Rabu, 06 Januari 2016

Tugas 3 - Folklore Indonesia



Kisah putri hijau 

Pengantar 
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga tugas ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.


 Dan harapan saya semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi tugas agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam tugas ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini.

Pembahasan 
Putri hijau adalah tokoh legenda turun-temurun yang berasal dari daerah Deli,Sumatra. Legenda ini sampai sekarang masih terkenal dikalangan orang-orang deli dan bahkan juga masyarakat melayu di Malaysia.
Abad 15 dan 16 adalah periode paling berdarah di zona dataran rendah Aceh, Sumatera Timur, dan semenanjung Malaysia. Empat kerajaan saling bantai, berkonspirasi, dan saling menaklukkan untuk memperebutkan kekuasaan pada zona perdagangan internasional yang kini dikenal dengan Selat Malaka. Di tengah kecamuk perebutan kue ekonomi itu, pada tepian sungai Deli–tepatnya sekitar 9 km dari Labuhan Deli–lahirlah sebuah legenda klasik bernama Puteri Hijau.
Legenda Sang Puteri yang selalu digambarkan dengan segala kosa kata kecantikan, bertahan hingga kini dalam dua versi. Versi pertama berasal dari catatan sejarah yang mirip cerita lisan yang berkembang di masyarakat Melayu Deli. Versi kedua adalah hikayat dari masyarakat Karo. Keduanya bertentangan dan kelihatan sekali saling berlomba menonjolkan identitas dan ego suku masing-masing.
Dari versi lisan Melayu, konon pernah lahir seorang puteri yang sangat cantik jelita di desa Siberaya, dekat hulu sungai Petani (sungai Deli). Kecantikannya memancarkan warna kehijauan yang berkilau dan menjadi kesohor ke berbagai pelosok negeri, mulai dari Aceh, Malaka, hingga bagian utara pulau Jawa. Ia kemudian dinamai Puteri Hijau. Dalam hikayatnya, Sang Puteri memiliki dua saudara kembar yang dipercaya adalah seekor naga bernama Ular Simangombus dan sebuah meriam bernama Meriam Puntung.
Alkisah, Ular Simangombus memiliki selera makan yang luar biasa. Ia digambarkan seakan tidak pernah kenyang. Rakyat Siberaya akhirnya tidak sanggup lagi menyediakan makanan untuk naga ini, sehingga Sang Puteri bersama kedua saudaranya memutuskan pindah ke hilir sungai dan menetap di sebuah perkampungan baru yang sekarang dikenal dengan nama Deli Tua. Di sini, para pengikutnya membangun benteng yang kuat. Dengan demikian, negeri itu cepat makmur.
Kecantikan Sang Puteri yang menyebar seperti kabar burung ke segala penjuru, suatu ketika mendarat di telinga Raja Aceh. Ia lantas kepincut dan mengirim bala tentara untuk meminang Puteri Hijau.
Utusan langsung dikirim. Pantun bersahut-sahutan. Tapi pinangan ini ditolak dan membuat Raja Aceh betul-betul dilanda murka. Ia merasa diri dan kerajaannya dihina sehingga jatuhlah perintah untuk segera menyerang benteng Puteri Hijau. Tapi karena bentengnya sangat kokoh, pasukan Aceh gagal menembusnya.
Menyadari jumlah pasukannya makin menyusut setelah banyak yang terbunuh, panglima-panglima perang Aceh memakai siasat baru. Mereka menyuruh prajuritnya menembakkan ribuan uang emas ke arah prajurit benteng yang bertahan di balik pintu gerbang. Suasana menjadi tidak terkendali karena para penjaga benteng itu berebutan uang emas dan meninggalkan posnya. Ketika mereka tengah sibuk memunguti uang logam, tentara Aceh menerobos masuk dan dengan mudah menguasai benteng.
Pertahanan terakhir yang dimiliki orang dalam adalah salah seorang saudara Puteri Hijau, yaitu Meriam Puntung. Tapi karena ditembakkan terus-menerus, meriam ini menjadi panas, meledak, terlontar, dan terputus dua. Bagian moncongnya tercampak ke Desa Sukanalu Simbelang, Kecamatan Barusjahe. Sedangkan bagian sisanya terlontar ke Labuhan Deli, dan kini ada di halaman Istana Maimoon Medan.
Melihat situasi yang tak menguntungkan, Ular Simangombus, saudara Sang Puteri lainnya, menaikkan Puteri Hijau ke atas punggungnya dan menyelamatkan diri melalui sebuah terusan (Jalan Puteri Hijau), memasuki sungai Deli, dan langsung ke Selat Malaka. Dan hingga sekarang kedua kakak beradik ini dipercaya menghuni sebuah negeri dasar laut di sekitar Pulau Berhala.
Namun sebuah anak legenda menyebutkan bahwa Puteri Hijau sebenarnya sempat tertangkap. Ia ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau memohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, ia diberikan berkarung-karung beras dan beribu-ribu telur.
Tetapi baru saja upacara dimulai, tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat, disusul gelombang yang tinggi dan ganas. Dari perut laut muncul jelmaan saudaranya, Ular Simangombus, yang dengan rahangnya mengambil peti tempat adiknya dikurung. Lalu Puteri Hijau dilarikan ke dalam laut dan mereka bersemayam di perairan pulau Berhala. Menurut cerita ini, saudara-saudara Puteri Hijau adalah manusia-manusia sakti yang masing-masing bisa menjelma menjadi meriam dan naga. Memang, cerita lisan selalu mewariskan banyak versi sesuai selera masing-masing penceritanya.
Kabarnya, setelah di bawa pergi oleh Saudaranya, Ulat Simangombus. Sang raja Aceh membawa sebagian hartanya dan orang orang kepercayaannya. Namun, saat sang Raja pulang. Sang Raja Aceh tidak membawa harta dan para prajurit pilihannya.
Dikisahkan pula seorang penjalang kapal yang berangkat dari pulau panang menuju aceh barat.  Kapal itu diterpa angin kencang sehingga terpaksa berhenti di tengah laut. Ketika angin rebut reda kapal bermaksud untuk melanjutkan perjalanan namun, jangkar kapal tidak dapat diangkat. Nakhoda meminta anak buahnya turun ke laut unutk melihat jangkar tersebut. Semua terdiam. Tiba-tiba seorang anak muda yang bernama akhmad baakri menyelam.
Sesampai didasar laut, ahmad bakari melihat adanya sebuah cahaya terang. Dia melihat sebuah taman dan istana disitu keadaannya kering bagai daratan. Jendela istana terbuka dan bakri pun melihat seorang gadis cantik yang tak lain adalah putri hijau. Putri hijau lalu memberitahukan kepada bakri bahwa tempat itu adalah tempat terlarang.
Bakri pun menceritakan apa yang terjadi dengan kapalnya. Lalu putri hijau pun membantu bakri dan memberikannya segenggam kersik sambil mengatakan apabila ada ynag bertanya kepadanya siapa yang membantunya katankan namanya putrid hijau. Setelah di kapal bakri menceritakan kepada nakhoda kapal tentang semua yang di alaminya didasar laut.
Bakri kemudian membuka kersik yang diberikan oleh putri hijau dan ternyata isinya 1000 butir berlian. Ketika bakri ingin memebagi berlian itu kepada nakhodanya. Nakhoda itu menolaknya dan menyuruh bakri agar membuka industry pelayaran agar dapat membantu banyak orang.

Ada pula, versi kisah lain. Bahwa meriam ini pecah karena panas, akibat sering melontarkan peluru terus-terusan ke tentara Aceh. Sebelum menjelma menjadi meriam, Pangeran sempat berpesan kepada rakyatnya untuk menyiram meriam dengan air dingin, jika mereka melihat meriam berwarna kemerahan. Namun karena ditengah perang, Raja Aceh menebar koin emas, rakyat menjadi lupa akan keberadaan meriam yang sedang terus-terusan melontarkan peluru. Hingga akhirnya meriam menjadi merah kepanasan dan pecah.
Selain itu Pada permulaan syair penulis membuktikan bahwa kisah Putri Hijau itu memang benar-benar terjadi dengan mengetengahkan pancuran Putri Hijau di Deli tua dan Meriam Puntung di Istana Maimon dan tempat bekas lalu nya Naga di Sungai Deli.
            Sultan Sulaiman memerintah kerajaan Deli Tua dengan adil dan bijaksana. Ia adalah seorang duda yang istrinya telah meninggal dunia dan dia tidak pernah menikah lagi. Ada tiga orang anak raja Deli tua. Pada suatu hari raja jatuh sakit, semakin lama semakin tak tertolongkan dan akhirnya raja Sultan Sulaiman meninggal dunia dan digantikan dengan putra sulungnya.
Sementara itu di aceh berdiri suatu kerajaan yang kuat. Pada suatu jumat malam. Ketika raja Aceh sedang berdiri dimuka pintu dan memandang laut, terlihat cahaya berwarna hijau dilangit. Raja memanggil wajir dan mempertanyakan sinar itu kepada wajir. Menurut dugaan wajir, warna itu adalah cahaya Batara Indra namun, raja Aceh masih sangsi akan dugaan tersebut. Raja memerintahkan kepada wajir untuk mencari orang yang akan pergi untuk mencari cahaya hijau itu. Wajir menjawab bahwa dia sendiri yang akan pergi.
Wajir, mentri, dan para pengawalnya berjalan ke selatan. Malam hari mereka melihat cahaya itu, cahaya hijau yang makin lama makin jelas. Setelah berhari-hari berjalan, mereka sampai di labuhan deli dengan menyamar sebagai buruh mereka tau bahwa cahaya itu berada di deli tua. Lalu mereka berjalan ke deli tua. Mereka terpana ketika bertemu dengan Putri Hijau. Kecantikan Putri hijau itu luar biasa.
Selanjutnya mereka memutuskan untuk kembali ke Aceh. Sesampainya di Aceh mereka melaporkan kepada raja Aceh bahwa cahaya hijau tersebut terdapat pada seorang gadis cantik jelita. Timbullah keinginana raja untuk memperistri Putri Hijau dari kerajaan Deli Tua itu.
Raja Aceh memerintahkan kepada wajir untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk meminang Putri Hijau. Setelah berlayar selama beberapa hari, rombongan itu sampai di labuhan deli. Tembakan meriam yang diluncurkan dari kapal menyebabkan penduduk bertanya-tanya tentang kedatangan armada itu lalu, syahbandar pergi ke labuhan dan menanyakan maksud mereka. Setelah mendengar jawaban mereka dari Aceh dan ingin berlabuh di pelabuhan itu, Syah Bandar menjadi tenang. Keesokan harinya rombongan itu berangkat ke Deli Tua. Sesampainya di Istana, rombongan itu menghadap raja dan menceritakan maksud mereka untuk meminang Putri Hijau untuk dijadikan istri raja Aceh. Raja Deli Tua sangat senang mendengar maksud mereka. Dia meminta waktu dua hari untuk memberi jawaban yang pasti dan para rombongan pun bergerak keluar kota dan bermalam disana.
Raja Deli Tua mencoba untuk meyakinkan adiknya mengenai pinangan raja Aceh itu. Namun, Putri hijau mengatakan kepada abangnya untuk menolak lamaran raja Aceh dengan alasan Putri Hijau merasa belum matang untuk menjadi seorang istri raja, Putri Hijau juga masih berduka karna teringat akan almarhum ayah dan ibunya.
Ketika utusan raja Aceh memohon untuk menghadap raja deli tua mengatakan kepada utusan itu bahwa dia tidak dapat mengabulkan pinangan tersebut. Utusan Aceh merasa terkejut mendengar jawaban raja deli tua. Keesokan harinya rombongan kembali ke aceh kemudian wajir menhadap raja Aceh. Wajir memanas-manasi rajanya dengan mengatakan bahwa raja deli tua memandang raja Aceh seperti anak-anak yang dapat dipermainkan. Mendengar itu, raja menjadi marah dan menjadi malu atas penolakan tersebut. Lalu, diperintahkannya para hulubalang untuk mengumpulkan segala kekuatan dan dalam waktu tiga hari lagi mereka akan berangkat menyerang kerajaan deli tua. Perang pun terjadi antara Laskar aceh dan Laskar Deli tua.
Setelah berhari-hari berlalu tidak diketahui siapa pemenang dari perang itu. Raja Aceh mengadakan musyawarah dengan wajir dan para hulubalangnya. Seorang mentri mengajukan usul meriam-meriam raja Aceh memuntahkan peluru yang berisikan uang emas. Usulan itu diterima raja. Akibatnya, lascar deli tua sibuk mengutib uang emas yang berserakan ditanah sehingga mereka menjadi lengah. Lascar aceh pun menyerang lascar deli tua dengan mudahnya. Raja deli tua merasa sangat terpukul dia lalu memanggil kedua adiknya kepada raja Putri Hijau meminta agar adiknya menyerahkan kota itu dan bersedia menjadi istri raja aceh apabila laskarnya kalah.
Namun, dia juga meminta adikknya agar mengajukan syarat kepada raja aceh. Yaitu  menyediakan satu keranda kaca dan rakyat aceh membawa sengenggam bertih dan sebutir telur apabila dia sampai di pelabuhan aceh. Setalah itu raja deli tua meninggalkan istana tinggallah kedua adiknya. Putri Hijau menyarankan agar mereka pergi lari kehutan sebelum raja aceh datang. Namun adiknya putri hijau memintanya bersabar karna dia ingin menuntut balas. Putra bungsu pun pergi keluar dan bertafakun.
Tiba-tiba dia menjelma menjadi sepucuk meriam, lalu memuntahkan pelurunya berkali-kali sehingga banyak lascar aceh yang gugur. Namun meriam itu pecah menjadi dua bagian karena meriam itu menjadi panas. Setelah tidak mendengar tembakan meriam raja aceh menemui putri hijau dia membujuk putri hijau agar bersedia menjadi istrinya.
Putri hijau tidak menolak dan juga mengajukan beberapa permintaan sebagaimana yang telah dikatakan oleh abangnya raja deli tua. Keesokan harinya putri hijau pergi membersihkan diri kepancuran yang dipinggirnya tumbuh pohon limau yang digunakan putrid untuk berkeramas. Ketika memetik sebuah limau putri hijau bersumpah tidak aka nada seorang gadispun yang cantik secantik dia, dan apabila gadis itu cantik pasti aka nada cacatnya.
Agar tidak ada seorang gadis pun yang mengalami kesedihan sepertinya. setelah membersihkan diri putri hijau segera memasuki keranda kaca dan membaringkan diri disitu. Lalu, keranda itu dimasukkan kedalam kereta dan mereka bergerak ke labuhan deli.
Setelah berlayar beberapa hari sampailah armada kerajaan aceh kepelabuhan jambu aie . ketika diajaknya putri hijau untuk turun dari kapal putri hijau meminta raja aceh agar rakyatnya yang berduyun-duyun ketepi pantai sambil membawa sengenggam bertih dan sebutir telur lalu membuangnya ke laut. Pada saat raja meninggalkan putri hijau lalu putrid hijau keluar dari keranda kacanya lalu membakar kemenyan sambil menyebut nama abangnya. Dia telah memutuskan lebih baik mati dari pada menikah dengan orang yang tidak dicintainya.
Beberapa saat kemudian badai datang sehingga banyak kapal yang terlempar kepantai. Ditengah cuaca yang buruk itu muncul seekor naga. Putri hijau kembali ke keranda kacanya. Raja aceh dan penduduknya menyelamatkan diri. Sedangkan sang naga menghancurkan kapal-kapal yang ada disitu. Ketika kapal yang dinaiki putri hijau turut hancur dan tenggelam. Keranda kaca selamat dan mengapung di permukaan laut.lalu naga tersebut memebawa keranda kaca ketengah luat dan menghilang ketengah laut. Membuta raja aceh merasa kecewa.
Putri hijau dibawa kedasar laut, disana telah berdiri istana untuk tempat tinggal putri hijau. Ketika putri hijau sedang termenung memikirkan apa ynag terjadi, tiba-tiba seorang lelaki muncul. Abangnya mengatakan bahwa istana itu adalah tempat tinggal putri hijau dan apabila putri hijau memerlukan bantuan agar dia membakar kemenyan dan memanggil nama abangnya. Kemudian mambang yazid hilang dari pandangan putri hijau.
Mambang yazid kembali ke deli tua. Disana dilihatnya bekas kerajaannya hancur dia merasa sangat berduka. Suatu ketika dia melihat sebuah gua dan dia tertarik untuk melihat isi gua itu. Ternyata didalam gua itu keadaanya terang benderang. Disana terdapat sebuah taman yang indah sekali. Lalu disuatu tempat disana dilihatnya da sebuah meriam yang tidak utuh lagi dan seketika dia merasa kalau itu adalah adikknya. Dipeluknya lah meriam itu sambil menyebut nama adiknya mambnag khazali. Tidak lama kemudian muncullah adiknya mambang khazali dan mereka pun berpelukan. Mambang khazali pun menyampaikan maksud nya untuk berdiam di gunung sibayak. Mambang yazid pun setuju dan mengirim adikknya ke gunung sibayak.
Itulah kisah dari Putri Hijau yang menjadi tokoh legendaris di Tanah Deli,ada banyak versi dari cerita ini karena banyak yang menyesuaikan dengan minat pembaca. Tetapi satu hal yang pasti adalah Putri Hijau memiliki 2 saudara yang sangat menyayanginya dan rela berkorban untuk dia.
Dan ke egoisan dari raja Aceh membuat kerajaannya sendiri berada dalam bahaya. Membuat kita sadar bahwa kita harus menerima dengan lapang dada kekalahan kita dan tidak menyimpan dendam yang hanya akan membuat kita jatuh dalam kesengsaraan.
Karena  disebut sebagai legenda,banyak orang yang tidak percaya dengan keberadaannya. Ya,legenda biasanya hanya karangan orang-orang jaman dahulu yang kisah dibaliknya banyak memiliki nasihat/wejangan.
Tetapi dapat dibilang kalau Putri Hijau adalah legenda yang sepertinya beneran terjadi. Kenapa? Karena banyak ditemukan peninggalan-peninggalan yang mencerminkan keberadaan kisah tersebut.
Diantara peninggalan-peninggalan tersebut ada yang banyak dikenal yaitu wujud dari saudara Putri Hijau yaitu Meriam Puntung. Dikisahkan meriam puntung ini terpecah menjadi dua bagian karena panas dan terlontar ketika melawan kerajaan Aceh.
Pecahan bagian kepala, ditemukan didataran tinggi Karo, hingga saat ini dan bagian ekornya, terlontar hingga Labuhan Deli dan kini disimpan dihalaman Istana Maimun. Meriam itu, masih dalam wujud aslinya. Terbuat dari batu,sungguh unik karena nampak terpenggal menjadi dua.
Ditempatkan dibawah sebuah bangunan menyerupai rumah adat Batak Karo pecahan meriam ini diletakkan diatas 2 buah fondasi beton dan diberi sesaji berupa air dan bunga. Nampak ada beberapa bekas hio dibakar, didekar bunga. Ah, rupanya meriam ini masih dipuja. Bisa dimaklumi, bagaimanapun dia dulu membantu Kesultanan Deli untuk menyerang musuh.
Seorang Bapak bertugas menemani meriam ini setiap hari, mulai dari jam 9 hingga sekitar 5 sore. Dari Bapak inilah kita bisa bertanya-tanya mengenai legenda Putri Hijau dan saudara-saudaranya. Atas jasanya mendongeng, kita beri tips alakadarnya. Bisa juga diletakkan di kotak sumbangan, yang tak jauh dari letak meriam.
Walau nampaknya hanya sebuah batu yang tidak berdaya, hei.. meriam ini rupanya masih memiliki ‘sisa-sisa’ kesaktian masa lalunya. Pada sekitar 1995, meriam ini berpindah tempat sendiri dan ditemukan disekitar sungai Deli (tempat saudara Putri Hijau yang menjelma menjadi naga pergi kelaut).
Saat ditemukan, meriam tidak bisa dipindahkan. Barulah setelah beberapa kerabat kerajaan sendiri yang mengangkat, meriam bersedia kembali ke halaman Istana Maimun. Setelah itupula, meriam diberi pondok kecil yang bergaya bangun Batak Karo:
Mengenai hal ini, agak seru juga yah! Budaya Melayu, di dalam halaman istana Melayu, kok diberi rumah-rumahan model Batak Karo.
Tapi, lagi-lagi meriam ini pergi ‘jalan-jalan’. Namun tidak terlalu jauh. Meriam hanya keluar dari rumah penyimpanannya yang digembok
Yak, si meriam keluar sendiri, ke tempat yang aku tandai degan bintang pink. Dan lagi-lagi, ga bisa diangkat untuk dikembalikan kedalam rumah penyimpanan. Barulah setelah 7-10 orang kerabat kerajaan yang mengangkat, meriam mau dipindahkan. Wow, keren!
Sebuah koran lokal konon sempat memuat kisah ‘perginya’ meriam buntung ini dari ruang penyimpanannya. Sayang, aku ga berhasil menemukan datanya saat Googling, tapi beberapa kawan di Medan juga cerita mengenai kejadian ini. Keren!
Dan jika dicermati, ada lubang kecil disisi meriam. Katanya, jika kita menempelkan telinga didekat lubang itu, kita bisa mendengarkan suara aliran Sungai Deli. Hm, aku sih engga nempelin telingaku disana, tapi aku percaya jika aku tempelin telingaku, akan terdengar bunyi yang mirip aliran air.
Bunyi itu aku percaya sebagai hasil gerak udara yang ada di ‘tabung’ meriam. Teori yang sama juga berlaku seperti saat kita mendekatkan telinga ke kerang yang berukuran bersar. Akan terdengar bunyi, seperti debur ombak laut.
            Selain meriam tersebut,diceritakan pula di kisah-kisah rakyat bahwa sampai sekarang masih terdapat kuburan putri hijau dan menurut masyarakat sekitar,jasad putri hijau tidak pernah membusuk.

Penutup
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam tugas ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul tugas ini.
Saya banyak berharap para pembaca mau memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya tugas ini dan dan penulisan tugas di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga tugas ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Daftar Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar