Folklore Lisan Dari Betawi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya berhasil menyelesaikan Tugas
Sejarah yang diberikan oleh dosen sehingga tugas yang diberikan
ini dapat selesai tepat pada waktunya.Paparan informasi ini berisikan tentang
informasi “Folklore Indonesia”. Di harapkan Tugas ini dapat memberikan
informasi yang luas terhadap masyarakat dan khususnya pada mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta untuk menambah pengetahuannya. Penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk tulisan ini agar tulisan ini menjadi lebih lengkap
adanya. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu
dalam penulisan artikel ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
melancarkan semua yang kita kerjakan dan meridhoi semua usaha yang kita
kerjakan. Amin.
Jakarta, 7 Januari
2016
Penyusun,
Rama Septian Hidayat
UJP -A- 2015 UNJ
PEMBAHASAN
Folklor meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng,
dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur,
atau kelompok. Folklor juga
merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi
budaya. Bidang studi yang mempelajari folklor disebut folkloristika. Istilah
filklor berasal dari bahasa Inggris, folklore, yang pertama
kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris William Thoms dalam
sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846. Folklor
berkaitan erat dengan mitologi. Tetapi kali ini saya akan membahas tentang foklor
lisan.
Foklor Lisan . Folklor jenis ini
dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
1. Bahasa rakyat seperti logat bahasa
(dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;
2. Ungkapan tradisional seperti
peribahasa dan sindiran;
3. Pertanyaan tradisonal yang dikenal
sebagai teka-teki;
4. Sajak dan puisi rakyat, seperti
pantun dan syair;
5. Cerita prosa rakyat, cerita prosa
rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda
(legend), dan dongeng (folktale)
6. Nyanyian Rakyat
Pada saat ini saya akan membahas
tentang folklore lisan dari betawi yang saya rangkum agar mudah pembaca untuk
mengerti dan melihat banyaknya folklore yang terdapat di betawi yang bukan
hanya folklore bukan lisannya melainkan kaya akan folklore lisan.
BAHASA BETAWI
Bahasa Betawi merupakan bahasa yang
berasal dari Melayu sama seperti bahasa Indonesia dan bahasa ini sudah mulai
berkembang sejak lahirnya kota Jakarta. Bahasa
Betawi adalah bahasa kreol (Siregar,
2005) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah
dengan unsur-unsurbahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan
(terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa,
terutamabahasa Belanda dan bahasa Portugis. Bahasa ini pada awalnya
dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah pada masa-masa awal
perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang yang paling sering
menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang
jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada
beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan
awalan me-, penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta
peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ pada beberapa dialek
lokal.
Ada beberapa contoh kosa kata dari bahasa
Betawi yang di bandingkan dengan bahasa Indonesia
Bahasa Betawi : Siape , ape, gimane,
gue/aye, babe, enyak, engkong, nyai
Bahasa Indonesia : Siapa, apa,
bagaimana, saya, ayah, ibu, kakek, nenek
Adapun beberapa tokoh-tokoh yang mempergunakan
bahasa betawi
·
Firman
Muntaco, yang terkenal dengan cerpen/artikel di koran tahun 1960an
s.d. 1980an
·
Ganes TH.,
yang terkenal dengan komik "Si-Jampang: Jago Betawi" yang isinya
berbahasa betawi, tahun 1965an
·
Benyamin Sueb,
yang terkenal memainkan film-film yang bergenre "bahasa Betawi",
tahun 1970an
·
Sjumandjaja,
yang terkenal sebagai sutradara film "Si Doel: Anak Betawi", tahun
1970an
SYAIR BETAWI
Ada beberapa contoh syair karya
Muhammad Baqir Syafi’an Fadli yaitu
“Lalu bertemu buah pepaya
Kokosan
menegurlah sama dia
Pepaya
itu tiada mendengar
Sebab
pepaya mau ke pasar
Hatinya
cempedak menjadi ingar
Kokosan
pula bertambah gusar
Demikian
orang tiada berilmu
Mencari
serikaya susah bertemu
Pada
pepaya rasa tersemu
Berjalan
ia rasanya jemu
Pikiran
hendak minta hantarkan
Dirumah
serikaya minta tunjukan
Tetapi
pepaya tiada menyahutkan
Kepada
cempedak didongkolkan
Kokosan
masygul dua tiga perkara
Maka
jadi ia mara (h)-mara (h)
Dimarahkan
cempedak dengan segera
Dasaran
gerangan yang makan dara (h)
Dasaran
durhaka yang aku ikut
Kakak
cempedak yang aku turut
Jadi
dengar cerita hikayat aku luput
Dasaran
cilaka bukannya patut
Dasaran
kakaklah tua bangka
Kakak
cempedak sangat cilaka
Mukanya
bopeng sangat durhaka
Yang
memberi hati kita duka
Maka
berapa pula kata-kata
Kokosan
berkata dengan nista
Di
tengah jalan jadi beranta (h)
Jadi
berkelahi sudah nyata”
Artinya janganlah jadi orang yang
tidak berilmu agar tidak celaka
Lalu selain Syair ada puisi dari
betawi tradisional sebagai contoh
Pantoen Kemoedahan
Kembang melati setangke lima
Kembang roempoet boeat papilis
Mengimpi tidoerlah sama-sama
Sewaktoe bangoen djadi
menangis...
Pengertian puisi modern Betawi
dapat mengacu pada tiga hal, yaitu: bahasa yang digunakan, isi atau
pesan yang disampaikan, dan siapa yang menyampaikannya. Puisi
Betawi idealnya menggunakan bahasa atau dialek Betawi, sehingga
ekspresi atau ungkapan yang hendak disampaikan penyair terasa
lebih khas mewakili satu kebudayaan, yaitu kebudayaan Betawi. Lalu
ada pula contoh puisi betawi modern. Berikut contoh puisi modern Betawi
karya N. Susy Aminah Azis, berjudul Wajah Penuh:
Cipinang Muara
daerahku kini daerah perawan
berwajah rawan n'ndu berdandan
dalam beban kehidupan
daerahku kini berlangit lembut
sejuknya angin bergelut
ditiap detikjam mematut....
Segi yang terpenting dalam pantun
Betawi adalah pesan yang ingin disampaikan. Jika isinya ingin
menguraikan atau menceritakan seseorang, bisa saja jumlah lirik,
baris, atau bait sarna sekali tidak dipentingkan, melainkan lebih
menitik beratkan pada narasi atau pesan yang hendak disampaikannya.
Karena perkembangan bahasa untuk sekarang ini jarang puisi Betawi
ditulis dengan dialek atau bahasa Betawi tetapi cenderung menggunakan bahasa
Indonesia. Oleh karena itu pengertian puisi Betawi lebih kepada isi
daripada bahasa yang digunakannya.
LAGU BETAWI
Lagu jali-jali merupakan salah satu
khasanah musik dan lagu yang berasal dari Betawi, asal usulnya diyakini lahir,
dikembangkan oleh kaum China peranakan Jakarta melalui musik tradisional
mereka gambang kromong, yang kemudian menjadi musik khas Betawi.
Melalui permainan biolanya lagu ini
dipopulerkan oleh M. Sagi yang merupakan pimpinan orkes kerontjong M. Sagi pada
tahun 1942, karena kental dengan budaya Betawi lagu jali-jali kemudian
menjadi lagu rakyat Betawi. Pada tahun yang sama, di bagian pembuka lagu ini
dinyanyikan secara bersahutan antara wanita dan pria.
Wanita mengambil bagian:
Jali-jali dari Betawi
Jadi begini lantaran dia
Jadi begini lantaran dia
Dan ditanggapi oleh pria dalam bagian:
Nona manis jangan kuciwa
Saya tanggung jawab semua.
Saya tanggung jawab semua.
Kemudian disambung lirik lanjutannya:
ini dia si jali-jali
lagunya enak lagunya enak merdu sekali
capek sedikit tidak perduli sayang
asalkan tuan asalkan tuan senang di hati
lagunya enak lagunya enak merdu sekali
capek sedikit tidak perduli sayang
asalkan tuan asalkan tuan senang di hati
palinglah enak si mangga udang
hei sayang disayang pohonnya tinggi pohonnya tinggi buahnya jarang
palinglah enak si orang bujang sayang
kemana pergi kemana pergi tiada yang m’larang
hei sayang disayang pohonnya tinggi pohonnya tinggi buahnya jarang
palinglah enak si orang bujang sayang
kemana pergi kemana pergi tiada yang m’larang
disana gunung disini gunung
hei sayang disayang ditengah tengah ditengah tengah kembang melati
disana bingung disini bingung sayang
samalah sama samalah sama menaruh hati
hei sayang disayang ditengah tengah ditengah tengah kembang melati
disana bingung disini bingung sayang
samalah sama samalah sama menaruh hati
jalilah jali dari cikini sayang
jali-jali dari cikini jalilah jali sampai disini
jali-jali dari cikini jalilah jali sampai disini
Sekitar tahun 1987, lagu ini
diaransemen dengan menggunakan perpaduan beberapa unsur musik Betawi,
masing-masing gambang kromong, tanjidor, gamelan ajengan, samrah, dan paduan
suara. Aransemen ini merupakan Proyek Konservasi Kesenian Tradisional Betawi di
bawah Dinas Kebudayaan DKI, melibatkan Abdullah Iilyas, Suwarsana, Tan De Seng,
dll. Dipergelarkan di Taman Ismail Marzuki.
Makna Lagu Jali-Jali
Seperti kebanyakan lagu yang berasal
dari Betawi, lirik jali-jali merupakan jalinan pantun yang dipadukan nada dan
musik riang yang berfungsi untuk penghibur hati yang sedang berduka atau sedih.
Jadi pada setiap bait, baris pertama dan kedua hanyalah sampiran sedangkan
baris ketiga dan keempat merupakan pesan yang ingin disampaikan.
Berikut sedikit penjelasan sejarah dan makna dari kata-kata yang
terdapat pada sampiran dalam lagu jali-jali:
ini dia si jali-jali
lagunya enak lagunya enak merdu sekali
capek sedikit tidak perduli sayang
asalkan tuan asalkan tuan senang di hati
lagunya enak lagunya enak merdu sekali
capek sedikit tidak perduli sayang
asalkan tuan asalkan tuan senang di hati
Jali-Jali atau Jali adalah sejenis
tumbuhan biji-bijian (serealia) tropika dari suku padi-padian atau Poaceae.
Asalnya adalah Asia Timur dan Malaya namun sekarang telah tersebar ke berbagai
penjuru dunia.
Orang Betawi biasanya menanam tumbuhan
jali-jali ini di perkarangan rumah mereka. Sejak masa kanak-kanak, orang Betawi
sudah akrab dengan buah jali-jali. Anak-anak menjadikan buah itu sebagai pelor
senapan mainan yang mereka buat dari bilah bambu dan karet gelang.
Beberapa varietas memiliki biji yang
dapat dimakan dan dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat. Ibu-ibu Betawi
biasa mengolahnya menjadi bubur yang populer disebut ‘bubur jali’. Sementara
para gadis remajanya meronce jali-jali sebagai tirai pintu kamar mereka.
Sedangkan para alim ulama Betawi
menjadikannya sebagai biji-biji tasbih untuk berzikir. Masyarakat Betawi
mencomot dan mengabadikan nama buah itu ke dalam perbendaharaan bahasa mereka
‘jali’ yang berarti‘ bersih dan rapi’.
palinglah enak si mangga udang
hei sayang disayang pohonnya tinggi pohonnya tinggi buahnya jarang
palinglah enak si orang bujang sayang
kemana pergi kemana pergi tiada yang m’larang
hei sayang disayang pohonnya tinggi pohonnya tinggi buahnya jarang
palinglah enak si orang bujang sayang
kemana pergi kemana pergi tiada yang m’larang
Mangga udang adalah salah satu
varietas mangga yang berasal dari kawasan Toba-Sumatera Utara, namun mangga
udang ini juga banyak ditemui di kawasan pinggiran Jakarta dan Tangerang.
Mangga ini memiliki warna kulit kuning
oranye dan licin jika telah masak, bentuknya melingkar mirip badan udang dan
ukurannya mungil kira-kira sepertiga dari ukuran mangga biasa ini rasanya
cenderung manis dengan sensasi sedikit rasa masam, dagingnya tebal dengan
tekstur sedikit berserat dan renyah.
disana gunung disini gunung
hei sayang disayang ditengah tengah ditengah tengah kembang melati
disana bingung disini bingung sayang
samalah sama samalah sama menaruh hati
hei sayang disayang ditengah tengah ditengah tengah kembang melati
disana bingung disini bingung sayang
samalah sama samalah sama menaruh hati
Kembang melati (Jasminum officinale)
adalah tumbuhan semak berbunga yang sangat dikenal luas karena keindahannya
yang menakjubkan serta aroma mempesona. Selama ini, orang mengenal bunga melati
hanya sebatas tanaman hias, kosmetika dan bahan campuran pembuat parfum atau
teh.
jalilah jali dari cikini sayang
jali-jali dari cikini jalilah jali sampai disini
jali-jali dari cikini jalilah jali sampai disini
Cikini adalah salah satu kampung tua
di Jakarta, terletak di daerah di Jakarta Pusat, bertetangga dengan Menteng.
Tempo dulu di kawasan ini ada tempat rekreasi umum ‘Taman Raden Saleh’ (TRS),
yang merupakan Kebun Binatang Jakarta sebelum dipindahkan ke Ragunan.
Lagu “Jali-Jali” kerap dimainkan oleh
kaum China peranakan, tetapi asal-muasal ide lagu itu mestinya dari khazanah
budaya Betawi. Hal itu lantaran di dalam kebudayaan Betawi, “Jali-Jali”
mendapat apresiasi yang tinggi.
Jali-Jali adalah sejenis tanaman perdu
yang selalu ada di pekarangan rumah orang Betawi. Sejak masa kanakkanak, orang
Betawi sudah akrab dengan buah jali-jali. Anak-anak menjadikan buah itu sebagai
pelor senapan mainan yang mereka buat dari bilah bambu dan karet gelang.
Asal usul lagu jali jali
Asal usul lagu jali jali – Sejarah
Lagu Jali Jali di yakini oleh Beberapa kelompok lahir, dikembangkan, dan
dipopulerkan oleh kaum China peranakan Jakarta melalui music tradisional
mereka, gambang kromong.
Sementara penduduk asli Jakarta, yaitu
orang Betawi, mengakui bahwa merekalah ibu kandung yang sah dari lagu tersebut.
Orang Betawi memang mengenal musik gambang kromong.
Lagu “Jali-Jali” kerap dimainkan oleh
kaum China peranakan, tetapi asal-muasal ide lagu itu mestinya dari khazanah
budaya Betawi. Hal itu lantaran di dalam kebudayaan Betawi, “Jali-Jali”
mendapat apresiasi yang tinggi.
Jali-Jali adalah sejenis tanaman perdu
yang selalu ada di pekarangan rumah orang Betawi. Sejak masa kanakkanak, orang
Betawi sudah akrab dengan buah jali-jali. Anak-anak menjadikan buah itu sebagai
pelor senapan mainan yang mereka buat dari bilah bambu dan karet gelang.
Ibu-ibu suku Betawi sewaktu-waktu
mengolahnya menjadi bubur yang populer disebut ‘bubur jali’. Sementara para
gadis remajanya meronce jali-jali sebagai tirai pintu kamar mereka. Sedangkan
para alim ulama Betawi menjadikannya sebagai biji-biji tasbih untuk berzikir.
Lantas, secara bersama, kaum Betawi mencomot dan mengabadikan nama buah itu ke
dalam perbendaharaan bahasa mereka ‘jali’ yang berarti‘ bersih dan rapi’.
Orang indo—sebutan untuk orang
peranakan atau hasil perkawinan silang orang Indonesia dengan orang dari negara
lain—pun harus diperhitungkan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas
keberadaan lagu “Jali-Jali”. Lagu tersebut memang sering dimainkan dalam orkes
keroncong paraindo. Bahkan, menjadi salah satu lagu penting para “buaya
keroncong” alias mereka yang keterlaluan cintanya pada keroncong
CERITA DONGENG DAN LEGENDA DARI BETAWI
Selain syair dan lagu. Dalam kebudayaan
betawi juga mengenal Dongeng dan Cerita Legenda
Salah satu contoh dongeng cerita
rakyat betawi.
seorang laki-iaki, si Bener namanya.
Tiada lain kerja si Bener hanyalah mengail. Setiap hari ia mengail dilaut. Mata
kailnya jarum sedang, umpannya bekatul. Karena itu ia tak pernah berhasil
mendapatkan ikan. Malah ikan-ikan di laut menjadi kian banyak, sebab setiap
hari memakan bekatul umpan kail Si Bener. Raja ikan di dasar lautan mengetahui
hal itu. Maka sang raja mengumpulkan seluruh rakyatnya. Kepada para ikan raja
itu berkata,"Hai rakyatku, kita harus menyayangi Si Bener, sebab setiap
hari kita diberinya makan". "Akur-akuur". Seru ikan-ikan itu
senang. "Hai raja" , ujar cucu! "Umurku sudah amat tua. Tak guna
lagi hidup. Aku ingin membuktikan nyawaku kepada Si Bener". "Na
baguslah jika demikian", sahut Raja ikan, "Ini telanlah"' Raja
ikan membeiikan intan sebesar kepala.
Cucut menelan intan itu. Lalu ikan itu
berenang ke pantai. Kail si Bener yang terapung-apung digigit oleh cucut itu.
Tentu saja si Bener terkejut. Bertahun-tahun baru kali itu kailnya mengena.
Segera si Bener menarik pancingnya.
Makin terkejut laki-laki itu. Baru pertama seumur hidupnya ia melihat cucut
sebesar itu. Senang bukan main hati pengail itu.
Dari kejauhan tampak sebuah kapal.
Segera si Bener berseru-seru. Seruannya terdengar oleh Matros. Lalu disampaikan
kepada nakhoda. Nakhoda kemudian memerintahkan juru mudi menghentikan kapal.
Nakhoda turun dengan sekoci. Ia
menanyai si Bener, "Hai nelayan, apa hajatmu hingga menghentikan
kami?"
"Wahai tuan nakhoda", sahut
Si Bener, "Sudilah tuan menyampaikan ikan ini sebagai persembahan hamba
kepada raja negeri seberang".
"Baiklah akan aku sampaikan
persembahan ini" .
Nakhoda pun meneruskan perjalanannya.
Saat singgah di negeri seberang, ia pun menghadap baginda. Ikan cucut dari Si
Bener dipersembahkannya.
"Hmm, hanya seekor ikan" ,
Sabda Baginda setelah nakhoda pergi, "Sudah bau pula". Baginda
menekan perut ikan itu dengan tongkatnya. Keluarlah sebutir intan sebesar
kepala. Sungguh terkejut baginda. Lekas intan itu diambilnya.
"Intan sebesar ini kubeli dengan
negaraku pun tak akan terbeli", pikir sang raja, "Jika demikian
layaknya kuberi sedikit imbalan pada pemilik ikan bau itu".
Nakhoda yang baru saja akan bertolak
segera dipanggil. Kepadanya baginda menitipkan sepeti uang emas untuk
diserahkan kepada Si Bener.
Nakhoda pun kembali berlayar. Saat itu
singgah di dusun Si Bener diserahkannya peti uang itu. Bukan main suka citanya
Si Bener.
Dengan uang yang dimilikinya, Si Bener
membeli sebuah rumah besar, ternak, sawah dan kebun. Kini hidup Si Bener menjadi
senang.
Perihal kekayaan Si Bener terdengar
oleh raja. Timbul rasa dengkinya. Baginda pun memanggil laki-laki itu. Ia ingin
merebut harta kekayaan pengail itu.
Saat Si Bener berdatang sembah,
bersabdalah sang raja "Hai Bener, karena kau hidup di atas tanahku, kau
harus patuh pada perintahku".
"Ampun beribu ampun wahai
paduka", sembah Si Bener, "Segala titah duli sah alam akan hamba
junjung tinggi".
"Bagus jika demikian",
baginda meneruskan, "Salah satu kapalku yang mengangkut selaksa jarum
telah tenggelam, kini ambilkanlah jarum-jarum di dasar lautan itu. Jika ada
yang kurang, kupancung kepalamu".
"Daulat wahai paduka",
sembah Si Bener, "Titah paduka akan hamba laksanakan".
Selesai berucap demikian, pergilah Si
Bener ke pantai. Hatinya kecut. Samudera demikian luas dan dalam. Bagaimana
mungkin ia menemukan selaksa jarum di dalamnya.
Tiba-tiba muncul Si raja ikan.
"Hai pengail", ujar raja ikan", "Mengapa kau tampak
murung?"
"Hamba dititahkan baginda mencari
selaksa jarum di laut", sahut Si Bener. "Bagaimana mungkin hamba
dapat melakukannya?"
"Sudahlah laki-laki pengail.
Serahkan saja perihal itu padaku".
Raja ikan memanggil seluruh rakyatnya.
Ia memerintahkan para ikan untuk memunguti selaksa jarum di lautan. Hanya
separuh ikan telah kembali. Semuanya membawa jarum.
Telah terkumpul selaksa jarum milik
raja. Si Bener pun mempersembahkan jarum-jarum itu. Bukan main tercengangnya
baginda
raja.
raja.
"Hai Bener", sabda Baginda,
"Aku lupa satu hal. Kapalku yang tenggelam itu juga membawa pedang wulung.
Kini ambillah pedang itu. Jika kau gagal, kepalamu sebagai gantinya".
Kembali Si Bener ke pantai. Ia
berpikir, raja tentu memiliki niat buruk. Jika tidak tentu ia tak akan
menitahkan hal-hal yang mustahil kepadanya.
Selagi Si Bener berpikir, kembali
muncul raja ikan. "Hai pengail", tegur si raja ikan, "Mengapa
lagi kau murung?"
"Baginda menitahkan hamba
mengambil pedang wulung", jawab Si Bener.
"Pedang wulung itu milik raja
buaya", ujar Raja ikan "Jahat bener rajamu, ia menginginkan sesuatu
yang bukan miliknya. Tapi baiklah, akan kupanggil raja buaya".
Tak berapa lama raja buaya pun muncul,
"Hai raja ikan, aku sudah mendengar percakapan kalian. Jika raja manusia
itu menginginkan pedangku, datanglah ke muara esok hari".
Perkataan raja buaya disampaikan
kepada baginda raja. Esoknya baginda pergi ke muara. Duduklah ia menunggu
kedatangan raja buaya.
Raja buaya pun muncul. Ia tak membawa
pedang yang dijanjikannya. Ia memakan raja lalim itu. Ikan-ikan dan para
penghuni air bersorak-sorai.
Raja telah tiada. Kini tinggalah
patih. Patih memutuskan untuk mengangkat Si Bener menjadi raja. Rakyat pun
senang. Si Bener memerintah dengan adil dan bijaksana.
Lalu ada contoh Cerita Komik dari
betawi yaitu si Jampang
Jampang adalah jagoan Betawi yang
konon terkenal tampan dan sangat sakti, ia sering merampok harta orang-orang
kaya (tuan tanah, bandar judi, saudagar kaya yang tamak dan lainnya), kemudian
hasil rampokannya itu ia bagi-bagikan kepada orang miskin (persis seperti
cerita legenda Robin Hood).
Konon pula nama si Jampang sendiri
dari nama daerah asal ibunya, yaitu daerah Jampang di Sukabumi Jawa Barat,
ayahnya berasal dari Banten. Si Jampang dan istrinya tinggal di Grogol, Depok,
Jawa Barat. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, namun kebahagiaan mereka
tidak berlangsung lama, istri si Jampang meninggal dunia karena sakit, sejak
itu Jampang merawat anaknya yang semata wayang seorang diri. Karena si Jampang
ingin anaknya menjadi anak yang saleh dan berguna bagi masyarakat, ia pun
menitipkan nya ke pondok pesantren. Kemudian ia merasa kesepian setelah anaknya
di titipkan di pesantren, dari situ ia berkeinginan untuk membantu rakyat
Betawi yang menderita akibat tekanan para tuan tanah, bandar judi, saudagar
kaya yang tamak.
Bagi mereka, masyarakat waktu itu kehadiran sosok si Jampang adalah seorang pahlawan, namun bagi tuan tanah, bandar judi, saudagar kaya yang tamak sosok si Jampang adalah musuh yang sangat menakutkan. Oleh tetangganya di Grogol, Depok, Jawa Barat tiap kehadirannya selalu dielu-elukan, itu karena si jampang royal mendermak bandar judi, saudagar kaya yang tamakan harta hasil rampokannya pada mereka. jampang aktif menyatroni rumah para tuan tanah yang telah membuat warga Betawi menderita.
Bagi mereka, masyarakat waktu itu kehadiran sosok si Jampang adalah seorang pahlawan, namun bagi tuan tanah, bandar judi, saudagar kaya yang tamak sosok si Jampang adalah musuh yang sangat menakutkan. Oleh tetangganya di Grogol, Depok, Jawa Barat tiap kehadirannya selalu dielu-elukan, itu karena si jampang royal mendermak bandar judi, saudagar kaya yang tamakan harta hasil rampokannya pada mereka. jampang aktif menyatroni rumah para tuan tanah yang telah membuat warga Betawi menderita.
Si Jampang pun menjadi terkenal
sebagai perampok, hingga kepopulerannya sampai ke telinga para Kyai dan santri
di pondok pesantren termasuk anaknya. Ananknya pun malu karena ayahnya seorang
perampok, Jampang selalu menjadi bahan gunjingan di pondok pesantren tempat
tinggal putranya, sang anak menyarankan agar Jampang menikah lagi agar hidupnya
lebih teratur dan tidak kesepian lagi. Jampang lansung teringat kepada
Mayangsari, janda satu anak, Mayangsari adalah mantan istri Sabra, sahabatnya
sejak kecil ketika mereka tinggal di banten. Namun sayangnya Mayangsari yang
ditaksir Jampang tidak mau diperistri karena dia tahu sifat dan prilaku si
Jampang, ia pun malu kalau bakal suaminya nanti seorang perampok.
Jampang tidak putus asa, dia pun minta bantuan dukun untuk menaklukan Mayangsari, jampi-jampi si dukun pun terbukti ampuh, akhirnya Mayangsari menjadi gila terkena guna-guna. Kejadian ini membuat anak si Mayangsari curiga kalau ibunya diguna-guna, ia pun mencari keterangan mengenai dukun yang dapat menyembuhkan ibunya, alhasil lewat bantuan dukun kampung yang sama ia dapat menyembuhkan ibunya dari guna-guna yang dibuat si Jampang.
Singkat cerita anak Mayangsari tersebut menemui si Jampang, seraya memberi syarat jika Jampang ngotot ingin memperistri ibunya, Jampang harus menyerahkan sepasang kerbau sebagai mas kawinnya. Bagi Jampang itu syarat yang mudah bagi seorang perampok, ia dengan mudah mencuri dua ekor kerbau milik Haji Saud, saudagar kaya, tapi karena kali ini si Jampang merampoknya untuk keperluan pribadi, ia pun nendapat sial, Jampang pun ditangkap polisi dan dijebloskan ke dalam penjara. Si Jampang sebagai gembong perampok dihukum mati. Mendengar kabar tersebut, para tuan tanah, bandar judi, saudagar kaya yang tamak merasa gembira, sebaliknya rakyat bersedih, bagi mereka, si Jampang bukan sekedar perampok, tapi merupakan pahlawan.
Jampang tidak putus asa, dia pun minta bantuan dukun untuk menaklukan Mayangsari, jampi-jampi si dukun pun terbukti ampuh, akhirnya Mayangsari menjadi gila terkena guna-guna. Kejadian ini membuat anak si Mayangsari curiga kalau ibunya diguna-guna, ia pun mencari keterangan mengenai dukun yang dapat menyembuhkan ibunya, alhasil lewat bantuan dukun kampung yang sama ia dapat menyembuhkan ibunya dari guna-guna yang dibuat si Jampang.
Singkat cerita anak Mayangsari tersebut menemui si Jampang, seraya memberi syarat jika Jampang ngotot ingin memperistri ibunya, Jampang harus menyerahkan sepasang kerbau sebagai mas kawinnya. Bagi Jampang itu syarat yang mudah bagi seorang perampok, ia dengan mudah mencuri dua ekor kerbau milik Haji Saud, saudagar kaya, tapi karena kali ini si Jampang merampoknya untuk keperluan pribadi, ia pun nendapat sial, Jampang pun ditangkap polisi dan dijebloskan ke dalam penjara. Si Jampang sebagai gembong perampok dihukum mati. Mendengar kabar tersebut, para tuan tanah, bandar judi, saudagar kaya yang tamak merasa gembira, sebaliknya rakyat bersedih, bagi mereka, si Jampang bukan sekedar perampok, tapi merupakan pahlawan.
Lalu Selain cerita Dongeng dan komik
terdapat cerita Legenda yaitu Si Pitung.
Pada tahun 1892 Si Pitung dikenal pada sebagai “One
Bitoeng”, “Pitang", kemudian menjadi “Si Pitoeng” (Hindia Olanda
28-6-1892:3; 26-8-1892:2). Laporan pertama dari surat kabar ini menunjukkan
bahwa schout Tanah Abang mencari rumah “One Bitoeng” di Sukabumi. Dari hasil
penemuannya ditemukan Jas Hitam, Seragam Polisi dan Topi, serta beberapa
perlengkapan lainnya yang digunakan untuk mencuri kampung (Hindia Olanda, 28-6-1892:2).
Sebulan kemudian polisi menggeledah rumahnya kembali dan ditemukan uang sebesar
125 gulden. Hal ini diduga uang curian dari Nyonya De C dan Haji Saipudin
seorang Bugis dari Marunda (Hindia Olanda 10-8-1892:2;2; 26-8-1892:2). Kemudian
Si Pitung menggunakan senjata untuk mencuri pada tanggal 30 Juli 1892, ketika
itu Si Pitung dan lima kawanannya (Abdoelrachman, Moedjeran, Merais, Dji-ih,
dan Gering) menerobos rumah Haji Saipudin dengan mengancam bahwa Haji Saipudin
akan ditembak.
Pada
tahun 1892, Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi sesudah Kepala Kampung
Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) memberi
nasihatuntuk menangkap Si Pitung. Setelah ditangkap, kurang dari setahun
kemudian, pada musim semi 1893, Pitung dan Dji-ih merencanakan kabur dengan
cara yang misterius dari tahanan Meester Cornelis. Sebuah investigasi kemudian
dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi tidak berhasil. Karena kejadian
tersebut, Kepala Penjara dicurigai melepaskan si Pitung dan Dji-ih. Akhirnya
seorang Petugas Penjara mengakui bahwa dia meminjamkan sebuah belincong (sejenis linggis pencungkil) kepada Si
Pitung, yang kemudian digunakan untuk membongkar atap dan mendaki dinding
(Hindia Olanda, 25-4-1893:3; Lokomotief 25-4 1893:2). Akibatnya, Si Pitung
lepas lagi.
Berdasarkan
rumor, Pitung pernah menampakkan diri kepada seorang wanita di sebuah perahu
dengan nama Prasman. Detektif mencoba mencari di kapal tersebut (Hindia Olanda,
12-5-1893:3), tetapi hasilnya Pitung tidak dapat ditemukan. Karena sulitnya
menemukan dan menangkap si Pitung, harga untuk penangkapan Pitung menjadi
meningkat sebesar 400 Gulden. Pemerintah Belanda pada saat itu ingin menembak
mati Pitung di tempat, tetapi sebagian pejabat mengatakan, jika Pitung ditembak
justru akan menumbuhkan semangat patriotik, sehingga niat ini diurungkan oleh
kepolisian Batavia untuk menembak ditempat walaupun pada akhirnya hal ini
dilakukan juga.
Sebagai
tindakan balas dendam, Pitung melakukan pencurian dengan kekerasan termasuk
dengan menggunakan sejata api. Akhirnya Pitung dan Dji-ih membunuh seorang
polisi intel yang bernama Djeram Latip (Hindia Olanda 23-9-1893:2). Dia juga
mencuri dari wanita pribumi, Mie, termasuk pakaian laki-laki serta pistol
revolver dengan pelurunya. Pernyataan ini didukung oleh Nyonya De C, seorang
pedagang wanita di Kali Besar yang menyatakan bahwa Pitung mencuri sarung yang
bernilai ratusan Gulden dari perahunya (Hindia Olanda 22-11-1892:2).
Dji-ih
ditangkap kembali di kampung halamannya ketika sedang menderita sakit. Pada
saat itu Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk memperoleh pengobatan.
Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal. Kepala kampung pada saat
itu (Djoeragan) melaporkannya ke Demang kemudian memerintahkan tentara untuk
menangkap Dji-ih dirumahnya. Karena dia terlalu sakit, dia tidak berdaya untuk
melawan, walaupun pada saat itu pistol dalam jangkauannya (Hindia Olanda
19-8-1893:2). Dia menyerah tanpa perlawanan. Untuk menutupi hal ini kemudian
Pemerintah Belanda melansir di Java-Bode (15-8-1893:2) bahwa Dji-ih kabur ke
Singapura. Informan yang bertanggungjawab melaporkan Dji-ih kemudian ditembak
mati oleh Pitung di suatu tempat yang tak jauh dari Batavia beberapa minggu
kemudian.
“'Itoe
djoeragan koetika ketemoe Si Pitoeng betoelan di tempat sepi troes, Si
djoeragan menjikip pada Si Pitoeng dan dari tjipetnja Si Pitoeng troes ambil
pestolnja dari pinjang, lantas tembak si djoeragan itoe menjadi mati itoe
tempat djoega.' (Hindia Olanda 1-9-1893:2.)
Beberapa
bulan kemudian, di bulan Oktober, Kepala Polisi Hinne mempelajari dari informan
bahwa Pitung terlihat di Kampung Bambu, kampung di antara Tanjung Priok dan
Meester Cornelis. Kemudian dalam perjalanannya Hinne diberi laporan bahwa
Pitung telah pindah ke arah pekuburan di Tanah Abang (Hindia Olanda
18-10-1893). Kemudian, Hinne menembaknya dalan penyergapan itu. Pitung ditembak
di tangan, kemudian Pitung membalasnya. Kemudian Hinne menembak kedua kalinya,
tetapi meleset, dan peluru ketiga mengenai dada dan membuatnya terjerembap di
tanah. Sehari sesudah kematiannya, hari Senin, jenazah dibawa ke pemakaman
Kampung Baru pada jam 5 sore.
Setelah
Hinne menangkap Pitung, setahun kemudian dia dipromosikan menjadi Kepala Polisi
Distrik Tanah Abang untuk mengawasi seluruh Metropolitan Batavia-Weltevreden.
Setelah kejadian tersebut Pemerintah Hindia Belanda melakukan pencegahan agar "Pitung-Pitung"
yang lain tidak terjadi lagi di Batavia. Bahkan karena ketakutannya makam Si
Pitung setelah kematiannya, dijaga oleh Pemerintah Belanda agar tidak diziarahi
oleh masyarakat pada waktu itu.
PENUTUP
Jadi sangat banyak bukan folklore lisan
dari betawi yang bisa kita tau. Kita bisa melestarikan kebudayaan betawi
melalui cerita-cerita dari suku ini, melestarikan lagu dan syair betawi agar
kebudayaan betawi ini tidak hilang. Dan bukan hanya kebudayaan adat betawi yang
perlu di lestarikan. Indonesia mempunyai banyak kebudayaan dan juga suku-suku
karena itu Indonesia sangat kaya akan kebudayaan dan kita sebagai generasi
penerus kita harus melestarikannya. Kalau pada zaman dahulu kita mengenal
jagoan betawi. Kini kita yang harus menjadi jagoan tersebut tetapi bukan untuk
bertengkar melainkan jagoan muda yang berhasil membawa kebudayaan Indonesia
hingga mendunia. Demikian
informasi yang saya paparkan semoga bisa bermanfaat khususnya untuk Mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta ,supaya menambah wawasan mengenai budaya-budaya
indonesia ini.Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan serta penyusunan
informasi ini jauh dari kata sempurna.Terima kasih
.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar