Jumat, 08 Januari 2016

Tugas 3 - Folklore Indonesia




Legenda Joko Tingkir

Kata Pengantar
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan benar. Dalam artikel ini saya akan membahas mengenai “Legenda Joko Tingkir”
Tugas ini telah dibuat dengan sebaik-baiknya dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan tugas ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi dosen, rekan-rekan dan para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam artikel ini masih banyak kesalahan.

Pembahasan

       Joko Tingkir merupakan pendekar yang sakti mantra guna yang nama aslinya adalah mas karebet. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
      Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).
       Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.
      dari bertapa itu beliau bisa menyelaraskan tubuhnya dengan alam. Dengan hal ini Joko Tingkir mampu beradaptasi dengan keadaan alam dalam berbagai situasi dan kondisi apapaun. Selain melakukan pertapaan dengan hasil menyelaraskan diri dengan alam Joko Tingkir juga mendapatkan manfaat lain, yaitu mampu menarik pusaka ampuh. Konon beliau mempunyai banyak pusaka ampuh. Oleh sebab itu Joko Tingkir terkenal sangat ampuh sehingga berwibawa dan sejarah membuktikan bahwa beliau mampu menaklukkan berbagai wilayah sehingga mampu di kuasainya.

Silsilah Joko Tingkir
Jaka Tingkir adalah putera Kebo Kenanga dan cucu Adipati Andayaningrat. Manakala Adipati Andayaningrat juga di kenali dengan Syarief Muhammad Kebungsuan.

Andayaningrat/Syarief Muhammad Kebungsuan/Ki Ageng Wuking I 
Ratu Pembayun (Putri Raja Brawijaya)


Kebo Kenanga
Nyi Ageng Pengging)


Mas Karebet/Joko Tingkir (Hadiwijaya Raja Pajang)
































































































Nabi Muhammad SAW → Sayyidah Fathimah Az-Zahra → Al-Imam Sayyidina Hussain → Al-Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin → Al-Imam Muhammad Al Baqir → Al-Imam Ja’far As-Sodiq → Al-Imam Al-Imam Ali Uradhi .→ Al-Imam Muhammad An-Naqib .→ Al-Imam ‘Isa Naqib Ar-Rumi → Al-Imam Ahmad al-Muhajir → Al-Imam ‘Ubaidillah → Al-Imam Alawi Awwal → Al-Imam Muhammad Sohibus Saumi’ah → Al-Imam Alawi Ats-Tsani → Al-Imam Ali Kholi’ Qosim → Al-Imam Muhammad Sohib Mirbath → Al-Imam ‘Alawi Ammil Faqih → Al-Imam Abdul Malik Azmatkhan → Sayyid Abdullah Azmatkhan → As-Sayyid Ahmad Shah Jalal → As-Sayyid Asy-Syaikh Jumadil Kubro al-Husaini/ Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini .→ Syarief Muhammad Kebungsuan /ADIPATI  ANDAYANINGRAT /  Ki Ageng Wuking I  → Ki Ageng Pengging → Hadiwijaya
Joko Tingkir adalah keturunan ke – 23 dari Nabi Muhammad SAW. Joko Tingkir yang begitu terkenal sepak terjangnya dalam dunia kepemimpinan, membawa negeri ini menuju masa depan yang baik. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa karisma kepemimpinan Mas Karebet sungguh luar biasa. Keberaniannya dan sikap bijaksanannya patut kita tiru. Ketokohan seperti Joko Tingkir saat ini memang jarang sekali kita jumpai, bahkan hampir pasti tidak ada.

Jaka Tingkir menjadi raja di kerajaan panjang
      Semula berdirinya Kerajaan Pajang, dimulai oleh pertempuran pada Aryo Penangsang dengan Joko Tingkir (Adipati Pajang), yang disebut menantu Sultan Trenggono. Pertempuran tersebut dimenangkan oleh Joko Tingkir. Kemenangan ini dapat atas pertolongan dari Ki Ageng Pemanahan serta Ki Ageng Penjawi. Kemenangan ini bikin Joko Tingkir memimpin Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya, gelar itu didapat dari Sunan Giri serta memperoleh pernyataan dari kerajaan-kerajaan sebagai bawahan Demak.
      Sultan Hadiwijaya lalu memindahkan pusat kerajaan dari Demak menuju Kerajaan Pajang. Dengan hal tersebut resmilah telah Kerajaan Pajang. Atas jasa-jasa Ki Ageng Pemanahan serta Ki Ageng Penjawi, keduanya di beri hadiah berbentuk tanah diwilayah Mataram untuk Ki Ageng Pemanahan serta tanah didaerah Pati untuk Ki Ageng Penjawi. Serta beliau berdua diangkat jadi adipati diwilayah itu.
     Kepimpinan Sultan Hadiwijaya berjalan dengan baik. Jalinan dengan kerajaan bawahan juga baik. Kesenian serta sastra alami perubahan yang cepat. Dampak budaya Islampun makin menebar sampai ke pelosok daerah.
      Walau demikian seluruhnya berjalan dengan cepat. Sepeninggal Ki Ageng Pemanahan pada 1575, jadi pemerintahan di Mataram, diteruskan ke putranya yang bernama Sutawijaya atau Ngabehi Loring Pasar. Dalam kepemimpinan Sutawijaya, Mataram berkembang dengan cepat. Hal semacam ini yang lalu bikin Sutawijaya malas untuk menghadap ke Pajang.
      Pada th. 1582 meletus perang Pajang serta Mataram lantaran Sutawijaya membela adik iparnya, yakni Tumenggung Mayang, yang dihukum buang ke Semarang oleh Hadiwijaya. Perang itu dimenangkan pihak Mataram walau pasukan Pajang jumlahnya semakin besar. Sepulang dari perang, Hadiwijaya jatuh sakit serta wafat dunia. Berlangsung persaingan pada putra serta menantunya, yakni Pangeran Benawa serta Arya Pangiri juga sebagai raja setelah itu. Arya Pangiri di dukung Panembahan Kudus sukses naik takhta th. 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri cuma disibukkan dengan usaha balas dendam pada Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terlewatkan. Hal semacam itu bikin Pangeran Benawa yang telah tersingkir ke Jipang, terasa prihatin. Pada th. 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Walau pada th. 1582 Sutawijaya memerangi Hadiwijaya, tetapi Pangeran Benawa terus menganggapnya juga sebagai saudara tua.
     Perang pada Pajang melawan Mataram serta Jipang selesai dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri aslinya yakni Demak. Pangeran Benawa lalu jadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa selesai th. 1587. Tak ada putra mahkota yang menggantikannya hingga Pajang juga jadikan juga sebagai negeri bawahan Mataram, yaitu sebagai bupati disana adalah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya.
Jaka Tingkir mengabdi di kerajaan Demak
      Inilah masa mulainya Jaka Tingkir Mengabdi di Demak Kota Wali – Setelah beranjak Dewasa, Dia (Mas Karebet) dibawa oleh seorang janda yang sangat kaya raya dari Ki Ageng Tingkir. Disana ia sangat dimanja dan disayangi, dituruti semua apa yang dia inginkan. Lantaran janda Ki Ageng sangatlah kaya-raya, terhormat diantara tetangga desa, Mas Karebet lantas populer dengan sebutan Jaka Tingkir. Tindak-tanduknya tidak sama dengan anak-anak lain. Ia suka menyepikan diri di gunung, di rimba, atau di gua-gua hingga sepuluh malam atau 1/2 bln.. Kemauannya tidak bisa dihindari serta dihalangi. Disuatu hari Jaka Tingkir pulang lantas dipeluk oleh ibunya dan diberitahu, “Nak, anda janganlah sukai ke gunung-gunung. Ketahuilah bahwa orang yang sukai bertapa di rimba serta di gunung itu masih tetap kafir, belum berpedoman agama Kanjeng Nabi. Tambah baik anda berguru pada mukmin. ”
      Ki Jaka lantas pamit bakal berguru pada seseorang mukmin. Ibunya merelakan. Ki Jaka pergi sendirian ke utara, ke timur hingga di Sela, untuk berguru pada Ki Ageng Sela. Ki Ageng sangatlah suka lihat Ki Jaka Tingkir. Ia lantas diangkat jadi cucunya, sangatlah dimanjakan hidupnya. Disana Ki Jaka suka mendalang sampai populer kepandaiannya mendalang. Ki Ageng Sela makin bertambah sayangnya. Mereka tak pernah berpisah. Bila Ki Ageng tengah menyepi, Ki Jaka juga di ajak.
      Sesungguhnya Ki Ageng Sela tengah menyepi. Didalam batinnya besar sekali permintaannya ke Allah mudah-mudahan nantinya bisa turunkan beberapa raja yang kuasai tanah Jawa. Ia terasa masih tetap kerabat keturunan Raja Brawijaya di Majapahit. Saat itu Ki Ageng Sela telah tujuh hari tujuh malam tinggal di gubuk di ladang yang baru di buka, terdapat di samping timur Tarub yang dimaksud rimba di Renceh. Satu malam Ki Ageng tidur di situ. Jaka Tingkir tidur dibawah. Ki Ageng punya mimpi ke rimba membawa kapak bakal membabat rimba. Terlihat dalam mimpinya Ki Jaka Tingkir telah ada disana, serta semua pohon telah rubuh, ditarik oleh Ki Jaka Tingkir. Didalam mimpinya Ki Ageng heran sekali serta terbangun dari tidurnya. Jaka Tingkir masih tetap tidur dibawah, lantas dibangunkan. Ki Ageng ajukan pertanyaan, “Nak, sepanjang saya tidur apakah anda tak pergi-pergi? ” Jawab Ki Jaka, “Tidak. ”
     Saat Ki Ageng Sela mendengar jawaban cucunya, sangatlah menyesal mengapa seluruhnya hanya mimpi. Bicara dalam batin, “Menyesal benar saya. Besar permintaanku pada Allah, serta sampai kini saya belum pernah memperoleh firasat sekian. ” Anak yg tidak memohon kepada-Nya ini jadi di beri firasat seperti itu. Ki Ageng lantas ajukan pertanyaan pada Ki Jaka Tingkir, “Nak, seingatmu dahulu pernah punya mimpi apa? ” Ki Jaka menjawab dengan cara terus-terang, “Ketika saya tengah tirakat di Gunung Telamaya, di situ saat malam saya tidur serta punya mimpi kejatuhan bln.. Saat itu juga Gunung Telamaya ada nada menggelegar. Saya lantas terbangun, mimpi itu arti apa? ” Ki Ageng yang mendengar narasi cucunya itu makin heran. Dalam batinnya apabila tak takut pada Allah, Ki Jaka bakal di buat celaka. Namun Ki Ageng sadar bila kodrat Allah tidak bisa tidak diterima oleh manusia.
     Ki Ageng Sela berkata, “Nak, tak perlu ajukan pertanyaan apa arti impianmu. Itu bagus sekali, itu raja semua yang dimimpikan. Mengenai saran saya kepadamu, saat ini mengabdilah ke Demak. Itu bakal jadi perantaraan untuk bersua arti dari mimpimu. Saya menolong dalam doa saja. ” Ki Jaka Tingkir menjawab, “Saya bersedia melakukan perintah Eyang. Saya junjung tinggi selamanya. ” Ki Ageng berkata lagi, “Iya, Nak, saya bakal kurangi makan serta tidur. Mudah-mudahan anda bisa menemukannya. Namun Nak, mudah-mudahan anak-turunmu nantinya bisa jadi penerus wahyumu. ” Ki Jaka mengiyakan saja. Sesudah Ki Ageng Sela mendengar jawaban Ki Jaka itu sangat lega hatinya, panjang-lebar ajarannya pada Ki Jaka.
Ki Jaka Tingkir lantas pergi. Dalam perjalanannya ia singgah ke Tingkir, memberi tahu ibunya perintah Ki Ageng Sela. Ibunya berkata, “Nak, panduan Ki Ageng Sela itu benar sekali, jadi ada suatu hal yang diinginkan. Selekasnya kerjakan, namun tunggu dua orang pembantu saya. Baru saya suruh bersihkan rumput tanaman padi gaga. Mereka bakal saya suruh mengantarkan anda. Saya mempunyai saudara laki-laki sebagai abdi di Demak, namanya Kyai Ganjur jadi Lurah Suranata. Kepadanya anda kutitipkan serta menghadapkan pada sang raja. ”
      Ki Jaka Tingkir menurut perintah ibunya. Lantas mereka pergi ke ladang menolong ke-2 pembantu itu menyiangi rumput. Hingga satu hari tak pulang-pulang. Sesudah saat Asar datanglah mendung serta hujan gerimis. Sunan Kalijaga tengah ada dekat ladang itu bertongkat cis. Ki Jaka Tingkir di panggil dari luar padang padi gaga itu. tuturnya, “Nak, anda itu senantiasa bersihkan tanaman padi gaga saja. Berhenti, cepatlah mengabdi ke Demak karena anda itu calon raja yang kuasai tanah Jawa. ” Usai berkata, Sunan Kalijaga lantas pergi ke utara. Sesudah telah tidak terlihat Ki Jaka pulang menceritakan pengalaman itu pada ibunya.
       Mendengar itu ibunya sangat senang, dan berkata, “Nak, anda itu mujur sekali memperoleh panduan dari Sunan Kalijaga. Selekasnya berangkatlah ke Demak, janganlah menunggu-nunggu ke ladang gaga lagi. Bekasnya saya gotong-royongkan saja. ” Ki Jaka lantas pergi dibarengi dua orang pembantunya. Setelah tiba di Demak, berkunjung dirumah Kyai Ganjur.
      Sultan Bintara telah tiba waktunya di panggil Tuhan. Ia meninggalkan enam putra. Nomer satu putri bernama Ratu Mas, telah bertemumi dengan Pangeran Cirebon. Nomer dua Pangeran Sabrang Lor yang menukar Raja. Lantas Pangeran Seda Lepen, Raden Trenggana, Raden Kandhuruhan. Bungsunya bernama Raden Pamekas. Pengganti raja itu tak lama. Ia mangkat belum berputra. Raja digantikan oleh Raden Trenggana serta bergelar Sultan Demak. Patih Mangkurat juga telah wafat, yang menukar patih yaitu anak laki-lakinya yang bernama Patih Wanasala. Kebijaksanaannya melebihi ayahnya. Beberapa bupati dibawah seluruhnya segan serta sayang.
     Raden Jaka Tingkir telah di terima mengabdi pada Sultan Demak. Diterimanya pengabdiannya itu berawal dari satu momen. Waktu itu Sultan Demak keluar dari masjid, Ki Jaka baru duduk di tepi blumbang, kolam. ingin menyingkir tak dapat, karena terhambat oleh blumbang itu. Ki Jaka lantas melompati kolam itu dengan gerakan membelakang. Saat melihat itu Sultan Demak sangatlah terperanjat. Lantas ditegur. Ki Jaka menjawab bahwa dianya yaitu keponakan Kyai ganjur. Ki Jaka lantas dihadapkan serta diangkat jadi abdi.
Kanjeng Sultan sangatlah sayang pada Ki Jaka Tingkir, karena rupanya tampan dan sakti kedigdayaannya. Makin lama Ki Jaka Tingkir diangkat jadi putranya, di beri wewenang keluar-masuk istana dan jadikan pimpinan prajurit tamtama, populer di semua kerajaan Demak. Selang beberapa saat lagi Sang Prabu mempunyai kemauan menaikkan prajurit tamtama lagi beberapa empat ratus orang. Sang Prabu mengambil serta pilih beberapa orang dari semua negeri serta pedusunan, diambil orang yang sakti serta kuat. bila telah diperoleh lantas diuji serta diadu dengan banteng. Bila dapat melekateng banteng sampai remuk kepalanya, di terima jadi prajurit tamtama.
       Alkisah, ada orang dari Kedu Pingit, namanya Ki Dhadhung Awuk. Rupanya buruk, sangatlah sombong dengan kekuatannya. Ia datang ke Demak punya niat jadi prajurit tamtama. Sesudah dihadapkan Ki Jaka Tingkir, lantas di panggil. Sesudah lihat tampangnya Jaka Tingkir sangatlah tak sukai, karena rupanya sangatlah tak mengasyikkan. Lantas di tanya, berhubung di kampungnya telah populer kuatnya, beranikah dicoba untuk ditusuk? Jawabannya ya berani? Dhadhung Awuk lantas ditusuk dengan sadak kinang (alat untuk makan sirih). Dadanya pecah, lantas tewas. Rekan-rekan tamtama diminta menusuki dengan keris. Mayat Dhadhung Awuk lukanya sangat kronis.
       Raden Jaka Tingkir kesaktiannya makin termasyhur. Ketika itu, kematian Dhadhung Awuk dilaporkan pada Sultan. Jaka Tingkir sudah membunuh orang yang ingin masuk jadi prajurit tamtama. Kanjeng Sultan sangatlah geram, karena ia yaitu raja yang sangatlah adil. Raden Jaka Tingkir lantas diusir dari Demak. Raja berikan duit duka pada pakar warisnya yang wafat sebesar lima ratus reyal.
      Mengenai Raden Jaka Tingkir lantas pergi saat itu juga dari Demak. Siapapun yang lihat sangatlah kasihan seluruhnya, rekan-rekan prajurit tamtama juga menangisinya. Raden Jaka Tingkir sangatlah menyesal dengan tindakannya yang telah berlangsung serta begitui malu lihat beberapa orang Demak. Tubuhnya tidak berdaya. dalam hatinya sangatlah suka bila selekasnya mati saja. Maksud perjalanannya ke arah tenggara masuk ke rimba besar, tak terang yang dituju lantaran sangatlah bingung hatinya.

Sumpah setia Ki Ageng Mataram
    Sesuai perjanjian sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan bergelar Ki Ageng Pati. Sementara itu, Ki Ageng Pemanahan masih menunggu karena seolah-olah Hadiwijaya menunda penyerahan tanah Mataram.
    Sampai tahun 1556, tanah Mataram masih ditahan Adiwijaya. Ki Ageng Pemanahan segan untuk meminta. Sunan Kalijaga selaku guru tampil sebagai penengah kedua muridnya itu. Ternyata, alasan penundaan hadiah adalah dikarenakan rasa cemas Adiwijaya ketika mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir sebuah kerajaan yang mampu mengalahkan kebesaran Pajang. Ramalan itu didengarnya saat ia dilantik menjadi raja usai kematian Arya Penangsang.
     Sunan Kalijaga meminta Adiwijaya agar menepati janji karena sebagai raja ia adalah panutan rakyat. Sebaliknya, Ki Ageng Pemanahan juga diwajibkan bersumpah setia kepada Pajang. Ki Ageng bersedia. Maka, Adiwijaya pun rela menyerahkan tanah Mataram pada kakak angkatnya itu.
     Tanah Mataram adalah bekas kerajaan kuno, bernama Kerajaan Mataram yang saat itu sudah tertutup hutan bernama Alas Mentaok. Ki Ageng Pemanahan sekeluarga, termasuk Ki Juru Martani, membuka hutan tersebut menjadi desa Mataram. Meskipun hanya sebuah desa namun bersifat perdikan atau sima swatantra. Ki Ageng Pemanahan yang kemudian bergelar Ki Ageng Mataram, hanya diwajibkan menghadap ke Pajang secara rutin sebagai bukti kesetiaan tanpa harus membayar pajak dan upeti.

Menundukkan Jawa Timur

     Saat naik takhta, kekuasaan Adiwijaya hanya mencakup wilayah Jawa Tengah saja, karena sepeninggal Trenggana, banyak daerah bawahan Demak yang melepaskan diri.
Negeri-negeri di Jawa Timur yang tergabung dalam Persekutuan Adipati Bang Wetan saat itu dipimpin oleh Panji Wiryakrama bupati Surabaya. Persekutuan adipati tersebut sedang menghadapi ancaman invansi dari berbagai penjuru, yaitu Pajang, Madura, dan Blambangan.
    Pada tahun 1568 Sunan Prapen penguasa Giri Kedaton menjadi mediator pertemuan antara Hadiwijaya raja Pajang di atas negeri yang mereka pimpin. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama diambil sebagai menantu Adiwijaya.
     Selain itu, Adiwijaya juga berhasil menundukkan Madura setelah penguasa pulau itu yang bernama Raden Pratanu bergelar Panembahan Lemah Duwur Arosbaya menjadi menantunya.
Dalam pertemuan tahun 1568 itu, Sunan Prapen untuk pertama kalinya berjumpa dengan Ki Ageng Pemanahan dan untuk kedua kalinya meramalkan bahwa Pajang akan ditaklukkan Mataram melalui keturunan Ki Ageng tersebut.
Mendengar ramalan tersebut, Adiwijaya tidak lagi merasa cemas karena ia menyerahkan semuanya pada kehendak takdir.

Pemberontakan Sutawijaya

    Sutawijaya adalah putra Ki Ageng Pemanahan yang juga menjadi anak angkat Hadiwijaya. Sepeninggal ayahnya tahun 1575, Sutawijaya menjadi penguasa baru di Mataram, dan diberi hak untuk tidak menghadap selama setahun penuh.
    Waktu setahun berlalu dan Sutawijaya tidak datang menghadap. Adiwijaya mengirim Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil untuk menanyakan kesetiaan Mataram. Mereka menemukan Sutawijaya bersikap kurang sopan dan terkesan ingin memberontak. Namun kedua pejabat senior itu pandai menenangkan hati Adiwijaya melalui laporan mereka yang disampaikan secara halus.
   Tahun demi tahun berlalu. Adiwijaya mendengar kemajuan Mataram semakin pesat. Ia pun kembali mengirim utusan untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya. Kali ini yang berangkat adalah Pangeran benawa (putra mahkota), Arya Pamalad (menantu yang menjadi adipati Tuban), serta Patih Mancanegara. Ketiganya dijamu dengan pesta oleh Sutawijaya. Di tengah keramaian pesta, putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga membunuh seorang prajurit Tuban yang didesak Arya Pamalad. Arya Pamalad sendiri sejak awal kurang suka dengan Sutawijaya sekeluarga.
      Maka sesampainya di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya. sedangkan Pangeran Benawa  menjelaskan kalau peristiwa pembunuhan tersebut hanya kecelakaan saja. Hadiwijaya menerima kedua laporan itu dan berusaha menahan diri.
      Pada tahun 1582 seorang keponakan Sutawijaya yang tinggal di Pajang, bernama Raden Pabelan dihukum mati karena berani menyusup ke dalam keputrian menemui Ratu Sekar Kedaton (putri bungsu Adiwijaya). Ayah Pabelan yang bernama Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman buang karena diduga ikut membantu anaknya.
   Ibu Raden Pabelan yang merupakan adik perempuan Sutawijaya meminta bantuan ke Mataram. Sutawijaya pun mengirim utusan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam perjalanan pembuangannya ke Semarang.

Kematian

      Perbuatan Sutawijaya itu menjadi alasan Hadiwijaya untuk menyerang Mataram. Perang antara kedua pihak pun meletus. Pasukan Pajang bermarkas di Prambanan dengan jumlah lebih banyak, namun menderita kekalahan. Adiwijaya semakin tergoncang mendengar Gunung Merapi tiba-tiba meletus dan laharnya ikut menerjang pasukan Pajang yang berperang dekat gunung tersebut.
      Adiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan Tembayat namun tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat kalau ajalnya segera tiba.
      Adiwijaya melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan ia jatuh dari punggung gajah tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampai di Pajang, datang makhluk halus anak buah Sutawijaya bernama Ki Juru Taman memukul dada Adiwijaya, membuat sakitnya bertambah parah.
      Adiwijaya berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya, karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir. Selain itu, Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Adiwijaya yang dianggapnya sebagai putra tertua. Pada cerita rakyat dinyatakan bahwa sebenarnya Sutawijaya adalah anak kandung Adiwijaya dengan anak Ki Ageng Sela.
      Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.

Penutup
Kesimpulan
       Setelah Majapahit runtuh oleh serangan pasukan Islam di bawah pimpinan Raden Patah, daerah di sekitar Jawa Tengah dikuasai oleh Kesultanan Demak Bintara dan Raden Patah menjadi raja kesultanan baru tersebut. Raden Patah kemudian digantikan oleh menantunya yaitu Raden Yunus yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor yang menerapkan politik Islam garis keras. Pemerintahan kedua ini hanya bertahan tiga tahun karena kemudian Raden Yunus terbunuh oleh pemberontak Majapahit yang masih ada. Pengganti Raden Yunus adalah Sultan Trenggana, anak dari Raden Patah.
      Ketika itu keturunan pewaris tahta resmi Majapahit yang masih tersisa, yaitu putra dari Ki Ageng Pengging yang diasuh oleh Nyi Ageng Tingkir telah tumbuh dewasa. Dia adalah Mas Karebet yang kemudian lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Sejak kecil Mas Karebet gemar bepergian dan masuk ke dalam hutan belantara. Selain bermain dengan binatang-binatang liar, Mas Karebet juga  banyak belajar dari para pertapa Shiva Buddha yang sering berada di dalam hutan. Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan sakti mandraguna. Suatu ketika Mas Karebet bertemu dengan Sunan Kalijaga dan dia diperintahkan untuk masuk ke Kesultanan Demak.
     Tidak berapa lama setelah memasuki istana Demak, Mas Karebet atau Jaka Tingkir (Pemuda dari Tingkir) berhasil menarik perhatian Sultan Trenggana yang akhirnya mengangkat Jaka Tingkir menjadi Lurah (pemimpin) Pasukan Pengawal Sultan Demak. Kehadiran Jaka Tingkir yang tidak beragama Islam melainkan Shiva Buddha telah menimbulkan pro-kontra dalam istana, namun Sultan Trenggana sudah terlanjur menyukai Jaka Tingkir dan merasa aman jika dikawal oleh pemuda keturunan raja Majapahit itu. Jaka Tingkir juga disegani oleh pendukung Majapahit yang masih banyak melakukan gerilya dan pemberontakan.
Suatu ketika, Jaka Tingkir melakukan perbuatan yang kurang berkenan bagi Sultan Trenggana sehingga jabatan Jaka Tingkir diturunkan dan harus pergi dari istana. Selama di luar istana Jaka Tingkir berguru pada Ki Ageng Banyu Biru, seorang guru spiritual Shiva Buddha yang terkenal. 
      Untuk bisa kembali masuk di Istana Demak, Jaka Tingkir harus mendapatkan kepercayaan dari Sultan Trenggana. Untuk itu, Jaka Tingkir dibantu oleh teman-temannya dan juga dari pasukan gerilya Majapahit merencanakan penyerangan kepada pasukan sultan Demak dan kemudian Jaka Tingkir akan tampil sebagai penyelamat. Suatu malam sebelum penyerangan, Jaka Tingkir mendapatkan wahyu keprabon yaitu semacam tanda yang hanya akan datang pada mereka yang kelak akan menjadi raja atau penguasa tanah Jawa. Meski agak meleset dari rencana penyerangan, namun akhirnya Jaka Tingkir berhasil mendapatkan kembali kepercayaan Sultan Trenggana dan kembali ke Demak. Jaka Tingkir diangkat menjadi Adipati di daerah Pajang dan pada kemudian hari akan mendirikan Kerajaan Pajang setelah Demak Runtuh.

Saran
Penulis menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang artikel di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.


Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Tingkir
https://jawara1.wordpress.com/2014/09/22/ringkasan-cerita-jaka-tingkir/
http://www.joko-tingkir.com/        




Alina Oktaviani
Kelas-B

5 komentar:

  1. Ceritanya cukup menarik mengambil tokoh joko tinggkir

    BalasHapus
  2. Keren nih buat yang jadi sejarahwan, bisa tau cerita lengkap tentang Joko Tingkir. Mungkin kalo liat tayangan di tv kurang begitu lengkap sedangkan novel juga sudah jarang.. Lengkap banget nih cerita!!! (y)

    BalasHapus
  3. Kereeeeeeen..bagus bangeet,cocok banget kalau anda jadi penulis,dari segi ceritanya sangat menarik,berkat artikel ini saya jadi tau tentang joki tingkir,makasih atas informasinya,sangat membantu tugas saya

    BalasHapus
  4. Lengkap sekali cerita joko tinggikir nyaaa

    BalasHapus