Perjalanan Hidupku Selama 18 Tahun
Priode Balita
Pada
Tanggal 19 November 1996 tepatnya pukul 23.00 malam lahir seorang bayi
perempuan dengan cara normal di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Jakarta Pusat. Bayi
perempuan itu adalah saya yang diberi nama lengkap Vita Nurani Alawiyah dengan
nama panggilan Vita. Awalnya ketika lahir saya ingin diberi nama Nur sebagai
nama panggilan yang artinya “cahaya” oleh nenek saya, namun kedua orang tua
saya tidak setuju dengan nama yang diberikan oleh beliau. Akhirnya ibu saya
hanya memakai nama Nur pada bagian tengah nama saya yaitu Nurani yang memiliki
arti hampir sama yaitu “cahaya hati”. Bagian nama depan saya diberikan oleh ibu
saya sendiri yaitu Vita yang diambil dari kata Vital berarti “sangat penting”.
Sedangkan bagian nama belakang saya yaitu Alawiyah diberikan oleh kakek saya,
sampai saat ini saya tidak tahu apa arti Alawiyah itu. Nama yang diberikan oleh
setiap orang tua adalah doa untuk anaknya kelak nanti. Saya pribadi sangat
senang dan bersyukur karena nama yang diberikan oleh kedua orang tua saya
memiliki arti yang mulia, itu berarti kedua orang tua saya mendoakan agar kelak
nanti saya bisa menjadi anak yang berguna bagi bangsa negara dan menjadi anak
yang memiliki hati cerah layaknya cahaya. Amin.
Foto ini adalah foto ayah dan ibu saya |
Saya
adalah putri kedua dari pasangan Surya Darma (Ayah) dan Nursyamsiah (Ibu) yang
terlahir dari keluarga berlatar belakang sederhana. Perbedaan jarak umur antara
ayah dan ibu saya cukup jauh yaitu berbeda 17 tahun. Ayah saya adalah seorang
wiraswasta dan ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga. Sejak masa balita saya dan
keluarga tinggal di Jalan Cilengsir No 12 A Cideng Gambir Jakarta Pusat. Saya
tinggal bersama kedua orang tua, satu kakak perempuan, dan dua orang pembantu
rumah tangga. Saat saya berumur 2 bulan, ayah dan ibu memutuskan hijrah ke
Mekah untuk menjalankan ibadah haji, sehingga ibu saya harus menitipkan
anak-anaknya kepada nenek dan kakek saya. Akhirnya nenek dan kakek harus
menginap dirumah saya untuk menjaga cucunya selama ayah dan ibu pergi haji.
Sebenarnya ibu saya tidak tega meninggalkan anak-anaknya yang masih terlalu
kecil tetapi demi menjalankan rukun islam yang kelima sekaligus menjalankan
kewajibannya sebagai umat muslim, akhirnya ibu saya ikhlas dan rela menitipkan
saya dan kakak yang masih kecil kepada orang tuanya.
Priode TK
Saya pun mulai tumbuh besar, diusia saya
yang ke 4 tahun ibu mendaftarkan saya ke tempat pengajian taman kanak-kanak
Masjid Al-Amanah yang terletak di Jalan Taman Jatibaru Jakarta Pusat. Selain sebagai
Taman Kanak-Kanak, Masjid Al-Amanah juga sebagai tempat dimana anak-anak
diajarkan bagaimana cara mengaji dengan benar sejak kecil. Jarak antara rumah
ke Masjid Al- Amanah cukup dekat sehingga setiap hari saya dan kakak hanya
menggunakan sepeda kecil. Di Masjid Al-Amanah terbagi ke dalam 5 kelas yakni
TK, TKAL, TPA, TPAL, dan TQA. Disana saya diajarkan bagaimana cara membaca
huruf hijaiyah oleh guru saya yang bernama Ibu Tuti.
Saya dan Kakak |
Waktu
berjalan begitu cepat akhirnya saya bisa naik ke kelas TKAL karena kemampuan
mengaji saya yang dinilai cukup baik. Di TKAL saya mulai diajarkan cara membaca
iqra, saat itu saya sudah iqra 3. Selanjutnya saya diajarkan step by step
gerakan serta bacaan sholat wajib dengan benar oleh ibu Dina. Setiap mendengar
adzan Ashar, saya dan teman- teman langsung bersiap-siap wudhu untuk
melaksanakan sholat ashar berjamaah di ruang serbaguna.
Masjid
Al- Amanah pernah mengadakan lomba mewarnai antar kelas. Saya dan teman-teman
wajib mengikuti lomba itu. Saat perlombaan dimulai anak-anak dituntut untuk
mewarnai kaligrafi dengan rapi. Setelah berjam-jam waktu berlalu. Waktu
mewarnai pun telah habis, semua anak-anak wajib mengumpulkan hasil karyanya
kepada panitia, akhirnya saya mengumpulkan hasil karya saya. Semua anak-anak
menunggu di ruang serbaguna untuk mengetahui siapa yang menjadi juaranya. Saya
menunggu bersama kakak saya karena kakak saya juga ikut dalam perlombaan itu.
Setelah seleksi selesai akhirnya panitia mengumumkan juara dari setiap kelas.
Untuk kelas TKAL, Juara 1 diraih oleh teman saya yang bernama Eris, untuk Juara
2 alhamdulillah diraih oleh saya sendiri, dan untuk Juara 3 diraih oleh teman
saya yang bernama Nanda. Saat menerima piala saya sangat senang sekali karena
untuk pertama kalinya dalam hidup, saya bisa memenangkan suatu perlombaan. Selain
memenangkan perlombaan, saya dan teman saya Eris juga pernah ditunjuk oleh guru
saya yang bernama Ibu Hom untuk membacakan puisi dalam acara pelepasan santri
dan santriwati Masjid Al-Amanah.
Saya dan Eris saat membaca puisi |
Priode
SD
Untuk
melanjutkan ke jenjang SD, ibu memutuskan untuk mendaftarkan saya di SD Cideng
04 Pagi Jakarta Pusat, yang terletak di Jalan Cilamaya. Ibu memilih sekolah
tersebut karena jarak antara rumah ke sekolah sangat dekat hanya berjalan kaki
saja. Saat duduk dibangku SD saya berusia 7 tahun. Sebenarnya ibu saya telat
setahun mendaftarkan saya ke jenjang SD. Jadi, saya adalah salah satu murid yang
berkelahiran 1996, sedangkan semua teman-teman saya berkelahiran 1997. Saat SD
saya adalah orang yang tidak banyak bicara. Mulai dari kelas I sampai kelas VI
alhamdulillah saya selalu mendapat ranking. Setiap mendapatkan ranking ayah
saya menjanjikan hadiah kepada saya. Maka dari itu saya termotivasi untuk bisa
mendapatkan ranking dari kelas I sampai kelas VI.
Ketika
kelas VI saya dan teman saya yang bernama Virna, Lulu, Yasmin, Rini, Lita,
Selvi dan masih banyak lagi ditunjuk sebagai petugas upacara oleh guru saya
yang bernama Pak Yadi. Awalnya Saya, Yasmin, dan Lulu ditunjuk sebagai paskibra.
Virna sebagai pemain keyboard untuk mengiringi lagu Indonesia Raya, tetapi
karena Virna kurang ahli dalam memainkan alat musik akhirnya saya dan Virna
bertukar posisi. Saya yang bermain keyboard sedangkan Virna yang menjadi
paskibra, karena pak yadi yakin bahwa saya lebih baik dari Virna dalam bermain
keyboard. Jujur saya agak sedikit khawatir saat bertukar posisi dengan Virna
tapi apadaya Pak Yadi sudah memberikan kepercayaan kepada saya. Jadi saya harus
melakukan yang terbaik demi kepercayaan yang diberikan oleh beliau kepada saya.
Selain
itu pengalaman masa SD yang sangat berharga bagi saya yaitu ketika saya dan
teman-teman mengadakan acara perpisahan setelah Ujian Nasional. Alhamdulillah
saya dan teman-teman lulus 100% dengan nilai yang memuaskan. Saya dan
teman-teman merayakan perpisahan di Villa Ara yaitu dimana tempat terakhir kami
bisa bercanda tawa sebelum kami semua melanjutkan ke jenjang SMP. Disana saya
dan teman-teman saling bertukaran kado satu sama lain, saya mendapatkan botol
minum pada saat itu padahal saya berharap mendapatkan tas hehe, setelah
bertukar kado saya dan teman-teman berenang bersama di taman belakang villa
tersebut. Tak terasa langit sudah mulai gelap, ibu dewi mengingatkan kepada
saya dan teman-teman untuk segera membersihkan diri karena setelah ini akan
diadakan renungan malam. Jujur saya sangat sedih pada saat renungan karena saya
tidak mau berpisah dengan teman-teman saya, tapi apadaya setiap ada pertemuan
pasti ada yang namanya perpisahan.
Saat perpisahan di Villa |
Priode
SMP
Setelah saya lulus SD, saya melanjutkan pendidikan ke
jenjang SMP. Dengan nem yang cukup baik. Saya mempunyai keinginan untuk
melanjutkan pendidikan di SMPN 72 Jakarta yang terletak di Jalan Petojo Binatu.
Menurut saya masa SMP adalah masa yang paling indah. Pada saat masuk SMP baru
pertama kali saya merasakan yang namanya MOS, saat itu saya berkenalan oleh
teman sebangku saya yang bernama sheren. Ketika MOS saya disuruh membawa nametag berbentuk coklat
dengan rambut dikuncir dua. Waktu itu saya masuk di kelas 7-4. Pada saat MOS
saya dan teman-teman diperkenalkan oleh kakak senior macam-macam kegiatan
organisasi dan macam-macam fasilitas yang ada disana. Saya sangat tertarik
untuk bergabung di organisasi paduan suara. Karena saya suka menyanyi jadi saya
bergabung di oraganisasi itu.
Setelah
3 hari saya di MOS saya resmi jadi siswi SMPN 72. Ketika masuk kelas 7-4 untuk
yang pertama kalinya saya mendapat pelajaran tata boga, saat itu guru saya yang
bernama ibu Ningsih masuk ke kelas. Saya diajarkan bagaimana cara mengolah
makanan dan lain-lain, saya pribadi kurang begitu bisa masak, setelah selesai
menjelaskan materi itu, minggu depan saya dan teman-teman disuruh membuat menu
makanan 4 sehat 5 sempurna secara berkelompok. Saya kebagian untuk membuat menu
dessert. Pada saat dirumah saya sharing ke ibu saya tentang menu dessert. Ibu menyarankan
agar saya membuat puding mangga akhirnya saya setuju denga ibu. Saat itu saya
mulai belajar membuat puding yang ditaburi oleh potongan mangga dibantu oleh
ibu saya. Puding yang saya buat oleh ibu sangat enak loh, bahkan ibu Ningsih
sampai meminta resep puding mangga ke saya hehe.
Selanjutnya setelah melewati masa-masa kelas 7 saya
akhirnya naik ke kelas 8, Saat itu saya mulai fokus belajar karena setelah
kelas 8 saya pasti akan naik ke kelas 9. Di kelas 8 ini saya mendapat teman
baru lagi karena setiap naik kelas selalu berganti-ganti teman. Pengalaman saat
kelas 8 yang saya ingat sampai sekarang setelah melepas penat sehabis UAS saat
itu saya dan teman-teman pergi ke tempat wisata angklung mang Ujo. Saya dan
teman-teman menaiki bus. Disana saya belajar bagaimana cara bermain angklung,
sungguh menarik bagi saya akhirnya saya bisa merasakan bermain anglung.
Saya dan Anna saat berwisata ke Angklung Mang Ujo |
Setelah
itu saya naik ke kelas 9 saya masuk dikelas 9-1. Dikelas 9 ini ayah saya mulai mendaftarkan saya ke
tempat kursus untuk persiapan Ujian Nasional. Ayah mendaftarkan saya di
primagama setiap hari Selasa dan Kamis. Ditambah lagi saya juga mengikuti PM
disekolah, huh sungguh capek bagi saya, tapi walau begitu saya harus tetap
semangat karena usaha yang keras pasti akan membawa hasil yang manis. Ujian
Nasional sebentar lagi saat itu saya menekankan pada diri saya kalau saya bisa
melewatinya, ditambah doa dan usaha. Akhirnya Ujian Nasional pun tiba sebelum
berangkat sekolah saya meminta doa kepada orang tua saya terlebih dahulu agar
dimudahkan dalam menjawab semua soal. Ujian pun dimulai saya mengerjakan soal
denga hati yang tenang dan Alhamdulillah saya dapat menjawab semua soal.
Priode SMA
Setelah
melewati perjuangan yang begitu keras, Akhirnya saya bisa melanjutkan pendidikan
ke jenjang SMA. Dengan nem 32,45 saya memutuskan mendaftarkan diri ke SMAN 4 Jakarta, SMAN 25
Jakarta dan SMAN 23 Jakarta. Awalnya saya ingin sekali masuk SMAN 4 Jakarta
tapi apadaya nem saya tidak cukup untuk masuk SMA tersebut. Dengan sekian
banyak pesaing dari dalam maupun luar Jakarta nama saya tergeser di SMAN 25.
Pada saat saya mengetahui hal itu jujur saja saya sedih, ayah saya memberikan
nasihat kepada saya beliau berkata “di SMA manapun nanti kamu dapat itu tidak
akan menjamin masa depan kamu, semua itu tergantung pada diri kamu sendiri”.
Saat itu saya mulai berpikir bahwa yang dikatakan oleh ayah sangatlah benar.
Setelah sekian minggu masa seleksi akhirnya saya masuk SMAN 25 Jakarta yang
berada di Jalan Sangaji Jakarta Pusat. Seperti biasanya hari pertama masuk SMA
saya harus melewati masa-masa MOS yang diaksanakan selama 3 hari. Hari pertama
MOS saya diperkenalkan berbagai fasilitas yang ada di SMAN 25 Jakarta, hari
kedua saya dan teman-teman wajib membuat yel-yelan secara berkelompok lalu
bermain games, hari ketiga para senior mempromosikan berbagai organisasi
yang ada disana kepada siswa baru.
Hari
pertama masuk kelas X-4 saya duduk dengan Rara teman sebangku saya. Pengalaman
saya dikelas X yang paling berkesan itu pada saat saya dan teman-teman bermain
drama untuk pengambilan nilai UAS mata pelajaran seni budaya. Waktu itu saya
dapat peran menjadi dayang-dayang pangeran, selain berakting sebagai
dayang-dayang saya juga sebagai penari latar bersama keempat teman saya. Saat
itu saya dan keempat teman saya ditugaskan untuk menarikan lagu melayu
menggunakan kebaya dengan anggun dan ayu. Menurut saya itu adalah hal yang
sulit karena saya bukanlah tipe wanita yang seperti itu.
Ini foto saya dan teman-teman saat drama |
Saat
kelas XII yaitu kelas akhir dimana sebentar lagi saya akan melanjut pendidikan
ke perguruan tinggi. Saya bertekad dalam diri saya bahwa saya harus masuk PTN. Menurut
saya pengalaman terberat dalam hidup saya itu pada saat kelas XII yaitu dimana
saya harus masuk PTN demi membanggakan kedua orangtua saya yang selama ini rela
mengeluarkan uang demi saya. Mereka sampai mendaftarkan saya ke tempat kursus
yag menjaminkan PTN. Hal itulah yang menjadi beban bagi saya. Saya adalah salah
satu murid yang tidak lolos dalam SNMPTN, jujur saja sebelum pengumumann saya
sudah tahu bahwa saya tidak mungkin lolos bahkan saya lebih mengharapkan jalur
SBMPTN. Tidak tahu kenapa saya merasa lebih takut dengan yang namanya SBMPTN
dibandingkan UN. Setelah terlaksananya UN semua murid sudah tidak ada aktivitas
lagi disekolah, untuk mengisi waktu luang kerjaan saya dirumah hanya les untuk
persiapan SBMPTN. Dulu saya ingin sekali masuk UI. Pada saat SBMPTN saya
memilih UI sebagai pilihan pertama dan UNJ pilihan kedua tetapi nasib berkata
lain saya pun tidak lolos juga di jalur SBMPTN, sungguh miris bagi saya. Setelah
mengalami kegagalan saya mencoba ikut jalur SIMAK UI tetapi saya pun gagal
lagi, sudah ketiga kalinya saya mengecewakan orang tua saya. Mungkin ini belum
rezeki, tanpa menyerah untuk ketiga kalinya saya mencoba ikut UM UIN dan
hasilnya tetap sama saya dinyatakan tidak lolos seleksi. Disitu saya mulai
jenuh dan pesimis dengan PTN tapi disisi lain saya merasa bersalah dengan orang
tua saya sendiri. Setelah kejadian itu Ayah saya menyarankan agar saya ikut
jalur penmaba UNJ. Saya pun nurut saja, akhirnya saya mendaftarkan diri di
jalur Penmaba dengan pilihan pertama yaitu Sosiologi Pembangunan dan pilihan
kedua Pariwisata. Sebelum Ujian saya selalu berdoa agar saya dipermudah dalam
menjawab soal. Dan Alhamdulillah setelah 4 kali ditolak PTN akhirnya saya lolos
di jalur penmaba UNJ jurusan Pariwisata. Saya sangat senang sekali karena saya
ingin kuliah tahun ini saya tidak mau kuliah tahun depan. Dengan semua ini saya
sadar bahwa hidup tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan kecuali
kita berusaha dan berdoa.
Nama: Vita Nurani Alawiyah (4423154592)
Kelas: A Usaha Jasa Pariwisata
saya terharu membacanya, dengan perjuangan orang tua dan anaknya pun juga ikut berjuang dalam belajar.
BalasHapusNice blog ;)
BalasHapusDetail sekali ceritanya, semoga sukses utk ke depannya ya!
ceritanya true story wkwkw sesuai dengan apa yang terjadi ,sukse ye vit !!!
BalasHapusKereen ceritanyaa vit, ampe terharu bacanya, keinginan lo mau masuk PTN buat banggain kedua ortu lo bikin terharu, goodluck buat kedepannya. Semoga sukses selaluuu vitaaa
BalasHapusnice story vitt;') perjuangan banget yaa mau masuk negeri. ganbatte vitt!!!! sukses terus yaa jangan patah semangat
BalasHapusThat's a great story. Ceritanya teratur dgan masa2nya tapi gue nyariin kenapa adik2 lu engga di cerita ini. Hehe. Oh iya,saran sdikit jgn make "apadaya" di cerita ini agak aneh pas dibacanya 😳. Dan juga,jgan pernah bosen buat banggain kedua ortu lu. Itu aja sih maaf ya kalo kepanjangan 😂.
BalasHapusFighting vita!!!