Selasa, 05 Januari 2016

Tugas 3 - Folklore Indonesia

Folklore sebagian lisan dari Betawi

Pengantar
Di dalam masyarakat Indonesia tradisi lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang sudah mendalam dan juga turun-temurun. Secara sederhana, pengertian tradisi lisan, adalah segala sesuatu yang bersifat tradisional dalam lingkungan suatu kelompok masyarakat, yang diwariskan turun-temurun melalui lisan, dan atau disertai contoh perbuatan.
 Batasan tersebut adalah penyederhanaan dari definisi folklor yang dilansir Danandjaja (1984:2): “folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.”
Menurut J.H. Brunvand (1968:2-3), berdasarkan tipenya folklor dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: (1) folklor lisan (verbal folklore), (2) folklor sebagian lisan (partly verbal folklore), dan (3) folklor bukan lisan (non verbal folklore). Folklor lisan, adalah folklor yang sepenuhnya bersifat lisan, antara lain:
(a) dalam kebahasaan, contohnya logat atau dialek, terminologi kekerabatan, julukan atau wadanan,  gelaran, dan lain lain
(b) ungkapan, contohnya peribahasa dan pepatah,
(c) puisi, contohnya pantun, syair dan sajak,
(d) cerita prosa, meliputi mite, legenda, dongeng dan anekdot,
(e) nyanyian dan
(f) permainan.
Golongan kedua, yaitu folklor sebagian lisan, adalah campuran folklor lisan dan bukan lisan, seperti musik, tari, teater dan upacara adat.
Golongan ketiga, folklor bukan lisan dan dibagi menjadi dua yaitu yang berupa materil dan bukan materil seperti arsitektur, ragam hias, kerajinan tangan, pakaian, perhiasan badan, obat-obatan, makan dan minum.

Pembahasan
Dalam kehidupan orang-orang Betawi sendiri telah mengenal berbagai bentuk upacara adat baik yang sakral maupun tidak. Upacara tradisional atau upacara adat merupakan fase-fase atau fragmen-fragmen kecil yang telah mendarah daging sehingga merupakan hal yang ganjil dan tidak lazim apabila orang- orang Betawi tidak melaksanakan upacara-upacara tersebut selama hidupnya. Berikut beberapa upacara tradisional yang kerap diselenggarakan oleh masyarakat Betawi diantaranya adalah :
·         Upacara Nujuh Bulan
·         Upacara Akekah
·         Upacara Nginjek Tanah
·         Upacara Sunatan
·         Upacara Tamatan Qur"an
·         Upacara Pernikahan
·         Upacara Bikin Rume
·         Upacara Pinde Rume
·         Upacara/Adat Lebaran
·         Upacara Kematian
Pada saat sekarang ini tidak semua orang betawi melakukan seluruh rangkaian upacara adat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut penulis jelaskan beberapa upacara adat yang masih atau sering dilakukan oleh orang-orang betawi.
·         Nujuh Bulanin
Upacara adat Betawi yang dilakukan pada saat mengandung kehamilan pertama, dan usia kandungannya sudah tujuh bulan. Upacara nujuh bulan dimaksudkan untuk mendapatkan rasa aman serta mensyukuri nikmat Tuhan serta memohon keberkahan kepada Tuhan atas karunianya, dengan harapan agar anak yang akan dilahirkan kelak patuh kepada orang tua dan tidak nakal. Upacara ini disebut juga dengan upacara kekeba. Pada kehamilan kedua dan seterusnya tidak dilakukan upacara semacam ini lagi.
Waktu penyelenggaraan upacara ini ditetapkan menurut perhitungan bulan Arab dengan berpatokan pada bilangan 7, yakni bulan ketujuh kehamilan. Tanggalnya dipilih antara 7, 17 atau 27. Dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul 09.00. WIB. Pada waktu itu diadakan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur'an terutama Surat Yusuf dan Surat Maryam, yang diselenggarakan pengajian kaum wanita. Selanjutnya acara mandi bagi si ibu hamil yang dimulai seorang dukun, dilanjutkan suami, orang tua (ibu) si hamil, mertua perempuan dan kerabat dekat hingga mencapai jumlah tujuh orang. Air yang digunakan harus bersih dan diambil dari tujuh mata air. Digunakan juga 7 helai kain batik dan baju kebaya 1 potong, telur kampung 1 butir dan minyak wangi. Setelah selesai, dilanjutkan dengan ngorong atau ngirag. Setelah semua acara yang pokok selesai dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan acara makan siang. Setelah itu acara pembagian rujak kepada tamu yang hadir.
Dalam acara tujuh bulanan inijuga ada sesajen yang ditempatkan pada sebuah bakul berisi antara lain beras 3 liter, sebutir kelapa, garam satu batang, dan bumbu dapur (cabe,bawang, terasi, kunyit dan sejenisnya). Bakul sesajen ditutup dengan sehelai kain putih. Sedangkan perlengkapan di atas, yang tidak boleh dilupakan ialah kemenyan dan perasapannya. Asap kemenyan dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai kekuatan magis sebagai media untuk dapat berhubungan dengan alam semesta. Selain itu juga mempunyai makna untuk memanggil roh nenek moyang mereka yang diharapkan roh tersebut akan menjaga anak cucunya dari segala gangguan makhluk halus.
·         Upacara Akekah
Upacara Akekah merupakan upacara yang diperuntukkan bagi anak yang baru lahir. Biasanya upacara ini dipilih pada hari ketujuh, keempat belas, kedua puluh satu atau hari keempat puluh setelah kelahiran sang anak. Orang-orang Betawi biasa menyebut akekah sebagai akeke. Upacara ini digelar juga sebagai ungkapan rasa syukur orangtua atas kelahiran keturunan mereka.
 Upacara akekah merupakan tradisi yang bernafaskan ajaran agama Islam dan sudah melekat dengan kehidupan orang-orang Betawi. Kata akekah sendiri memang berasal dari bahasa Arab Aqiqah yang berarti memotong atau melubangi. Dalam kaitannya bahwa akekah merupakah upacara penyembelihan kambing dan cukur rambut pada sang bayi sebagai wujud rasa syukur, harapan dan doa orangtua pada anak agar sang anak kelak menjadi anak yang saleh dan selamat di dunia dan di akhirat.
 Prosesi Upacara Akekah
Akekah merupakan upacara selamatan pemberian nama dan mencukur rambut bayi. Rangkaian acaranya secara umum sama dengan upacara syukuran lainnya yang diawali dengan pembukaan, tahlilan, pembacaan riwayat rasulullah dan ditutup dengan ceramah dan doa.
Untuk pemotongan kambing ada peraturan yang berbeda pada acara akekah yang dilakukan untuk anak atau bayi laki-laki maupun perempuan. Pada upacara akekah yang dilakukan untuk anak atau bayi lelaki, jumlah kambing yang disembelih adalah dua ekor sementara untuk anak atau bayi perempuan jumlah kambing yang disembelih satu ekor.

Pada acara akekah juga dilakukan proses pencukuran rambut dan pemberian nama anak yang diakekah. Hasil seluruh rambut yang dicukur dikumpulkan kemudian ditimbang dengan ukuran gram. Misalnya, hasil timbangan adalah 5 gram, maka sang ayah bayi akan mendermakan uang yang setara dengan harga 5 gram emas kepada fakir miskin dan anak yatim piatu. Akeke juga dimeriahkan dengan pembacaan Maulid Al-Barjanzi dan pembagian “barekat” atau besek untuk para peserta kenduri.
Akekah Masa Kini
 Bila di masa dulu upacara akekah memerlukan banyak sekali persiapan bagi yang memiliki hajat menggelar acara ini namun pada perkembangannya di masa kini acara akekah bisa dilaksanakan dengan bantuan jasa akekah. Para pemilik hajat tidak harus turun langsung untuk memilih, menyembelih atau mengolah kambing. Dengan bantuan jasa akekah mereka hanya tinggal menerima kambing yang sudah diolah dan dikemas dalam wadah besekan untuk kemudian dibagikan kepada tetangga dan handai taulan.
·         Upacara Sunatan



Tidak berbeda dengan upacara adat Betawi yang lainnya, upacara sunat atau khitan merupakan upacara yang wajib dilakukan para orang tua ketika memiliki anak lelaki yang menjelang usia remaja. Upacara ini dilakukan berdasakan nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam yang masih dipegang erat oleh masyarakat Betawi.
Sunat merupakan prosesi pemotongan kulit pada ujung penis anak laki-laki sebagai tanda bahwa ia telah memasuki masa akhil baligh atau telah menjelang remaja. Maka dengan dilakukannya sunat berarti seorang anak lelaki dituntut untuk mampu menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Prosesi Upacara Sunatan
Pelaksanaan upacara ini dibagi menjadi dua: hari pertama dan hari pelaksanaan sunat. Sehari sebelum pelaksanaan sunat biasanya si anak dirias dengan pakaian penganten sunat. Sebelum berangkat untuk diarak keliling kampung, pengaten sunat dibacakan Shalawat Dustur di depan pintu rumah. Petasan lalu dinyalakan sebagai tanda iring-iringan siap berkeliling. Sekitar pukul delapan pagi si anak mulai diarak keliling kampung. Shalawat Badar disenandungkan dengan iringan rebana ketimpring sepanjang arak-arakan.
Acara penganten sunat dibuat meriah dengan tujuan untuk memberi kegembiraan pada si anak yang hendak disunat. Biasanya anak yang hendak disunat yang biasa dipanggil sebagai penganten sunat ditemani kawan karibnya ketika diarak berkeliling kampung. Setelah disunat keesokan harinya, anak lelaki yang disunat akan memperoleh hadiah dari sanak saudara dan para undangan. Hadiah yang diterima penganten sunat bisa beragam bisa berupa uang, cenderamata, atau barang berharga lainnya. Setelah prosesi penyunatan, acara akan ditutup dengan selamatan dan tahlilan.
Teknik Penyunatan
Sebelum kini populer sunat laser oleh dokter, dulu khitanan dilakukan oleh seorang Bengkong dengan menggunakan pisau tajam. Bahkan jauh sebelum menggunakan pisau tajam, alat yang digunakan pada prosesi khitan berupa sembilu.

Penyemarak Acara Sunatan
Acara sunatan pada masyarakat Betawi sering digelar dengan semeriah mungkin. Biasanya pada acara sunat sering dimeriahkan dengan berbagai hiburan seperti ondel-ondel, rebana ketimpring untuk mengarak penganten sunat dan juga kuda beserta delman hias, Shalawat Dustur dan Shalawat Badar.
Penganten sunat juga didandani layaknya raja sehari dengan memakai kostum sunat berupa jubah atau jube, gamis polos tanpa hiasan, selempang yang dipakai di bagian dalam jubah, alpie atau tutup kepala khas sorban haji yang dihias beberapa macam bunga, serta alas kaki berupa sepatu tutup berhiaskan mote.
·         Upacara/Adat Lebaran
Dalam tradisi masyarakat Betawi mengenal tiga macam lebaran yang terdiri dari Lebaran Idul Fitri, lebaran Haji atau Idul Adha dan lebaran anak yatim. Seperti penaggalan pada umumnya, lebaran Idul Fitri diperingati setiap tanggal 1 Syawal, Lebaran Idul Adha biasa jatuh pada 10,11 dan 12 Dzulhijjah, sementara lebaran yatim biasa diperingati setiap 10 Muharram. Lebaran anak yatim yaitu lebaran khusus untuk membahagiakan anak yatim-piatu.

Prosesi Masing-Masing Lebaran 
Idul Fitri
Tradisi berlebaran Idul Fitri di masyarakat Betawi adalah dengan memotong kerbau dan membuat makanan tradisional seperti dodol Betawi dan tape uli yang nantinya akan dibagikan sebagai hantaran kepada sanak saudara. Acara makan-makan di rumah saudara tertua dan ziarah juga menjadi bagian tradisi perayaan Idul Fitri di kalangan masyarakat Betawi.
Hari raya juga menjadi momen kumpul keluarga bagi masyarakat Betawi. Tradisi memberi uang kepada anak-anak juga dipraktikkan dalam budaya Betawi, yang disebut dengan Nanggok. Sementara itu Betawi juga mengenal isitlah Ngedot, yang merupakan tradisi bertukar makanan seperti kue atau masakan lebaran antar keluarga dan tetangga yang dimulai sejak malam takbiran. Selain itu ada juga tradisi memasak daging kerbau dan memakannya bersama dengan anggota keluarga luas di rumah saudara tertua.
Idul Adha
Tradisi memotong hewan kurban berupa kambing, sapi, atau kerbau dan kemudian membagikan dagingnya kepada fakir miskin.

Lebaran Anak Yatim
Sejak pagi anak-anak yatim sudah dikumpulkan. Terlebih dahulu diadakan sikir tahlil dan membacakan doa bagi orang tua yang telah meninggal. Setelah itu mereka dihibur, diberi makanan lezat dan berkat berupa hadiah dan uang. Lebaran Idul Fitri adalah salah satu puncak kegembiraan setelah menjalankan ketakwaan ibadah puasa dan berzakat di bulan Ramadhan.
Suguhan khas Lebaran
Kue Kembang Goyang merupakan suguhan khas warga Betawi di hari raya ini. Disebut kembang goyang karena bentuknya yang menyerupai kembang dan proses pembuatannya yang digoyang-goyang hingga kue lepas dari cetakannya. Berbahan dasar tepung beras atau tepung ketan, kue ini mengalami modifikasi rasa dengan tambahan esens perisa pandan, frambozen dan biji wijen. Warnanya juga dibuat warna-warni agar menarik. Meski demikian sekarang ini popularitas kue khas lebaran ini makin menurun, dibanding jenis kue kering siap-beli yang dijual di berbagai pertokoan. Selain kue Kembang Goyang, kue lapis, rengginang Betawi, kue geplak dan masakan opor ayam serta ketupat juga biasanya selalu hadir dalam perayaan idul fitri keluarga Betawi.

·         Upacara Pernikahan

Masyarakat Betawi memiliki ragam tata cara pernikahan dengan karakteristik yang cukup unik. Dialog spontan, rileks dan terkesan ceplas ceplos  menjadi salah satu ciri khas yang bukan hanya menarik minat untuk diikuti tetapi juga penuh dengan makna. Berikut kami paparkan beberapa tata cara adat pernikahan  yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Betawi.
1. Ngelamar
Ngelamar atau melamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga pemuda untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai wanita. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib, antara lain:
• Sirih Embun; bawaan wajib dalam lamaran yang berisi daun sirih dilipat bulat dan diikat potongan kertas minyak, sirih yang telah diisi rempah-rempah, bunga rampai tujuh rupa, serta tembakau yang dihias dalam berbagai bentuk. 
• Pisang raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihias dengan kertas warna-warni. Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak berwarna hijau, kuning atau merah. Pisang raja ini harus ada karena dianggap buah yang tinggi nilainya, sesuai dengan namanya.
• Roti tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas warna-warni.
• Uang sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan pakaian wanita.
Setelah ngelamar selesai, acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), dan kekudang (makanan kesukaan calon pengantin wanita). Pembicaraan dilakukan oleh utusan pihak keluarga wanita dengan utusan pihak keluarga pria.
Dalam rangkaian pernikahan adat Betawi, acara ini merupakan unsur yang sangat menentukan. Apabila tande putus telah disepakati maka dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal: apa dan berapa banyaknya tande putus, berapa biaya yang diperlukan untuk keperluan pesta, berapa lama atau berapa hari pesta itu akan diselenggarakan, berapa jumlah perangkat pakaian upacara perkawinan dikenakan pengantin perempuan, serta perihal siapa dan berapa banyak undangan.
2. Bawa Tande Putus
Acara ini bisa disepadankan dengan bertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus kepada si gadis berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekedarnya, serta aneka rupa kue.
Tande Putus ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain, begitu pula dengan si pemuda atau calon tuan mantu. Setelah tande putus diserahkan, maka berlanjut dengan menentukan hari dan tanggal pernikahan.
Menentukan Mahar atau Mas Kawin
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok. Tempo dulu dengan mendengar permintaan dari pihak calon none mantu, mak comblang dan utusan dari keluarga calon tuan mantu akan segera memahami apa yang diinginkan.
Apabila pihak calon none mantu mengatakan “none kite minta mate bandeng seperangkat,”  itu adalah kata kiasan yang berarti calon none mantu menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Bila pihak calon none mantu menyatakan, “none kite minta mate kembung seperangkat”, artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
Berdasarkan pembicaraan tentang mas kawin ini pihak pengantin pria harus bisa memperkirakan berapa jumlah belanja resepsi pernikahan dengan memperhatikan besarnya nilai mas kawin.
Setelah acara bawa tande putus, kedua belah pihak mempersiapkan keperluan pelaksanaan acara akad nikah. Masa ini dimanfaatkan juga untuk memelihara calon none mantu yang disebut dengan piare calon none penganten dan orang yang memelihara disebut tukang piare penganten atau dukun penganten.
3. Piare Calon None Penganten 
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa disebut none mantu) dipelihara olehtukang piare selama satu bulan. Dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
4. Siraman dan Ditangas
Acara siraman atau mandiin calon pengantin wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Perlengkapan yang perlu disediakan antara lain kembang setaman, ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, daun sereh dan sebagainya; paso dari tanah, kursi rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang tengahnya diberi lubang, dan tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.
Urut-urutan acara siraman
1. Calon pengantin wanita (none mantu) mengenakan kain sarung dan kebaya tipis. Rambut dikonde sederhana dan ditutup kerudung tipis untuk menahan bunga dari air siraman.
2. Calon pengantin wanita mohon doa restu kepada kedua orang tua untuk melaksanakan upacara mandi, kemudian digandeng ke tempat siraman diiringi Shalawatan Badar.
3. Calon pengantin wanita duduk di kursi yang berlubang.
4. Calon pengantin wanita dimandikan oleh tukang piare dengan air kembang setaman (7 rupa), sambil tukang piare membaca Shalawat dan Dzikir. Bila ada permintaan dari keluarga, maka orang tua ikut memandikan.
Setelah acara siraman, calon pengantin wanita menjalani upacara tanggas atau kum (semacam mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.
5. Ngerik dan Potong Centung
Berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita. Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya.
Ngerik bertujuan membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin wanita yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu tukang piare membuatkan centung(potongan centung) pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya, agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.
6. Malam Pacar
Inilah malam yang cukup meriah, karena dihadiri para kerabat dekat serta teman-teman dekat calon pengantin wanita. Ritual ini hampir serupa dengan malam bainai dalam adat Padang ataumalam midodareni dalam adat Jawa. Ritual pemakaian pacar dilakukan oleh tukang piare dan keluarga serta teman dekat calon pengantin wanita.
Perlengkapan ritual malam pacar adalah daun pacar secukupnya, bakul berisi beras, bumbu dapur, pisang raja, garam, kapur sirih, bumbu sirih; kue basah khas Betawi secukupnya, serta bantal diberi alas daun pisang yang diukir untuk alas tangan. Ritual pemberian pacar dipandu oleh tukang piare, dimulai oleh ibu calon mempelai wanita, dilanjutkan oleh para sesepuh serta kerabat dan sahabat dekat. Biasanya calon mempelai wanita didandani dengan busana dan tata rias ala None, yakni riasan tipis dan berbusana kebaya encim.
7. Ngerudat (Mengiringi/Ngarak Calon Pengantin Pria)

Merupakan prosesi iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju ke kediaman calon pengantin wanita, berlangsung menjelang upacara akad nikah. Keberangkatan rombongan ini disebut rudat yang artinya mengiringi calon tuan mantu menuju rumah calon none mantuuntuk melaksakan pernikahan.


Rombongan membawa perlengkapan dan barang seserahan kepada calon mempelai wanita. Adapun ragam jenis barang bawaan adalah sebagai berikut:
Bahan Seserahan 
• Sirih nanas lamaran dan sirih nanas hiasan, ungkapan rasa gembira pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan karena telah menerima lamaran.
• Mahar atau mas kawin, ketika dibawa diapit oleh sirih nanas lamaran.
• Miniatur masjid yang berisi sejumlah uang belanja sesuai pembicaraan.
• Sepasang roti buaya, yang perempuan menggendong buaya kecil di punggungnya, sebagai lambang berakhirnya masa lajang. Menurut pengertian orang Betawi, buaya adalah sejenis satwa yang ulet, panjang umur, kuat, sabar dan setia.
• Kekudang yaitu makanan yang disukai oleh calon pengantin wanita sejak kecil sampai dewasa.
• Kue penganten, biasanya kue kembang (tart) yang dihias.
• Pesalin atau hadiah lengkap berupa seperangkat pakaian wanita, kain, selop, dan alat kecantikan 
 Shie berupa kotak kayu segi empat dengan ukiran gaya Cina berisi sayuran.
• Beberapa nampan kue khas Betawi (dodol, wajik, geplok, tape uli, kue lapis dll)
• Satu perangkat idam-idaman yaitu buah-buahan yang ditempatkan dalam wadah berbentuk perahu sebagai lambang kesiapan pasangan pengantin mengarungi bahtera kehidupan.
Rombongan rudat terdiri dari
1. Dua orang lelaki setengah baya berbaju Jas Kain Serebet yang bertugas sebagai juru bicare.
2. Dua orang jago sebagai pengawal calon tuan mantu berpakaian pangsi.
3. Calon tuan mantu berpakaian Jas Kain Serebet diapit paman dari pihak babe dan enyak.
4. Rombongan rebana ketimpring atau rebana ngarak.
5. Tiga orang pemuda memakai pakaian sadarie membawa sirih nanas lamaran, mahar dansirih nanas hiasan.
6. Tiga orang pemuda membawa miniatur masjid, kekudang, dan kue susun pengantin.
7. Beberapa pemuda membawa roti buaya, shie, pesalin, idam-idaman dan sebagainya.

Suasana meriah menyertai kehadiran rombongan, karena petasan pun dipasang sebagai tanda bahwa rombongan hampir tiba. Pihak calon none mantu akan membalas membunyikan petasan sebagai informasi segala sesuatu sudah siap. Sebuah komunikasi jaman dahulu yang masih tetap dilestarikan.
b. Akad Nikah 
Biasanya dilaksanakan hari Jumat setelah Shalat Jumat di kediaman calon pengantin wanita. Saat pelaksanaan akad nikah, calon pengantin wanita mohon izin kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan. Ayah calon pengantin wanita akan menikahkan anaknya, atau meminta penghulu untuk mewakilkan. Selama pelaksanaan akad nikah calon mempelai wanita menunggu di dalam kamar.
8. Acara Kebesaran
Inilah acara yang ditunggu-tunggu, karena melibatkan banyak kerabat kedua belah pihak. Mempelai wanita didahului dua gadis kecil memasuki ruangan menuju puade/pelaminan di dampingi kedua orang tua; diiringi lagu Sirih Kuning. Menyusul kemudian ritual acara kebesaran adalah:
a. Buka Palang Pintu

Pengantin pria harus lolos ujian membuka palang pintu untuk menemui tambatan hati. Rombongan mempelai pria di depan pintu dihadang oleh wakil pihak mempelai wanita. Prosesi diawali saling berbalas pantun, dilanjutkan atraksi silat antara jago dari pihak mempelai wanita dengan jago dari mempelai pria, dimana jago mempelai pria harus mengalahkan jago mempelai wanita. Lalu pembacaan sike yaitu shalawat kepada Nabi Muhammad.
Acara buka palang pintu seharusnya dilakukan sebelum akad nikah, tetapi kini lebih sering dilangsungkan pada saat resepsi, agar bisa disaksikan oleh lebih banyak orang dan hanya bersifat simbolis.
b. Di Puade
Setelah kedua mempelai duduk di puade, tukang rias membuka roban tipis yang menutupi kepala mempelai wanita. Selanjutnya, mempelai pria memberi sirih dare kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam rangkaian sirih diselipkan uang sebagaiuang sembe. Lalu mempelai pria membuka cadar mempelai wanita, dilanjutkan acara sembah dan cium tangan mempelai wanita kepada mempelai pria, lalu kedua mempelai menyembah kepada kedua pihak orang tua. Acara terakhir adalah suapan nasi kuning sebagai suapan terakhir orang tua kepada putra putrinya.
·         Upacara/Adat Kematian
Saat ada orang meninggal, orang Betawi akan menjalankan beberapa prosesi sebelum dan sesudah orang yang meninggal tersebut dimakamkan.Beberapa prosesi tersebut diantaranya  adalah:

Ngelawat atau Nyelawat

Ngelawat atau nyelawat adalah mengunjungi rumah tetangga, sanak keluarga ataupun orang lain yang sedang ditimpa kemalangan seperti kematian. Ngelawat atau nyelawat ini merupakan adat kebiasaan suku bangsa Indonesia yang sering juga dilakukan orang Betawi. Kebiasaan ini terutama dilakukan oleh tetangga dan sanak keluarga terdekat. Orang-orang yang datang ngelawat biasanya membawa sumbangan berupa uang yang disebut "uang selawat" yang jumlahnya tidak ditentukan tergantung kemampuan serta keikhlasannya. 

Membantu Mengurus Jenazah Orang yang Meninggal

Selain ngelawat atau ngelayat, biasanya orang-orang Betawi akan membantu dalam mengurusi jenazah orang yang meninggal dari mulai memandikan hingga melaksanakan upacara bagi fidiyah atau pudie bertempat di masjid atau musholla dan dipimpin oleh kyai setempat yang dituakan. Pihak keluarga jenazah menyerahkan perwakilan kepada kyai dengan mengucapkan ijab-kabul.


Tahlilan
Dalam tradisi Betawi, penghormatan kepada orang yang meninggal diwujudkan dalam bentuk tahlilan. Tahlilan ini diselenggarakan oleh para anggota keluarga yang ditinggalkan almarhum atau almarhumah. Mereka mengadakan selamatan atau sedekahan pada waktu yang meninggal telah mencapai 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari dari saat meninggalnya. Saat tahlilan mereka mengundang tetangga dan kerabat untuk hadir dan membacakan ayat– ayat Al-Qur’an dan do’a – doa untuk almarhum atau almarhumah.

Ngored

Ngored dalam masyarakat Betawi diartikan sebagai kegiatan berziarah kubur. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan bertujuan untuk mendoakan orang yang meninggal agar diampuni dosa-dosanya selama hidup di dunia.


Penutup
Seperti yang telah penulis paparkan adalah upacara adat dari betawi dan tidak semua masyarakat betawi melakukan makadari itu pentingnya pelestarian adat budaya bagi masyarakat betawi sendiri karna jika menghilangnya salah satu upacara adat maka ada beberapa pesan luhur yang telah di lakukan dari jaman dahulu yang telah turun-temurun yang menghilang. Pentingnya pelestarian upacara adat dan budaya pun berdampak kepada keturunan kita nanti, makadari itu ayo lestarikan adat dan budaya nusantara.

Daftar pustaka

http://iimmucharam.blogspot.co.id/2009/02/tradisi-lisan-betawi-dan-beberapa.html
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2046/Nujuh-Bulanin
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Upacara_Akekah
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Upacara_Sunatan
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Upacara/Adat_Lebaran
http://www.weddingku.com/blog/tahapan-upacara-pernikahan-betawi

http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Upacara_Kematian

Kelas B - Syalby Viena Fadillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar