FOLKLORE BARON
SEKEBER
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga Penyusun dapat
menyususn makalah ini hingga selesai. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi khususnya
kepada (Pak Shobirien) selaku dosen pengajar Sejarah Nasional
Indonesia yang telah memberikan tugas-3 Foklore Indonesia yang akan penyusun
bahas kali ini.
Dan harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun, penyusun yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Bekasi, 6 Januari 2016
Penyusun
ALFIAN NURDIN
PENGANTAR
kata folklore merupakan
pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore, berasal dari dua kata folk dan
lore. Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki cirri pengenal fisik,
social dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok kelompok social
lainnya. Ciri pengenal itu antara lain: warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian,
dsb. Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang
diwariskan secara lisan atau melalui salah satu contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
Folklor terdiri atas banyak versi
Mengandung pesan moral
Mempunyai bentuk/berpola
Bersifat pralogis
Lugu, polos
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
Folklor terdiri atas banyak versi
Mengandung pesan moral
Mempunyai bentuk/berpola
Bersifat pralogis
Lugu, polos
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
Seorang
Pria bernama Baron Sekeber keturunan Spanyol yang berpetualang menjelajah dunia
untuk mencari rempah-rempah di belahan dunia timur. Kapal nya pecah dihantam
ombak Laut Jawa. Ia berenang menuju Pantai Utara Pulau Jawa. Jiwa petualangnya
mengharuskan ia berusaha hidup melawan ganasnya alam. (Survival Alive).
Sampailah ia di daerah Pati. Bajunya compang-camping di gulung Ombak Jawa.
Rambut coklat mata biru menjadi perhatian penduduk setempat, dianggap orang
aneh yang muncul dari permukaan air. Dia menggunakan bahasa isyarat bila
berkomunikasi dengan penduduk setempat.
Baron
kemudian tinggal di hutan daripada bergaul dengan masyarakat, karena penduduk
masih menatap curiga terhadap Baron. Meskipun demikian Baron sering turun
gunung untuk melihat-lihat keadaan Kota Pati. dia berkeliling desa.
Pada suatu ketika Baron Sekeber bertemu dengan seorang gadis
yang bernama Rara Suli, ia langsung jatuh hati. Rara Suli adalah seorang gadis
pendiam dari Desa Kemiri. Dia termasuk Gadis desa yang tidak laku rabi (kawin),
kebanyakan gadis seusianya sudah berumah tangga. Baron Sekeber pun berkenalan
dengan Rara Suli. Hanya gadis itulah yang mau berkomunikasi dengan Baron
Sekeber, sehingga sangat akrab dan rar Suli mengajarinya Bahasa Jawa.
Sewaktu
Rara Suli sedang berada di sungai, diketahui oleh Baron Sekeber, ia mendekati
Rara Suli untuk diajak berhubungan intim layaknya suami istri. (diajak
senang-senang, asyik-asyikan). Hal ini dilakukan berulang kali, akhirnya ada
penduduk yang mencurigai glagat tersebut. Kemudian masyarakat setempat sepakat
untuk menyelidiki Isyu tersebut.
Penduduk
setempat pagi-pagi betul sudah berada di pinggir kali menanti kedatangan Rara
Suli yang sedang mandi, selang beberapa detik kemudian menit kemudian datanglah
Baron Sekeber keluar dan menemui Rara Suli yang sedang mencuci pakaiannya. Rara
Suli melepaskan pakaiannya kemudian mandi bersama di dalam sungai. Tanpa
sepengetahuan mereka berdua, kelakuan mereka diketahui oleh masyarakat setempat
dan petinggi Kemiri, mereka berdua ditangkap dan dilaporkan kepada Adipati Pati
Joyo Kusumo.
Baron
Sekeber bertemu dengan Jaya Kusumo, terjadilah Perang tanding, namun keduanya
sama saktinya, keduanya tidak ada yang menang dan yang kalah. Kemudian Baron
Sekeber pamit minta waktu selama 40 hari, ia kembali ke pasangrahannya dan
mempersiapkan ilmu kanuragaan untuk melanjutkan lagi pertempuran ditempat itu
juga.
Jaya
Kusumo kalah dan ia mohon diri untuk kemudian pergi berguru di Padepokan Kunduruan
Gunung Muria. Jaya Kusumo mengeluh pada gurunya, ia mengatakan pertempurannya
dengan Baron Sekeber, kalah dalam pertandingan itu. Akhirnya ia minta bantuan
kepada Bapa angkatnya, yabg berdomisili di Kunduran menjawab
“Joyo Kusumo kamu gak bisa menang, sama baron
Sekeber kalau tidak saya Bantu”
“iya, Saya harus gimana?”
“Besuk saya tak buat mendung biar dia bosan,
kemudian ajak lomba slulup lama didalam air, pasti dia tidak kuat, sedangkan
kamu sudah saya buatkan gua untuk sembunyi dan bernafas.” Akhirnya
keduanya bertemu untuk mengadakan lomba slulup, Joyo Kusumo telah berbuat
curang. Baron Sekeber kalah, kemudian ia menjadi abdi Kadipaten Pati sebagai
pengurus kuda Joyo Kusumo.
Roro
Suli hamil dan melahirkan dua anak, diberi nama Jerwenda dan Janurwenda.
Kejadian itu dilaporkan oleh petinggi Kemiri kalau ada wanita melahirkan tapi
tidak punya suami. Roro Suli dibawa kekadipaten dan dihadapkan pada Bupati Pati
untuk dimintai keterangan, stelah tiba dihadapan Bupati, nggak tahunya Bupati
tertarik dengan Roro Suli.
Adipati
Joyo Kusumo berhasil mengalahkan Baron, ia ingin melaporkan dan mengucapkan
banyak terima kasih pada Eyang Kundurun, Joyo Kusumo menghadap ke Eyang
Kunduruan dengan membawa kedua anak Rara Suli sebagai teman diperjalanan.
Sesampai
di Kenduruan, kedua bocah itu tadi saling bermain sepuas hatinya, akhirnya dua
bocah tadi masuk dalam padasan/tempat air wudhu. Saat bapa Kanduruan hendak
mengambil air wudhu, kaget kok ada bocah bisa masuk dalam padasannya, dua orang
lagi. Lalu kedua bocah tadi disuruh keluar. Joyo Kusumo ditanyai
“Ini anaknya siapa?”
Joyo
Kusumo mengangguk bahwa Janurwendo dan Sirwendo adalah anaknya dengan Roro
Suli, kemudian ia menceritakan kepada Eyang Kunduruan tentang pertemuannya
dengan Rara Suli.
“Bukan ini tidak anakmu, ini anak Roro Suli
dengan Baron Sekeber” Joyo Kusumo dibisiki bahwa kedua anak ini
berbahaya bila hidup di Kadipaten akan merorong kewibawaan Joyo Kusumo. Mereka
memiliki kesaktian yang diturunkan bapaknya.
Mendengar
cerita itu Joyo Kusumo menjadi bimbang, kemudian ia mau menguji kesetian kedua
anaknya, dengan pura-pura tidur, sebelumnya ia berpesan agar ketika dia tidur
jangan sampai ada nyamuk yang menggigitku.
Joyo
Kusumo tidur ditunggui kedua anak tersebut, Janurwendo membuat panah dari
batang daun padi untuk memanah nyamuk. Keahlian memanah yang diajarkan oleh
Baron Sekeber. Sehingga tepat sekali dalam mebidik sasarannya. Setelah Jaya
Kusumo bangun heranlah dia,
“lho kok banyak nyamuk yang mati kena panah
Padi, siapa yang memanahnya?”
“Saya Romo” jawab Janurwendo, Joyo
Kusumo teringat pesan Bapa Kunduruan, kalau bocah ini bakal dapat merorong
kewibawaanya, terus berpikir bagaimana caranya kedua anak ini mati. Lalu kedua
anak ini dikejar-kejar, lama-lama bertambah besar dan trengginas kedua bocah tadi.
Bapa Penjalingan, patihnya Joyo Kusumo lalu mencolot mak Blebert, maka desa itu
dinamakan Bleber. Janurwendo dikejar dan dikenai senjata Jiglong. Maka menjadi
desa Jiglong. Kemudian patih Penjalingan melapor pada Adipati Joyo Kusumo kalau
keadaan sudah aman,
ADIPATI PRAGOLA I
Sultan
Pajang Hadiwijoyo menghadiahi dua wilayah yaitu Alas Mentaok dan Bumi Pati.
Kepada ke empat orang yaitu Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Penjawi, Juru Mertani,
dan Sutowijoyo (anak Ki Ageng Pemanahan), mereka telah berhasil membunuh Aryo
Penangsang Penguasa Jipang Panolan. Ki Ageng Penjawi mendapat Alas Mentaok
sedangkan Ki Pemanahan, Ki Juru Mertani, Sutowijoyo mendapan Bumi Pati, namun
Ki Pemanahan memohon kepada Hadiwijoyo untuk menukar hadiah tersebut. Ki Ageng
Pemanahan menginginkan Alas Mentaok dan ditukarkan wilayah Bumi Pati kepada Ki
Ageng Penjawi.
Ki
Penjawi menerima permintaan Ki Ageng Pemanahan, untuk lebih mengakrapkan dua
wilayah tersebut, Ki Penjawi besanan sama Ki Ageng Pemanahan yaitu mengawinkan
Sutowijoyo dengan putri Ki Ageng Penjawi kakak Joyo Kusumo.
Joyo
Kusumo sering membantu Sutowijoyo dalam bertempur melawan Madiun. Ketika
Panembahan Senopati menggunakan taktik perang supit kalajengking, Pangeran
Mangkubumi Disayap kiri, Pangeran Singasari dan Demak di sayap kanan. Sedangkan
Panembahan Senopati, Joyo Kusumo bersama Adipati Pajang membantu menyerang dari
tengah dibawah pimpinan Mandaraka.
Akhirnya
Madiun jatuh, terjadi pembumihanguskan Wirasaba semua rampasan dibawa ke
Mataram, termasuk putri cantik Retna Jumilah yang sebelumnya mengadakan
perlawanan dengan menyamar sebagai kesatria menantang Sutowijoyo, namun Retna
Jumilah dapat ditundukan kemudian diboyong ke Mataram.
Adipati
Pati berkunjung ke Pati untuk melihat kakaknya, Pemboyongan Putri Madiun ke Istana
membuat Adipati Joyo Kusumo tidak senang, Ia teringat nasib kakak perempuannya
Rara Sari yang akan dimadu, dan tersisihkan oleh kehadiran Retno Jumilah di
keraton. Kakaknya menyuruh Adipati untuk bersabar. sehingga ia mohon pamit
dahulu untuk kembali ke Pati.
Adipati
membangun Kota Pati agar menjadi kadipaten yang kuat dan makmur, bersama
pasukannnya dia menciptakan pasukan yang tangguh. mereka juga melatih
prajurit-prajurit baru yang diambil dari rakyat Pati. Mereka dilatih
menggunakan senjata untuk berperang melawan musuh-musuh Pati. Rakyat pati
sangat segan dan bangga dengan Adipati, yang membawa kemajuan Kadipaten Pati.
Dalam
perjalanan waktu Adipati Jaya Kusumo sering berkunjung ke Mataram untuk melihat
keadaan kakaknya, sikap kakaknya yang terlalu pasrah mengabdi sebagai istri
setia, terhadap Panembahan Senopati, dia menghadap ke Mataram dengan
mengendarai Kuda pilihan yang bagus. Sehingga membuat Sultan Mataram tertarik
untuk memiliki, maka sultan menukar kuda itu dengan Kerbau dan diberi nama Pragola,
sepanjang perjalanan ia diolok-olok sama anak kecil
“Raja Pati miskin kendaraannya kerbau…., masih
kaya Raja Mataram kendaraannya kuda”.
Joyo
Kusumo pulang dengan perasaan dongkol, namun karena persaudaran yang telah
dibangun diantara keduanya, maka Joyo Kusumo hanya bisa sabar.
Sultan
mengundang para adipati ke Mataram, namun Joyo Kusumo tidak hadir, karena
Adipati lebih konsentrasi pada pembenahan kota Pati ia sibuk dengan kegiatan di
Kadipaten Pati sehingga lupa untuk hadir ke Mataram. Dalam pertemuan di
Mataram, terkadang diwakilkan oleh anak buahnya.
Suatu
ketika Adipati Joyo Kusumo I merintahkan anak buahnya untuk menghadap ke
Mataram guna menayakan hak atas tanah pedesaannya di sebelah Utara Pegunungan
Kendeng dan juga meminta 100 tombak. Akhirnya Panembahan Senopati menyerahkan
senjata yang diminta Joyo Kusumo tapi tidak disertai dengan sarungnya, hal ini
membuat Adipati Joyo Kusumo sebagai bentuk penghinaan dan menganggap Mataram
mau menantang perang dengan Pati.
Setelah
utusan Pati kembali dan menghadap Joyo Kusumo, maka oleh beliau diperintahkan
mempersiapkan pasukan untuk mengadakan pembersihan didaerah perbatasan dan
mengadakan pelucutan senjata di daerah utara Pegunungan Kendeng, semua
menyerang dan tunduk kepada Joyo Kusumo. Kecuali Demak yang masih bertahan di
Benteng, dan pasukannya kecil sehingga tidak menjadi perhitungan Joyo Kusumo.
Joyo
Kusumo memiliki banyak prajurit, mereka berkumpul untuk mengadakan perlawanan
dengan Mataram. Sepanjang perjalanan menuju Mataram, mereka melucuti senjata,
menjarah dan menaklukan semua desa yang dirampas oleh Mataram. Desa tersebut
dimerdekakan dan disuruh membantu untuk menyerang Mataram.
Adipati
Pajang melaporkan kondisi yang terjadi di daerah perbatasan Mataram dengan
Kadipaten Pajang, bahwa Adipati Pati telah masuk ke wilayah pajang dan
mengobrak-abrik Kadipaten, sehingga banyak prajurit yang lari menyelamatkan
diri.
Sudah
tiga kali Joyo Kusumo tidak hadir di Mataram dan tidak mengirimkan persembahan
(upeti) kepada sultan. Kemudian datanglah utusan Mataram ke Kadipaten Pati.
Untuk menanyakan kabarnya Adipati Pragola II.
Akhirnya
Kerbau yang pernah di berikan kepada Pragola itu dipotong kepalanya kemudian
dibungkus dengan kain merah. Kemudian Patih Penjalingan disuruh untuk
menyerahkan kepada Mataram. Marahlah Sultan Mataram sehingga ia memerintahkan
pasukannya untuk berangkat ke Kadipaten Pati.
Panembahan
Senopati mau turun langsung menghadapi Adipati pati, namun berhasil dicegah
oleh istrinya yang juga merupakan kakak perempuan Adipati Pati, ia mengusulkan
biar anaknya saja Raden Rangga yang dikirim untuk menemui Joyo Kusumo. dengan
maksud agar tidak terjadi perang, dan ditempuh dengan jalur damai.
“Biar Pangeran Mahkota saja yang akan menanyai
apa maksud Pamannya mempersiapkan prajurit di tapal batas dan membuat huru-hara
di Pajang.” Bujuknya Istri Panembahan Senopati, sebab bila
Panembahan Senopati yang turun tangan langsung maka tak hayal lagi perang akan
terjadi.
Pangeran
Mahkota di kirim ke perbatasan dengan pengawalan prajurit yang amat banyak,
kemudian mereka bergerak ke Prambanan sedangkan pasukan Pati bergerak ke
Kemalon. Masing-masing beristirahat kelelahan setelah melakukan perjalanan
panjang. Diperbatasan antara Waliyah Pajang dengan Mataram, Pangeran Mahkota
diperintahkan Panembahan Senopati untuk segera menemui Pamannya Joyokusumo, ia
dikawal hanya dengan beberapa pasukan yang membawa panji-panji Kerajaan
Mataram.
“Hay kemana bapakmu.. tidak berani
kesini..takut bila bertemu adik iparnya” Joyo Kusumo mengejek
keponakannya. Sehingga darah mudanya mulai naik.
“paman, saya disuruh Romo untuk mengantar paman
untuk menghadap ke Mataram” Pangeran Mahkota balas menyindir
pamannya yang dianggap telah mbalelo terhadap Mataram. Panji-panji Mataram yang
sedikit berkibar ditengah ribuan pasukan Pati.
“Saya tidak mau kesana, kalau bapakmu mau
ketemu saya suruh dia kesini, biar saya kasih tahu bagaimana caranya
menghormati orang” sikap membangkang ini seringkali dilakukan oleh
Joyo Kusumo terhadap Mataram, tapi kemudian reda kembali karena masing2 pihak
ada yang menahan, di Mataram ada Ki Juru Mertani sedangkan di Pati juga
diredakan oleh para sesepuh termasuk keluarga. Namun kali ini kemarahan Joyo
Kusumo tidak bisa ditahan lagi. Akhirnya Perang adalah solusinya.
“Tapi paman, alangkah baiknya bila paman yang
datang kesana, sebab Romo adalah raja agung yang membawahi Bumi Jawa, bukankan
paman bawahannya romo” Pangeran Mahkota meremehkan penguasa Pati.
“ Saya tidak mau kesana, Bumi Pati adalah bumi merdeka tidak menjadi
bawahan Mataram” kuping Pangeran Mahkota menjadi merah mendengar
ucapan Adipati Pati. Dia mengambil tombak dan dihujamkan berkali-kali di dada
Adipati.
“Terus nang, habiskan tenagamu untuk menusuk
saya, aku tidak mundur!, bocah kemarin sore aja sudah berani sama orang tua!”
Adipati tertawa terbahak-bahak melihat keponakannya yang menusukan tombak ke
dadanya berkali-kali. Adipati tidak terluka sedikitpun karena tubuhnya memakai
pusaka “Kere Wojo” pemberian baron Sekeber. Gantian
keponakannya yang dipukul dengan gagang tombak sehingga ia terpental jatuh dari
kudanya.
“Bilang sama bapakmu, Bila Panembahan Senopati
laki-laki tak tunggu diperbatasan. Siapa yang dianggap penguasa Jawa, saya
tantang dia sebagai seorang laki-laki, tunjukan kestriamu, jangan anak ingusan
yang dikirim!” Pangeran Mahkota tergeletak di tanah hampir saja
diinjak oleh kaki kudanya sendiri. Pasukan Mataram membawa Pangeran Mahkota
yang terluka akibat ganggang tombak. Mereka kembali ke Prambanan.
Adipati
Pati I menyerang hingga pasukan Mataram kabur melarikan diri, mereka mengejar
sampai perbatasan, Adipati teringat pesan sang guru Ki Ajar Pulo Upih (guru
spiritual yang berasal dari Pulau Mandoliko). Ia menunggu di daerah Prambanan
berbulan-bulan,. Namun pasukan Mataram belum datang. Akhirnya ia pulang dulu
untuk bertemu dengan kawulanya.
Pragola
kembali ke Desa Dengkeng, ia bersama prajurit membangun kubu pertahanan dari
batang pohon-pohon kelapa. Ia menunggu kedatangan Panembahan senopati ke
Dengkeng. Panembahan Senopati marah besar sebab Adipati Pati telah berani
memukul anaknya yang sekaligus keponakan Adipati-Pati sendiri.
Setelah
siuman Pangeran Mahkota lapor kepada Romo dan ibunya. Ia mengadu kepada orang
tuanya, bahwa ia telah diperlakukan kekerasan sehingga dapat melukai wajah
tampannya. Pangeran Mahkota merasa sakit hati akibat ejekan tersebut… Mendengar
laporan itu Adipati Pati marah. terpancing emosinya, memberitahukan kepada
istrinya,. kondisi ini dimanfaatkan Panembahan Senopati untuk menjelek-jelekan
Kakak ipar dihadapan istrinya.. Sehingga ia memohon, kepada istrinya agar
segera mengijinkannya menuju ke medan perang.
“Kalau
begitu saya tidak keberatan bila Adipati Pati dibunuh, karena dia sudah tidak
sayang lagi kepada keponakanya sendiri” Panembahan Senopati berangkat perang
dengan naik kuda, beristirahat di Prambanan. Pada tengah malam ia melanjutkan
lagi berangkat menuju ke Kadipaten Pati. Di luar Benteng Pragola, pasukan
Mataram berteriak-teriak Dan Kyai Bicak dipukul bertalu-talu.
Keris
Culik Mandaraka milik Panembahan Senopati merupakan pusaka sakti berhasil
mematahkan tiga batang pohon kelapa yang dijadikan benteng pertahanan. Kemudian
Panembahan Senopati bisa memasukinya dengan mengendarai kuda, mengocar-ngacir
Pasukan Pati.
Adipati
Pati mundur kembali ke Pati, kemudian ia mengumpulkan Bupati-bupati
disekitarnya untuk memepersiapkan pasukan untuk menyerang kembali ke Mataram.
Pada saat prajurit Pati berangkat kembali ke perbatasan, terjadi bencana alam
Gunung Meletus, daerah Dengkeng yang dijadikan benteng pertahanan Pasukan Pati
dialiri lahar panas, sehingga banyak pasukan di kedua pihak yang mati terkena
letusan gunung berapi. Perang mengalami jeda beberapa hari.
Pasukan
Mataram masih mengejar sisa-sisa Pasukan Pati yang masih membikin keributan di
daerah perbatasan. Sementara itu Adipati pati bersama sisa-sisa pasukan menuju
ke Gunung Pati di desa Palalangan, mereka menghindari letusan gunung berapi
selain itu untuk menyusun kekuatan menyerang Mataram kembali.
Cerita Baron Sekeber berasal dari Babat Pati, dan
banyak cerita tutur yang berkembang di daerah Pati.
Hal
ini teringat pesan yang pernah diramalkan oleh Sunan Giri, bahwa nanti daerah
alas mentaok akan menjadi Kerajaan besar.
Taktik
ini juga diterapkan Mataram menyerang Pati, Pangeran Diponegoro juga memakai
strategi ini untuk melawan Belanda.
Sehingga
ada sendratari yang menggambarkan perangnya Panembahan Senopati dengan Retno
Djumilah.
Adipati
pulang ada beberap versi yaitu ada yang bilang ke pulangannya ke Pati karena
tidak tahan melihat Panembahan Senopati yang bersenang-senang dengan Retna
Jummilah ketika perang baru selesai. Versi kedua Bahwa Adipati Joyo Kusumo
pulang karena takut akan kekuasan Panembahan Senopati, yang rakus kekuasaan,
kuda
yang dikendarai Adipati Pati dipelihara oleh Baron Sekeber, karena kalah
bertanding dengan maka Baron Sekeber dijadikan Tukang rawat Kuda Adipati.
Kematian
Adipati Pati pada tahun 1600 masih menjadi misteri ada 3 versi ; versi pertama
ia meninggal di Gunung pati, ada versi kedua ia ikut mati terkena bencana Alam,
versi ketiga ia dibunuh oleh Panembahan Senopati. Jatuhnya kadipaten Pati
menjadi membuat kerajaan Mataram dipersalahkan atas terjadi tragedy itu.
Tentara Anaknya Panembahan Senopati dianggap sebagai biang keladi sebab
berdasarkan laporan, maka terjadilah perang antara Pati dan Mataram tidak bisa
dihindari.
PENUTUP
Legenda memang bukan fakta sejarah, sebuah karya
sastra tendensius, subyektif, yang mengandung maksud-maksud tertentu semata dan
bersifat keperpihakan. Tapi bukan berarti sebuah legenda tidak berguna sama
sekali, ada pesan-pesan moral yang hendak disampaikan oleh penuturnya sebagai
penuntun dalam menjalankan disetiap aspek kehidupan. Seperti halnya legenda
Baron Sekeber dari Pati diatas, dari beberapa pesan moral yang ada, ada dua
catatan yang menarik, Pertama, apabila ada orang yang dapat
membahayakan dan mengancam eksistensi kekuasaan seseorang maka orang tersebut
sebaiknya dimusnahkan seperti yang dialami oleh kedua anak Baron Sekeber.
Pembunuhan ini dilakukan oleh penguasa Senopati
Jayakusuma yang bertujuan untuk antisipasi dalam melanggengakan status quo. Dalam ilmu politik,
uraian tentang tindakan atau cara seseorang yang menghalalkan segala cara guna
merebut dan mempertahankan sebuah kekuasaan dapat dijumpai dalam buku Il Principle (Sang Pangeran). Buku yang menjadi
maestro dan terkenal ini merupakan karangan seorang filsuf Italia bernama
Niccolo Machiavelli. Konon buku ini menjadi kitab suci para pemimpin negara
diktator di dunia. Kedua, sebuah kekalahan akan membawa
konsekuensi dengan ter-eksploitasi atas dirinya. Inilah yang dialami Baron
Sekeber, menjadi budak sang penguasa. Sebuah pilihan pahit dalam kehidupan.
Atau mungkin lebih tepatnya tidak ada pilihan lain selain menjadi budak karena
kekalahannya. Sebuah ongkos sosial yang mahal...!!!!
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar