerajaan Palalawan, Kerajaan Siak Indrapura,Dan Kerajaan
Riau-Lingga.
Banyaknya peninggalan sejarah melayu yang masih bisa
dipertahankan hingga sekarang dapat dijadikan aset pariwisata yang bisa
mengundang wisatawan baik dari lokal,maupun dari daerah lain bahkan turis
asing. Peninggalan sejarah yang didukung dengan keadaan alam nan indah membuat
riau pantas dijadikan sebagai pusat pariwisata budaya melayu sebagai mana
majunya pariwisata daerah jawa dan daerah lainnya terutama bali yang sudah
diakui oleh banyak orang sebagai pulau yang indah dan banyak menarik para
wisatawan untuk berkunjung kesana.
BAB II
PERMASALAH
Dampak yang
ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak
hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja.
Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain. Menurut
Rully Syumanda (2003), menyebutkan empat aspek yang terindikasi sebagai dampak
dari kebakaran hutan. Keempat aspek mencakup dampak terhadap hubungan antar
negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata. Dampak terhadap
Sosial, Budaya, dan Ekomoni salah satunya adalah: Menurunnya devisa negara.
Hutan menjadi salah satu sumber devisa baik dari kayu maupun produk-produk non kayu
lainnya termasuk pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan
musnah. Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata; Kebakaran hutan pun
berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti
ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya
transportasi, terutama transportasi udara. Kesemuanya berakibat pada penurunan
tingkat wisatawan secara nasional.
Menurut Muthiah Alhasany (September
2015) bencana asap yang disebabkan pembakaran hutan oleh perusahaan dan oknum
yang tak bertanggung jawab akan mengakibatkan bencanan susulan. Hal pertama
yang telah terjadi adalah lumpuhnya transpotasi udara dari dan ke Pulau
Sumatera dan Kalimantan. Penerbangan bukan hanya tertunda, tetapi dihentikan
secara total. Selama beberapa hari pesawat tidak dapat lepas landas ataupun
mendarat karena jarak pandang yang menurun tertutup oleh kabut asap. Dalam
beberapa hari, semua perusahaan penerbangan domestik mengalami kerugian yang
besar. Efek berikutnya adalah kabut asap ini mengancam pariwisata Indonesia.
Salah satunya adalah dibatalkannya event Tour
de Siak 2015 yang sedianya akan diselenggarakan di Riau. Event seperti ini
biasanya diikuti oleh para peserta dari dalam dan luar negeri. Penyelenggaraan
event Tour de Siak merupakan cara
efektif untuk mendongkrak pariwisata Indonesia agar lebih dikenal di
mancanegara. Event-event serupa juga digelar di provinsi-provinsi lain seperti
di Sumatera Barat dengan Tour de
Singkarak dsb. Maka dipastikan bahwa upaya untuk meningkatkan jumlah
wisatawan ke Pulau Sumatera adalah sia-sia. Kabut asap menggagalkan seluruh
agenda di bidang pariwisata. Sebab salah satu aspek penting pariwisata adalah
tidak lepas dari kelancaran transportasi menuju lokasi wisata serta situasi dan
kondisi yang kondusif. Jangankan untuk menggaet wisatawan luar negeri,
wisatawan domestik pun kini sudah enggan datang ke perhelatan tersebut
dikarenakan hanya akan mendapatkan banyak kesulitan untuk mengakses lokasi
event. Pendapatan daerah dari sektor pariwisata kosong dan penduduk pun
kehilangan sebagian mata pencaharian. Ini tentu membuat perekonomian daerah
Riau tersendat-sendat.
Selain itu seperti fakta yang
dilansir situs berita SinarHarapan.com
(September 2015) Kabut asap yang menyelimuti wilayah di Sumatera dalam kurun
waktu sepekan saja telah menimbulkan kerugian miliran rupiah setiap hari.
Jumlah kunjungan turis ke Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan yang dilanda kabut
asap mencapai 5.000 orang setiap harinya
“Kalau satu orang
berbelanja Rp.1.000.000,- sektor pariwisata kehilang uang hinga 5 miliar rupiah
per hari” berikut penuturan Ketua Umum Asosiasi Biro Perjalan Wisata Indonesia
(ASITA), Asnawi Bahar seperti dilansir, Jumat (18/9)
Kabut asap akan menimbulkan dampak
luar biasa jika terjadi dalam jangka panjang, terutama pada sektor ekonomi
kerakyatan serta usaha kecil dan menengah. Karena itu ASITA meminta pemerintah
serius menanggulangi kabut asap.
Pernyataan-pernyataan di atas
semakin diperkuat oleh artikel yang dilansir situs berita online waspada.co.id (September 2015) Medan,
WOL – Kabut asap yang melanda hampir seluruh wilayah Sumatera dan Kalimantan
akibat kebakaran hutan yang hingga saat ini belum terselesaikan dengan tuntas.
Hal ini sangat berdampak bagi seluruh sektor perekonomian di Indonesia khususnya
di Sumatera Utara.
Salah satunya adalah perekonomian di
sektor pariwisata, dimana dampak kabut asap sangat memepengaruhi sektor
tersebut seperti penerbangan dan tempat-tempat wisata yang terkena dampaknya.
“Saya menilai
kabut asap Riau yang terjadi sangat menggangu perekonomian nasional secara
umum. Kondisi tersebut dikarenakan banyak wilayah lainnya yang terkena imbas
dari kabut asap tersebut dan selain itu sebagai bencana nasional juga
mengindikasi bahwa masalah kabut asap itu bukan hanya masalah Riau semata,
namun masalah bangsa ini walaupun untuk besaran kerugian sekala nasional
tentunya tidak signifikan,” terang Ekonom Sumatera Utara, Gunawan Benjamin
kepada Waspada Online, Jumat (25/9).
Jika melihat efeknya terhadap
perekonomian Sumatera Utara, tentunya akan kita lihat terlebih dahulu nanti
pada realisasi PDRB Sumatera Utara selama periode berjalan. Khususnya selama
kabut asap ini terjadi, diperkirakan akan ada penurunan dan gangguan yang akan
menekan sejumlah industri baik penerbangan, perhotelan, pariwisata, hingga
industri lainnya.
“Dan sektor
pariwisata memang sangat rentan jika berhadapan dengan kabut asap selain
industri penerbangan. Aktivitas masyarakat yang hanya terfokus di rumah juga
mengakibatkan masalah lainnya karena banyak aktivitas yang tersandera dan
menurunkan pengeluaran. Namun saya tetap optimis industri pariwisata akan
kembali pulih jika kabut asap ini segera di atasi pemerintah” terangnya.
BAB III
SOLUSI
Untuk
mengatasi masalah di bidang pariwisata yang diakibatkan oleh bencana kabut asap
Riau tidak hanya memerlukan solusi di bidang pariwisata. Penanggulanan dan
pencegahan yang tepat terhadap bencana kebakaran itu sendiri sangat diperlukan
sebagai langkah awal untuk menuntaskan efek domino yang ditimbulkan bencana
ini. Karena banyaknya dampak merugikan yang ditimbulkan kebakaran hutan di Riau
kita harus mencari solusinya, diantaranya:
1.
Tindakan
Pencegahan
Ø Membuat hukum dan
peraturan yang tegas tentang pembakaran dan perlindungan hutan dari kerusakan. Karena
selama ini pemerintah terkesan berat sebelah terhadap kasus-kasus pembakaran
hutan di Indonesia. Lemahnya sistem hukum membuat oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab tidak merasakan efek jera terhadap tindakan yang
dilakukannya. Hal ini tentu merupakan penyebab utama mengapa masalah pembakaran
hutan di Indonesia selalu berulang di setiap tahunnya dan tidak kunjung menunjukkan
titik terang penyelesaian.
Pemerintah harus memperlihatkan bahwa
hukum negara adalah mutlak dan tidak dapat diperjual-belikan. Oleh karena itu pemerintah
harus bisa menjadi instansi peradilan yang seadil-adilnya agar dapat menjadi
sumber pencerahan dari pemutusan rantai kelam mafia pembakaran hutan yang sudah
terjadi selama bertahun-tahun di Indonesia. Tidak hanya kepada perusahaan
berskala besar, namun tindak peradilan tersebut harus bisa diterapkan kepada
seluruh masyarakat yang kerap melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan.
Karena terkadang dari tindak kriminal kecil yang dibiarkan dapat menjadi alasan
orang untuk melakukan tindak kriminal yang lebih besar lagi.
Ø Perlu adanya
lembaga pelindung kebakaran, seperti polisi hutan. Polusi hutan disini bertugas
melakukan patroli secara rutin di seluruh wilayah hutan sebagai pencegahan
terhadap tangan-tangan nakal yang sekiranya hendak melakukan kerusakan terhadap
hutan. Bila kegiatan patroli hutan seperti ini genjar dilaksanakan oleh
pemerintah tentu akan membuat oknum-oknum yang hendak bertindak kriminal
berpikir dua kali bila hendak melancarkan aksinya. Polisi hutan juga dapat
melakukan aktivitas yang bersifat pendekatan kepada masyakarat untuk meberikan
pengarahan serta pengetahuan akan bahayayang ditimbulkan dari pembakaran hutan.
Hal ini dirasa akan lebih efektif karena polisi hutan merupakan petugas yang
tentu lebih sering berinteraksi dan dekat dengan masyarakat.
Ø Menyiapkan
perangkat dan peralatan pencegahan kebakaran hutan. Saat kebakaran hutan di
Indonesia sudah terjadi hal yang menjadi momok utama dalam penanganannya adalah
perangkat pemadam. Terkadang pemerintah sampai harus meminta bantuan dari pihak
asing agar dapat meminjamkan perangkat pemadam yang dimiliki negara mereka
untuk kemudian digunakan di Indonesia. Hal ini tentu merupakan langkah
pencegahan yang sangat lamban dalam penanganan kebakaran hutan. Minimnya
perangkat pemadam untuk kebakaran skala besar yang dimiliki Indonesia membuat
efek yang ditimbulkan setiap terjadinya bencana kebakaran menjadi sangat besar
dan berlarut-larut. Setidaknya dengan menyiapkan perangkat pemadam yang memadai
tentu apabila terjadi kebakaran hutan pemerintah dapat dengan tanggap melakukan
evakuasi dan pemadaman. Dengan begitu kebakaran yang terjadi pun kemungkinan
tidak akan seluas dan sebesar yang sudah terjadi sebelumnya.
2.
Tindakan
Penanggulangan
Ø Memiliki tim
reaksi cepat penanggulangan kebakaran. Saat bencana kebakaran sudah terjadi dan
menimbulkan efek yang cukup besar penanggulan tidak cukup hanya dilakukan oleh
pemerintah daerah tempat kebakaran terjadi. Karena kebakaran hutan sudah menjadi
bencana yang bersifat nasional mengingat kerugian yang dapat ditimbulkannya.
Oleh karena itu diperlukan tim reaksi cepat untuk membantu memberikan solusi
serta membantu tindakan pengevakuasian saat bencana kebakaran sudah terjadi.
Hal ini dikarenakan lingkungan Indonesia yang beriklim tropis serta banyaknya
lahan gambut yang berada di seluruh wilayah Indonesia menyebabkan api sangat
mudah dan cepat menyebar di wilayah hutan saat terjadi kebakaran. Oleh karena
itu penanggulan yang dibutuhkan pun adalah jenis penanggulangan yang bersifat
tanggap dan cepat. Karena bila tidak begitu kebakaran dapat menjadi semakin
besar dan cepat meluas serta kerugian yang ditimbulkan pun semakin banyak.
Ø Meningkatkan
kesadaran dari masyarakat untuk menjaga hutan. Penanggulangan bencana kebakaran
tidak cukup hanya dilakukan oleh satu pihak saja yakni, pemerintah. Masyarakat
pun harus mau bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk kemudian
bergotong-royong menjaga dan melestarikan hutan milik kita bersama. Pemerintah
harus giat memberikan penyuluhan dan pengetahuan kepada masyarakat bahwa
membakar dan merusak hutan bukanlah tindakan yang tepat untuk dilakukan. Karena
dilihat dari segi positif dan negatifnya, lebih banyak dampak negatif dibanding
positif yang ditimbulkan bila warga terus menerus membakar hutan. Kelestarian
hutan dapat dijaga dengan optimal bila masyarakat sendiri sudah mencintai
hutannya.
3.
Tindakan
Rehabilitasi
Ø Melakukan
reboisasi (penanaman kembali). Sebagai upaya perbaikan pemerintah dan warga
dapat bersama-sama melakukan kegiatan penanaman kembali untuk mengembalikan
kelestarian hutan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara fun dan menarik seperti dengan cara menggabungkan berbagai kegiatan
perlombaan dan pertunjukan supaya lebih banyak masyarakat yang tertarik untuk
turut berpatisipasi. Kegiatan reboisasi ini tidak dapat dilakukan secara
sembarangan namun harus dilakukan secara serius dan bersungguh-sungguh.
Walaupun jenis kegiatannya bersifat fun namun
pemerintah juga harus membimbing dan menjadi pendamping bagi warga pada saat proses
penanaman bibit pohon agar sesuai dengan ketentuan.
Ø Pemberian subsidi
dari pemerintah untuk masyarakat agar dapat memulihkan lahannya, untuk
kepentingan pribadi dan banyak pihak. Pemulihan lahan tidak dapat dilakukan
secara langsung, melainkan harus secara bertahap. Proses ini tentu memerlukan
biaya yang cukup besar. Bagi masyarakat sekitar hutan yang sebagian besar
berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah tentu akan mejadi beban bila
seluruh pendanaan tersebut hanya berasal dari kantung mereka saja. Oleh karena
itu dibutuhkan bantuan subsidi pemerintah yang kemudian akan digunakan untuk
membeli kebutuhan proses pemulihan lahan tersebut. Hal ini juga dapat dijadikan
sebagai motivasi kepada masyarakat untuk dapat segera melakukan proses pemulihan
terhadap lahan-lahan mereka.
4.
Tindakan
Promotif
Tindakan promotif ini dimaksudkan untuk
menarik minat masyarakat terutama kalangan remaja untuk sadar akan keadaan
lingkungan di sekitarnya. Bila bukan mereka yang mencitai hutan mereka sendiri
lalu siapa lagi? Tindakan ini dapat juga dijadikan peringatan kepada masyarakat
luar desa yang datang ke daerah-daerah yang sering terjadi kebakaran hutan
untuk tindak melakukan tindak-tindakan tidak terpuji seperti mengotori
lingkungan atau bahkan merusak hutan. . Tindakan-tindakan yang bersifat
persuasif ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya:
Ø Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya membakar hutan.
Ø Membuat poster
yang mengajak masyarakat untu menjaga hutan.
Ø Membuat iklan atau
spanduk agar tidak membakar hutan.
Selesai
dengan solusi pencegahan serta penanggulangan dari segi bencana kita beralih ke
perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kembali minat wisatawan untuk
berkunjung ke Riau. Langkah-langkah yang harus diterapkan pemerintah dan
masyarakat untuk dapat kembali mendongkrak pariwisata Riau diantaranya:
1.
Melakukan
pengenalan dan promosi akan kekayaan alam Riau secara gencar. Selain untuk
menarik minat wisatawan hal ini dapat juga dijadikan pengalihan bagi masyarakat
yang selama ini hanya tertuju kepada berita yang memperlihatkan kerusakan alam
yang terjadi di Riau. Pengenalan ini harus disertai bantuan dari pihak
pemerintah untuk membangun wisata alam yang berada di Riau. Bersama dengan
pemerintah masyarakat dapat menciptakan atrkasi wisata yang memanfaatkan alam
sebagai objek wisata. Pemerintah dapat membantu membangun fasilitas yang
dibutuhkan wisatawan seperti jalan, akomodasi, restoran, destinasi, yang
kemudian dapat diberikan kepada masyarakat untuk dikelola dan dikembangkan.
Atau pemerintah juga dapat memberikan masyarakat pembekalan mengenai dunia pariwisata
yang tentunya kemudian dapat mereka terapkan dalam kehidupan.
2.
Melakukan
pengenalan dan promosi budaya Riau secara besar-besaran. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengadakan festival budaya atau pun pertukaran budaya.
Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat luas keindahan
sesungguhnya yang dimiliki Riau. Seni tari, lukis, kerajinan, dan lainnya dapat
dijadikan objek unik yang menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam maupun luar
negeri. Untuk dapat membuat orang luar mencintai budaya Riau, tentu harus
dimulai dari warga Riau yang mencitai budayanya sendiri. Oleh karena itu
pemerintah juga harus turut berperan serta melestarikan dan membudidayakan kebudayaan
khas Riau serta tak lupa melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif untuk
memperkenalkan kebudayaan daerah kepada warga Riau khususnya kalangan remaja.
Promosi wisata yang menggunakan budaya sebagai objeknya dirasa merupakan cara
promosi yang paling efektif dilakukan, karena wisata budaya merupakan jenis
wisata yang paling banyak diminati warga di seluruh dunia serta merupakan objek
wisata yang tidak akan hancur oleh jenis bencana apa pun.
3.
Peningkatan
kualitas fasilitas pariwisata yang berada di Riau. Saat terjadi bencana
kebakaran dampak negatif yang paling
mempengaruhi pada bidang pariwisata adalah dari segi transportasi. Oleh
karena itu diperlukan upaya pengembalian kembali keyakinan masyarakat akan
kualitas transportasi terutama transportasi udara yang dimiliki Riau yang berada
pada level baik. Hal ini diutamakan kepada wisatawan asing yang tentunya perlu
diberikan penggaransian bahwa fasilitas wisata yang mereka gunakan di Indonesia
sepenuhnya aman dan terjamin. Selain dari segi transportasi fasilitas wisata
lainnya seperti jalan, akomodasi, restoran, dan lainnya tentu harus semakin
ditingkatkan kualitasnya. Selain untuk menjadi daya tarik wisatawan hal ini
juga dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan yang lebih kepada wisatawan yang
berkunjung ke Riau. Saat wisatawan merasa puas akan pelayanan prima yang
diberikan seluruh pelaku wisata di Riau diharap mereka akan kembali berkunjung
dan berwisata di Riau. Pemberian fasilitas dengan kualitas yang baik kepada
wisatawan dapat menjadi alasan bagi wisatawan untuk berkunjung ke
destinasi-destinasi wisata di Riau. Karena saat mereka berwisata di Riau mereka
tidak akan menemukan kesulitan-kesulitan seperti akses yang sulit, jumlah
penginapan yang sedikit, kualitas restoran yang tidak baik, dan sebagainya.
Wisatawan hanya akan merasakan kenyamanan yang mereka dapat dari fasilitas yang
disediakan.
4.
Kembali
mengadakan event-event bertaraf nasional maupun internasional. Saat terjadi
bencana kebakaran tentu banyak agenda event yang batal untuk dilaksanakan. Hal
ini tentu banyak mendatangkan kerugian tidak hanya dari segi pariwisata namun
juga dari segi ekonominya. Oleh karena itu diharapkan pemerintah dapat bekerja
sama dengan masyarakat maupun pihak swasta untuk dapat kembali mengadakan
acara-acara besar dan menarik serupa yang bertaraf nasional maupun
internasional. Event-event seperti ini dapat menjadi daya tarik sekaligus
promosi pariwisata secara bersamaan. Seperti mislanya perhelatan event
perlombaan bertaraf internasional yang diadakan di Riau. Selain mendatangkan
turis asing yang menjadi peserta lomba dapat pula mendatangkan turis asing
lainnya yang datang bersamanya dengan maksud untuk menjadi suporter. Hal
seperti ini walau tidak signifikan namun dapat dirasakan efek jangka
panjangnya. Karena tentu saat peserta lomba dan suporternya yang berkunjung ke
Riau ini merasakan kenyamanan dan pengalaman yang luar biasa saat berasa di
Riau, diharapkan mereka akan kembali mengunjungi Riau dan bahkan membawa
rombongan yang lebih besar lagi. Pengadaan event-event bertaraf internasional
seperti itu dapat menjadi sarana promosi global secara tidak langsung terhadap
pariwisata Riau. Selain itu juga dapat dijadikan alasan bagi wisatawan domestik
yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia yang tidak pernah berkunjung ke
Riau untuk kemudian datang dan berwisata di Riau.
5.
Pemberian
pengetahuan kepada masyarakat luas bahwa bencana yang terjadi di Riau hanya
bersifat sementara dan tidak menimbulkan efek yang berlarut-larut. Wisatawan
harus kembali diyakinkan bahwa kualitas udara dan lingkungan pasca bencana di Riau sudah membaik dan kembali pada keadaan
semula. Hal ini dimaksudkan untuk pemberian rasa aman kepada wisatawan yang
berkunjung ke Riau. Oleh karena itu pemerintah dan seluruh warga Riau harus
bahu-membahu menata dan merias ulang kotanya agar kembali asri dan bersih.
Bersama-sama seluruh pihak harus menciptakan wajah Riau yang aman serta nyaman
untuk dijadikan destinasi wisata.
Daftar Pustaka
Ratu Dewi Tursina
4423154496
Usaha Jasa Pariwisata - A
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar