Legenda Joko Tingkir
Kata Pengantar
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan benar. Dalam artikel ini saya akan
membahas mengenai “Legenda Joko Tingkir”
Tugas ini telah dibuat dengan sebaik-baiknya dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan tugas ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi dosen,
rekan-rekan dan para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam
artikel ini masih banyak kesalahan.
Pembahasan
Joko Tingkir merupakan pendekar yang sakti mantra
guna yang nama aslinya adalah mas karebet. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang
menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki
ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang
dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng
Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak.
Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging
jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak
angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).
Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar
bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga.
Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng
yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.
dari bertapa itu beliau
bisa menyelaraskan tubuhnya dengan alam. Dengan hal ini Joko Tingkir mampu
beradaptasi dengan keadaan alam dalam berbagai situasi dan kondisi apapaun.
Selain melakukan pertapaan dengan hasil menyelaraskan diri dengan alam Joko Tingkir
juga mendapatkan manfaat lain, yaitu mampu menarik pusaka ampuh. Konon beliau
mempunyai banyak pusaka ampuh. Oleh sebab itu Joko Tingkir terkenal sangat
ampuh sehingga berwibawa dan sejarah membuktikan bahwa beliau mampu menaklukkan
berbagai wilayah sehingga mampu di kuasainya.
Silsilah
Joko Tingkir
Jaka Tingkir adalah putera Kebo Kenanga dan cucu Adipati Andayaningrat.
Manakala Adipati Andayaningrat juga di kenali dengan Syarief Muhammad
Kebungsuan.
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Nabi Muhammad SAW → Sayyidah Fathimah
Az-Zahra → Al-Imam Sayyidina Hussain → Al-Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin → Al-Imam
Muhammad Al Baqir → Al-Imam Ja’far As-Sodiq → Al-Imam Al-Imam Ali Uradhi .→
Al-Imam Muhammad An-Naqib .→ Al-Imam ‘Isa Naqib Ar-Rumi → Al-Imam Ahmad
al-Muhajir → Al-Imam ‘Ubaidillah → Al-Imam Alawi Awwal → Al-Imam Muhammad
Sohibus Saumi’ah → Al-Imam Alawi Ats-Tsani → Al-Imam Ali Kholi’ Qosim → Al-Imam
Muhammad Sohib Mirbath → Al-Imam ‘Alawi Ammil Faqih → Al-Imam Abdul
Malik Azmatkhan → Sayyid Abdullah Azmatkhan → As-Sayyid Ahmad Shah Jalal →
As-Sayyid Asy-Syaikh Jumadil Kubro al-Husaini/ Syekh Jamaluddin Akbar
al-Husaini .→ Syarief Muhammad Kebungsuan /ADIPATI ANDAYANINGRAT /
Ki Ageng Wuking I → Ki Ageng Pengging → Hadiwijaya
Joko Tingkir adalah
keturunan ke – 23 dari Nabi Muhammad SAW. Joko Tingkir yang
begitu terkenal sepak terjangnya dalam dunia kepemimpinan, membawa negeri ini
menuju masa depan yang baik. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa karisma
kepemimpinan Mas Karebet sungguh luar biasa. Keberaniannya dan sikap
bijaksanannya patut kita tiru. Ketokohan seperti Joko Tingkir saat ini memang
jarang sekali kita jumpai, bahkan hampir pasti tidak ada.
Jaka
Tingkir menjadi raja di kerajaan panjang
Semula berdirinya Kerajaan
Pajang, dimulai oleh pertempuran pada Aryo Penangsang dengan Joko Tingkir
(Adipati Pajang), yang disebut menantu Sultan Trenggono. Pertempuran tersebut
dimenangkan oleh Joko Tingkir. Kemenangan ini dapat atas pertolongan dari Ki
Ageng Pemanahan serta Ki Ageng Penjawi. Kemenangan ini bikin Joko Tingkir
memimpin Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya, gelar itu didapat dari Sunan
Giri serta memperoleh pernyataan dari kerajaan-kerajaan sebagai bawahan Demak.
Sultan Hadiwijaya
lalu memindahkan pusat kerajaan dari Demak menuju Kerajaan Pajang.
Dengan hal tersebut resmilah telah Kerajaan Pajang. Atas jasa-jasa Ki Ageng
Pemanahan serta Ki Ageng Penjawi, keduanya di beri
hadiah berbentuk tanah diwilayah Mataram untuk Ki Ageng Pemanahan serta tanah
didaerah Pati untuk Ki Ageng Penjawi. Serta beliau berdua diangkat jadi adipati
diwilayah itu.
Kepimpinan Sultan
Hadiwijaya berjalan dengan baik. Jalinan dengan kerajaan bawahan juga
baik. Kesenian serta sastra alami perubahan yang cepat. Dampak budaya Islampun
makin menebar sampai ke pelosok daerah.
Walau demikian seluruhnya
berjalan dengan cepat. Sepeninggal Ki Ageng Pemanahan pada
1575, jadi pemerintahan di Mataram, diteruskan ke putranya yang bernama
Sutawijaya atau Ngabehi Loring Pasar. Dalam kepemimpinan Sutawijaya, Mataram
berkembang dengan cepat. Hal semacam ini yang lalu bikin Sutawijaya malas untuk
menghadap ke Pajang.
Pada th. 1582 meletus perang
Pajang serta Mataram lantaran Sutawijaya membela adik iparnya, yakni Tumenggung
Mayang, yang dihukum buang ke Semarang oleh Hadiwijaya. Perang itu dimenangkan
pihak Mataram walau pasukan Pajang jumlahnya semakin besar. Sepulang dari
perang, Hadiwijaya jatuh sakit serta wafat dunia. Berlangsung persaingan pada
putra serta menantunya, yakni Pangeran Benawa serta Arya Pangiri juga sebagai
raja setelah itu. Arya Pangiri di dukung Panembahan Kudus sukses naik takhta
th. 1583.
Pemerintahan Arya
Pangiri cuma disibukkan dengan usaha balas dendam pada Mataram.
Kehidupan rakyat Pajang terlewatkan. Hal semacam itu bikin Pangeran Benawa yang
telah tersingkir ke Jipang, terasa prihatin. Pada th. 1586 Pangeran Benawa
bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Walau pada th. 1582 Sutawijaya
memerangi Hadiwijaya, tetapi Pangeran Benawa terus menganggapnya juga sebagai
saudara tua.
Perang pada Pajang melawan
Mataram serta Jipang selesai dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia
dikembalikan ke negeri aslinya yakni Demak. Pangeran Benawa
lalu jadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa selesai th.
1587. Tak ada putra mahkota yang menggantikannya hingga Pajang juga jadikan
juga sebagai negeri bawahan Mataram, yaitu sebagai bupati disana adalah
Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya.
Jaka
Tingkir mengabdi di kerajaan Demak
Inilah masa mulainya Jaka
Tingkir Mengabdi di Demak Kota Wali – Setelah beranjak Dewasa, Dia (Mas
Karebet) dibawa oleh seorang janda yang sangat kaya raya dari Ki Ageng Tingkir.
Disana ia sangat dimanja dan disayangi, dituruti semua apa yang dia inginkan.
Lantaran janda Ki Ageng sangatlah kaya-raya, terhormat diantara tetangga desa,
Mas Karebet lantas populer dengan sebutan Jaka Tingkir. Tindak-tanduknya
tidak sama dengan anak-anak lain. Ia suka menyepikan diri di gunung, di rimba,
atau di gua-gua hingga sepuluh malam atau 1/2 bln.. Kemauannya tidak bisa dihindari
serta dihalangi. Disuatu hari Jaka Tingkir pulang lantas
dipeluk oleh ibunya dan diberitahu, “Nak, anda janganlah sukai ke
gunung-gunung. Ketahuilah bahwa orang yang sukai bertapa di rimba serta di
gunung itu masih tetap kafir, belum berpedoman agama Kanjeng Nabi. Tambah baik
anda berguru pada mukmin. ”
Ki Jaka lantas pamit bakal
berguru pada seseorang mukmin. Ibunya merelakan. Ki Jaka pergi sendirian ke
utara, ke timur hingga di Sela, untuk berguru pada Ki Ageng Sela. Ki Ageng sangatlah
suka lihat Ki Jaka Tingkir. Ia lantas diangkat jadi cucunya,
sangatlah dimanjakan hidupnya. Disana Ki Jaka suka mendalang sampai populer
kepandaiannya mendalang. Ki Ageng Sela makin bertambah
sayangnya. Mereka tak pernah berpisah. Bila Ki Ageng tengah menyepi, Ki Jaka
juga di ajak.
Sesungguhnya Ki Ageng
Sela tengah menyepi. Didalam batinnya besar sekali permintaannya ke
Allah mudah-mudahan nantinya bisa turunkan beberapa raja yang kuasai tanah
Jawa. Ia terasa masih tetap kerabat keturunan Raja Brawijaya
di Majapahit. Saat itu Ki Ageng Sela telah tujuh hari tujuh malam tinggal di
gubuk di ladang yang baru di buka, terdapat di samping timur Tarub yang
dimaksud rimba di Renceh. Satu malam Ki Ageng tidur di situ. Jaka Tingkir tidur
dibawah. Ki Ageng punya mimpi ke rimba membawa kapak bakal membabat rimba.
Terlihat dalam mimpinya Ki Jaka Tingkir telah ada disana, serta semua pohon
telah rubuh, ditarik oleh Ki Jaka Tingkir. Didalam mimpinya Ki Ageng heran
sekali serta terbangun dari tidurnya. Jaka Tingkir masih tetap tidur dibawah,
lantas dibangunkan. Ki Ageng ajukan pertanyaan, “Nak, sepanjang saya tidur
apakah anda tak pergi-pergi? ” Jawab Ki Jaka, “Tidak. ”
Saat Ki Ageng Sela
mendengar jawaban cucunya, sangatlah menyesal mengapa seluruhnya hanya mimpi.
Bicara dalam batin, “Menyesal benar saya. Besar permintaanku pada Allah, serta
sampai kini saya belum pernah memperoleh firasat sekian. ” Anak yg tidak
memohon kepada-Nya ini jadi di beri firasat seperti itu. Ki Ageng lantas ajukan
pertanyaan pada Ki Jaka Tingkir, “Nak, seingatmu dahulu pernah
punya mimpi apa? ” Ki Jaka menjawab dengan cara terus-terang, “Ketika saya
tengah tirakat di Gunung Telamaya, di situ saat malam saya tidur serta punya
mimpi kejatuhan bln.. Saat itu juga Gunung Telamaya ada nada menggelegar. Saya
lantas terbangun, mimpi itu arti apa? ” Ki Ageng yang mendengar narasi cucunya
itu makin heran. Dalam batinnya apabila tak takut pada Allah, Ki Jaka bakal di
buat celaka. Namun Ki Ageng sadar bila kodrat Allah tidak bisa tidak diterima
oleh manusia.
Ki Ageng Sela
berkata, “Nak, tak perlu ajukan pertanyaan apa arti impianmu. Itu bagus sekali,
itu raja semua yang dimimpikan. Mengenai saran saya kepadamu, saat ini
mengabdilah ke Demak. Itu bakal jadi perantaraan untuk bersua arti dari
mimpimu. Saya menolong dalam doa saja. ” Ki Jaka Tingkir menjawab,
“Saya bersedia melakukan perintah Eyang. Saya junjung tinggi selamanya. ” Ki
Ageng berkata lagi, “Iya, Nak, saya bakal kurangi makan serta tidur.
Mudah-mudahan anda bisa menemukannya. Namun Nak, mudah-mudahan anak-turunmu
nantinya bisa jadi penerus wahyumu. ” Ki Jaka mengiyakan saja. Sesudah Ki Ageng
Sela mendengar jawaban Ki Jaka itu sangat lega hatinya, panjang-lebar ajarannya
pada Ki Jaka.
Ki Jaka Tingkir lantas pergi. Dalam
perjalanannya ia singgah ke Tingkir, memberi tahu ibunya perintah Ki Ageng
Sela. Ibunya berkata, “Nak, panduan Ki Ageng Sela itu benar sekali, jadi ada
suatu hal yang diinginkan. Selekasnya kerjakan, namun tunggu dua orang pembantu
saya. Baru saya suruh bersihkan rumput tanaman padi gaga. Mereka bakal saya
suruh mengantarkan anda. Saya mempunyai saudara laki-laki sebagai abdi di
Demak, namanya Kyai Ganjur jadi Lurah Suranata. Kepadanya anda kutitipkan serta
menghadapkan pada sang raja. ”
Ki Jaka Tingkir
menurut perintah ibunya. Lantas mereka pergi ke ladang menolong ke-2 pembantu
itu menyiangi rumput. Hingga satu hari tak pulang-pulang. Sesudah saat Asar
datanglah mendung serta hujan gerimis. Sunan Kalijaga tengah ada dekat ladang
itu bertongkat cis. Ki Jaka Tingkir di panggil
dari luar padang padi gaga itu. tuturnya, “Nak, anda itu senantiasa bersihkan
tanaman padi gaga saja. Berhenti, cepatlah mengabdi ke Demak karena anda itu
calon raja yang kuasai tanah Jawa. ” Usai berkata, Sunan Kalijaga lantas pergi
ke utara. Sesudah telah tidak terlihat Ki Jaka pulang menceritakan pengalaman
itu pada ibunya.
Mendengar itu ibunya sangat
senang, dan berkata, “Nak, anda itu mujur sekali memperoleh panduan dari Sunan
Kalijaga. Selekasnya berangkatlah ke Demak, janganlah menunggu-nunggu ke ladang
gaga lagi. Bekasnya saya gotong-royongkan saja. ” Ki Jaka lantas pergi
dibarengi dua orang pembantunya. Setelah tiba di Demak, berkunjung dirumah Kyai
Ganjur.
Sultan Bintara telah tiba waktunya di
panggil Tuhan. Ia meninggalkan enam putra. Nomer satu putri bernama Ratu Mas,
telah bertemumi dengan Pangeran Cirebon. Nomer dua Pangeran Sabrang Lor yang
menukar Raja. Lantas Pangeran Seda Lepen, Raden Trenggana, Raden Kandhuruhan.
Bungsunya bernama Raden Pamekas. Pengganti raja itu tak lama.
Ia mangkat belum berputra. Raja digantikan oleh Raden Trenggana serta bergelar
Sultan Demak. Patih Mangkurat juga telah wafat, yang menukar patih yaitu anak
laki-lakinya yang bernama Patih Wanasala. Kebijaksanaannya melebihi ayahnya.
Beberapa bupati dibawah seluruhnya segan serta sayang.
Raden Jaka Tingkir telah di terima mengabdi pada Sultan Demak.
Diterimanya pengabdiannya itu berawal dari satu momen. Waktu itu Sultan Demak
keluar dari masjid, Ki Jaka baru duduk di tepi blumbang, kolam. ingin
menyingkir tak dapat, karena terhambat oleh blumbang itu. Ki Jaka lantas
melompati kolam itu dengan gerakan membelakang. Saat melihat itu Sultan Demak
sangatlah terperanjat. Lantas ditegur. Ki Jaka menjawab bahwa dianya yaitu
keponakan Kyai ganjur. Ki Jaka lantas dihadapkan serta diangkat jadi abdi.
Kanjeng Sultan sangatlah sayang
pada Ki Jaka Tingkir,
karena rupanya tampan dan sakti kedigdayaannya. Makin lama Ki Jaka Tingkir
diangkat jadi putranya, di beri wewenang keluar-masuk istana dan jadikan
pimpinan prajurit tamtama, populer di semua kerajaan Demak. Selang beberapa
saat lagi Sang Prabu mempunyai kemauan menaikkan prajurit tamtama lagi beberapa
empat ratus orang. Sang Prabu mengambil serta pilih beberapa orang dari semua
negeri serta pedusunan, diambil orang yang sakti serta kuat. bila telah
diperoleh lantas diuji serta diadu dengan banteng. Bila dapat melekateng
banteng sampai remuk kepalanya, di terima jadi prajurit tamtama.
Alkisah, ada orang dari Kedu
Pingit, namanya Ki Dhadhung Awuk. Rupanya buruk, sangatlah sombong dengan
kekuatannya. Ia datang ke Demak punya niat jadi prajurit tamtama. Sesudah
dihadapkan Ki Jaka Tingkir,
lantas di panggil. Sesudah lihat tampangnya Jaka Tingkir sangatlah tak sukai,
karena rupanya sangatlah tak mengasyikkan. Lantas di tanya, berhubung di
kampungnya telah populer kuatnya, beranikah dicoba untuk ditusuk? Jawabannya ya
berani? Dhadhung Awuk lantas ditusuk dengan sadak kinang (alat untuk makan
sirih). Dadanya pecah, lantas tewas. Rekan-rekan tamtama diminta menusuki
dengan keris. Mayat Dhadhung Awuk lukanya sangat kronis.
Raden Jaka Tingkir kesaktiannya makin
termasyhur. Ketika itu, kematian Dhadhung Awuk dilaporkan pada Sultan. Jaka
Tingkir sudah membunuh orang yang ingin masuk jadi prajurit tamtama. Kanjeng
Sultan sangatlah geram, karena ia yaitu raja yang sangatlah adil. Raden Jaka
Tingkir lantas diusir dari Demak. Raja berikan duit duka pada pakar warisnya
yang wafat sebesar lima ratus reyal.
Mengenai Raden Jaka
Tingkir lantas pergi saat itu juga dari Demak. Siapapun yang lihat
sangatlah kasihan seluruhnya, rekan-rekan prajurit tamtama juga menangisinya. Raden
Jaka Tingkir sangatlah menyesal dengan tindakannya yang telah
berlangsung serta begitui malu lihat beberapa orang Demak. Tubuhnya tidak
berdaya. dalam hatinya sangatlah suka bila selekasnya mati saja. Maksud
perjalanannya ke arah tenggara masuk ke rimba besar, tak terang yang dituju
lantaran sangatlah bingung hatinya.
Sumpah setia Ki Ageng Mataram
Sesuai
perjanjian sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan bergelar Ki Ageng Pati. Sementara itu, Ki
Ageng Pemanahan masih
menunggu karena seolah-olah Hadiwijaya menunda penyerahan tanah Mataram.
Sampai
tahun 1556, tanah Mataram masih ditahan Adiwijaya. Ki
Ageng Pemanahan segan
untuk meminta. Sunan
Kalijaga selaku guru
tampil sebagai penengah kedua muridnya itu. Ternyata, alasan penundaan hadiah
adalah dikarenakan rasa cemas Adiwijaya ketika mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir sebuah kerajaan yang mampu
mengalahkan kebesaran Pajang. Ramalan itu didengarnya saat ia
dilantik menjadi raja usai kematian Arya Penangsang.
Sunan Kalijaga meminta Adiwijaya agar menepati janji
karena sebagai raja ia adalah panutan rakyat. Sebaliknya, Ki
Ageng Pemanahan juga
diwajibkan bersumpah setia kepada Pajang. Ki Ageng bersedia. Maka, Adiwijaya
pun rela menyerahkan tanah Mataram pada kakak angkatnya itu.
Tanah
Mataram adalah bekas kerajaan kuno, bernama Kerajaan Mataram yang saat itu sudah tertutup hutan
bernama Alas Mentaok. Ki
Ageng Pemanahan
sekeluarga, termasuk Ki Juru Martani, membuka hutan tersebut menjadi desa Mataram. Meskipun hanya sebuah desa namun
bersifat perdikan atau sima swatantra. Ki
Ageng Pemanahan yang
kemudian bergelar Ki Ageng Mataram, hanya diwajibkan menghadap ke Pajang secara rutin sebagai bukti kesetiaan
tanpa harus membayar pajak dan upeti.
Menundukkan Jawa Timur
Saat
naik takhta, kekuasaan Adiwijaya hanya mencakup wilayah Jawa Tengah saja, karena sepeninggal Trenggana,
banyak daerah bawahan Demak yang melepaskan diri.
Negeri-negeri
di Jawa Timur yang tergabung dalam Persekutuan
Adipati Bang Wetan saat itu dipimpin oleh Panji Wiryakrama bupati Surabaya. Persekutuan adipati tersebut sedang
menghadapi ancaman invansi dari berbagai penjuru, yaitu Pajang, Madura, dan Blambangan.
Pada
tahun 1568 Sunan
Prapen penguasa Giri Kedaton menjadi mediator pertemuan antara
Hadiwijaya raja Pajang di atas negeri yang mereka pimpin. Sebagai tanda ikatan
politik, Panji Wiryakrama diambil sebagai menantu Adiwijaya.
Selain
itu, Adiwijaya juga berhasil menundukkan Madura setelah penguasa pulau itu yang
bernama Raden Pratanu bergelar Panembahan Lemah Duwur Arosbaya menjadi
menantunya.
Dalam
pertemuan tahun 1568 itu, Sunan Prapen untuk pertama kalinya berjumpa dengan
Ki
Ageng Pemanahan dan
untuk kedua kalinya meramalkan bahwa Pajang akan ditaklukkan Mataram melalui keturunan Ki Ageng tersebut.
Mendengar
ramalan tersebut, Adiwijaya tidak lagi merasa cemas karena ia menyerahkan
semuanya pada kehendak takdir.
Pemberontakan Sutawijaya
Sutawijaya adalah putra Ki Ageng Pemanahan yang juga menjadi anak angkat
Hadiwijaya. Sepeninggal ayahnya tahun 1575, Sutawijaya menjadi penguasa baru di Mataram, dan diberi hak untuk tidak menghadap selama setahun
penuh.
Waktu setahun berlalu dan Sutawijaya
tidak datang menghadap. Adiwijaya mengirim Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi
Wuragil untuk menanyakan kesetiaan Mataram. Mereka
menemukan Sutawijaya bersikap kurang sopan dan terkesan ingin memberontak. Namun kedua pejabat
senior itu pandai menenangkan hati Adiwijaya melalui laporan mereka yang
disampaikan secara halus.
Tahun demi tahun berlalu. Adiwijaya mendengar
kemajuan Mataram
semakin pesat. Ia pun kembali mengirim utusan untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya.
Kali ini yang berangkat adalah Pangeran benawa (putra mahkota), Arya Pamalad (menantu yang menjadi adipati Tuban), serta Patih
Mancanegara. Ketiganya dijamu dengan pesta oleh Sutawijaya.
Di tengah keramaian pesta, putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga membunuh seorang prajurit Tuban yang didesak
Arya Pamalad. Arya Pamalad sendiri sejak awal kurang suka dengan Sutawijaya sekeluarga.
Maka sesampainya di Pajang, Arya
Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya. sedangkan Pangeran Benawa menjelaskan kalau peristiwa pembunuhan tersebut hanya kecelakaan
saja. Hadiwijaya menerima kedua laporan itu dan berusaha menahan diri.
Pada tahun 1582 seorang keponakan Sutawijaya
yang tinggal di Pajang,
bernama Raden Pabelan dihukum mati karena berani menyusup ke dalam keputrian
menemui Ratu Sekar Kedaton (putri bungsu Adiwijaya). Ayah Pabelan yang bernama
Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman buang karena diduga ikut membantu anaknya.
Ibu Raden Pabelan yang merupakan adik perempuan Sutawijaya
meminta bantuan ke Mataram. Sutawijaya pun mengirim utusan untuk merebut Tumenggung
Mayang dalam perjalanan pembuangannya ke Semarang.
Kematian
Perbuatan
Sutawijaya itu menjadi alasan Hadiwijaya untuk
menyerang Mataram. Perang antara kedua pihak pun
meletus. Pasukan Pajang bermarkas di Prambanan dengan jumlah lebih banyak, namun
menderita kekalahan. Adiwijaya semakin tergoncang mendengar Gunung Merapi tiba-tiba meletus dan laharnya ikut
menerjang pasukan Pajang yang berperang dekat gunung tersebut.
Adiwijaya
menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan Tembayat namun tidak mampu membuka pintu
gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat kalau ajalnya segera tiba.
Adiwijaya
melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan ia jatuh dari punggung gajah tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampai di Pajang, datang makhluk halus anak buah Sutawijaya bernama Ki Juru Taman memukul dada
Adiwijaya, membuat sakitnya bertambah parah.
Adiwijaya
berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya, karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir. Selain
itu, Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Adiwijaya
yang dianggapnya sebagai putra tertua. Pada cerita rakyat dinyatakan bahwa
sebenarnya Sutawijaya adalah anak kandung Adiwijaya dengan anak Ki Ageng Sela.
Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.
Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.
Penutup
Kesimpulan
Setelah Majapahit runtuh oleh serangan pasukan
Islam di bawah pimpinan Raden Patah, daerah di sekitar Jawa Tengah dikuasai
oleh Kesultanan Demak Bintara dan Raden Patah menjadi raja kesultanan baru
tersebut. Raden Patah kemudian digantikan oleh menantunya yaitu Raden Yunus
yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor yang menerapkan politik
Islam garis keras. Pemerintahan kedua ini hanya bertahan tiga tahun karena
kemudian Raden Yunus terbunuh oleh pemberontak Majapahit yang masih ada.
Pengganti Raden Yunus adalah Sultan Trenggana, anak dari Raden Patah.
Ketika itu
keturunan pewaris tahta resmi Majapahit yang masih tersisa, yaitu putra dari Ki
Ageng Pengging yang diasuh oleh Nyi Ageng Tingkir telah tumbuh dewasa. Dia
adalah Mas Karebet yang kemudian lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Sejak
kecil Mas Karebet gemar bepergian dan masuk ke dalam hutan belantara. Selain
bermain dengan binatang-binatang liar, Mas Karebet juga banyak belajar
dari para pertapa Shiva Buddha yang sering berada di dalam hutan. Mas Karebet
tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan sakti mandraguna. Suatu ketika Mas Karebet
bertemu dengan Sunan Kalijaga dan dia diperintahkan untuk masuk ke Kesultanan
Demak.
Tidak berapa lama
setelah memasuki istana Demak, Mas Karebet atau Jaka Tingkir (Pemuda dari
Tingkir) berhasil menarik perhatian Sultan Trenggana yang akhirnya mengangkat
Jaka Tingkir menjadi Lurah (pemimpin) Pasukan Pengawal Sultan Demak. Kehadiran
Jaka Tingkir yang tidak beragama Islam melainkan Shiva Buddha telah menimbulkan
pro-kontra dalam istana, namun Sultan Trenggana sudah terlanjur menyukai Jaka
Tingkir dan merasa aman jika dikawal oleh pemuda keturunan raja Majapahit itu.
Jaka Tingkir juga disegani oleh pendukung Majapahit yang masih banyak melakukan
gerilya dan pemberontakan.
Suatu ketika,
Jaka Tingkir melakukan perbuatan yang kurang berkenan bagi Sultan Trenggana
sehingga jabatan Jaka Tingkir diturunkan dan harus pergi dari istana. Selama di
luar istana Jaka Tingkir berguru pada Ki Ageng Banyu Biru, seorang guru
spiritual Shiva Buddha yang terkenal.
Untuk bisa
kembali masuk di Istana Demak, Jaka Tingkir harus mendapatkan kepercayaan dari
Sultan Trenggana. Untuk itu, Jaka Tingkir dibantu oleh teman-temannya dan juga
dari pasukan gerilya Majapahit merencanakan penyerangan kepada pasukan sultan
Demak dan kemudian Jaka Tingkir akan tampil sebagai penyelamat. Suatu malam
sebelum penyerangan, Jaka Tingkir mendapatkan wahyu keprabon yaitu semacam
tanda yang hanya akan datang pada mereka yang kelak akan menjadi raja atau
penguasa tanah Jawa. Meski agak meleset dari rencana penyerangan, namun
akhirnya Jaka Tingkir berhasil mendapatkan kembali kepercayaan Sultan Trenggana
dan kembali ke Demak. Jaka Tingkir diangkat menjadi Adipati di daerah Pajang
dan pada kemudian hari akan mendirikan Kerajaan Pajang setelah Demak Runtuh.
Saran
Penulis
menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang artikel di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Tingkir
https://jawara1.wordpress.com/2014/09/22/ringkasan-cerita-jaka-tingkir/
http://www.joko-tingkir.com/
Alina
Oktaviani
Kelas-B
Ceritanya cukup menarik mengambil tokoh joko tinggkir
BalasHapusMantaabb joko tinggkir
BalasHapusKeren nih buat yang jadi sejarahwan, bisa tau cerita lengkap tentang Joko Tingkir. Mungkin kalo liat tayangan di tv kurang begitu lengkap sedangkan novel juga sudah jarang.. Lengkap banget nih cerita!!! (y)
BalasHapusKereeeeeeen..bagus bangeet,cocok banget kalau anda jadi penulis,dari segi ceritanya sangat menarik,berkat artikel ini saya jadi tau tentang joki tingkir,makasih atas informasinya,sangat membantu tugas saya
BalasHapusLengkap sekali cerita joko tinggikir nyaaa
BalasHapus