KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.
Tugas “Folklore Indonesia” ini
telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan diri
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas folklore ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tugas ini. Semoga informasi yang saya sampaikan
pada tugas ini dapat bermanfaat.
Terlepas dari semua itu, saya
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
PENGERTIAN
FOLKLORE
Sebelumnya saya Nadia Rizki Winardi akan
menjelaskan sedikit apa itu folklore.
Kata folklore
merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore, berasal dari dua kata
folk dan lore. Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki cirri pengenal
fisik, social dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok kelompok
social lainnya. Ciri pengenal itu antara lain: warna kulit, bentuk rambut, mata
pencaharian, dsb. Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagian
kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui salah satu contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
Folklor terdiri atas banyak versi
Mengandung pesan moral
Mempunyai bentuk/berpola
Bersifat pralogis
Lugu, polos
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3) Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat
Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional
Kali ini saya akan memberi
sedikit informasi mengenai salah satu kota kecil yang terletak di Jawa Tengah
yaitu Wonosobo. Mungkin sebagian dari teman teman ada yang belum tahu tentang
kota Wonosobo, baiklah akan saya uraikan sedikit mengenai kota kecil ini.
Wonosobo (bahasa Jawa: Hanacaraka; Latin Wånåsåbå) adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Wonosobo. Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten
Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat,
serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara. Kabupaten Wonosobo
berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai
pertempuran dalam Perang Diponegoro. Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo
adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung)
terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing
(3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan
puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter). Ketika memasuki kota tersebut rentetan
kejadian, persona dan bahkan perjalanan silih berganti dalam pikiran saya
layaknya sebuah jepretan foto yang menampilkan kisah kisah unik dalam cerita
unik berpetualangan. Berikut akan saya sajikan segenak keistimewaan yang
terekam lewat pandangan saya mengenai kota ini : Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
Folklor terdiri atas banyak versi
Mengandung pesan moral
Mempunyai bentuk/berpola
Bersifat pralogis
Lugu, polos
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3) Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat
Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional
Dieng adalah salah satu dataran tinggi yang memiliki tempat wisata menarik di Jawa Tengah. Berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, kurang lebih 30 km dari kota Wonosobo. Dataran tinggi Dieng terletak di barat komplek Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Menurut sejarah, dataran tinggi Dieng disebut sebagai tempat para dewa dewi tinggal. Nama Dieng sendiri diambil dari bahasa Kawi: “di” yang artinya tempat atau gunung dan “Hyang” yang artinya dewa. Sehingga Dieng berarti daerah pegunungan tempat dewa dewi bersemayam.
Sedangkan sejarah lain ada yang mengatakan jika nama Dieng berasal dari bahasa Sunda “di hyang”, karena diperkirakan pada abad ke-7 Masehi daerah ini berada dalam wilayah politik kerajaan Galuh.
Selain karena keindahan tempat wisatanya, Dieng juga terkenal sebagai tempat yang kental akan spiritual karena di sini terdapat candi-candi kuno bercorak Hindu dengan arsitektur yang unik.
Berada di ketinggian 2.093 mdpl, dataran tinggi Dieng Wonosobo
memiliki udara yang sejuk lengkap dengan kabut saat matahari tidak muncul di
langit. Dengan kisaran suhu 15 sampai 20 derajat Celcius, Dieng Wonosobo
memiliki beberapa tempat wisata yang sayang untuk Anda
lewatkan.
Tak hanya candi, Kabupaten Wonosobo (Jateng)
juga menyimpan kekayaan wisata alam yang begitu indah.
Rasanya kurang
lengkap bila Anda ke Wonosobo tanpa mengunjungi Telaga Warna.
Berdekatan dengan
Telaga Warna, ada juga Telaga Pengilon yang sama-sama mengundang decak kagum
karena pesona alamnya. objek wisata telaga warna yang menurut saya memiliki
keunikan tersendiri.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Telaga warna adalah salah satu landmark dari wisata Dieng
Wonosobo. Nama Telaga Warna diambil karena telaga ini memiliki warna yang
berbeda-beda. Telaga Warna ini memiliki legenda tersendiri. sepotong keindahan dunia yang tak akan ada habisnya untuk
dinikmati. Di sini terdapat obyek wisata Telaga Warna yang terletak
kurang lebih 32 km dari Wonosobo. Cocok untuk dijadikan destinasi akhir pekan.
Dieng Plateau memang kaya akan tempat wisata. Di sini selalu
saja ada sepotong keindahan untuk dinikmati. Telaga Warna salah satunya.
Di telaga warna anda akan menemukan dua telaga cantik yang
saling bersebelahan yaitu Telaga warna dan telaga Pengilon, Rimbun Pohon di
kanan kiri telaga membawa suasana nan damai bagi para Pengunjung.
Di Jalan keliling telaga warna anda juga bisa menemukan beberapa
Goa yang letaknya masing-masing tidak terlalu jauh. Masing-masing Goa memiliki
nama yang unik dengan latar belakang kisah yang melatar-belakangi nama-nama
tersebut, seperti Goa, Semar, Goa Sumur, Goa Jaran, Goa Pengantin dan
Sebagainya.
Jika anda ke Dieng diantar Guide lokal, cobalah bertanya tentang
asal-usul penamaan Goa, Goa tersebut, dan siap-siaplah anda akan dibawa ke
negeri dongeng dengan cerita-ceritanya yang ajaib.
Goa- Goa tersebut sampai saat ini masih sering dijadikan tempat
bersemedi atau acara ritual budaya.
Keunikan lain telaga warna terdapat pada warna airnya yang dapat
berubah-ubah. Kadang dipermukaan tampak warna biru dan hijau tua, sementara di
sisi lain telaga berwarna putih pekat, Kuning, atau kecoklatan.
Warna-warna tersebut disebabkan oleh kandungan Sulfur yang
berada di kedalaman telaga. Pada waktu-waktu tertentu, aroma sulfur kadang
menyeruak dimana para pengunjung bisa merasakan bau belerang yang sangat kuat.
Oleh karena itu, Jika berkunjung ke Telaga warna terutama di musim penghujan,
sedialah masker atau anda bisa membelinya di sekitar lokasi.
Menurut legenda warga sekitar, warna yang muncul di permukaan telaga tersebut karena zaman dahulu kala ada cincin milik bangsawan yang jatuh ke dalam telaga tersebut. Secara ilmiah, warna yang berbeda dari telaga tersebut karena adanya pembiasan cahaya pada endapan belerang di dasar telaga.
Dominasi warna dari telaga ini adalah hijau, biru laut dan putih kekuningan. Jika ingin melihat keindahan warna dari telaga, Anda dapat mendaki ke puncak bukit yang mengelilingi telaga tersebut. Di daerah tepian telaga, terdapat balkon yang dapat digunakan untuk duduk bersantai menikmati keindahan telaga ini.
Dikelilingi bukit hijau, Telaga Warna dan
Telaga Pengilon tampak menakjubkan.
Suasana hening di sekitarnya, menambah betah
untuk berlama-lama di sana.
Disebut Telaga Warna karena warna air telaga
bisa berubah-ubah.
Kadang berwarna hijau kebiruan, kadang kuning
berbaur kemerahan.
Perubahan warna ini bergantung pada cuaca,
waktu, dan saat Anda melihatnya. Air telaga begitu tenang, nyaris tak ada
riak.
Di sekeliling Telaga Warna, ada jalan setapak
yang membawa pengunjung dapat menikmati telaga dari berbagai sudut.
Suasana begitu teduh.
Banyak pepohonan menaungi.
Pengunjung tinggal memilih lokasi foto
berlatar telaga.
Setiap sudut lokasi, akan menampilkan
panorama yang indah.
Sebuah tantangan bagi penggemar foto untuk
mendapatkan foto yang indah. Di sana ada sebuah jalan setapak menuju puncak
bukit.
Memandang
Telaga Warna dari ketinggian di antara rimbun hutan, mata dimanjakan dengan
keindahan yang luar biasa.
Dipisahkan
sebuah padang rumput yang tidak begitu luas, terlihat Telaga Pengilon.
Konon,
disebut Telaga Pengilon karena airnya yang begitu jernih, bisa untuk berkaca.
Saat
mengelilingi telaga, pengunjung akan menemukan beberapa gua kecil.
Antara
lain Gua Semar, Gua Sumur, dan Gua Jaran. Di depan Gua Semar ada sebuah patung
tokoh panakawan itu.
Gua
ini merupakan lubang batu yang sempit.
Ada
misteri di sana. Kabarnya, Gua Semar menjadi tempat yang pas untuk meditasi.
Di
tengahnya ada gundukan tempat pembakaran kemenyan dan dupa. Ada aroma mistis.
Di
Gua Sumur terdapat sumber air yang disebut Tirta Prawitasari.
Nama
ini diambil dari lakon wayang Bima Suci dalam upaya mencari kesejatian hidup.
Di lokasi ini, umat Hindu mengadakan upacara ritual.
Telaga
warna dan Telaga Pengilon adalah obyek wisata di Dieng yang paling diminati
wisatawan, ternyata telaga tersebut menyimpan sebuah legenda yang secara
turun-temurun diceritakan warga di kahyangan Dieng.
Legenda
Telaga Warna dan Telaga Pengilon Dieng adalah kisah yang menarik untuk
ditelisik, berikut ini adalah kisahnya.
Alkisah,
hidup seorang ratu yang terkenal di samudra luas sebagai penguasanya. Sang Ratu
memiliki seorang putri yang cantik telah tumbuh dewasa. Saat itu kecantikan
sangat terkenal hingga suatu saat datanglah dua orang Kesatria muda berparas
tampan yang bermaksud meminang Sang Ratu untuk dijadikan istri.
Pada
saat itu, Ratu menjadi sangat bingung. Ia harus memilih salah satu di antara
dua Ksatria tampan untuk dipilih menjadi menantunya. Di akhir kebingungannya,
muncullah ide Sang Ratu untuk mengadakan sayembara membuat telaga. Siapa yang
lebih cepat membuat telaganya, dialah yang boleh mempersunting puterinya.
Pada
waktu yang telah ditentukan, dua kesatria tampan itu berlomba membuat telaga. Ternyata
Kesatria pertama lebih cepat dalam membuat telaga Menjer dari pada Kesatria
kedua yang membuat telaga pengilon. Oleh karena itu, kesatria pertama pun
dinyatakan sebagai pemenang dan berhak menyunting puteri Ratu sebagai istrinya.
Waktu
berjalan dan belum berselang dua hari mereka menikah, Ratu disertai puterinya
berwisata ke Dieng. Saat mereka tiba di kawasan yang sekarang menjadi Cagar
Alam serta menikmati keindahan panorama dan kemilaunya telaga Pengilon, maka
saat pandangan Sang Ratu tertuju ke telaga Pengilon, ia begitu terkesan dan
serta merta mencari informasi siapa gerangan pembuat telaga ini. Seperti
diceritakan, pembuat tidak lain adalah kesatria kedua yang kalah dalam
perlombaan.
Tak
lama kemudian, Sang Ratu memanggil pengawalnya dan memerintahkan untuk
menghadirkan menantunya, si Kesatria pertama, ke hadapannya. Begitu menantunya
datang menghadap, Sang Ratu langsung bersabda: “Kamu saya batalkan menjadi
menantu, dan kamu saya kutuk menjadi naga untuk menjaga samudra”. Kemudian
posisi kesatria pertama sebagai menantu pun digantikan oleh kesatria yang kalah
dalam lomba.
Mengapa
Sang Ratu tidak teguh pendirian lalu berubah pikiran? Alkisah , saat menikmati
indahnya telaga Pengilon, Sang Ratu dan puterinya sangat terkesan. Dalam hati
mereka membandingkan dengan telaga Menjer buatan kesatria pertama yang
biarpun waktu pembuatannya lebih cepat, namun buatanya kasar. Airnya
beriak/bergelombang. Ini menandakan bahwa sifat pembuatnya kurang baik.
Sebaliknya, telaga Pengilon buatan kesatria kedua airnya jernih,
berkilau-kilau, tenang, penuh kedamaian dan semua ini menandakan bahwa kesatria
kedua pembuat telaga Pengilon ini memiliki sifat dan hati yang baik.
Karena
sangat terkesan, lalu Sang Ratu dan puterinya pun mandi. Mereka menyangkutkan
pakaiannya di pepohonan. Di tengah-tengah kesyikan mereka berkecimpung di dalam
air yang sejuk, sekonyong-konyong datang angin kencang yang menerbangkan
pakaian Sang Ratu dan putrinya yang berwarna-warni dan terjatuh di bagian
telaga yang lain. Sesaat air telaga itu berubah warnanya, lalu terciptalah
telaga warna sebagai akibat jatuhnya pakaian Sang Ratu dan putrinya (“yang
luntur”) ke dalam air telaga.
Berbeda menurut kajian Ilmiah, warna-warni dipermukaan telaga
tersebut adalah akibat dari pembiasan cahaya pada Endapan Belerang/sulfur
didasar Telaga warna. Warna yang dominan muncul dipermukaan telaga warna adalah
Warna Hijau, warna putih kekuningan, serta warna biru laut. Nama Telaga Warna
sendiri diberikan karena keunikan fenomena yang terjadi di tempat telaga
tersebut, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah.
Telaga yang berada di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan
laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang indah dan mengagumkan
sehingga menambah pesona sekitar telaga warna. Jika anda naik ke atas bukit di
dekat telaga, keindahan telaga warna akan lebih terasa. Waktu yang paling tepat
untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada
sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga
pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya.
Saat berada di sekitar telaga warna anda akan terpesona oleh
keindahan pemandangannya, selain dikelilingi hutan dan bukit yang hijau.
Pepohonan lebat di sekitar Telaga Warna menambah kesejukan, sekaligus juga
menawarkan suasana yang sangat indah dan alami. Terkadang, kabut putih pun
menyelimuti Telaga Warna ini. Anda juga dapat menyusuri tepi telaga ini dan ada
juga balkon kecil untuk duduk bersantai sambil menikmati udara dan
keanekaragaman fenomena alam yang mengelilinginya. Lokasi paling tepat untuk
menikmati keindahan telaga ini selain berada tepat di hadapannya adalah Anda
juga bisa mendaki ke puncak bukit yang memagari telaga. Kondisi menuju bukit
ini cukup sempit dan licin dan hanya bisa dilalui oleh satu orang. Di antara
rimbunnya pepohonan, Anda bisa menyaksikan keindahan telaga berwarna-warni yang
sangat cantik.
Anda juga akan merasakan suasana mistis yang hening
disempurnakan oleh kabut putih dan pepohonan yang rindang. Tidak hanya
keindahan pemandangannya saja. Ada juga manfaat air telaga yang mengandung belerang
tersebut . Ada yang berpendapat air telaga tersebut dapat menyembuhkan beberapa
seperti penyakit kulit, rematik dan lain sebagainya. Banyak pengunjung yang
mengambil air di telaga warna ini, semata untuk membasuh bagian tubuh, terutama
di bagian kulit yang mengalami gangguan.
Keberadaan Telaga Warna Dieng tersebut juga sangat berguna bagi
masyarakat sekitar yang kebanyakan bekerja sebagai petani sayuran dan buah.
Mereka menggunakan air dari telaga warna sebagai sumber irigasi untuk mengairi
tanaman sayuran yang menjadi komoditas utama di kawasan ini. Hawa pegunungan
yang sejuk sangat cocok sebagai daerah pertanian. Dataran tinggi Dieng banyak
memberikan manfaat bagi penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Karunia Tuhan
Yang Maha Kuasa yang harus disyukuri dan juga dilestarikan.
Di sekitar Telaga Warna Dieng juga terdapat beberapa gua alam,
seperti Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati. Di depan gua ini
terdapat arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini juga memiliki kolam kecil
yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit
jadi lebih cantik. Ada juga Gua Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua Jaran Resi
Kendaliseto. Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Gua-gua
di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi.
Akses Menuju Telaga Warna
Untuk menuju ke telaga warna dapat ditempuh dari pusat Kota
Wonosobo dengan menggunakan kendaraan umum dari terminal Kota Wonosobo, dengan
menempuh jarak sekitar 30 kilometer, atau selama 45 menit sampai 1 jam. Jika
Anda menggunakan kendaraan pribadi, pastikan kendaraan dalam keadaan baik.
Karena medan jalan yang dilewati cukup berliku dan menanjak, dan di kanan/kiri
jalan berbatasan langsung dengan jurang yang cukup dalam. Harga tiket masuk
telaga warna : Rp 5.000 (weekday) - Rp 7.500 (weekend).
Jasa layanan pemandu wisata atau tour guide yang berada di
dataran tinggi dieng kini sudah tersedia. Pemandu atau guide lokal juga bisa di
jadikan sahabat perjalanan wisata area dieng. Tour guide dieng yang memandu ke
objek wisata merupakan pemandu wisata secara umum yang mendampingi serta
memandu kegiatan tour di setiap objek wisata unggulan dataran tinggi dieng.
Kawasan telaga yang memiliki luas sekitar 40 h itu sangat
indah sekali bila kita mau menjelajahi dengan cara berjalan kaki ( starting
dari bukit sidengkeng ) kemudian di lanjutkan ke tepian dari kedua telaga
tersebut dan berakhir di atas bukit sikendil ( dieng plateau theater). telaga
warna terunik dengan beragam pesan moral bagi manusia untuk lebih menghargai
hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memasuki telaga
Warna, anda dapat membeli tiket terusan yang sudah tersedia dengan harga Rp 20
ribu per orang yang bisa digunakan untuk masuk ke empat objek wisata sekaligus,
yaitu Telaga Warna, Kawah Sikidang, Dieng Plateu theater, dan komplek Candi
Arjuna.
KESIMPULAN DAN SARAN
Eksotisme Telaga
Warna Dieng memang KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.
Tugas “Folklore Indonesia” ini
telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan diri
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas folklore ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tugas ini. Semoga informasi yang saya sampaikan
pada tugas ini dapat bermanfaat.
Terlepas dari semua itu, saya
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
PENGERTIAN
FOLKLORE
Sebelumnya saya Nadia Rizki Winardi akan
menjelaskan sedikit apa itu folklore.
Kata folklore
merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore, berasal dari dua kata
folk dan lore. Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki cirri pengenal
fisik, social dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok kelompok
social lainnya. Ciri pengenal itu antara lain: warna kulit, bentuk rambut, mata
pencaharian, dsb. Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagian
kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui salah satu contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
Folklor terdiri atas banyak versi
Mengandung pesan moral
Mempunyai bentuk/berpola
Bersifat pralogis
Lugu, polos
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3) Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat
Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional
Kali ini saya akan memberi
sedikit informasi mengenai salah satu kota kecil yang terletak di Jawa Tengah
yaitu Wonosobo. Mungkin sebagian dari teman teman ada yang belum tahu tentang
kota Wonosobo, baiklah akan saya uraikan sedikit mengenai kota kecil ini.
Wonosobo (bahasa Jawa: Hanacaraka; Latin Wånåsåbå) adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Wonosobo. Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten
Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat,
serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara. Kabupaten Wonosobo
berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai
pertempuran dalam Perang Diponegoro. Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo
adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung)
terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing
(3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan
puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter). Ketika memasuki kota tersebut rentetan
kejadian, persona dan bahkan perjalanan silih berganti dalam pikiran saya
layaknya sebuah jepretan foto yang menampilkan kisah kisah unik dalam cerita
unik berpetualangan. Berikut akan saya sajikan segenak keistimewaan yang
terekam lewat pandangan saya mengenai kota ini : Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Adapun ciri-ciri folklor adalah sebagai berikut:
Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
Folklor terdiri atas banyak versi
Mengandung pesan moral
Mempunyai bentuk/berpola
Bersifat pralogis
Lugu, polos
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3) Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat
Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional
Dieng adalah salah satu dataran tinggi yang memiliki tempat wisata menarik di Jawa Tengah. Berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, kurang lebih 30 km dari kota Wonosobo. Dataran tinggi Dieng terletak di barat komplek Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Menurut sejarah, dataran tinggi Dieng disebut sebagai tempat para dewa dewi tinggal. Nama Dieng sendiri diambil dari bahasa Kawi: “di” yang artinya tempat atau gunung dan “Hyang” yang artinya dewa. Sehingga Dieng berarti daerah pegunungan tempat dewa dewi bersemayam.
Sedangkan sejarah lain ada yang mengatakan jika nama Dieng berasal dari bahasa Sunda “di hyang”, karena diperkirakan pada abad ke-7 Masehi daerah ini berada dalam wilayah politik kerajaan Galuh.
Selain karena keindahan tempat wisatanya, Dieng juga terkenal sebagai tempat yang kental akan spiritual karena di sini terdapat candi-candi kuno bercorak Hindu dengan arsitektur yang unik.
Berada di ketinggian 2.093 mdpl, dataran tinggi Dieng Wonosobo
memiliki udara yang sejuk lengkap dengan kabut saat matahari tidak muncul di
langit. Dengan kisaran suhu 15 sampai 20 derajat Celcius, Dieng Wonosobo
memiliki beberapa tempat wisata yang sayang untuk Anda
lewatkan.
Tak hanya candi, Kabupaten Wonosobo (Jateng)
juga menyimpan kekayaan wisata alam yang begitu indah.
Rasanya kurang
lengkap bila Anda ke Wonosobo tanpa mengunjungi Telaga Warna.
Berdekatan dengan
Telaga Warna, ada juga Telaga Pengilon yang sama-sama mengundang decak kagum
karena pesona alamnya. objek wisata telaga warna yang menurut saya memiliki
keunikan tersendiri.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Telaga warna adalah salah satu landmark dari wisata Dieng
Wonosobo. Nama Telaga Warna diambil karena telaga ini memiliki warna yang
berbeda-beda. Telaga Warna ini memiliki legenda tersendiri. sepotong keindahan dunia yang tak akan ada habisnya untuk
dinikmati. Di sini terdapat obyek wisata Telaga Warna yang terletak
kurang lebih 32 km dari Wonosobo. Cocok untuk dijadikan destinasi akhir pekan.
Dieng Plateau memang kaya akan tempat wisata. Di sini selalu
saja ada sepotong keindahan untuk dinikmati. Telaga Warna salah satunya.
Di telaga warna anda akan menemukan dua telaga cantik yang
saling bersebelahan yaitu Telaga warna dan telaga Pengilon, Rimbun Pohon di
kanan kiri telaga membawa suasana nan damai bagi para Pengunjung.
Di Jalan keliling telaga warna anda juga bisa menemukan beberapa
Goa yang letaknya masing-masing tidak terlalu jauh. Masing-masing Goa memiliki
nama yang unik dengan latar belakang kisah yang melatar-belakangi nama-nama
tersebut, seperti Goa, Semar, Goa Sumur, Goa Jaran, Goa Pengantin dan
Sebagainya.
Jika anda ke Dieng diantar Guide lokal, cobalah bertanya tentang
asal-usul penamaan Goa, Goa tersebut, dan siap-siaplah anda akan dibawa ke
negeri dongeng dengan cerita-ceritanya yang ajaib.
Goa- Goa tersebut sampai saat ini masih sering dijadikan tempat
bersemedi atau acara ritual budaya.
Keunikan lain telaga warna terdapat pada warna airnya yang dapat
berubah-ubah. Kadang dipermukaan tampak warna biru dan hijau tua, sementara di
sisi lain telaga berwarna putih pekat, Kuning, atau kecoklatan.
Warna-warna tersebut disebabkan oleh kandungan Sulfur yang
berada di kedalaman telaga. Pada waktu-waktu tertentu, aroma sulfur kadang
menyeruak dimana para pengunjung bisa merasakan bau belerang yang sangat kuat.
Oleh karena itu, Jika berkunjung ke Telaga warna terutama di musim penghujan,
sedialah masker atau anda bisa membelinya di sekitar lokasi.
Menurut legenda warga sekitar, warna yang muncul di permukaan telaga tersebut karena zaman dahulu kala ada cincin milik bangsawan yang jatuh ke dalam telaga tersebut. Secara ilmiah, warna yang berbeda dari telaga tersebut karena adanya pembiasan cahaya pada endapan belerang di dasar telaga.
Dominasi warna dari telaga ini adalah hijau, biru laut dan putih kekuningan. Jika ingin melihat keindahan warna dari telaga, Anda dapat mendaki ke puncak bukit yang mengelilingi telaga tersebut. Di daerah tepian telaga, terdapat balkon yang dapat digunakan untuk duduk bersantai menikmati keindahan telaga ini.
Dikelilingi bukit hijau, Telaga Warna dan
Telaga Pengilon tampak menakjubkan.
Suasana hening di sekitarnya, menambah betah
untuk berlama-lama di sana.
Disebut Telaga Warna karena warna air telaga
bisa berubah-ubah.
Kadang berwarna hijau kebiruan, kadang kuning
berbaur kemerahan.
Perubahan warna ini bergantung pada cuaca,
waktu, dan saat Anda melihatnya. Air telaga begitu tenang, nyaris tak ada
riak.
Di sekeliling Telaga Warna, ada jalan setapak
yang membawa pengunjung dapat menikmati telaga dari berbagai sudut.
Suasana begitu teduh.
Banyak pepohonan menaungi.
Pengunjung tinggal memilih lokasi foto
berlatar telaga.
Setiap sudut lokasi, akan menampilkan
panorama yang indah.
Sebuah tantangan bagi penggemar foto untuk
mendapatkan foto yang indah. Di sana ada sebuah jalan setapak menuju puncak
bukit.
Memandang
Telaga Warna dari ketinggian di antara rimbun hutan, mata dimanjakan dengan
keindahan yang luar biasa.
Dipisahkan
sebuah padang rumput yang tidak begitu luas, terlihat Telaga Pengilon.
Konon,
disebut Telaga Pengilon karena airnya yang begitu jernih, bisa untuk berkaca.
Saat
mengelilingi telaga, pengunjung akan menemukan beberapa gua kecil.
Antara
lain Gua Semar, Gua Sumur, dan Gua Jaran. Di depan Gua Semar ada sebuah patung
tokoh panakawan itu.
Gua
ini merupakan lubang batu yang sempit.
Ada
misteri di sana. Kabarnya, Gua Semar menjadi tempat yang pas untuk meditasi.
Di
tengahnya ada gundukan tempat pembakaran kemenyan dan dupa. Ada aroma mistis.
Di
Gua Sumur terdapat sumber air yang disebut Tirta Prawitasari.
Nama
ini diambil dari lakon wayang Bima Suci dalam upaya mencari kesejatian hidup.
Di lokasi ini, umat Hindu mengadakan upacara ritual.
Telaga
warna dan Telaga Pengilon adalah obyek wisata di Dieng yang paling diminati
wisatawan, ternyata telaga tersebut menyimpan sebuah legenda yang secara
turun-temurun diceritakan warga di kahyangan Dieng.
Legenda
Telaga Warna dan Telaga Pengilon Dieng adalah kisah yang menarik untuk
ditelisik, berikut ini adalah kisahnya.
Alkisah,
hidup seorang ratu yang terkenal di samudra luas sebagai penguasanya. Sang Ratu
memiliki seorang putri yang cantik telah tumbuh dewasa. Saat itu kecantikan
sangat terkenal hingga suatu saat datanglah dua orang Kesatria muda berparas
tampan yang bermaksud meminang Sang Ratu untuk dijadikan istri.
Pada
saat itu, Ratu menjadi sangat bingung. Ia harus memilih salah satu di antara
dua Ksatria tampan untuk dipilih menjadi menantunya. Di akhir kebingungannya,
muncullah ide Sang Ratu untuk mengadakan sayembara membuat telaga. Siapa yang
lebih cepat membuat telaganya, dialah yang boleh mempersunting puterinya.
Pada
waktu yang telah ditentukan, dua kesatria tampan itu berlomba membuat telaga. Ternyata
Kesatria pertama lebih cepat dalam membuat telaga Menjer dari pada Kesatria
kedua yang membuat telaga pengilon. Oleh karena itu, kesatria pertama pun
dinyatakan sebagai pemenang dan berhak menyunting puteri Ratu sebagai istrinya.
Waktu
berjalan dan belum berselang dua hari mereka menikah, Ratu disertai puterinya
berwisata ke Dieng. Saat mereka tiba di kawasan yang sekarang menjadi Cagar
Alam serta menikmati keindahan panorama dan kemilaunya telaga Pengilon, maka
saat pandangan Sang Ratu tertuju ke telaga Pengilon, ia begitu terkesan dan
serta merta mencari informasi siapa gerangan pembuat telaga ini. Seperti
diceritakan, pembuat tidak lain adalah kesatria kedua yang kalah dalam
perlombaan.
Tak
lama kemudian, Sang Ratu memanggil pengawalnya dan memerintahkan untuk
menghadirkan menantunya, si Kesatria pertama, ke hadapannya. Begitu menantunya
datang menghadap, Sang Ratu langsung bersabda: “Kamu saya batalkan menjadi
menantu, dan kamu saya kutuk menjadi naga untuk menjaga samudra”. Kemudian
posisi kesatria pertama sebagai menantu pun digantikan oleh kesatria yang kalah
dalam lomba.
Mengapa
Sang Ratu tidak teguh pendirian lalu berubah pikiran? Alkisah , saat menikmati
indahnya telaga Pengilon, Sang Ratu dan puterinya sangat terkesan. Dalam hati
mereka membandingkan dengan telaga Menjer buatan kesatria pertama yang
biarpun waktu pembuatannya lebih cepat, namun buatanya kasar. Airnya
beriak/bergelombang. Ini menandakan bahwa sifat pembuatnya kurang baik.
Sebaliknya, telaga Pengilon buatan kesatria kedua airnya jernih,
berkilau-kilau, tenang, penuh kedamaian dan semua ini menandakan bahwa kesatria
kedua pembuat telaga Pengilon ini memiliki sifat dan hati yang baik.
Karena
sangat terkesan, lalu Sang Ratu dan puterinya pun mandi. Mereka menyangkutkan
pakaiannya di pepohonan. Di tengah-tengah kesyikan mereka berkecimpung di dalam
air yang sejuk, sekonyong-konyong datang angin kencang yang menerbangkan
pakaian Sang Ratu dan putrinya yang berwarna-warni dan terjatuh di bagian
telaga yang lain. Sesaat air telaga itu berubah warnanya, lalu terciptalah
telaga warna sebagai akibat jatuhnya pakaian Sang Ratu dan putrinya (“yang
luntur”) ke dalam air telaga.
Berbeda menurut kajian Ilmiah, warna-warni dipermukaan telaga
tersebut adalah akibat dari pembiasan cahaya pada Endapan Belerang/sulfur
didasar Telaga warna. Warna yang dominan muncul dipermukaan telaga warna adalah
Warna Hijau, warna putih kekuningan, serta warna biru laut. Nama Telaga Warna
sendiri diberikan karena keunikan fenomena yang terjadi di tempat telaga
tersebut, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah.
Telaga yang berada di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan
laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang indah dan mengagumkan
sehingga menambah pesona sekitar telaga warna. Jika anda naik ke atas bukit di
dekat telaga, keindahan telaga warna akan lebih terasa. Waktu yang paling tepat
untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada
sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga
pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya.
Saat berada di sekitar telaga warna anda akan terpesona oleh
keindahan pemandangannya, selain dikelilingi hutan dan bukit yang hijau.
Pepohonan lebat di sekitar Telaga Warna menambah kesejukan, sekaligus juga
menawarkan suasana yang sangat indah dan alami. Terkadang, kabut putih pun
menyelimuti Telaga Warna ini. Anda juga dapat menyusuri tepi telaga ini dan ada
juga balkon kecil untuk duduk bersantai sambil menikmati udara dan
keanekaragaman fenomena alam yang mengelilinginya. Lokasi paling tepat untuk
menikmati keindahan telaga ini selain berada tepat di hadapannya adalah Anda
juga bisa mendaki ke puncak bukit yang memagari telaga. Kondisi menuju bukit
ini cukup sempit dan licin dan hanya bisa dilalui oleh satu orang. Di antara
rimbunnya pepohonan, Anda bisa menyaksikan keindahan telaga berwarna-warni yang
sangat cantik.
Anda juga akan merasakan suasana mistis yang hening
disempurnakan oleh kabut putih dan pepohonan yang rindang. Tidak hanya
keindahan pemandangannya saja. Ada juga manfaat air telaga yang mengandung belerang
tersebut . Ada yang berpendapat air telaga tersebut dapat menyembuhkan beberapa
seperti penyakit kulit, rematik dan lain sebagainya. Banyak pengunjung yang
mengambil air di telaga warna ini, semata untuk membasuh bagian tubuh, terutama
di bagian kulit yang mengalami gangguan.
Keberadaan Telaga Warna Dieng tersebut juga sangat berguna bagi
masyarakat sekitar yang kebanyakan bekerja sebagai petani sayuran dan buah.
Mereka menggunakan air dari telaga warna sebagai sumber irigasi untuk mengairi
tanaman sayuran yang menjadi komoditas utama di kawasan ini. Hawa pegunungan
yang sejuk sangat cocok sebagai daerah pertanian. Dataran tinggi Dieng banyak
memberikan manfaat bagi penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Karunia Tuhan
Yang Maha Kuasa yang harus disyukuri dan juga dilestarikan.
Di sekitar Telaga Warna Dieng juga terdapat beberapa gua alam,
seperti Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati. Di depan gua ini
terdapat arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini juga memiliki kolam kecil
yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit
jadi lebih cantik. Ada juga Gua Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua Jaran Resi
Kendaliseto. Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Gua-gua
di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi.
Akses Menuju Telaga Warna
Untuk menuju ke telaga warna dapat ditempuh dari pusat Kota
Wonosobo dengan menggunakan kendaraan umum dari terminal Kota Wonosobo, dengan
menempuh jarak sekitar 30 kilometer, atau selama 45 menit sampai 1 jam. Jika
Anda menggunakan kendaraan pribadi, pastikan kendaraan dalam keadaan baik.
Karena medan jalan yang dilewati cukup berliku dan menanjak, dan di kanan/kiri
jalan berbatasan langsung dengan jurang yang cukup dalam. Harga tiket masuk
telaga warna : Rp 5.000 (weekday) - Rp 7.500 (weekend).
Jasa layanan pemandu wisata atau tour guide yang berada di
dataran tinggi dieng kini sudah tersedia. Pemandu atau guide lokal juga bisa di
jadikan sahabat perjalanan wisata area dieng. Tour guide dieng yang memandu ke
objek wisata merupakan pemandu wisata secara umum yang mendampingi serta
memandu kegiatan tour di setiap objek wisata unggulan dataran tinggi dieng.
Kawasan telaga yang memiliki luas sekitar 40 h itu sangat
indah sekali bila kita mau menjelajahi dengan cara berjalan kaki ( starting
dari bukit sidengkeng ) kemudian di lanjutkan ke tepian dari kedua telaga
tersebut dan berakhir di atas bukit sikendil ( dieng plateau theater). telaga
warna terunik dengan beragam pesan moral bagi manusia untuk lebih menghargai
hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memasuki telaga
Warna, anda dapat membeli tiket terusan yang sudah tersedia dengan harga Rp 20
ribu per orang yang bisa digunakan untuk masuk ke empat objek wisata sekaligus,
yaitu Telaga Warna, Kawah Sikidang, Dieng Plateu theater, dan komplek Candi
Arjuna.
KESIMPULAN DAN SARAN
Eksotisme Telaga
Warna Dieng memang mempesona. Telaga yang memiliki keunikan berupa warna
permukaan yang berubah-ubah ini dikelilingi oleh Hutan dan bukit yang masih
asri, udara yang segar, serta Pemandangan Khas pegunungan yang membuat siapa
saja betah berlama-lama menjelajahi obyek wisata di Dieng yang satu ini.
Maka kita sebagai manusia harus bisa menjaga eksotisme keasrian dan keindahan
telaga warna dan telaga pengilon ini, tak hanya telaga namun keindahan dan
kearian alam ini pun harus kita jaga demi kelangsungan hidup di generasi
berikutnya
DAFTAR
PUSTAKA
mempesona. Telaga yang memiliki keunikan berupa warna
permukaan yang berubah-ubah ini dikelilingi oleh Hutan dan bukit yang masih
asri, udara yang segar, serta Pemandangan Khas pegunungan yang membuat siapa
saja betah berlama-lama menjelajahi obyek wisata di Dieng yang satu ini.
Maka kita sebagai manusia harus bisa menjaga eksotisme keasrian dan keindahan
telaga warna dan telaga pengilon ini, tak hanya telaga namun keindahan dan
kearian alam ini pun harus kita jaga demi kelangsungan hidup di generasi
berikutnya
DAFTAR
PUSTAKA
Nadia Rizki Winardi
UJP-B 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar