Kamis, 07 Januari 2016

TUGAS-3 Folklore Indonesia

FOLKLORE BARON SEKEBER

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga Penyusun dapat menyususn makalah ini hingga selesai. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi khususnya kepada (Pak Shobirien)  selaku dosen pengajar Sejarah Nasional Indonesia yang telah memberikan tugas-3 Foklore Indonesia yang akan penyusun bahas kali ini.

    Dan harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, penyusun yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
                       
Bekasi, 6 Januari 2016
Penyusun
ALFIAN NURDIN   

PENGANTAR
kata folklore merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore, berasal dari dua kata folk dan lore. Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki cirri pengenal fisik, social dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok kelompok social lainnya. Ciri pengenal itu antara lain: warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, dsb. Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui salah satu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan. 

Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
Folklor terdiri atas banyak versi
Mengandung pesan moral
Mempunyai bentuk/berpola
Bersifat pralogis
Lugu, polos

Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.

(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.



2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:

(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.

Seorang Pria bernama Baron Sekeber keturunan Spanyol yang berpetualang menjelajah dunia untuk mencari rempah-rempah di belahan dunia timur. Kapal nya pecah dihantam ombak Laut Jawa. Ia berenang menuju Pantai Utara Pulau Jawa. Jiwa petualangnya mengharuskan ia berusaha hidup melawan ganasnya alam. (Survival Alive). Sampailah ia di daerah Pati. Bajunya compang-camping di gulung Ombak Jawa. Rambut coklat mata biru menjadi perhatian penduduk setempat, dianggap orang aneh yang muncul dari permukaan air. Dia menggunakan bahasa isyarat bila berkomunikasi dengan penduduk setempat.
Baron kemudian tinggal di hutan daripada bergaul dengan masyarakat, karena penduduk masih menatap curiga terhadap Baron. Meskipun demikian Baron sering turun gunung untuk melihat-lihat keadaan Kota Pati. dia berkeliling desa.
Pada suatu ketika Baron Sekeber bertemu dengan seorang gadis yang bernama Rara Suli, ia langsung jatuh hati. Rara Suli adalah seorang gadis pendiam dari Desa Kemiri. Dia termasuk Gadis desa yang tidak laku rabi (kawin), kebanyakan gadis seusianya sudah berumah tangga. Baron Sekeber pun berkenalan dengan Rara Suli. Hanya gadis itulah yang mau berkomunikasi dengan Baron Sekeber, sehingga sangat akrab dan rar Suli mengajarinya Bahasa Jawa.
Sewaktu Rara Suli sedang berada di sungai, diketahui oleh Baron Sekeber, ia mendekati Rara Suli untuk diajak berhubungan intim layaknya suami istri. (diajak senang-senang, asyik-asyikan). Hal ini dilakukan berulang kali, akhirnya ada penduduk yang mencurigai glagat tersebut. Kemudian masyarakat setempat sepakat untuk menyelidiki Isyu tersebut.
Penduduk setempat pagi-pagi betul sudah berada di pinggir kali menanti kedatangan Rara Suli yang sedang mandi, selang beberapa detik kemudian menit kemudian datanglah Baron Sekeber keluar dan menemui Rara Suli yang sedang mencuci pakaiannya. Rara Suli melepaskan pakaiannya kemudian mandi bersama di dalam sungai. Tanpa sepengetahuan mereka berdua, kelakuan mereka diketahui oleh masyarakat setempat dan petinggi Kemiri, mereka berdua ditangkap dan dilaporkan kepada Adipati Pati Joyo Kusumo.
Baron Sekeber bertemu dengan Jaya Kusumo, terjadilah Perang tanding, namun keduanya sama saktinya, keduanya tidak ada yang menang dan yang kalah. Kemudian Baron Sekeber pamit minta waktu selama 40 hari, ia kembali ke pasangrahannya dan mempersiapkan ilmu kanuragaan untuk melanjutkan lagi pertempuran ditempat itu juga.
Jaya Kusumo kalah dan ia mohon diri untuk kemudian pergi berguru di Padepokan Kunduruan Gunung Muria. Jaya Kusumo mengeluh pada gurunya, ia mengatakan pertempurannya dengan Baron Sekeber, kalah dalam pertandingan itu. Akhirnya ia minta bantuan kepada Bapa angkatnya, yabg berdomisili di Kunduran menjawab
Joyo Kusumo kamu gak bisa menang, sama baron Sekeber kalau tidak saya Bantu
iya, Saya harus gimana?
Besuk saya tak buat mendung biar dia bosan, kemudian ajak lomba slulup lama didalam air, pasti dia tidak kuat, sedangkan kamu sudah saya buatkan gua untuk sembunyi dan bernafas.” Akhirnya keduanya bertemu untuk mengadakan lomba slulup, Joyo Kusumo telah berbuat curang. Baron Sekeber kalah, kemudian ia menjadi abdi Kadipaten Pati sebagai pengurus kuda Joyo Kusumo.
Roro Suli hamil dan melahirkan dua anak, diberi nama Jerwenda dan Janurwenda. Kejadian itu dilaporkan oleh petinggi Kemiri kalau ada wanita melahirkan tapi tidak punya suami. Roro Suli dibawa kekadipaten dan dihadapkan pada Bupati Pati untuk dimintai keterangan, stelah tiba dihadapan Bupati, nggak tahunya Bupati tertarik dengan Roro Suli.
Adipati Joyo Kusumo berhasil mengalahkan Baron, ia ingin melaporkan dan mengucapkan banyak terima kasih pada Eyang Kundurun, Joyo Kusumo menghadap ke Eyang Kunduruan dengan membawa kedua anak Rara Suli sebagai teman diperjalanan.
Sesampai di Kenduruan, kedua bocah itu tadi saling bermain sepuas hatinya, akhirnya dua bocah tadi masuk dalam padasan/tempat air wudhu. Saat bapa Kanduruan hendak mengambil air wudhu, kaget kok ada bocah bisa masuk dalam padasannya, dua orang lagi. Lalu kedua bocah tadi disuruh keluar. Joyo Kusumo ditanyai
Ini anaknya siapa?
Joyo Kusumo mengangguk bahwa Janurwendo dan Sirwendo adalah anaknya dengan Roro Suli, kemudian ia menceritakan kepada Eyang Kunduruan tentang pertemuannya dengan Rara Suli.
Bukan ini tidak anakmu, ini anak Roro Suli dengan Baron Sekeber” Joyo Kusumo dibisiki bahwa kedua anak ini berbahaya bila hidup di Kadipaten akan merorong kewibawaan Joyo Kusumo. Mereka memiliki kesaktian yang diturunkan bapaknya.
Mendengar cerita itu Joyo Kusumo menjadi bimbang, kemudian ia mau menguji kesetian kedua anaknya, dengan pura-pura tidur, sebelumnya ia berpesan agar ketika dia tidur jangan sampai ada nyamuk yang menggigitku.
Joyo Kusumo tidur ditunggui kedua anak tersebut, Janurwendo membuat panah dari batang daun padi untuk memanah nyamuk. Keahlian memanah yang diajarkan oleh Baron Sekeber. Sehingga tepat sekali dalam mebidik sasarannya. Setelah Jaya Kusumo bangun heranlah dia,
lho kok banyak nyamuk yang mati kena panah Padi, siapa yang memanahnya?
Saya Romo” jawab Janurwendo, Joyo Kusumo teringat pesan Bapa Kunduruan, kalau bocah ini bakal dapat merorong kewibawaanya, terus berpikir bagaimana caranya kedua anak ini mati. Lalu kedua anak ini dikejar-kejar, lama-lama bertambah besar dan trengginas kedua bocah tadi. Bapa Penjalingan, patihnya Joyo Kusumo lalu mencolot mak Blebert, maka desa itu dinamakan Bleber. Janurwendo dikejar dan dikenai senjata Jiglong. Maka menjadi desa Jiglong. Kemudian patih Penjalingan melapor pada Adipati Joyo Kusumo kalau keadaan sudah aman,
ADIPATI  PRAGOLA  I
Sultan Pajang Hadiwijoyo menghadiahi dua wilayah yaitu Alas Mentaok dan Bumi Pati. Kepada ke empat orang yaitu Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Penjawi, Juru Mertani, dan Sutowijoyo (anak Ki Ageng Pemanahan), mereka telah berhasil membunuh Aryo Penangsang Penguasa Jipang Panolan. Ki Ageng Penjawi mendapat Alas Mentaok sedangkan Ki Pemanahan, Ki Juru Mertani, Sutowijoyo mendapan Bumi Pati, namun Ki Pemanahan memohon kepada Hadiwijoyo untuk menukar hadiah tersebut. Ki Ageng Pemanahan menginginkan Alas Mentaok dan ditukarkan wilayah Bumi Pati kepada Ki Ageng Penjawi.
Ki Penjawi menerima permintaan Ki Ageng Pemanahan, untuk lebih mengakrapkan dua wilayah tersebut, Ki Penjawi besanan sama Ki Ageng Pemanahan yaitu mengawinkan Sutowijoyo dengan putri Ki Ageng Penjawi kakak Joyo Kusumo.
Joyo Kusumo sering membantu Sutowijoyo dalam bertempur melawan Madiun. Ketika Panembahan Senopati menggunakan taktik perang supit kalajengking, Pangeran Mangkubumi Disayap kiri, Pangeran Singasari dan Demak di sayap kanan. Sedangkan Panembahan Senopati, Joyo Kusumo bersama Adipati Pajang membantu menyerang dari tengah dibawah pimpinan Mandaraka.
Akhirnya Madiun jatuh, terjadi pembumihanguskan Wirasaba semua rampasan dibawa ke Mataram, termasuk putri cantik Retna Jumilah yang sebelumnya mengadakan perlawanan dengan menyamar sebagai kesatria menantang Sutowijoyo, namun Retna Jumilah dapat ditundukan kemudian diboyong ke Mataram.
Adipati Pati berkunjung ke Pati untuk melihat kakaknya, Pemboyongan Putri Madiun ke Istana membuat Adipati Joyo Kusumo tidak senang, Ia teringat nasib kakak perempuannya Rara Sari yang akan dimadu, dan tersisihkan oleh kehadiran Retno Jumilah di keraton. Kakaknya menyuruh Adipati untuk bersabar. sehingga ia mohon pamit dahulu untuk kembali ke Pati.
Adipati membangun Kota Pati agar menjadi kadipaten yang kuat dan makmur, bersama pasukannnya dia menciptakan pasukan yang tangguh. mereka juga melatih prajurit-prajurit baru yang diambil dari rakyat Pati. Mereka dilatih menggunakan senjata untuk berperang melawan musuh-musuh Pati. Rakyat pati sangat segan dan bangga dengan Adipati, yang membawa kemajuan Kadipaten Pati.
Dalam perjalanan waktu Adipati Jaya Kusumo sering berkunjung ke Mataram untuk melihat keadaan kakaknya, sikap kakaknya yang terlalu pasrah mengabdi sebagai istri setia, terhadap Panembahan Senopati, dia menghadap ke Mataram dengan mengendarai Kuda pilihan yang bagus. Sehingga membuat Sultan Mataram tertarik untuk memiliki, maka sultan menukar kuda itu dengan Kerbau dan diberi nama Pragola, sepanjang perjalanan ia diolok-olok sama anak kecil
Raja Pati miskin kendaraannya kerbau…., masih kaya Raja Mataram kendaraannya kuda”.
Joyo Kusumo pulang dengan perasaan dongkol, namun karena persaudaran yang telah dibangun diantara keduanya, maka Joyo Kusumo hanya bisa sabar.
Sultan mengundang para adipati ke Mataram, namun Joyo Kusumo tidak hadir, karena Adipati lebih konsentrasi pada pembenahan kota Pati ia sibuk dengan kegiatan di Kadipaten Pati sehingga lupa untuk hadir ke Mataram. Dalam pertemuan di Mataram, terkadang diwakilkan oleh anak buahnya.
Suatu ketika Adipati Joyo Kusumo I merintahkan anak buahnya untuk menghadap ke Mataram guna menayakan hak atas tanah pedesaannya di sebelah Utara Pegunungan Kendeng dan juga meminta 100 tombak. Akhirnya Panembahan Senopati menyerahkan senjata yang diminta Joyo Kusumo tapi tidak disertai dengan sarungnya, hal ini membuat Adipati Joyo Kusumo sebagai bentuk penghinaan dan menganggap Mataram mau menantang perang dengan Pati.
Setelah utusan Pati kembali dan menghadap Joyo Kusumo, maka oleh beliau diperintahkan mempersiapkan pasukan untuk mengadakan pembersihan didaerah perbatasan dan mengadakan pelucutan senjata di daerah utara Pegunungan Kendeng, semua menyerang dan tunduk kepada Joyo Kusumo. Kecuali Demak yang masih bertahan di Benteng, dan pasukannya kecil sehingga tidak menjadi perhitungan Joyo Kusumo.
Joyo Kusumo memiliki banyak prajurit, mereka berkumpul untuk mengadakan perlawanan dengan Mataram. Sepanjang perjalanan menuju Mataram, mereka melucuti senjata, menjarah dan menaklukan semua desa yang dirampas oleh Mataram. Desa tersebut dimerdekakan dan disuruh membantu untuk menyerang Mataram.
Adipati Pajang melaporkan kondisi yang terjadi di daerah perbatasan Mataram dengan Kadipaten Pajang, bahwa Adipati Pati telah masuk ke wilayah pajang dan mengobrak-abrik Kadipaten, sehingga banyak prajurit yang lari menyelamatkan diri.
Sudah tiga kali Joyo Kusumo tidak hadir di Mataram dan tidak mengirimkan persembahan (upeti) kepada sultan. Kemudian datanglah utusan Mataram ke Kadipaten Pati. Untuk menanyakan kabarnya Adipati Pragola II.
Akhirnya Kerbau yang pernah di berikan kepada Pragola itu dipotong kepalanya kemudian dibungkus dengan kain merah. Kemudian Patih Penjalingan disuruh untuk menyerahkan kepada Mataram. Marahlah Sultan Mataram sehingga ia memerintahkan pasukannya untuk berangkat ke Kadipaten Pati.
Panembahan Senopati mau turun langsung menghadapi Adipati pati, namun berhasil dicegah oleh istrinya yang juga merupakan kakak perempuan Adipati Pati, ia mengusulkan biar anaknya saja Raden Rangga yang dikirim untuk menemui Joyo Kusumo. dengan maksud agar tidak terjadi perang, dan ditempuh dengan jalur damai.
Biar Pangeran Mahkota saja yang akan menanyai apa maksud Pamannya mempersiapkan prajurit di tapal batas dan membuat huru-hara di Pajang.” Bujuknya Istri Panembahan Senopati, sebab bila Panembahan Senopati yang turun tangan langsung maka tak hayal lagi perang akan terjadi.
Pangeran Mahkota di kirim ke perbatasan dengan pengawalan prajurit yang amat banyak, kemudian mereka bergerak ke Prambanan sedangkan pasukan Pati bergerak ke Kemalon. Masing-masing beristirahat kelelahan setelah melakukan perjalanan panjang. Diperbatasan antara Waliyah Pajang dengan Mataram, Pangeran Mahkota diperintahkan Panembahan Senopati untuk segera menemui Pamannya Joyokusumo, ia dikawal hanya dengan beberapa pasukan yang membawa panji-panji Kerajaan Mataram.
Hay kemana bapakmu.. tidak berani kesini..takut bila bertemu adik iparnya” Joyo Kusumo mengejek keponakannya. Sehingga darah mudanya mulai naik.
paman, saya disuruh Romo untuk mengantar paman untuk menghadap ke Mataram” Pangeran Mahkota balas menyindir pamannya yang dianggap telah mbalelo terhadap Mataram. Panji-panji Mataram yang sedikit berkibar ditengah ribuan pasukan Pati.
Saya tidak mau kesana, kalau bapakmu mau ketemu saya suruh dia kesini, biar saya kasih tahu bagaimana caranya menghormati orang” sikap membangkang ini seringkali dilakukan oleh Joyo Kusumo terhadap Mataram, tapi kemudian reda kembali karena masing2 pihak ada yang menahan, di Mataram ada Ki Juru Mertani sedangkan di Pati juga diredakan oleh para sesepuh termasuk keluarga. Namun kali ini kemarahan Joyo Kusumo tidak bisa ditahan lagi. Akhirnya Perang adalah solusinya.
Tapi paman, alangkah baiknya bila paman yang datang kesana, sebab Romo adalah raja agung yang membawahi Bumi Jawa, bukankan paman bawahannya romo” Pangeran Mahkota meremehkan penguasa Pati.
 Saya tidak mau kesana, Bumi Pati adalah bumi merdeka tidak menjadi bawahan Mataram” kuping Pangeran Mahkota menjadi merah mendengar ucapan Adipati Pati. Dia mengambil tombak dan dihujamkan berkali-kali di dada Adipati.
Terus nang, habiskan tenagamu untuk menusuk saya, aku tidak mundur!, bocah kemarin sore aja sudah berani sama orang tua!” Adipati tertawa terbahak-bahak melihat keponakannya yang menusukan tombak ke dadanya berkali-kali. Adipati tidak terluka sedikitpun karena tubuhnya memakai pusaka “Kere Wojo” pemberian baron Sekeber. Gantian keponakannya yang dipukul dengan gagang tombak sehingga ia terpental jatuh dari kudanya.
Bilang sama bapakmu, Bila Panembahan Senopati laki-laki tak tunggu diperbatasan. Siapa yang dianggap penguasa Jawa, saya tantang dia sebagai seorang laki-laki, tunjukan kestriamu, jangan anak ingusan yang dikirim!” Pangeran Mahkota tergeletak di tanah hampir saja diinjak oleh kaki kudanya sendiri. Pasukan Mataram membawa Pangeran Mahkota yang terluka akibat ganggang tombak. Mereka kembali ke Prambanan.
Adipati Pati I menyerang hingga pasukan Mataram kabur melarikan diri, mereka mengejar sampai perbatasan, Adipati teringat pesan sang guru Ki Ajar Pulo Upih (guru spiritual yang berasal dari Pulau Mandoliko). Ia menunggu di daerah Prambanan berbulan-bulan,. Namun pasukan Mataram belum datang. Akhirnya ia pulang dulu untuk bertemu dengan kawulanya.
Pragola kembali ke Desa Dengkeng, ia bersama prajurit membangun kubu pertahanan dari batang pohon-pohon kelapa. Ia menunggu kedatangan Panembahan senopati ke Dengkeng. Panembahan Senopati marah besar sebab Adipati Pati telah berani memukul anaknya yang sekaligus keponakan Adipati-Pati sendiri.
Setelah siuman Pangeran Mahkota lapor kepada Romo dan ibunya. Ia mengadu kepada orang tuanya, bahwa ia telah diperlakukan kekerasan sehingga dapat melukai wajah tampannya. Pangeran Mahkota merasa sakit hati akibat ejekan tersebut… Mendengar laporan itu Adipati Pati marah. terpancing emosinya, memberitahukan kepada istrinya,. kondisi ini dimanfaatkan Panembahan Senopati untuk menjelek-jelekan Kakak ipar dihadapan istrinya.. Sehingga ia memohon, kepada istrinya agar segera mengijinkannya menuju ke medan perang.
“Kalau begitu saya tidak keberatan bila Adipati Pati dibunuh, karena dia sudah tidak sayang lagi kepada keponakanya sendiri” Panembahan Senopati berangkat perang dengan naik kuda, beristirahat di Prambanan. Pada tengah malam ia melanjutkan lagi berangkat menuju ke Kadipaten Pati. Di luar Benteng Pragola, pasukan Mataram berteriak-teriak Dan Kyai Bicak dipukul bertalu-talu.
Keris Culik Mandaraka milik Panembahan Senopati merupakan pusaka sakti berhasil mematahkan tiga batang pohon kelapa yang dijadikan benteng pertahanan. Kemudian Panembahan Senopati bisa memasukinya dengan mengendarai kuda, mengocar-ngacir Pasukan Pati.
Adipati Pati mundur kembali ke Pati, kemudian ia mengumpulkan Bupati-bupati disekitarnya untuk memepersiapkan pasukan untuk menyerang kembali ke Mataram. Pada saat prajurit Pati berangkat kembali ke perbatasan, terjadi bencana alam Gunung Meletus, daerah Dengkeng yang dijadikan benteng pertahanan Pasukan Pati dialiri lahar panas, sehingga banyak pasukan di kedua pihak yang mati terkena letusan gunung berapi. Perang mengalami jeda beberapa hari.
Pasukan Mataram masih mengejar sisa-sisa Pasukan Pati yang masih membikin keributan di daerah perbatasan. Sementara itu Adipati pati bersama sisa-sisa pasukan menuju ke Gunung Pati di desa Palalangan, mereka menghindari letusan gunung berapi selain itu untuk menyusun kekuatan menyerang Mataram kembali.
Cerita Baron Sekeber berasal dari Babat Pati, dan banyak cerita tutur yang berkembang di daerah Pati.
Hal ini teringat pesan yang pernah diramalkan oleh Sunan Giri, bahwa nanti daerah alas mentaok akan menjadi Kerajaan besar.
Taktik ini juga diterapkan Mataram menyerang Pati, Pangeran Diponegoro juga memakai strategi ini untuk melawan Belanda.
Sehingga ada sendratari yang menggambarkan perangnya Panembahan Senopati dengan Retno Djumilah.
Adipati pulang ada beberap versi yaitu ada yang bilang ke pulangannya ke Pati karena tidak tahan melihat Panembahan Senopati yang bersenang-senang dengan Retna Jummilah ketika perang baru selesai. Versi kedua Bahwa Adipati Joyo Kusumo pulang karena takut akan kekuasan Panembahan Senopati, yang rakus kekuasaan,
kuda yang dikendarai Adipati Pati dipelihara oleh Baron Sekeber, karena kalah bertanding dengan maka Baron Sekeber dijadikan Tukang rawat Kuda Adipati.
Kematian Adipati Pati pada tahun 1600 masih menjadi misteri ada 3 versi ; versi pertama ia meninggal di Gunung pati, ada versi kedua ia ikut mati terkena bencana Alam, versi ketiga ia dibunuh oleh Panembahan Senopati. Jatuhnya kadipaten Pati menjadi membuat kerajaan Mataram dipersalahkan atas terjadi tragedy itu. Tentara Anaknya Panembahan Senopati dianggap sebagai biang keladi sebab berdasarkan laporan, maka terjadilah perang antara Pati dan Mataram tidak bisa dihindari.

PENUTUP
Legenda memang bukan fakta sejarah, sebuah karya sastra tendensius, subyektif, yang mengandung maksud-maksud tertentu semata dan bersifat keperpihakan. Tapi bukan berarti sebuah legenda tidak berguna sama sekali, ada pesan-pesan moral yang hendak disampaikan oleh penuturnya sebagai penuntun dalam menjalankan disetiap aspek kehidupan. Seperti halnya legenda Baron Sekeber dari Pati diatas, dari beberapa pesan moral yang ada, ada dua catatan yang menarik, Pertama, apabila ada orang yang dapat membahayakan dan mengancam eksistensi kekuasaan seseorang maka orang tersebut sebaiknya dimusnahkan seperti yang dialami oleh kedua anak Baron Sekeber. Pembunuhan ini dilakukan oleh penguasa Senopati Jayakusuma yang bertujuan untuk antisipasi dalam melanggengakan status quo. Dalam ilmu politik, uraian tentang tindakan atau cara seseorang yang menghalalkan segala cara guna merebut dan mempertahankan sebuah kekuasaan dapat dijumpai dalam buku Il Principle (Sang Pangeran). Buku yang menjadi maestro dan terkenal ini merupakan karangan seorang filsuf Italia bernama Niccolo Machiavelli. Konon buku ini menjadi kitab suci para pemimpin negara diktator di dunia. Kedua, sebuah kekalahan akan membawa konsekuensi dengan ter-eksploitasi atas dirinya. Inilah yang dialami Baron Sekeber, menjadi budak sang penguasa. Sebuah pilihan pahit dalam kehidupan. Atau mungkin lebih tepatnya tidak ada pilihan lain selain menjadi budak karena kekalahannya. Sebuah ongkos sosial yang mahal...!!!! 


DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar