Kamis, 07 Januari 2016

TUGAS 2- Solusi UNJ UntukPariwisata Indonesia

Konektivitas dan Infrastruktur yang Kuat untuk Menunjang Kepariwisataan Daerah.
Pariwisata di Indonesia kini menjadi sektor yang paling penting karena menjadi penyumbang terbesar  nomor 4 setelah minyak dan gas, batubara, serta kelapa sawit untuk pendapatan APBN di Indonesia. Maka di sektor ini harusnya bisa menjadi sektor terbesar nomor 1 karena keberadaan pariwistaan tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah punah seperti minyak dan gas. Banyaknya daerah daerah di Indonesia yang sayang untuk tidak di kunjungi, dari wisatawan domestik atau pun wisatawan luar negeri. Alam Indonesia terbentang luas dari Aceh sampai Merauke. Masing masing daerah memiliki daya tarik dan ciri khasnyanya masing masing. Potensi setiap daerah sangatlah berbeda-beda meskipun dalam ruang lingkup satu propinsi. Kondisi geografis dan topografi suatu daerah sangat mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh sebuah daerah. Perbedaan ini harusnya menjadikan sebuah daerah mampu mencari dan mengembangkan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin. Sebuah daerah yang memiliki garis pantai (baca: laut) berbeda pengembangannya dengan daerah pegunungan. Satu kondisi yang kontradiktif namun secara essensi memiliki potensi yang optimal untuk dikembangkan tergantung kepada semangat dan bagaimana konsep pemerintah daerah dalam mengeksplorasi potensi tersebut.
Daerah pegunungan dan lautan yang terhampar luas menjadikan Indonesia menjadi salah satu objek wisata yang paling banyak di kunjungi. Terkadang wisatawan tidak mau mencoba hal hal baru yang jarang di kunjungi orang banyak. Dengan alasan kenyaman, transportasi yang tidak memadai dan berbagai macam alasan. Tetapi wisatawan juga harus tau bahwa banyak daerah Indonesia yang menawarkan keindahan yang telah di ciptakan Tuhan yang Maha Esa.
Seperti contohnya di daerah Kuningan Jawa Barat yang mempunyai kondisi geografi yang terdiri dari perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Kuningan memiliki bentang alam fariatif mulai dari dataran rendah dan dataran tinggi dengan puncak tertinggi di jawa barat yaitu puncak gunung Ciremai (3.076mdpl). Selain menyuguhkan keindahan alamnya, kuningan memiliki banyak objek wisata yang dapat di kunjungi. Daerah ini berpotensi untuk menjadi kawasan wisata dengan segudang panorama dan keindahan alam yang akan memacu hasrat siapapun untuk mengunjunginya. Setidaknya terdapat 12 tempat wisata yang dapat di kunjungi para wisata wan yaitu Talaga Remis, Gedung Perundingan Linggarjati, Mandala Wisata, Linggarjati Indah, Sangkanurip Alami, Pedesaan Sitonjul, Kolam Renang Cibulan, Lembah Cilengkrang, Taman Purbakala Cipari, Kolam Renang Cigugur, Waduk Darma dan Balong Kramat Darmaloka. sebenarnya masih banyak kawasan Kuningan yang memiliki panorama indah namun masih belum tereksplorasi sama sekali seperti kawasan Parigi, Cibunar di Desa Linggarjati, kawasan Desa Sangkanerang, Desa Sayana yang kesemuanya berada persis di kaki Gunung Ciremai.

Kuningan memiliki banyak pemandangan panorama yang sangat begitu indah yang di ciptakan Tuhan, berbeda sekali dengan daerah daerah di sekitarnya seperti kota Cirebon dan indramayu yang tidak memiliki panorama seindah kota kuningan dan hawa di kota mereka sudah berbeda dengan kota kuningan. Kuningan ramai di kunjungi oleh para wisatwan biasanya di hari hari libur besar, seperti ketika lebaran tiba. Kuningan mendadak menjadi kota yang penuh sesak, Kuningan pun dilanda kemacetan yang panjangnya kadang sampai 6 hingga 7 km sebab lokasi wisata berada sejajar, khususnya objek wisata Kolam Renang Cibulan, Linggarjati Indah dan Sangkanurip Alami. Wisatwan berdatangan untuk sekedar liburan atau rilexasi, pulang ke kampung halaman , ataupun untuk mengunjungi objek wisata yang terdapat di kota kuningan tersebut, walaupun tidak banyak wisatawan yang mengunjungi tempat tempat yang belum tereksplorasi. Mereka kebanyakan hanya mengunjungi objek wisata yang sudah di sediakan dinas pariwisata Kota Kuningan. Padahal tempat-tempat yang tadi belum terekplorasi tidak kalah bagusnya dengan objek wisata yang sudah ada, namun belum saja banyak orang yang ingin mencoba pergi kesana seperti Curug Bangkong di wilayah Kecamatan Darma, Curug Ciputri, Bumi Perkemahan Palutungan (Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur), Wisata Cidomba (Desa Sayana, Kecamatan Jalaksana) yang sedang dalam penggarapan. Dari beberapa tempat objek wisata hanya beberapa lokasi yang kebersihan dan keindahannya cukup terjaga seperti, Waduk Darma, Sangkanurip Alami, Gedung Perundingan Linggarjati dan Kolam Renang Cibulan. Selebihnya bertahan alami dengan kondisi yang miskin pengembangan bahkan Talaga Remis, Balong Kramat Darmaloka, Linggarjati Indah berada pada kondisi yang memprihatinkan dan juga seperti tidak ada yang mengelolanya karena berbagai sarana penunjang banyak yang rusak dan kebersihan lokasipun kurang begitu diperhatikan. Terlebih lagi objek wisata Sangkanurip Alami yang sekarang disesaki hotel-hotel berbintang. Padahal seharusnya yang dilakukan oleh Pemerintah Kuningan adalah pembangunan sinergi antara lokasi wisata dan sarananya bukannya sebuah ketimpangan seperti yang sedang terjadi sekarang ini.
Daerah dapat memaksimalkan daerahnya dengan potensi potensi yang ada karena  aset dan potensi wisata yang dikelola secara profesional akan mampu memajukan daerah, meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan mengangkat prestise daerah itu sendiri. Kurang pengelolaan itu lah yang menjadikan objek wisata yang ada  di kuningan ini semakin tak terurus, infrastruktur yang kurang dan tentunya konektivitas antara tempat wisata dan penunjang penunjangnya itu sendiri. Sebuah objek wisata tidak bisa berdiri sendiri di wilayahnya, pasti terdapat tempat tempat atau fasulitas yang menunjang agar objek wisatatersebut dapat berkembang. Oleh karena itu infrastruktur dan konektivitas sangat perlu sekali dibenahi. Konektivitas yan di maksud adalah pengelolaan tempat wisata tersebt agar menjadi tempat wisata yang memang layak di kunjungi, adanya konektivitas antara objek wisata, hotel hotel yang berdiri di sekitar tempat objek wisata bahkan sampai lahan parkir juga harus di tata sedemikian rupa agar menjadi sebuah tempat wisata yang layak untuk dikunjungi. Tempat  wisata harus secara totalitas dengan pemeliharaan serta pengembangan yang berkelanjutan sehingga wisatawan terus berdatangan karena sarana maupun lokasi terus bertambah dengan nuansa yang baru. Sumber daya manusia juga penting karena dengan kesiapan manusia yang mengelola tempat wisata tersebut menjadikan tempat wisata tersebut terurus dan terolah dengan baik. Tidak hanya pengelolanya saja yang ambil peran, tetapi para pengunjung juga harus ikut menjaga tempat wisata tersebut contohnya tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merusak fasilitas yang telah di sediakan serta manusia yang bergerak di sektor pariwisata setidaknya bisa membantu permasalahan yang ada dengan tidak mementingkan keegoisan semata untuk meraih keuntungan tetapi juga harus memikirkan dampak yang akan timbul karena telah melakukan berbagai macam kerusakan yang di sengaja atau tidak di sengaja. Tentu saja infrastruktur yang harus memadai, seperti infrastruktur jalan dan bangunan bangunan yang harus di tingkatkan lagi pengelolaannya, agar menarik daya tarik wisatawan yang ingin berkunjung kesana. Yang membuat lemah tempat wisata adalah infrastruktur yang kurang memadai dan sedikit sekali koordinasi untuk menyatukan objek wisata tersebut dengan penunjang penunjangnya. Sebuah hubungan antara infrastruktur dan konektivitas  yang saling mengikat antara satu sama yang lain, dapat memperkuat kepariwisataan daerah karena ketimpangan pada satu sisi akan memberikan pengaruh besar pada sisi lainnya. Peran masyarakat di daerah sana juga penting, masyarakatyang memiliki sosial budaya yang tinggi akan mendukung sosialisasi dan perkembangan wisata di daerah tersebut dan menjadikannya menjadi saling menguntungkan.
Dalam membangun dan mengembangkan sebuah objek wisata haruslah dirancang sebuah pola tata ruang yang menyeluruh meskipun pembangunan sarana-sarana tersebut tidak dibangun sekaligus. Namun dengan perencanaan yang komprehensif, semua fasilitas akan dibangun sesuai rancangan yang sudah dibuat dari awal. Bukan dengan pembangunan ataupun pengembangan tanpa perencanaan tetapi harus dengan perencanaan yang benar benar matang  sehingga dengan pola tersebut, unsur tata ruang dan estetika objek wisata akan menjadi padu dengan sendirinya. Perencanaan pola-pola tata ruang yang salah menyebabka pembangunan sarana-sarana penunjang yang dibangun belakangan kadang mengganggu estetika objek wisata. Kondisi ini terjadi di objek wisata Linggarjati Indah yang penuh sesak dengan mainan anak yang tidak tertata rapi, Balong Kramat Darmaloka masih sangat alami sekali, Talaga Remis yang seperti ditinggal pengelolanya sehingga terkesan tidak diurus dan banyak sarananya yang rusak. Kolam renang Cibulan yang merupakan warisan Belanda sampai kini hanya ada penambahan ruang ganti disebelah utara tidak lebih dari itu. Linggarjati Indah yang sekarang hanya mempunyai “modal kolam renang saja” kondisinya lebih parah karena banyak sarana yang rusak (vila/bungalow) dan tata ruang objek yang amburadul. Darmaloka lebih menyedihkan lagi karena loket yang rusak dan bangunan gerbang depan yang sudah mengkhawatirkan, maka wajar bila sepi pengunjung. Talaga Remis hanya gemerlap Restoran Ikan Bakarnya saja sedangkan objek wisatanya tidak pernah mendapat sentuhan sama sekali. Tidak ada geliat pengembangan sama sekali, sampah dedaunan dan nuansa yang absurd adalah pandangan pertama begitu memasuki lokasi objek ini, padahal ketenangan air telaganya begitu menenangkan hati. Sangkanurip Alami pun demikian belum ada pengembangan lagi terkecuali maraknya pembangunan hotel dan penginapan.
Padahal untuk menyelaraskan dengan dinamika pembangunan, sektor wisata sebagai salah satu sektor andalan harus mendapat prioritas utama dalam pengembangannya. Sehingga pengunjung lokal maupun dari luar Kuningan akan senantiasa mendapatkan nuansa yang baru ketika mengunjungi objek wisata di Kuningan. Selain miskinnya pengembangan, unsur kebersihan objek wisata pun belum diperhatikan secara serius. kebersihan sebuah kawasan memberikan citra positif dan memberikan kenyamanan yang sempurna selain hiburan dan panorama yang indah bagi seorang pengunjung. Kebersihan bukan hanya diprioritaskan untuk menyambut tamu-tamu penting saja, ketika si tamu telah pergi, kebiasaan lama kembali lagi. Itu sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia yang ingin di liat bagus oleh petinggi petinginya saja sedangkan masyarakat biasa yang ingin berwisata di biarkan begitu saja melihat dan merasakan  ketidak nyamanan objek wisata tersebut.  Memang tidak semua objek wisata seperti itu tetapi kebanyakan dari mereka beranggapan jika para orang penting tersebut melihat keindahan tersebut, objek wisata tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi karena sudah pernah di kunjungi oleh para orang penting atau para petingi tersebut,tetapi jika sudah lama berlalu akan kembali seperti biasa yang tidak di awasi masalah masalah  yang membuat pengunjung lainnya merasa terganggu dengan ketidak nyamanan tersebut. Fenomena ini adalah sebuah keprihatinan karena pelayanan kebersihan dan kenyamanan dalam berkunjung adalah hak setiap pengunjung bukan hanya hak para orang penting atau para petinggi tersebut.
Sarana penunjang bagi sebuah objek wisata adalah sebuah keharusan. Karena tanpa sarana yang memadai akan mengecewakan pengunjung yang sudah jauh-jauh datang dari luar kota. Fasilitas penginapan, restoran, Mushola maupun MCK yang bersih adalah beberapa sarana yang urgen dan mesti dimiliki oleh sebuah objek wisata berkelas nasional. Untuk kategori hotel atau penginapan mungkin Kuningan sudah memilikinya bahkan Restoran berkelas juga baru selesai dibangun, Restoran Lembah Ciremai yang mengambil posisi strategis di daerah Kramatmulya. Namun fasilitas umum MCK yang memang sangat sepele tapi urgen adanya sering kali kurang diperhatikan. Selain itu sarana penunjang dimasing-masing objek masih sangat kurang, seperti objek wisata Talaga Remis yang hanya ada hamparan danau, Cibulan dan Cigugur hanya dengan kolam renangnya semata, Darmaloka hanya dengan gemercik airnya, pun dengan Mandala Wisata yang hanya mengandalkan kafe remang-remangnya.
Pengelola harus bisa memaksimalkan bagaimana mengembangkan objek wisata yang telah memiliki kelebihandari sisi panorama maupun hamparan danaunya. Karena untuk menjual sebuah “produk” tidak cukup hanya dengan aset pemberian Tuhan semata. Kita diamanatkan untuk mengeksplorasi alam ini sehingga lebih “berwarna” dan bernuansa. Misalnya untuk Cibulan cobalah dibuat mainan untuk anak atau eksplorasi kawasan kearah atas (barat), begitupun dengan Talaga Remis yang masih miskin pengembangan bahkan terkesan tidak “pernah” dikelola, sedangkan untuk Linggarjati Indah yang memang mempunyai banyak sarana bermain harus ditata ulang sehingga akan terlihat lebih rapi dan Indah. Selain sarana yang menunjang langsung eksistensi sebuah objek wisata, sarana lain yang juga memberikan pengaruh seperti transportasi haruslah diberikan perhatian khusus. Kuningan memiliki masalah yang sangat krusial tentang transportasi lokal maupun antar propinsi. Selain transportasi yang akan di gunakan tentu saja infrastruktur jalan nya harus di perbaiki, tidak perlu di perlebar cukup dengan memperbaiki jalan yang benar benar layak untuk di lewati. Bisa jadi tempat tempat yang belum terekplor itu karena jalan akses menuju tempat wisata tersebut kurang memadai. Agar pengunjung dapat pmengeksplor nya, tempat wisata tersebut sudah harus siap dengan infrastruktur dan fasilitas fasilitas yang akan di tawarkan.
Pengembangan sebuah objek yang baru jangan sampai melupakan objek yang lama. Karena bila konsep ini dijalankan, kita senantiasa akan jalan di tempat atau bahkan stagnan. Dana APBD sekian persen harus dialokasikan kepada sektor penting ini, sebab bila sebuah kawasan dengan panorama indah telah tertata rapih akan menarik daya tarik pengunjung untuk datang, tanpa harus di undang akan datang dengan sendirinya.  Sebuah pengembangan apapun harus didasari pada sebuah rancangan dan perencanaan jangka panjang yang akan menjadi pijakan untuk pengembangan tersebut. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan harus secara total dan penuh dedikasi untuk mengembangkan sektor pariwisata pada tahap maksimal bukan apa adanya seperti sekarang ini. Jika pengelolaan tempat wisata sudha tertata dengan baik tidak menutup kemungkinan Kuningan menjadi  salah satu daerah wisata pilihan para turis lokal maupun mancanegara. Secara teritorial, Kabupaten Kuningan sudah ada pada posisi yang tepat. Sebab kebanyakan rute para turis mancanegara yang berkunjung ke Indonesia adalah Jakarta, Yogyakarta dan Bali. Bila Kuningan telah mampu mendongkrak kualitas pariwisatanya, bukan hal yang mustahil dalam beberapa dekade kedepan kita akan memotong jalur para turis tersebut dari Jakarta sebelum menuju DI Yogyakarta.
Pada masa yang akan datang ketika Cirebon dan Indramayu bergerak dengan industrinya, kita harus sudah maju dengan “dunia” pariwisatanya sehingga mampu memuaskan wisatawan lokal maupun luar kota yang dahaga akan kesejukan, kenyamanan dan hiburan. Sebuah “komoditi” yang tak akan kehilangan konsumen kecuali matahari berhenti menyinari bumi ini, apalagi para psikolog memprediksi 10 tahun kedepan masyarakat kita akan lebih mudah terserang depresi dan stress. Meskipun bukan sebuah bentuk “ekspresi kepuasan dan kemenangan” tapi itulah realitas kehidupan sekarang yang semakin berat. Panorama yang segar, hiburan, ketenangan, rileksasi adalah makanan penutup wajib diakhir pekan untuk sebuah keluarga yang penat dengan aktivitasnya.
 Oleh kaena itu sebuah destinasi wisata yang khususnya berada di daerah daerah yang bisa dibilang terpencil agar memaksimalkan daerah wisatanya dengan baik, kita sebagai orang yang ruang lingkupnya berhubungan dengan sektor pariwisata harus bisa membantu memaksimalkannya juga, minimal dengan mempromosikan tempat tempat yang sebenarnya indah untuk di kunjungi dan juga  dengan menjaga fasilitas-fasilitas yang telah di sediakan. Peran guide juga penting dalam hal ini,jika ada warga mancanegara datang berkunjung guide harus bisa menkondiskan agar semua berjalan dengan aman, tidak ada kerusakan & tidak ada pencemaran, karena bisa jadi di Negara mereka hal itu di anggap wajar.  dan bukan hanya di kuningan saja tetapi banyak daerah daerah yang sayang untuk di lewati dan di kunjungi di Indonesia yang sehausnya bisa terekplorasi dengan baik bukan dengan cara merusaknya bahkan dengan tidak bertanggung jawab.

Infrastruktur adalah yang pertama harus di bangun  agar akses menuju tempat wisata dapat terjangkau. Pembangunan infrastruktur yang baik juga paling penting untuk direncanakan seperti yang sudah dibahas, karena pembanguan infrastruktur dinilai sebagai kunci sukses implementasi tujuan pariwisata. Dan tentunya konektivitas antara semua sektor pariwisata harus berjalan dengan seimbang agar pelaksanaannya juga dapat terlaksana dengan baik. Dan sektor pariwisata Indonesia dapat berkembang dengan pesat mengalahkan Negara Negara lainnya yang jika di bandingkan dengan keindahalan alam Indonesia sangat jauh lebih indah. Negara lain hanya bermodalkan teknologi yang canggih untuk membuat berbagai macam objek wisata buatan, sedangkan Indonesia memiliki berbagai macam keindahan alami yang sudah di ciptakan oleh Tuhan tinggal sumber daya manusianya saja yang harus memanfaatkannya dengan baik dan penuh dengan rasa tanggung jawab untuk kehidupan Indonesia yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka :




Debby Dianasari
4423154485
Usaha Jasa Pariwisata- A 
2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar