Konektivitas dan Infrastruktur yang
Kuat untuk Menunjang Kepariwisataan Daerah.
Pariwisata di Indonesia kini menjadi sektor yang paling penting karena
menjadi penyumbang terbesar nomor 4
setelah minyak dan gas, batubara, serta kelapa sawit untuk pendapatan APBN di
Indonesia. Maka di sektor ini harusnya bisa menjadi sektor terbesar nomor 1
karena keberadaan pariwistaan tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah
punah seperti minyak dan gas. Banyaknya daerah daerah di Indonesia yang sayang
untuk tidak di kunjungi, dari wisatawan domestik atau pun wisatawan luar
negeri. Alam Indonesia terbentang luas dari Aceh sampai Merauke. Masing masing
daerah memiliki daya tarik dan ciri khasnyanya masing masing. Potensi setiap
daerah sangatlah berbeda-beda meskipun dalam ruang lingkup satu propinsi.
Kondisi geografis dan topografi suatu daerah sangat mempengaruhi potensi yang
dimiliki oleh sebuah daerah. Perbedaan ini harusnya menjadikan sebuah daerah
mampu mencari dan mengembangkan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin. Sebuah
daerah yang memiliki garis pantai (baca: laut) berbeda pengembangannya dengan
daerah pegunungan. Satu kondisi yang kontradiktif namun secara essensi memiliki
potensi yang optimal untuk dikembangkan tergantung kepada semangat dan
bagaimana konsep pemerintah daerah dalam mengeksplorasi potensi tersebut.
Daerah pegunungan dan lautan yang terhampar luas menjadikan Indonesia
menjadi salah satu objek wisata yang paling banyak di kunjungi. Terkadang
wisatawan tidak mau mencoba hal hal baru yang jarang di kunjungi orang banyak.
Dengan alasan kenyaman, transportasi yang tidak memadai dan berbagai macam
alasan. Tetapi wisatawan juga harus tau bahwa banyak daerah Indonesia yang
menawarkan keindahan yang telah di ciptakan Tuhan yang Maha Esa.
Seperti contohnya di daerah Kuningan Jawa Barat yang mempunyai kondisi
geografi yang terdiri dari perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Kuningan
memiliki bentang alam fariatif mulai dari dataran rendah dan dataran tinggi
dengan puncak tertinggi di jawa barat yaitu puncak gunung Ciremai (3.076mdpl).
Selain menyuguhkan keindahan alamnya, kuningan memiliki banyak objek wisata
yang dapat di kunjungi. Daerah ini berpotensi untuk menjadi kawasan wisata
dengan segudang panorama dan keindahan alam yang akan memacu hasrat siapapun
untuk mengunjunginya. Setidaknya terdapat 12 tempat wisata yang dapat di
kunjungi para wisata wan yaitu Talaga Remis, Gedung Perundingan Linggarjati,
Mandala Wisata, Linggarjati Indah, Sangkanurip Alami, Pedesaan Sitonjul, Kolam
Renang Cibulan, Lembah Cilengkrang, Taman Purbakala Cipari, Kolam Renang
Cigugur, Waduk Darma dan Balong Kramat Darmaloka. sebenarnya masih banyak
kawasan Kuningan yang memiliki panorama indah namun masih belum tereksplorasi
sama sekali seperti kawasan Parigi, Cibunar di Desa Linggarjati, kawasan Desa
Sangkanerang, Desa Sayana yang kesemuanya berada persis di kaki Gunung Ciremai.
Kuningan memiliki banyak pemandangan panorama yang sangat begitu indah
yang di ciptakan Tuhan, berbeda sekali dengan daerah daerah di sekitarnya
seperti kota Cirebon dan indramayu yang tidak memiliki panorama seindah kota
kuningan dan hawa di kota mereka sudah berbeda dengan kota kuningan. Kuningan
ramai di kunjungi oleh para wisatwan biasanya di hari hari libur besar, seperti
ketika lebaran tiba. Kuningan mendadak menjadi kota yang penuh sesak, Kuningan
pun dilanda kemacetan yang panjangnya kadang sampai 6 hingga 7 km sebab lokasi
wisata berada sejajar, khususnya objek wisata Kolam Renang Cibulan, Linggarjati
Indah dan Sangkanurip Alami. Wisatwan berdatangan untuk sekedar liburan atau
rilexasi, pulang ke kampung halaman , ataupun untuk mengunjungi objek wisata
yang terdapat di kota kuningan tersebut, walaupun tidak banyak wisatawan yang
mengunjungi tempat tempat yang belum tereksplorasi. Mereka kebanyakan hanya
mengunjungi objek wisata yang sudah di sediakan dinas pariwisata Kota Kuningan.
Padahal tempat-tempat yang tadi belum terekplorasi tidak kalah bagusnya dengan
objek wisata yang sudah ada, namun belum saja banyak orang yang ingin mencoba
pergi kesana seperti Curug Bangkong di wilayah Kecamatan Darma, Curug Ciputri,
Bumi Perkemahan Palutungan (Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur), Wisata Cidomba
(Desa Sayana, Kecamatan Jalaksana) yang sedang dalam penggarapan. Dari beberapa
tempat objek wisata hanya beberapa lokasi yang kebersihan dan keindahannya
cukup terjaga seperti, Waduk Darma, Sangkanurip Alami, Gedung Perundingan
Linggarjati dan Kolam Renang Cibulan. Selebihnya bertahan alami dengan kondisi
yang miskin pengembangan bahkan Talaga Remis, Balong Kramat Darmaloka,
Linggarjati Indah berada pada kondisi yang memprihatinkan dan juga seperti
tidak ada yang mengelolanya karena berbagai sarana penunjang banyak yang rusak
dan kebersihan lokasipun kurang begitu diperhatikan. Terlebih lagi objek wisata
Sangkanurip Alami yang sekarang disesaki hotel-hotel berbintang. Padahal
seharusnya yang dilakukan oleh Pemerintah Kuningan adalah pembangunan sinergi
antara lokasi wisata dan sarananya bukannya sebuah ketimpangan seperti yang
sedang terjadi sekarang ini.
Daerah dapat memaksimalkan daerahnya dengan potensi potensi yang ada
karena aset dan potensi wisata yang
dikelola secara profesional akan mampu memajukan daerah, meningkatkan PAD
(Pendapatan Asli Daerah) dan mengangkat prestise daerah itu sendiri. Kurang
pengelolaan itu lah yang menjadikan objek wisata yang ada di kuningan ini semakin tak terurus,
infrastruktur yang kurang dan tentunya konektivitas antara tempat wisata dan
penunjang penunjangnya itu sendiri. Sebuah objek wisata tidak bisa berdiri
sendiri di wilayahnya, pasti terdapat tempat tempat atau fasulitas yang
menunjang agar objek wisatatersebut dapat berkembang. Oleh karena itu
infrastruktur dan konektivitas sangat perlu sekali dibenahi. Konektivitas yan
di maksud adalah pengelolaan tempat wisata tersebt agar menjadi tempat wisata
yang memang layak di kunjungi, adanya konektivitas antara objek wisata, hotel
hotel yang berdiri di sekitar tempat objek wisata bahkan sampai lahan parkir
juga harus di tata sedemikian rupa agar menjadi sebuah tempat wisata yang layak
untuk dikunjungi. Tempat wisata harus
secara totalitas dengan pemeliharaan serta pengembangan yang berkelanjutan
sehingga wisatawan terus berdatangan karena sarana maupun lokasi terus bertambah
dengan nuansa yang baru. Sumber daya manusia juga penting karena dengan
kesiapan manusia yang mengelola tempat wisata tersebut menjadikan tempat wisata
tersebut terurus dan terolah dengan baik. Tidak hanya pengelolanya saja yang
ambil peran, tetapi para pengunjung juga harus ikut menjaga tempat wisata
tersebut contohnya tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merusak
fasilitas yang telah di sediakan serta manusia yang bergerak di sektor
pariwisata setidaknya bisa membantu permasalahan yang ada dengan tidak
mementingkan keegoisan semata untuk meraih keuntungan tetapi juga harus
memikirkan dampak yang akan timbul karena telah melakukan berbagai macam
kerusakan yang di sengaja atau tidak di sengaja. Tentu saja infrastruktur yang
harus memadai, seperti infrastruktur jalan dan bangunan bangunan yang harus di
tingkatkan lagi pengelolaannya, agar menarik daya tarik wisatawan yang ingin berkunjung
kesana. Yang membuat lemah tempat wisata adalah infrastruktur yang kurang
memadai dan sedikit sekali koordinasi untuk menyatukan objek wisata tersebut
dengan penunjang penunjangnya. Sebuah hubungan antara infrastruktur dan
konektivitas yang saling mengikat antara
satu sama yang lain, dapat memperkuat kepariwisataan daerah karena ketimpangan
pada satu sisi akan memberikan pengaruh besar pada sisi lainnya. Peran
masyarakat di daerah sana juga penting, masyarakatyang memiliki sosial budaya
yang tinggi akan mendukung sosialisasi dan perkembangan wisata di daerah
tersebut dan menjadikannya menjadi saling menguntungkan.
Dalam membangun dan mengembangkan sebuah objek wisata haruslah
dirancang sebuah pola tata ruang yang menyeluruh meskipun pembangunan sarana-sarana
tersebut tidak dibangun sekaligus. Namun dengan perencanaan yang komprehensif,
semua fasilitas akan dibangun sesuai rancangan yang sudah dibuat dari awal.
Bukan dengan pembangunan ataupun pengembangan tanpa perencanaan tetapi harus
dengan perencanaan yang benar benar matang sehingga dengan pola tersebut, unsur tata
ruang dan estetika objek wisata akan menjadi padu dengan sendirinya. Perencanaan
pola-pola tata ruang yang salah menyebabka pembangunan sarana-sarana penunjang
yang dibangun belakangan kadang mengganggu estetika objek wisata. Kondisi ini
terjadi di objek wisata Linggarjati Indah yang penuh sesak dengan mainan anak
yang tidak tertata rapi, Balong Kramat Darmaloka masih sangat alami sekali,
Talaga Remis yang seperti ditinggal pengelolanya sehingga terkesan tidak diurus
dan banyak sarananya yang rusak. Kolam renang Cibulan yang merupakan warisan
Belanda sampai kini hanya ada penambahan ruang ganti disebelah utara tidak
lebih dari itu. Linggarjati Indah yang sekarang hanya mempunyai “modal kolam
renang saja” kondisinya lebih parah karena banyak sarana yang rusak
(vila/bungalow) dan tata ruang objek yang amburadul. Darmaloka lebih
menyedihkan lagi karena loket yang rusak dan bangunan gerbang depan yang sudah
mengkhawatirkan, maka wajar bila sepi pengunjung. Talaga Remis hanya gemerlap
Restoran Ikan Bakarnya saja sedangkan objek wisatanya tidak pernah mendapat
sentuhan sama sekali. Tidak ada geliat pengembangan sama sekali, sampah
dedaunan dan nuansa yang absurd adalah pandangan pertama begitu memasuki lokasi
objek ini, padahal ketenangan air telaganya begitu menenangkan hati.
Sangkanurip Alami pun demikian belum ada pengembangan lagi terkecuali maraknya
pembangunan hotel dan penginapan.
Padahal untuk menyelaraskan dengan dinamika pembangunan, sektor wisata
sebagai salah satu sektor andalan harus mendapat prioritas utama dalam
pengembangannya. Sehingga pengunjung lokal maupun dari luar Kuningan akan
senantiasa mendapatkan nuansa yang baru ketika mengunjungi objek wisata di
Kuningan. Selain miskinnya pengembangan, unsur kebersihan objek wisata pun
belum diperhatikan secara serius. kebersihan sebuah kawasan memberikan citra
positif dan memberikan kenyamanan yang sempurna selain hiburan dan panorama
yang indah bagi seorang pengunjung. Kebersihan bukan hanya diprioritaskan untuk
menyambut tamu-tamu penting saja, ketika si tamu telah pergi, kebiasaan lama
kembali lagi. Itu sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia yang ingin di liat
bagus oleh petinggi petinginya saja sedangkan masyarakat biasa yang ingin berwisata
di biarkan begitu saja melihat dan merasakan
ketidak nyamanan objek wisata tersebut.
Memang tidak semua objek wisata seperti itu tetapi kebanyakan dari
mereka beranggapan jika para orang penting tersebut melihat keindahan tersebut,
objek wisata tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi karena sudah pernah di
kunjungi oleh para orang penting atau para petingi tersebut,tetapi jika sudah
lama berlalu akan kembali seperti biasa yang tidak di awasi masalah
masalah yang membuat pengunjung lainnya
merasa terganggu dengan ketidak nyamanan tersebut. Fenomena ini adalah sebuah
keprihatinan karena pelayanan kebersihan dan kenyamanan dalam berkunjung adalah
hak setiap pengunjung bukan hanya hak para orang penting atau para petinggi
tersebut.
Sarana penunjang bagi sebuah objek wisata adalah sebuah keharusan.
Karena tanpa sarana yang memadai akan mengecewakan pengunjung yang sudah
jauh-jauh datang dari luar kota. Fasilitas penginapan, restoran, Mushola maupun
MCK yang bersih adalah beberapa sarana yang urgen dan mesti dimiliki oleh
sebuah objek wisata berkelas nasional. Untuk kategori hotel atau penginapan
mungkin Kuningan sudah memilikinya bahkan Restoran berkelas juga baru selesai
dibangun, Restoran Lembah Ciremai yang mengambil posisi strategis di daerah Kramatmulya.
Namun fasilitas umum MCK yang memang sangat sepele tapi urgen adanya sering
kali kurang diperhatikan. Selain itu sarana penunjang dimasing-masing objek
masih sangat kurang, seperti objek wisata Talaga Remis yang hanya ada hamparan
danau, Cibulan dan Cigugur hanya dengan kolam renangnya semata, Darmaloka hanya
dengan gemercik airnya, pun dengan Mandala Wisata yang hanya mengandalkan kafe
remang-remangnya.
Pengelola harus bisa memaksimalkan bagaimana mengembangkan objek wisata
yang telah memiliki kelebihandari sisi panorama maupun hamparan danaunya.
Karena untuk menjual sebuah “produk” tidak cukup hanya dengan aset pemberian
Tuhan semata. Kita diamanatkan untuk mengeksplorasi alam ini sehingga lebih
“berwarna” dan bernuansa. Misalnya untuk Cibulan cobalah dibuat mainan untuk
anak atau eksplorasi kawasan kearah atas (barat), begitupun dengan Talaga Remis
yang masih miskin pengembangan bahkan terkesan tidak “pernah” dikelola,
sedangkan untuk Linggarjati Indah yang memang mempunyai banyak sarana bermain
harus ditata ulang sehingga akan terlihat lebih rapi dan Indah. Selain sarana
yang menunjang langsung eksistensi sebuah objek wisata, sarana lain yang juga
memberikan pengaruh seperti transportasi haruslah diberikan perhatian khusus. Kuningan
memiliki masalah yang sangat krusial tentang transportasi lokal maupun antar
propinsi. Selain transportasi yang akan di gunakan tentu saja infrastruktur
jalan nya harus di perbaiki, tidak perlu di perlebar cukup dengan memperbaiki
jalan yang benar benar layak untuk di lewati. Bisa jadi tempat tempat yang
belum terekplor itu karena jalan akses menuju tempat wisata tersebut kurang
memadai. Agar pengunjung dapat pmengeksplor nya, tempat wisata tersebut sudah
harus siap dengan infrastruktur dan fasilitas fasilitas yang akan di tawarkan.
Pengembangan sebuah objek yang baru jangan sampai melupakan objek yang
lama. Karena bila konsep ini dijalankan, kita senantiasa akan jalan di tempat
atau bahkan stagnan. Dana APBD sekian persen harus dialokasikan kepada sektor
penting ini, sebab bila sebuah kawasan dengan panorama indah telah tertata
rapih akan menarik daya tarik pengunjung untuk datang, tanpa harus di undang
akan datang dengan sendirinya. Sebuah
pengembangan apapun harus didasari pada sebuah rancangan dan perencanaan jangka
panjang yang akan menjadi pijakan untuk pengembangan tersebut. Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan harus secara total dan penuh dedikasi untuk mengembangkan sektor
pariwisata pada tahap maksimal bukan apa adanya seperti sekarang ini. Jika
pengelolaan tempat wisata sudha tertata dengan baik tidak menutup kemungkinan
Kuningan menjadi salah satu daerah
wisata pilihan para turis lokal maupun mancanegara. Secara teritorial,
Kabupaten Kuningan sudah ada pada posisi yang tepat. Sebab kebanyakan rute para
turis mancanegara yang berkunjung ke Indonesia adalah Jakarta, Yogyakarta dan
Bali. Bila Kuningan telah mampu mendongkrak kualitas pariwisatanya, bukan hal
yang mustahil dalam beberapa dekade kedepan kita akan memotong jalur para turis
tersebut dari Jakarta sebelum menuju DI Yogyakarta.
Pada masa yang akan datang ketika Cirebon dan Indramayu bergerak dengan
industrinya, kita harus sudah maju dengan “dunia” pariwisatanya sehingga mampu
memuaskan wisatawan lokal maupun luar kota yang dahaga akan kesejukan,
kenyamanan dan hiburan. Sebuah “komoditi” yang tak akan kehilangan konsumen
kecuali matahari berhenti menyinari bumi ini, apalagi para psikolog memprediksi
10 tahun kedepan masyarakat kita akan lebih mudah terserang depresi dan stress.
Meskipun bukan sebuah bentuk “ekspresi kepuasan dan kemenangan” tapi itulah
realitas kehidupan sekarang yang semakin berat. Panorama yang segar, hiburan,
ketenangan, rileksasi adalah makanan penutup wajib diakhir pekan untuk sebuah
keluarga yang penat dengan aktivitasnya.
Oleh kaena itu sebuah destinasi wisata yang khususnya berada di
daerah daerah yang bisa dibilang terpencil agar memaksimalkan daerah wisatanya
dengan baik, kita sebagai orang yang ruang lingkupnya berhubungan dengan sektor
pariwisata harus bisa membantu memaksimalkannya juga, minimal dengan
mempromosikan tempat tempat yang sebenarnya indah untuk di kunjungi dan
juga dengan menjaga fasilitas-fasilitas
yang telah di sediakan. Peran guide juga penting dalam hal ini,jika ada warga
mancanegara datang berkunjung guide harus bisa menkondiskan agar semua berjalan
dengan aman, tidak ada kerusakan & tidak ada pencemaran, karena bisa jadi
di Negara mereka hal itu di anggap wajar.
dan bukan hanya di kuningan saja tetapi banyak daerah daerah yang sayang
untuk di lewati dan di kunjungi di Indonesia yang sehausnya bisa terekplorasi
dengan baik bukan dengan cara merusaknya bahkan dengan tidak bertanggung jawab.
Infrastruktur adalah yang pertama harus di bangun agar akses menuju tempat wisata dapat
terjangkau. Pembangunan infrastruktur yang baik juga paling penting untuk
direncanakan seperti yang sudah dibahas, karena pembanguan infrastruktur
dinilai sebagai kunci sukses implementasi tujuan pariwisata. Dan tentunya
konektivitas antara semua sektor pariwisata harus berjalan dengan seimbang agar
pelaksanaannya juga dapat terlaksana dengan baik. Dan sektor pariwisata
Indonesia dapat berkembang dengan pesat mengalahkan Negara Negara lainnya yang
jika di bandingkan dengan keindahalan alam Indonesia sangat jauh lebih indah.
Negara lain hanya bermodalkan teknologi yang canggih untuk membuat berbagai
macam objek wisata buatan, sedangkan Indonesia memiliki berbagai macam
keindahan alami yang sudah di ciptakan oleh Tuhan tinggal sumber daya
manusianya saja yang harus memanfaatkannya dengan baik dan penuh dengan rasa
tanggung jawab untuk kehidupan Indonesia yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka :
Debby Dianasari
4423154485
Usaha Jasa Pariwisata- A
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar