Jumat, 09 Oktober 2015

Tugas-1 Autobiografi Nuraisyah Akbar

18 Tahun yang Penuh Makna
Nama saya Nuraisyah Akbar,itulah nama yang tertulis diakta kelahiran saya,nama yang memiliki arti
‘cahaya kehidupan yang besar’ ,lahir di kabupaten Lahat Sumatra Selatan pada tanggal 25 Februari 1997. Anak pertama dari pasangan Tuan Ahmad Fauzie dan Nyonya Eryani Sagita. Dari lahir hingga berusia 4 tahun saya tinggal di dusun Pulau Timun kec. Tanjung Sakti Kabupaten Pagar Alam,bersama kedua orangtua saya yang bekerja sebagai tenaga medis di sana. Pada saat saya berusia 4 tahun,kedua orangtua saya memutuskan untuk pindah ke Provinsi Bangka Belitung karena faktor ekonomi,selain itu ibu saya yang memang berasal dari sana diminta untuk pindah oleh orangtuanya.
Bersama sepupu dan kakek nenek pada mudik lebaran
 Lalu kami sekeluargapun pindah ke Pulau Bangka,tepatnya ke Dusun Mapur,Kecamatan Riau Silip,tempat Ayah saya ditugaskan. Dusun Mapur termasuk masih sangat terpencil,pada Tahun 2001,masih belum ada jalanan yang beraspal disana,jaringan listrik pun masih berasal dari generator milik pribadi dan sangat terbatas. Dusun Mapur terletak di pesisir pantai,karena itu mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah nelayan. Meski terpencil,saya sangat senang dapat menghabiskan masa kecil di sana. Keluarga saya sering mengajak saya ke pantai,karena jarak pantai dengan rumah yang cukup dekat. Pada saat berusia 5 tahun,Ibu saya memutuskan untuk menitipkan saya pada nenek karena pertimbangan pendidikan,nenek saya tinggal di Sungailiat yang merupakan salah satu kota kabupaten di Bangka yang tentu saja pendidikan nya lebih maju ketimbang Dusun Mapur yang pada waktu itu belum memiliki taman kanak kanak.
     Saya di sekolahkan di TK Aisiyah,sebuah TK yang juga memiliki TPA yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah nenek saya. Masa kecil saya tidaklah terlalu menarik,layaknya anak Kecil biasa,saya menghabiskan waktu dengan bermain,dan belajar jika di sekolah. Usia 6 tahun,saya mulai naik ke jenjang sekolah dasar. Pada awalnya saya disekolahkan di SDN 01 Sungailiat, salah satu Sekolah dasar yang cukup terkenal di sana. Tetapi karena ibu saya diterima sebagai PNS dan mendapat tugas di salah satu Puskesmas di Kecamatan Riau Silip,dan ayah saya dipindah tugaskan ke salah satu Pustu di Desa Pugul,orangtua saya pun memutuskan untuk memindahkan saya ke SDN 03 Pugul,tempat dimana ayah saya bertugas. Pada awalnya saya merasa keberatan,tetapi karena saat itu saya masih kecil,saya pun hanya bisa menuruti permintaan kedua orangtua saya.
Teman-teman SD yang sampai sekarang masih sering bermain bersama
Pada saat kenaikan kelas,pindahlah saya ke sekolah yang telah orangtua saya tentukan. Masa sekolah dasar saya adalah salah satu masa yang paling berkesan bagi saya,selain karena saat itu saya harus pindah sekolah,saya juga mendapat seorang adik. Saya yang awalnya adalah anak tunggal sekaligus cucu pertama di dua keluarga merasa aneh. Ternyata mempunyai seorang adik tidaklah semudah yang saya kira, apalagi dengan usia yang terpaut tujuh tahun membuat saya merasa sedikit sulit untuk berperan sebagai kakak yang baik. Ibu dan ayah saya terbilang cukup sibuk,saya juga didaftarkan ke salah satu tempat bimbingan belajar yang letaknya tidak jauh dari rumah nenek saya. Jadilah saya yang pada saat itu masih berusia sebelas tahun sudah dibiasakan untuk pulang dan pergi ke tempat bimbingan menggunakan angkutan umum. Mungkin terdengar biasa saja,tapi di Bangka yang saat itu masih jarang angkutan umum,saya dapat dikatakan sebagai salah satu anak yang cukup berani. Ada satu pengalaman yang sampai sekarang masih saya ingat karena cukup memalukan sebenarnya,yaitu untuk pertama kalinya saya tertidur di Bis dan baru terbangun saat Bis sudah cukup jauh dari rumah saya. Semenjak itu orangtua saya selalu menelepon saya saat saya di Bis untuk menghindari terulangnya kejadian tersebut. Saya menyukai masa sekolah dasar saya,saya mendapat banyak pelajaran berharga yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu. Pada tahun 2009,saya memasuki masa SMP.
Orangtua saya sepakat menyekolahkan saya di Pondok Modern yang otomatis mewajibkan saya untuk tinggal di asrama. Dan disini lah saya bertemu dengan sahabat sahabat saya yang sangat saya rindukan. MTs Plus Bahrul Ulum Islamic Centre,sebuah madrasah tsanawiyah yang dikelola oleh yayasan Bahrul Ulum. Awalnya saya mengira saya akan kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan asrama. Ternyata saya salah,bersekolah di sana tidaklah seburuk yang saya kira.Makan Antri,mandi Antri,serba Antri. Awalnya menyebalkan karena selama ini saya terbiasa dengan kenyamanan rumah. Tetapi setelah beberapa bulan hal itu menjadi biasa saja.
Sekolah saya terletak tidak terlalu jauh dari pantai,karena hari liburnya adalah hari Jumat ,dan setiap Jumat ada program lari pagi,maka tujuan lari pagi nya tak lain tak bukan adalah pantai terdekat. Kegiatan itu menjadi salah satu kegiatan kesukaan saya. Selain dapat melepas kejenuhan dari padatnya aktifitas asrama,saya juga dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman teman saya yang berbeda asrama.
Hari Jumat adalah hari yang paling ditunggu oleh semua santri. Selain karena hari libur,tetapi hari Jumat juga hari pembesukan. Semua orangtua santri diizinkan untuk masuk ke kompleks asrama. Kadang ada orangtua santri yang datang pagi-pagi sekali agar dapat mengunjungi anaknya lebih lama. Batas akhir kunjungan adalah pukul 16.30 karena itu banyak orangtua atau kerabat yang sudah datang pagi-pagi. Tetapi orangtua saya keduanya bekerja sebagai pegawai negri yang tidak bisa libur di hari Jumat,karena itu terkadang orangtua saya hanya berkunjung sebentar. Dan saya merasa tidak terlalu keberatan asal mereka tetap mengunjungi saya. Empat bulan pertama menjadi penghuni asrama adalah waktu terberat bagi saya. Karena itu adalah masa awal adaptasi saya dengan lingkungan asrama yang sangat berbeda dengan keadaan di rumah. Tetapi seiring berjalannya waktu,saya pun menyadari bahwa saya tidak akan menjadi seperti saya yang sekarang jika saya tidak disekolahkan di sana. Saya mungkin tidak akan merantau jauh ke Jakarta jika saya tidak pernah belajar disana. Karena salah satu motivasi saya untuk keluar dari zona nyaman saya,keluar dari pulau Bangka yang menjadi tempat tinggal saya selama ini adalah salah satu materi pelajaran mahfuzot kelas 8 yang isinya ‘Tuntutlah ilmu walau ke negri China’ . Dan guru saya berkata ‘Kamu tidak akan menjadi ikan besar jika kamu hanya diam di kolam kecil’ .
 Diakhir masa SMP,saya menjadi sedikit nakal,saya merasa benar-benar jenuh dengan suasana asrama,saya pun mulai berani keluar asrama tanpa ijin . Tidak patut ditiru memang,tetapi saya tidak menyesal.
Awalnya,kedua orangtua saya menjanjikan bahwa setelah menyelesaikan SMP saya di sana,saya bebas memilih SMA yang akan saya masuki. Tetapi ayah saya kemudian berubah pikiran. Dia tetap ingin saya meneruskan pendidikan saya disana, di SMA Plus Bahrul Ulum. Dan saya sebagai anak hanya bisa menuruti kehendak ayah saya.

Satu tahun pertama berjalan dengan ala kadarnya,terkadang datang terlambat,terkadang merasa malas sekali untuk pergi ke kelas yang cukup jauh letaknya dari asrama ditambah lagi musim kemarau yang menyebabkan kesulitan air. Jika sedang beruntung maka air akan menyala pada pukul 5 pagi dan itupun saya masih harus berbagi dengan empat orang pengguna kamar mandi lainnya. Jika sedang kurang beruntung maka terpaksa tiga jam pelajaran pertama dilalui dengan kondisi naas belum mandi. Apakah saya lantas merasa kesal ? Tidak,saya malah punya alasan untuk datang terlambat [ mohon untuk tidak ditiru ] .

Alumni Bahrul Ulum Angkatan 2015
Dan teman-teman sekelas saya juga merasakan hal yang sama. Pergi ke kelas dalam kondisi belum mandi adalah hal yang sangat biasa,telat makan pagi adalah rutinitas sehari hari. Dan malamnya karena kami diwajibkan untuk mengikuti organisasi,kami harus rela memangkas jam istirahat kami. Satu tahun pertama di SMA yang sangat berkesan. Angkatan saya adalah salah satu angkatan yang SMA nya paling sedikit muridnya. Di kelas saya sendiri hanya ada 16 siswi termasuk saya,tapi kami sudah saling mengenal layaknya saudara kandung. Bahkan kadang mereka jauh lebih mengerti saya dibanding saudara saya. Enam belas orang yang saling dukung,yang sampai dijuluki sebagai yang paling kompak. Pernahkah kalian makan satu piring berenam belas ? Saya pernah. Mereka adalah lima belas saudara saya yang sangat berharga,yang ikatannya lebih kuat dari ikatan darah. Enam tahun bersama membuat kami mengerti satu sama lain luar dan dalam. Sudah hafal mati kebiasaan masing-masing. Dan seringkali hal itu menjadi bahan candaan yang hanya dimengerti oleh kami.
Tahun kedua di SMA adalah salah satu titik terberat dalam hidup saya. Di tahun ini saya kehilangan sosok ayah sekaligus panutan saya. Acute Myelogenic Leukemi telah menjadi perantara Tuhan untuk mengambil kembali ayah. Tanggal 5 Maret 2014 pukul 22.15 saya dijemput dari asrama untuk menemui ayah saya yang dalam kondisi kritis di ruang ICU. Saya masih mengingat jelas raut wajah ibu saya. Dan saya sebagai seorang kakak yang memiliki dua orang adik merasa harus menyiapkan diri saya untuk segala kemungkinan terburuk. Apapun yang terjadi saya merasa saya memiliki tanggung jawab untuk tetap tegar. Jika saya lemah,maka saya tidak akan bisa melindungi kedua adik saya. Jadi yang pertama saya lakukan adalah menarik nafas dalam,lalu berdo’a dalam diam. Mengiba pada Tuhan bahwa kedua adik saya masih terlalu muda untuk ini. Dan pada dini hari,fajar bahkan belum terbit,namun hari sudah berganti tanggal,ayah saya resmi menjadi almarhum. Beliau telah kembali ke sisi Tuhan. Saya menangis,memeluk kedua adik saya didepan pintu ruang ICU. Ibu saya sibuk menenangkan dirinya. Bagaimanapun dia lah yang paling kehilangan. Hari itu menjadi salah satu hari yang berarti untuk saya. Hari dimana saya menyadari bahwa saya tidaklah sendirian,masih ada lima belas orang yang siap menjadi sandaran saya.  Tuhan mengajari saya lewat kematian ayah saya bahwa rasa kehilangan itu menyakitkan,namun saya pasti bisa melewatinya.
Bukankah Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan mereka ?
Saya tidak terlalu mengenal kedua orangtua saya. Saya tinggal bersama nenek saya saat saya masih berusia 5 tahun sampai saya berusia 8 tahun barulah saya kembali ke rumah orangtua saya. Saya tinggal di asrama dari usia 12 tahun sampai ayah saya meninggal saya masih di asrama. Jadi saya hanya 9 tahun tinggal bersama orangtua saya. Tapi saya tetap mengerti seberapa keras pun ayah saya,ia lah orang yang paling mengkhawatirkan saya. Disaat saya sakit dialah orang pertama yang mencemaskan saya. Saya ingin mengucapkan berjuta terima kasih untuk kedua orangtua saya. Terimakasih sudah membesarkan saya,memberikan semua yang terbaik untuk saya,mengajari saya banyak hal,dan terimakasih sudah mau menjadi ayah dan ibu saya. Jika ayah saya bukanlah seorang Ahmad Fauzie maka saya mungkin tidak akan lahir,dan jika Ibu saya bukan seorang Eryani Sagita maka saya mungkin tidak akan pernah lahir. Kalian orangtua terbaik yang Tuhan Pilihkan untuk saya. Dan untuk ibu saya,wanita paling tangguh di dunia ini..saya ingin mempersembahkan segala pencapaian saya untuk ibu. Selanjutnya di sisa-sisa masa SMA saya,sayapun bertekad untuk masuk ke PTN. Dan Alhamdulillah, Tuhan mendengar dan mengabulkan do’a saya.
Saya masih ingat saat itu pukul 10 pagi,dan saya bahkan masih mengenakan baju tidur dan sedang membersihkan kamar,tiba-tiba ponsel saya berdering,teman saya yang ikut Penmaba UNJ menyuruh saya untuk membuka pengumuman Test tertulis,dengan setengah hati saya pun membuka link yang telah dikirimkan oleh teman saya dan hasilnya cukup membuat saya kaget. Saya dinyatakan diterima di UNJ,prodi Pariwisata. Dan di sinilah saya,masih mencoba menyesuaikan diri dengan kehidupan Jakarta. Tuhan telah memberikan saya kesempatan,dan saya berusaha untuk memanfaatkan kesempatan yang telah Ia berikan dengan sebaik baiknya. Saya berharap setelah menyelesaikan pendidikan di UNJ,saya dapat kembali ke Bangka,untuk ikut memajukan Bangka dan membuat ibu saya tidak menyesal memiliki anak seperti saya. Sekian dari saya,bila ada kekurangan data saya mohon maaf. Terima kasih
Nama : Nuraisyah Akbar
Kelas : Usaha Jasa Pariwisata A

19 komentar:

  1. Ceritanya sangat inspiratif .. menjelaskan arti dari kebersamaan yang sesungguhnya .. tetap semngt sobat .. kami akan sllu menjadi suporter terbaik ..salam espd19

    BalasHapus
  2. Pengalaman yg sangat mengesankan n menjadi motivasi baru tuk hidup saya,menjadi pribadi yg lebih mensyukuri apa yg masih ada..
    N kebersamaan yg sangat erat,bagabagaikan magnet(bersatu dalam perbedaan)
    Semangat kawan!!! Tantangan hidupmu lebih menantang,semoga akan menjadi motivasi yg lebih besar dalam menjalani kesuksesan hidupmu sobat..
    Laa yukallifullahu nafsan illa wus'awus'ahawus'aha..
    Remind it friend...

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. tetap smngt sahabat q,, ingt allah isyaallah dipermudahkan dlm mnjalani hari2 mu.. disini kami mndukung mu sobat,, ttp lah berkarya walaupun tnpa sosok ayah,, masih ada ibu mu yg harus kau perjuangkan.. semangat sahabtku.. semoga apa yg kau cita2kn tercapai dn mnjadi raulafan yg baik bsgi adik2 mu dn juga orang disekeliling mu.. amin ya rabbal 'alamin.. salam sayang,, wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  6. tetap semangat kak. jadikan cerita di belakang untuk menjadi motivasi buat masa depan yg di cita-citakan ya. kayak yg kakak bilang Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan mereka. belajar kuat dan tabah, ingat mereka yg selalu memberi semangat sampai kakak sejauh ini. dan jangan lupa untuk bersyukur, karena kata guru saya "bahagia dan sukses itu penting. tapi bersyukur itu jauh lebih penting". - yjeha.

    BalasHapus
  7. Assalmu'alaikum ...
    Jadi kangen kebersamaan dipondok ....
    Tetap semangat sobat ....
    Wish you all the best ... Kami slalu ad untukmu dan kita adalah keluarga ..... fighting cha !! :D
    Salam manis

    BalasHapus
  8. Ceritanya sangat mengharukan,,,saya sampai meneteskan air mata,,,karna teringat masa2 yang kita lewati bersama-sama...tetap semangat sahabat,,,kami selalu ada disetiap langkahmu...

    BalasHapus
  9. Assalamu'alikum.. Subhanallah.. Ceritanya sungguh mengharukan.. Sampai saya membacanya meneteskan air mata.. Tetap berjuang Nuraisyah Akbar... Dan tetap selalu bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.. Karena Allah SWT,,tahu yang terbaik buat kita semuanya.. Jadikan itu semua motivasi,,untuk meraih cita-cita kesuksesan mu di masa depan yang akan datang... Amin Ya Rabbal Alamiin... We here always there for you... Nuraisyah Akbar terus berjuang...

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Subhanallah...
    Proud of you kuraey....
    Alirkan terus karya2mu...
    EspD,hwaiting!!

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. Ini cerita sedih banget, ya Allaah :'(.
    Dari cerita ini mata saya kembali terbuka. Allaah memang tidak pernah menguji hamba-Nya melebihi kemampuannya. Buktinya, Kak Aisyah bisa melewati semua cobaan ini. Bahkan, Kak Aisyah mampu membuat segalanya tetap indah meski tanpa Sang Ayah. Kak, after the hurricane comes a rainbow. Tetaplah teruskan langkah Kakak menuju kesuksesan dan impian yang kakak ingin wujudkan. Bukan hanya alm. Ayah kakak, Ibu kakak, sahabat-sahabat kakak (yang saya terharu sekali akan kesetiaan dalam kebersamaan kalian), tapi juga ada aku yang akan terus mendukung dan mendoakan sgala kebaikan buat kakak. Fighting, Kak Aisyah! - Yuk Sule

    *semoga ceritanya tetap berlanjut ya, Kak. Pengen tahu kelanjutan cerita hidup yang kakak alami.
    **bakalan seneng banget kalau tulisan kakak terbit dalam bentuk buku atau yang lain.

    BalasHapus
  15. Masya Allaah.. semoga yang tidak mudah luluh hatinya tidak membaca ini kalau dia tidak menangis membacanya. Cerita ini sungguh mengharukan. Air mata tak mampu lagi terus diam menggantung. Langsung mengalir tak terbendung. Saya sampai merinding membacanya. Mungkin tulisannya masih dalam bingkai yang sederhana. Tapi, saya cerita di dalamnya sungguh luar biasa. Wahai adikku, engkau begitu kuat menjalani hari-harimu meski tanpa sesosok ayah yang begitu kau sayangi. Kau juga tampak semakin kuat dengan menunjukkan semangat belajarmu. Beruntunglah ada seorang Ibu, keluarga, dan sahabat-sahabat yang hebat seperti mereka di sekitarmu. karna mereka ada di dalam lingkaran hidupmu, maka jadilah 'nuraisyah akba' yang sesungguhnya. Two thumbs up!

    BalasHapus
  16. Semangat ukh yang melanjutkan hidup di tanah orang

    BalasHapus
  17. Sebuah cerita tentang perjalanan hidup yang menyentuh, mengharukan, sekaligus inspiratif. Tentang kebersamaan, kesedihan, kehilangan, semua bercampur dalam satu cerita. Klop banget deh! Satu kata buat mu Nur Aisyah Akbar, "WOW". Terus berkarya dan semangat!

    BalasHapus
  18. nice, inspiratif.. teruskan langkah mengukir sejarah!! thumbs up (y)

    BalasHapus
  19. Semangat anakku...trs lah belajar dr pengalaman hidup..org yang jahat kpdmu akan memberikan pelajaran ttg hidup,sdgkan org yang baik kpdmu akan memberimu kenangan...km menunggumu.

    BalasHapus