Selasa, 05 Januari 2016

Tugas-3 Folklore Indonesia

                     Folklore Lisan dari Kalimantan Barat
                                                                            
                                                                      Kata Pengatar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Tugas 3 Sejarah Indonesia mengenai Foklore Indonesia yang saya beri subjudul Foklore Lisan dari Kalimantan Barat dengan baik. Dalam bentuk apapun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam Hal Foklore Indonesia.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. M.Shobiriennur Rasyid,selaku dosen mata kuliah kami yang banyak memberikan materi pendukung untuk makalah ini.

2. Orang tua saya dan rekan-rekan satu kuliah saya di jurusan D3 Pariwisata angkatan 2015 yang tidak segan-segan memberikan bantuan,berupa motivasi dan semangat untuk menyelesaikan Makalah Tugas 3 ini.

Harapan saya, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
                                                                      Pembahasan
Menurut sumber yang saya baca Foklore berasal dari dua kata yakni folk dan lore yang meliputi legenda,music,sejarah lisan,takhayul,pepatah dan dongeng dalam budaya di suatu daerah. Kemudian seorang ahli folklore yang bernama Djajana (2002) berpendapat folklore terbagi menjadi 3 macam,yaitu :

1.       Folklor lisan
Folklor lisan bentuknya murni lisan. Bentuk-bentuk folklore yang termasuk pada kelompok ini antara lain : (1) bahasa rakyat seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan title kebangsawanan; (2) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pomeo; (3) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (4) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair; (5) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan (6) nyanyian rakyat, dan musik rakyat.

2.  Folklor sebagian lisan
Folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsure bukan lisan. Kepercayaan rakyat misalnya, yang oleh orang “modern” seringkali disebut takhyul itu, terdiri dari pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib, seperti tanda salib bagi orang Kristen Katolik yang dianggap dapat melindungi seseorang dari gangguan hantu, atau ditambah dengan benda material yang dianggap berkhasiat untuk melindungi diri atau dapat membawa rezeki, seperti batu-batu permata tertentu. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok besar ini, selain kepercayaan rakyat, adalah permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.

3.   Folklor bukan lisan
Folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Bentukbentuk folklor yang tergolong yang material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional (gestur), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat.
Selain itu juga folklore juga sebagai kebudayaan yang kolektif memiliki ciri-ciri sebagai pembeda,yakni :

a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan,
yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari satu generasi ke generasi berikutnya.

b. Folklor bersifat tradisional,
yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).

c. Folklor ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang bebeda.
Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.

d. Folklor bersifat anonim,
yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.

e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.
Cerita rakyat, misalnya, selalu mempergunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas” untuk menggambarkan kecantikan seorang gadis dan “seperti ular berbelit-belit” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutupan yang baku, seperti kata “sahibul hikayat … dan mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut empunya cerita … demikianlah konon” atau dalam dongeng Jawa banyak dimulai dengan kalimat Anuju sawijining dina (pada suatu hari), dan ditutup dengan kalimat : A lan B urip rukun bebarengan kayo mimi lan mintuna (A dan B hidup rukun bagaikan mimi jantan dan mimi betina).

f. Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
Cerita rakyat, misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

g. Folklor bersifat pralogis,
yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan sebagai.

h. Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.

i. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan.
Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
Selanjutnya,yang saya akan bahas disini adalah folklore lisan dari Kalimantan Barat. Alasan saya memilih kalimantan barat sebagai bahan adalah selain merupakan daerah Ibu saya dilahirkan,tentu saja banyak hal selain folklore yang sangat menarik untuk diketahui. Seperti destinasi wisata daerah di Kalimantan Barat,macam-macam kuliner,dan sebagainya. Mari kita bahas apa saja folklore yang berada di daerah Kalimantan Barat atau yang lebih dikenal dengan West Borneo.

· Di Kalimantan Barat,kebanyakan masyarakatnya menggunakan bahas melayu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa melayu yang digunakan memeiliki kesamaan dengan Melayu Sarawak,Malaysia Timur. Bahasa Melayu ini dipengaruhi oleh Bahasa Dayak dari rumpun Klemantan juga memiliki kesamaan beberapa kosa kata dengan bahasa melayu yang dituturkan di wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang.
Dialek ini memiliki keunikan dalam pengucapan, karena huruf 'r' dalam dialek ini diucapkan seperti R sengau atau voiced velar fricative (ɣ). Kemudian terdapat tambahan partikel 'bah' sebagai penegas kata yang diucapkan sebelumnya, seperti yang digunakan dalam logat-logat bahasa Melayu yang digunakan di bagian utara Pulau Kalimantan (Sarawak, Brunei, Sabah dan provinsi Kalimantan Utara). Dalam bahasa Melayu Pontianak tidak mengenal tingkatan berbahasa seperti halus, sebaya atau kasar. Kasar dan halusnya seseorang berbicara tergantung pada penekanan nada dan intonasi.

·     Logat pengucapan yang unik,seperti penyebutan penyebutan dalam tatanan keluarga dikenal istilah 'membase' dimana memanggil seseorang sesuai dengan urutan di dalam keluarga seperti :

Sulung ,biasanya dipanggil Along atau Long ,
Tengah,biasanya dpanggil iAngah atau Ngah ,
Bungsu,biasanya dipanggil Usu atau Su ,
Hitam,biasanya dipanggil Itam atauTam ,
Putih ,biasanya dipanggil Uteh atau Teh ,
Tinggi,biasanya dipanggil Anjjang atau Njang ,
Muda,biasanya dipanggil Ude atau Nde ,
Kecil,biasanya dipanggil Acik atau Cik.

·   Selanjutnya terdapat peribahasa dari Kalimantan Barat,tentu saja terdapat macam peribahasa yang sudah kita dengar dari daerah Kalimantan Barat. Salah satunya adalah peribahasa “ Upa janggat makan sepiak (Seperti janggat meraut rotan hanya sebelah saja)” yang memiliki artinya ungkapan kepada seseorang yang hanya memihak satu belah pihak saja (tidak adil).

· Di Kalimantan Barat terdapat cerita rakyat yang di percayai mempunyai asal-usul terbentuknya suatu tempat atau lokasi. Seperti kisah yang saya ambil mengenai asal-usul sungai landak,berikut sedikit ceritanya,

Dahulu kala, hidup seorang petani bersama isterinya. Walaupun tidak kaya, mereka suka menolong   orang lain.

Suatu malam, petani sedang duduk di tempat tidur. Di sampingnya, isterinya sudah terlelap. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh seekor kelabang putih yang muncul dari kepala isterinya. Kelabang putih itu berjalan meninggalkan rumah petani. Petani itu mengikutinya hingga tiba di sebuah kolam tak jauh dari rumah mereka. Kelabang itu lalu menghilang. Petani lalu berjalan pulang. Isterinya masih pulas.

Esok paginya, isteri petani menceritakan mimpinya semalam. “Aku sedang berjalan di padang rumput, dan ada sebuah danau di sana. Aku melihat seekor landak raksasa di dalam danau itu. Ia melotot kepadaku, maka aku lari.”

Petani itu lalu pergi lagi ke kolam. Di dalamnya ia melihat suatu benda yang berkilau. Ia mengambilnya, ternyata sebuah patung landak dari emas. Patung itu sangat indah, matanya dari berlian. Petani membawanya pulang.

Malam harinya, petani didatangi seekor landak raksasa dalam mimpinya. “Ijinkan aku tinggal di rumahmu. Sebagai balasannya, aku akan memberikan apa saja yang kau minta.”

Landak itu mengajarkan untuk mengusap kepala patung landak emas dan mengucapkan kalimat untuk meminta sesuatu. Jika yang diminta sudah cukup, petani harus mengucapkan kalimat untuk menghentikannya.

Petani menceritakan mimpinya kepada isterinya. Mereka ingin membuktikan mimpi itu. Petani mengusap kepala patung dan mengucapkan kalimat permintaan. Ia meminta beras. Seketika dari mulut patung keluarlah beras! Beras itu terus mengalir keluar hingga banyak sekali. Petani segera mengucapkan kalimat kedua dan beras berhenti keluar dari mulut patung landak.

Mereka berdua kemudian meminta berbagai benda yang mereka butuhkan. Mereka menjadi sangat kaya. Namun mereka tetap tidak sombong dan makin gemar menolong. Banyak orang datang untuk meminta tolong.

Seorang pencuri mengetahui rahasia patung landak. Ia berpura-pura minta tolong dan mencuri patung itu. Pencuri membawa patung itu pulang. Desanya sedang dilanda kekeringan. Pencuri mengatakan kepada tetangga-tetangganya bahwa ia dapat mendatangkan air untuk kampung mereka.

Pencuri memohon air sambil mengusap kepala patung dan mengucapkan kalimat permintaan. Air keluar dari mulut patung. Penduduk desa itu sangat senang. Tak lama kemudian, air yang keluar sudah mencukupi kebutuhan penduduk desa, namun terus mengalir sehingga terjadi banjir. Pencuri itu tidak tahu bagaimana menghentikan air yang keluar dari patung. Penduduk desa lari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.

 Pencuri juga ingin menyelamatkan diri, namun tidak bisa menggerakkan kakinya. Ia melihat seekor landak raksasa memegangi kakinya. Akhirnya ia tenggelam dalam air yang makin lama makin tinggi. Air itu kemudian membentuk sungai yang disebut sungai Landak.


·  Selain itu banyaknya macam-macam Tarian Tradisional,seperti :
 Tari Monong / Manang/Baliatn, merupakan tari Penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/ penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.


Tari Pingan, Merupakan Tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau dimasa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme legitimasi kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).

Tari Pedang / Ajat Pedang
merupakan tarian tunggal terdapat pada Dayak Mualang, tarian ini menceritakan persiapan membela diri bagi seorang pemuda yang akan turun melakukan ekspedisi Mengayau. penari melakukan gerakan-gerakan menyerang dan menangkis menggunakan keahlian tradisionalnya. tarian ini masa lalunya dimulai dengan ritual memuja pedang ( Nyabor bahasa Mualang) dan tarian ini diiringi dengan instrumen musik disebut Tebah Unop. tersebar di kampung Merbang dan sekitarnya kecamatan Belitang Hilir dan belitang hulu kampung sebetung.

Tari Jonggan merupkan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya ( Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak ( Sahapm) yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.

Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau Kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.

Tari Zapin pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat, Zapin merupakan tarian Masyarakat Melayu Nusantara diadopsi dari timur tengah yaitu Hadramaut, selanjutnya menyebar ke Riau seterusnya ke Kalbar. Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.


· Alat Musik Tradisional Kalimantan Barat,

Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.


Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.

Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.

Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek.
Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.

Rabab/Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Dayak Uut Danum. Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau. Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.
Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.


 Senjata Tradisional di Kalimantan Barat,
·   Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.
·        Keris
·        Tumbak
·        Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
·        Senapang Lantak ( senjata Tradisional )
·        Duhung (Uut Danum)
·        Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
·        Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu (Uut Danum)
·       Mandau ( sejenis pedang namun berukir pada besi dan ganggang, bilah besi berbentuk cembung sebelah.
·         Nyabor ( sejenis mandau namun melentik ke atas bilah besinya memiliki ketajaman yang sama ).

· Sastra Lisan yang berada di Kalimantan Barat,
Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban , Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
Bejandeh merupakan sejenis bekana tapi objek ceritanya beda.
Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum (zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. 

Pada zaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.

·  Permainan khas Tempong dari Kalimantan Barat,
Tempong adalah suatu jenis permainan tradisional dari Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Permainan rakyat yang berasal dari tradisi Suku Dayak Iban ini bersifat kolektif dan harus dilakukan oleh banyak peserta, bahkan, dalam permainan aslinya, tempong bisa melibatkan ratusan orang.
1. Asal-usul
Tempong berasal dari bahasa Dayak Iban nempokng atau nimpukng yang artinya “tendang” atau “menendang”. Suku Dayak Iban adalah salah rumpun Suku Dayak yang tersebar di wilayah perdalaman Kalimantan Barat, khususnya di Pegunungan Iban (Pegunungan Kapuas Hulu), sebagian hulu Sungai Kapuas, hingga dataran rendah Berpaya Berlumpur Air Hitam di Tanjung Keluang (Sujarni Aloy, dkk., 2008). Populasi orang-orang Suku Dayak Iban juga banyak terdapat di daerah pedalaman Sarawak dan menjadi suku Dayak terbesar di wilayah Malaysia Timur. Daerah Kapuas merupakan pusat sejarah di mana tempat ini dianggap sebagai tanah asal oleh orang-orang Dayak Iban sedangkan wilayah Sarawak dianggap sebagai tempat mencari penghidupan bagi orang-orang Dayak Iban yang berasal dari Kapuas.

2. Peralatan
 Terdapat beberapa peralatan yang diperlukan dalam melakukan permainan tempong. Alat-alat tersebut adalah sebagai berikut:

·    1 (satu) buah tempong yang terbuat dari tempurung kelapa,
·    5 (lima) buah perisai yang digunakan untuk alat bersembunyi para pemain tempong,
·   Peluit yang digunakan oleh seorang wasit untuk mengatur jalannya permainan/pertandingan tempong,
· Celana kapoak (pakaian tempong pada zaman dahulu) yang dikenakan untuk lebih menghayati permainan,
·  Seperangkat alat musik tradisional (gong, tawak, pabande, gendang, dan lain-lain) untuk mengiringi permainan agar lebih semarak,
·   Buku pencatat nilai yang dipegang oleh wasit untuk mencatat nilai yang diperoleh para pemain,
·         1 (satu) santutut, yakni alat yang digunakan untuk menutupi muka pangate (Tim Penulis, 2007:19).

3. Pemain
Jumlah peserta yang terlibat dalam permainan asli tempong tidak terbatas, bahkan bisa mencapai ratusan orang, yang terdiri dari orang-orang yang bersembunyi untuk menanti kedatangan musuh. Akan tetapi, jumlah yang tidak terbatas ini kemudian mengalami penyesuaian menjadi enam orang. Lima orang bertindak sebagai panempong yang harus mencari tempat persembunyian dan mempersiapkan diri untuk “berduel” apabila tempat persembunyiannya dan namanya telah diketahui. Satu orang lainnya bertindak sebagai penjaga tempong atau yang disebut pangate. Pangate bertugas seorang diri untuk menebak di mana para panempong bersembunyi sekaligus dengan menyebutkan nama panempong yang telah diketahui tempat persembunyiannya. Jumlah enam orang ini belum termasuk satu orang yang ditunjuk sebagai wasit/pengadil yang bertugas untuk mengawasi dan mengatur jalannya permainan tempong serta mencatat nilai yang berhasil dikumpulkan para pemain.

4. Tempat Permainan
Permainan tempong pada zaman dahulu dilakukan di halaman botang, yaitu pelataran di permukiman Suku Dayak Iban. Namun dalam perkembangannya, permainan tempong biasanya dilakukan di tanah lapang atau di halaman rumah. Pada zaman sekarang, permainan tempong sering dijadikan sebagai ajang perlombaan atau pengisi acara dalam agenda-agenda kegiatan budaya/adat dan biasanya dilakukan di dalam gedung olahraga.

5. Cara Permainan
· Buku Kumpulan Olahraga Tradisional Kalimantan Barat yang disusun oleh tim penulis dari Badan Pemuda, Olahraga dan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Kalimantan Barat (2007) menyebutkan tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan permainan tempong. Langkah-langkah dalam permainan tempong tersebut adalah sebagai berikut.

· Semua pemain berkumpul untuk menentukan siapa yang ditunjuk sebagai wasit yang akan bertugas selama permainan berlangsung.


· Setelah itu, semua perserta bersepakat untuk menunjuk satu orang yang akan berperan sebagai penjaga tempong atau pangate.

·  Sebelum permainan dimulai, pemantra memimpin ritual berdoa untuk memohon restu kepada Jubata untuk melaksanakan pertandingan tempong.

·  Permainan dimulai dengan menutup mata pangate dengan alat yang disebut santutut. Mata pangate harus ditutup dengan tujuan agar pangate tidak bisa melihat para pemain lain yang akan bersembunyi.

·  Setelah mata pangate ditutup, para pemain lain (panempong) segera mencari tempat persembunyian di balik perisai-perisai yang telah ditancapkan di lapangan pertandingan.


· Sementara para pemain (panempong) mencari tempat persembunyian, musik mulai dibunyikan untuk memacu semangat para pemain. Iringan musik yang berasal dari alat-alat musik tradisional ini dibunyikan selama pertandingan dilaksanakan.


·  Setelah semua panempong bersembunyi, maka penutup mata pangate pun dibuka dan kemudian berusaha mencari panempong yang bersembunyi. Apabila pangate mengetahui persembunyian seorang panempong, maka pangate harus menyebutkan nama si panempong lalu berlari untuk menendang panempong yang dimaksud.

·  Di sinilah kemudian terjadi pertarungan antara pangate dan seorang panempong. Mereka akan saling berusaha menendang terlebih dulu. Apabila si panempong berhasil menendang pangate terlebih dulu, maka panempong itu memperoleh nilai 10 (sepuluh). Sebaliknya, apabila pangate yang berhasil menendang panempong terlebih dulu, maka si penempong dinyatakan mati. Pangate yang telah dinyatakan mati tidak dapat melanjutkan permainan dan dengan demikian ia tidak dapat menambah perolehan nilainya.

·   Setelah seorang penempong dinyatakan mati, maka pangete melanjutkan tugasnya untuk mencari para penempong lain yang masih bersembunyi. Hal ini dilakukan seterusnya sehingga masing-masing penempong berlomba-lomba mengumpulkan nilai dari jumlah tendangan yang bisa mengenai pangete. Panempong yang memperoleh nilai tertinggi dinyatakan sebagai pemenang pertandingan

                                                                                   Penutup
·  Kesimpulan
                        
Setelah mengetahui pengertian folklore,macam-macam bentuk dan ciri-ciri folklore maka akan mudah dalam mengetahui Foklore di suatu daerah. Foklor lisan merupakan,logat Bahasa,pantun,puisi,syair dan gurindam. Kemudian dongeng,cerita rakyat,legenda dan mitos. Sementara Foklor sebagian lisan adalah tarian rakyat,permainan khas rakyat,dan sebagainya. Foklore bukan lisan material berupa : arsitektur,kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional (gestur), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat. Dan Foklore memiliki beberapa ciri-ciri,diantaranya :

a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan,
b. Folklor bersifat tradisional,
c. Folklor ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang bebeda.
d. Folklor bersifat anonim,
e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.
f. Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
g. Folklor bersifat pralogis,
h. Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
i. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan.

           · Saran
 Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran mengenai Foklore di daerah Kalimantan Barat dan pada para pembaca,khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengajar,saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,terima kasih.

Daftar Pustaka

http://pesonakalimantanbarat.16mb.com/2012/09/tempong-jenis-permainan-tradisional-dari-kabupaten-bengkayang/#more-477

KelasB-Yumna Sakinah
NIM: 4423155012

5 komentar:

  1. Wah,jadi tahu lebih banyak tentang Folklore. Terutama Folklore di Kalimantan Barat. lestarikan Floklore di Indonesia and love West Borneo
    !!

    BalasHapus
  2. dapat informasi baru tentang Kalimantan Barat nih,sudah mulai bagus yaa dalam berkata-kata. Maju terus Pariwisata daerah ^^

    BalasHapus
  3. Bagus juga,tapi kurang rapi yaa dalam urutannya

    BalasHapus
  4. bagus, saya jadi tahu lebih banyak tentang kalimantan barat, tapi lebih baik lagi kalau disusun lebih rapi lagi yaa :)

    BalasHapus
  5. Berguna sekali artikel ini. Ternyata, banyak sekali hal-hal yang belum kita ketahui tentang daerah kita yang indah, unik, dan memiliki ciri khas ini.
    Dan kalau saya boleh kasih saran. Artikel kedepannya, bisa lebih baik lagi, baik secara urutan kalimatnya, maupun pungtuasi.
    Mari lestarikan salah satu dari banyak kebudayaan Indonesia kita, Kalimantan Barat!

    BalasHapus