Kamis, 07 Januari 2016

Tugas-3 folklore

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat TUAHAN YANG MAHA ESA  yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya  berhasil menyelesaikan tugas sejarah indonesia yang di berikan oelh dosen, pada waktunya. Makalah ini berisikan informasi “folklore indonesia”
Diharapakan tugas ini dapat menginformasikan kepada kita semua yang telah membaca makalah yang telah di buat ini. Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Tugas berikutnya.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang yang telah berperan serta dalam peyelesain tugas sejarah ini dari awal hingga akhir. Semoga tuhan senantiasa meridhoi segala sesuatu usaha yang telah saya buat.

Folklore yang terdapat di jawa timur
Sebelum daya masuk kedalam folklore di derah pilihan saya yaitu derah jawa timur. Saya akan menjelaskan sebuah arti atau pengertian dari sebuah folklore, karena kebanyakan orang mengetahui folklore itu hanya sebuah cerita legenda saja sebenarnya banyak sekali yang dimaksud dengan folklore. Folklore berasal dari Bahasa inggris, yang pertama kali di temukan oleh sejarahwan inggris William thoms dalam sebuah surat yang di terbitkan oleh London journal pada tahun1846, folklore sangat berkaitan dengan mitologi. Folklore juga merupakan serangkain praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Folklore meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng dan kebiasaan yang menjadi sebuah teradisi dalm sebuah budaya, subkultur atau kelompok. Pada kesempatan ini saya akan memberikan berbagai folklore yang berada di daerah jawa timur.
            Pada zaman kerajaan di daerah jawa timur, folklore (music) di gunakan sebagai alat penyebaran agama islam di indonesia. Contohnya persebaran agama islam yang di lakuakn sunan giri pada saat itu, sekelas cerita,”Sunan Giri memang seorang ulama sekaligus budayawan yang sangat hebat. Dakwahnya tidak memaksa namun justru menjadikan rasa untuk hanyut didalamnya. Metode ini ternyata sangat ampuh untuk menjadikan daya tarik orang-orang jawa awam terhadap islam. Melalui seni budaya yang berupa gamelan, tembang, ataupun karya sastra lainnya menjadikan Sunan Giri sebagai sosok yang dikagumi hingga kini. Salah satu karyanya adalah Cublak-cublak suweng yang ternyata mengandung makna yang dalam.
Berikut ini Makna lagu dolanan Cublak-Cublak Suweng 
1. Cublak-cublak suweng,
Cublak Suweng = tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Jadi, Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
2. Suwenge teng gelenter,
Suwenge Teng Gelenter = suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.
3. Mambu ketundhung gudel,
Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau).
Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.
4. Pak empo lera-lere,
Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.
5. Sopo ngguyu ndhelikake,
Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.
6. Sir-sir pong dele kopong,
Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari kecintaan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya / hati nuraninya.

Kesimpulan dari lagu ini kurang lebih sebagai berikut :
untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu.. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat.”

            selain ada folklore yang digunakan sebagai perluasan agama, ada juga folklore yang digunakan oleh rakyat untuk menceritakan sebuah cerita di balik kejadian yang terjadi. Di jawa timur terdapat folklore(cerita rakyat) yang di percayai oleh warga setempat akan terkjadinya peristiwah tersbut, Seperti letusan gunung kelut, di balik letusan gunung tersebut rakyat memiliki sebuah cerita yang menceritakan arti atau pengertian di balik peristiwah yang terjadi. Seperti cerita rakyat jawa timur yang mencerikan “letusan gunung kelud arti dendam pengjianatan cinta” berikut adalah singkat cerita yang dapat saya tampilkan.
Cerita rakyat:
Prabu Brawijaya merupakan penguasa kerajaan majapahit, ia mempunyai seorang putri nan cantik yaitu Dyah Ayu pusparani. Putri ini memang benar-benar ayu sesuai dengan namanya. Banyak raja dan pangeran yang melamar untuk dijadikan permaisuri. Hal itu membuat Prabu Brawijaya bingung memilih calon menantu. Raja mengadakan sayembara, siapa yang bisa merentang busur sakti Kyai Garodayaksa dan sanggup mengangkat gong kyai Sekardelima, dialah yang berhak menikah dengan putri pusparani. Sayambara telah dilakukan. Banyak raja, pengeran serta rakyat menguji kemampuannya namun ternyata tak satu pun yang sanggup merentang busur sakti kyai Garodayaksa apalagi mengangkat gong kyai Sekardelima yang sangat besar itu.Menjelang akhir sayembara itu datang seorang pemuda berkepala lembu yaitu Raden Lembu Sura atau Raden Wimba. Dia mengikuti sayembara itu dan berhasil merentang busur kyai Garodayaksa serta mengangkat gong kyai Sekardelima, dengan demikian berarti raden Lembu Sura yang berhak menikah dengan Dewi Pusparani. Melihat kemenangan lembu sura, putri Pusparani langsung meninggalkan sitihinggil. Ia sangat sedih karena harus menikah dengan pemuda yang bekepala lembu. Diah Ayu Pusparani tidak mau menikah dengan manusia berkepala binatang, betapapun saktinya seperti lembusura. Emban yang setia itu mencari akal bagaimana agar putri itu batal menikah dengan Raden Lembu Sura. Putri Pusparani disarankan mengajukan syarat kepada lembu sura. Syaratnya, Raden Lembu Sura harus bisa membuat sumur di puncak gunung Kelud. Mendengar saran embannya, Dyah Pusparani sangat gembira, dia segera menyertai ayahnya untuk menemui lembu sura.Raden Wimba putra Adipati Blambangan itu segera meninggalkan keraton Majapahit menuju puncak gunung Kelud. Dengan kesaktiannya, konon dia mampu mengerahkan makhluk halus untuk membantunya menggali sumur di puncak gunung Kelud. ternyata benar, tak lama kemudian Lembu Sura telah menggali cukup dalam. Melihat hal itu, Pusparani ketakutan karena jika Lembu Sura berhasil melakukan tantangan itu dia harus menjadi istri Lembu Sura. Prabu Brawijaya juga kebingungan, dia bisa memahami perasaan putrinya. Dewi Pusparani menangis di hadapan ayahnya, dia memohon ayahandanya bisa menolongnya. Para prajurit menimbun sumur dengan batu-batuan dan untuk meratakan tanah seperti semula menggunakan tanah galian, Lembu Sura dikubur hidup-hidup. Namun Lembu Sura masih bisa menyampiakan ancaman.Semua ketakukan mendengar ancaman Lembu Sura, begitu pula dengan putri Dyah Ayu Ppusparani. Prabu Brawijaya yang kemudian memerintahkan membuat tanggul guna pengamanan apabila ancaman Lembu Sura terjadi dan ketika gunung Kelud meletus dianggap sebagai anacaman Lembu Sura.
Folklore(alat music) di jawa timur juga terdapat ciri khas dari sejak jaman dulu, bahkan berkolaborasi dengat alat music luar negeri seperti biola dll, yang di sebut dengan gamelan.Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropamenyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling. Selain itu, gamelan ini juga menggunakan “kluncing” (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama. Kemudian terdapat “kendhang” yang jumlahnya bisa satu atau dua. Kendhang yang dipakai di Banyuwangi hampir serupa dengan kendhang yang dipakai dalam gamelan Sunda maupun Bali. Fungsinya adalah menjadi komando dalam musik, dan sekaligus memberi efek musical di semua sisi. Alat berikutnya adalah “kethuk”. Terbuat dari besi, berjumlah dua buah dan dibuat berbeda ukuran sesuai dengan larasannya. “Kethuk estri” (feminine) adalah yang besar, atau dalam gamelan Jawa disebut Slendro. Sedangkan “kethuk jaler” (maskulin) dilaras lebih tinggi satu kempyung (kwint). Fungsi kethuk disini bukan sekedar sebagai instrumen ‘penguat atau penjaga irama’ seperti halnya pada gamelan Jawa, namun tergabung dengan kluncing untuk mengikuti pola tabuhan kendang. Sedangkan “kempul” atau gong, dalam gamelan Banyuwangi (khususnya Gandrung) hanya terdiri dari satu instrumen gong besi. Kadang juga diselingi dengan “saron bali” dan “angklung”.
Alat Musik Khas Jawa Timur
·         Bonang
Bonang adalah salah satu bagian dari seperangkat Gamelan Jawa, Bonang terbagi menjadi dua yaitu Bonang barung dan Bonang penerus. Bonang barung berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka dalam Ansambel. Khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menuntun lagu instrumen-instrumen lainnya. Pada jenis gendhing bonang, bonang barung memainkan pembuka gendhing (menentukan gendhing yang akan dimainkan) dan menuntun alur lagu gendhing. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun; ia membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus, dan pada aksen aksen penting bonang boleh membuat sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran kalimat lagu.
·         Terompet Reog
Terompet Reog merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Ponorogo Jawa Timur. Alat musik ini biasanya digunakan sebagai pengiring saat pertunjukan Reog Ponorogo. Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup (aerofon). Alat ini juga sering di jadikan panjangan. Terompet Reog berfungsi sebagai pemanggil arwah Reog.
·         Saronen
Saronen adalah musik Rakyat yang tumbuh berkembang di masyarakat Madura. Harmonisasi yang dinamis, rancak, dan bertema keriangan dari bunyi yang dihasilkannya memang dipadukan dg karakteristik dan identitas masyarakat Madura yang tegas, polos, dan sangat terbuka mengilhami penciptanya . Saronen berasal dari bahasa Madura “sennenan ” ( Hari Senin ). Ciri khas musik Saronen ini terdiri dari sembilan instrumen yang sangat khas, karena disesuaikan dengan nilai filosofis Islam yang merupakan kepanjangan tangan dari kalimat pembuka Alqur’anul Karim yaitu ”BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM” yang kalau dilafalkan terdiri dari sembilan keccab. Kesembilan instrumen musik Saronen ini terdiri dari : 1 saronen, 1 gong besar, 1 kempul, 1 satu kenong besar, 1 kenong tengahan, 1 kenong kecil, 1 korca, 1 gendang besar, 1 gendang dik-gudik ( gendang kecil ). Yang menarik dan menjadi jiwa dari musik ini satu alat tiup berbentuk kerucut, terbuat dari kayu jati dengan enam lobang berderet di depan dan satu lubang di belakang. Sebuah gelang kecil dari kuningan mengaitkan bagian bawah dengan bagian atas ujungnya terbuat dari daun siwalan. Pada pangkal atas musik itu ditambah sebuah sayap dari tempurung menyerupai kumis, menambah kejantanan dan kegagahan peniupnya. Alat tiup yg mengerucut ini berasal dari Timur Tengah yang dimodifikasi bunyinya. Pada perhelatan selanjutnya musik saronen ini dipakai untuk mengiringi lomba kerapan sapi, kontes sapi sono’, upacara ritual, resepsi pernikahan, kuda serek ( kencak ) dll.

Selain itu di jawa timur juga terdapat pepatah yang memunyai arti yang mendalam, biasanya pepatah ini di keluarkan oleh orang-orang jawa pada jaman dahulu. Pepatah ini juga termasuk kedalam folklore. Saya akan memnampilkan beberapa peptah jawa yang sering kita dengar dalam sehari hari beserta artinya.
1. Ana dina, ana upa.
 ada hari ada rezeki

2. Ora obah, ora mamah.
 Siapa yang tidak bergerak (berusaha), tidak makan.

3. Witing tresna jalaran saka kulina.
 Cinta bermula dari kebiasaan.

4. Ngono ya ngono, ning aja ngono.
 Begitu ya begitu, tapi jangan terlalu begitu ( jangan berlebihan).

5. Durung menang yen durung wani kalah, durung unggul yen durung wani asor, durung gedhe yen durung wani cilik.
 Belum menang kalau belum berani kalah, belum unggul kalau belum berani rendah, belum besar kalau belum berani kecil.

6. Sing salah bakal seleh.
Siapa yang salah akhirnya akan menyerah.

7. Ngelmu iku kelakone kanthi laku.
Ilmu itu bisa terwujud dengan cara dilakukan (belajar).

8. Memayu hayunin bawana.
Menambah indahnya dunia yang memang sudah diciptakan sedemikian indahnya.

9. Aja adigang, adigung, adiguna.
Jangan mengandalkan kekuasaan, keluhuran, dan kepandaiannya.

10. Wani ngalah luhur wekasane.
Orang yang mau mengalah akan mulia di kemudian hari.

11. Angon mongso.
Menunggu waktu yang tepat untuk bertindak.

12. Becik ketitik ala ketara.
Baik dan buruk pasti akan ketahuan di kemudian hari.

13. Mburu uceng kelangan dhelek.
Mencari sesuatu yang kecil malah kehilangan sesuatu yang lebih berharga.

14. Cincing-cincing meksa klebus.
Bermaksud irit tapi justru boros.

15. Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh.
Meskipun bertindak pelan-pelan tetapi bisa terlaksana keinginannya.

16. Kakehan gludhug kurang udan.
Terlalu banyak bicara tetapi tidak ada kenyataannya.

17. Mulat salira, hangrasa wani.
Sebelum bertindak harus tahu diri, dipikir dengan jernih, tidak sembrono, supaya tidak mengecewakan orang lain. Jika merasa mampu maka bertindak, namun jika tidak mampu harus berani mengatakan tidak.

18. Milih-milih tebu oleh boleng.
Terlalu banyak pertimbangan akhirnya justru mendapat hal yang tidak baik.

19. Ngundhuh wohing pakarti.
Setiap orang akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya.

20. Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah.
Jika hidup saling rukun maka akan sejahtera, jika hidup saling berselisih maka akan membuat rusak.

21. Sepi ing pamrih, rame ing gawe.
Melakukan suatu pekerjaan dengan giat tanpa pamrih.

22. Sluman slumun slamet.
Meskipun kurang hati-hati namun masih diberi keselamatan.

23. Tega larane ora tega patine.
Meskipun hati tega melihat orang lain sengsara tetapi masih mau memberi pertolongan.

24. Yitna yuwana lena kena.
Barang siapa berhati-hati akan selamat, sedangkan yang ceroboh akan mendapat petaka.

25. Ajining diri dumunung ana ing lathi.
Kehormatan seseorang terletak pada tutur katanya.

26. Ajining raga ana ing busana.
Kehormatan seseorang secara fisik dilihat dari busana yang dikenakan.

27. Alon-alon waton kelakon.
Biar lambat tidak apa-apa asalkan tercapai tujuannya.

28. Yen wani aja wedi-wedi, yen wedi aja wani-wani.
Kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan sok berani.

29. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi daya kekuatan.

30. Sapa sira sapa ingsun.
Orang harus bisa menempatkaan diri, jangan sembarangan menyuruh atau memerintah orang lain.

31. Utang lara nyaur lara, utang pati nyaur pati.
Segala perbuatan yang dilakukan terhadap orang lain akan dibalas setimpal perbuatannya.

32. Basa iku busananing bangsa.
Budi pekerti seseorang bisa terlihat dari tutur kata yang diucapkannya.

33. Aja dumeh.
Siapa pun tidak boleh mengandalkan jabatan, kedudukan, atau kepandaiannya untuk menekan orang lain karena manusia sama di hadapan Sang Khalik.

34. Cedhak kebo gupak.
Berteman dan bergaul dengan orang jahat pasti nantinya akan ikut-ikutan / terbawa-bawa.

35. Aja goleh wah, mengko dadi owah.
Jangan melakukan suatu pekerjaan dengan didasari dengan niat mencari perhatian orang atau mendapatkan pujian melainkan lakukanlah dengan niat baik dan ketulusan.

36. Balilu tau pinter durung nglakoni.
Orang bodoh tetapi sering mempraktekan suatu pekerjaan akan lebih dihargai daripada orang pintar tetapi belum pernah mempraktekan pekerjaan tersebut.

37. Sabar sareh mesthi bakal pakoleh.
Berbuat sesuatu janganlah terburu-buru agar mendapat hasil yang diinginkan.

38. Durung pecus keselak besus.
Belum memiliki bekal yang cukup, tetapi memiliki keinginan yang bermacam-macam.

39. Kendel ngringkel, dhadag ora godhag.
Mengaku berani dan pandai tetapi sesungguhnya penakut dan bodoh.

40. Kalah cacak menang cacak.
Setiap pekerjaan sebaiknya dicoba terlebih dahulu untuk mengetahui dapat atau tidaknya pekerjaan tersebut diselesaikan.

41. Garang garing.
Orang yang sok kaya tetapi sesungguhnya berkekurangan.

42. Kemrisik tanpa kanginan.
Mengatakan kebersihan hatinya sendiri karena khawatir dirinya diduga orang melakukan hal yang tidak baik.

43. Sak beja bejane wong lali, isih beja wong kang eling lan waspada.
Seberuntung-beruntungnya orang yang lupa, masih lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada.

44. Bapa kesolah anak molah.
Jika orangtua sedang mengalami kesulitan, anak juga ikut merasakan akibatnya.

           
Jawa Timur juga memiliki mitos/ takhayul yang baru ini terjadi di jawa timur, tepatnya di derah ngajuk. Musibah tebing longsor di obyek wisata Air Terjun Sedudo, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk pada Selasa kemarin, 21 Juli 2015, bak mengingatkan orang pada beberapa mitos yang masih diyakini hingga sekarang. Karena mitos itulah secara turun-temurun warga Ngliman selalu mengingatkan pengunjung agar tak berbuat yang aneh-aneh.Mitos Air Terjun Sedudo ada yang bermakna positif dan juga sebaliknya. Salah satu mitos positif adalah khasiat air terjun yang konon bisa membuat wajah awet muda dan menyembuhkan beragam penyakit. Khasiat ini bahkan ditulis di papan informasi  ruas jalan setapak menuju air terjun.Mitos awet muda inilah yang menarik minat pengunjung untuk mandi atau sekedar mencelupkan kakinya di kolam  air terjun setinggi 105 meter itu. Para pengunjung yang sebagian besar anak muda biasanya betah berendam hingga berjam-jam di kolam  tersebut. “Airnya memang segar dan membawa aura kesehatan,” kata Ristika, 42 tahun, w yang mengenal tempat itu sejak kecil, Rabu, 22 Juli 2015Menurut dia, sejumlah orang bahkan percaya khasiat air kolam dapat melempangkan karir  politik. Karena itu tak heran bila banyak calon anggota wakil rakyat yang melakukan ritual tertentu di  Sedudo menjelang pemilihan umum. "Mereka berharap dengan mandi di bawah air terjun Sedudo bisa memuluskan langkah menjadi anggota Dewan," katanya.Namun Air Terjun Sedudo juga dipercaya bisa mencelakakan pengunjung yang sengaja melanggar pantangan. Pantangan tersebut antara lain dilarang berbuat asusila di lokasi air terjun, tidak membawa pulang benda-benda temuan, tidak membawa pulang shampoo dan sabun yang dibawa dari rumah, dan dilarang berkomentar bila melihat hal tak wajar di tempat itu.Menurut Ristika pengunjung yang tak mematuhi pantangan itu umumnya tak berumur panjang. “Itu yang saya dengar dari para orang tua secara turun-temurun,” kata dia. Celaka yang dialami pengunjung pelanggar pantangan, kata Ristika, bisa seketika di air terjun atau saat dalam perjalanan pulang. "Namun bisa juga balak (musibah) itu datang beberapa hari setelah kunjungan."Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk  menggelar  ritual setiap  1 Suro di air terjun. Bertema “Mandi Sedudo” ritual tahunan ini justru menjadi ikon pariwisata  karena menyedot pengunjung. Masyarakat mempercayai mandi di bulan Suro dalam air terjun Sedudo membawa banyak manfaat bagi tubuh. 
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi indonesia banyak sekali terdapt kebudayaan dan keunikan di setiap daerahnya. Hal tersebut adalah kekayaan yang dimiliki oleh indonesia. Hal tersebut harus di jaga kelestariannya agar terus dikenal oleh generasi selanjutnya. Hal ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sektor pariwisata sebagai lahan kuntungan, agar terjadi kenaukan perekonomian indonesia dan kemajuan negara kita.
SARAN
Jangan hanya menyalahkan pemerintah dalam penanganan dan perawatan asset negara, tapi para masyarakatnya pun juga harus membantu peran pemerintah dalam menjaga dan merawat asset negara tersebut agar tetap terjaga dan lestari.
Daftar pustaka

Endra Purnawan
Usaha jasa pariwisata

Kelas B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar