Jumat, 09 Oktober 2015

Tugas-1 Autobiografi Herlina Indah Puspari

18 Tahun Penuh Cerita

Nama saya adalah Herlina Indah Puspari. Saya lahir pada tanggal 24 Oktober 1997, tepatnya pada hari Jumat sekitar pukul 06.30. Kelahiran saya tentunya membuat orangtua saya senang sebab mereka membutuhkan waktu selama 7 tahun untuk memiliki anak perempuan. Kedua orangtua saya bernama Slamet Supriyadi dan Nurhayati. Saya pun memiliki kakak yang bernama Dani Hindrawan.

MASA BALITA



Saya lahir di Bekasi, namun ketika umur saya menginjak 1 tahun keluarga saya pindah ke Jakarta. Rumah saya berdekatan dengan rumah kakek dan saudara-saudara dari ayah saya. Oleh sebab itu, masa kecil saya cukup bahagia. Ibu saya pernah berkata bahwa ketika kecil banyak  orang yang menyayangi saya. Saya sering digendong, dibelikan mainan, dll. Saat itu saya mulai belajar merangkak dan mulai diajarkan menyebut kata “ibu” dan  “ayah”, walaupun masih belum terlalu jelas. Kemudian, saat umur saya 1 tahun pula saya harus kehilangan kakek saya. Beliau meninggal saat usianya 68 tahun, penyebabnya karena penyakit diabetes.
Ketika menginjak umur 2 tahun, saya sudah mulai bisa berjalan, mulai bisa berbicara walaupun masih belum terlalu jelas. Namun, orangtua saya tidak pernah lelah mengajari saya dan menghadapi tingkah laku saya. Saya bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari kedua orangtua saya dan kakak saya. Saya masih ingat sekali ketika saya pergi ketempat pusat perbelanjaan untuk bermain bom bom car bersama kakak saya, saya hanya duduk dan ia yang menngendarainya. Saat itu, saya sangat senang bisa bermain sepuasnya. Mencoba semua permainan yang ada disana. Saya anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya. Tentunya, saya sangat dimanja sekali, terlebih oleh ayah saya. Saya diberikan kasih sayang yang lebih dari ayah saya, dibelikan apa yang saya inginkan, menuruti apapun permintaan saya. Oleh sebab itu, kakak saya sering iri terhadap saya. Walaupun ia iri, tapi tidak mengurangi rasa sayang ia kepada saya.
Lalu, ketika umur saya menginjak umur 3 tahun, saya mulai berbicara dengan jelas , mulai meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang, mulai belajar menulis, mulai bernyanyi. Saat itu, saya sudah mulai aktif sama seperti balita-balita lainnya. Saya menghabiskan waktu saya untuk bermain dengan saudara-saudara dan teman-teman. Tidak seperti balita-balita saat ini yang menghabiskan masa kecilnya dengan sekolah. Terkadang saya miris melihatnya, seharusnya anak yang kurang dari 6 tahun tidak disarankan untuk bersekolah terlebih dahulu. Seharusnya mereka diberikan waktu yang banyak untuk bermain dengan teman-teman sebayanya, bukannya dipaksa untuk menerima materi-materi pelajaran.
Lalu, ketika saya menginjak umur yang ke 4 perkembangan saya sudah sangat meningkat. Saya masih ingat ketika sore hari saya sedang berada di halaman dan disuapi sate oleh ibu saya. Saat itu, saya sedang dipangkuan ibu sebab saya sedang sakit. Saya melihat saudara-saudara saya sedang bermain bersama-sama. Ketika itu, saya hanya bisa melihat mereka bermain, sebab tidak diizinkan oleh ibu saya untuk bermain terlebih dahulu. Saat itu, saudara saya yang bernama Pia sedang menaiki motor ayahnya. Pia adalah anak dari adik ayah saya. Ia seumuran dengan saya, bahkan tanggal lahirnya hanya berbeda satu hari saja dengan saya.
Ketika melihat Pia sedang duduk di motor sendirian, tanpa sadar saya melepas tangan ibu saya yang saat itu sedang memangku saya dan langsung menghampiri Pia. Saya berusaha untuk mencapai jok yang sedang diduduki oleh Pia. Sebenarnya sebelum saya mencapai jok, motor sudah mulai miring. Namun saya tidak menghiraukannya, saya tetap berusaha mencapai jok itu. Alhasil, ketika saya dan Pia sudah mulai duduk di jok, motor itu mulai goyang dan akhirnya terjatuh. Meskipun kita jatuh berdua, namun keadaan saya yang lebih parah. Hampir seluruh badan saya yang kecil itu tertimpa oleh motor yang sangat berat. Telunjuk tangan saya, tertimpa plat nomor.
 Alhasil, tangan saya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Badan saya terasa sakit dan nyeri, saya hanya bisa menangis sekencang mungkin memanngil nama ibu. Saya menangis dan terus menangis terlebih ketika melihat darah yang terus mengucur dari tangan. Saat itu, hanya tangisan satu-satunya yang saya bisa lakukan. Saya masih ingat, saat itu semua orang menghampiri saya dan terlihat ibu saya yang sangat panik dan menangis terisak-isak. Ia terus menangis sambil memanggil nama saya. Setelah itu, saya tidak sadarkan diri untuk beberapa jam. Orangtua saya membawa saya ke RS Cipto Mangunkusumo yang berada di Jalan Diponegoro nomer 71, Senen, Jakarta Pusat. Ketika sedang menuju rumah sakit, saya sempat sadar. Saya melihat bahwa darah saya terus mengalir sepanjang perjalanan. Dokter mengatakan bahwa tangan saya harus dioperasi, orangtua saya pun menyetujuinya.


Masa SD



 2 Tahun kemudian, saya berumur 6 tahun. Itu adalah tahun pertama saya masuk sekolah dasar. Saya bersekolah di SD Negeri 18 Jakarta. Selama sekolah saya memiliki guru–guru favorit salah satunya adalah Pak Parno. Beliau adalah guru yang mengajar di kelas VI. Dalam memberikan materi, seringkali diselingi dengan beberapa lelucon sehingga murid-murid tidak merasa terbebani menerima materi yang disampaikan. Bahkan, terkadang ketika beliau berulangtahun kita sering memberikan kejutan kepada beliau. Namun, kini beliau sudah pensiun.
Saya termasuk orang yang pemalu di sekolah. Namun, saya memiliki teman-teman dekat dan hingga kini hubungan pertemanan kita masih terjalin dengan baik. Ketika bersekolah, saya termasuk siswi yang rajin dan penurut. Saya selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan selalu memperhatikan guru yang sedang mengajar. Sehingga saya pernah mendapatkan ranking di kelas.Namun, saya pun pernah melakukan hal-hal nakal ketika bersekolah, saya pernah berpura-pura sakit agar saya bisa pulang, tidak masuk sekolah, dan tidak mengikuti pendalaman materi. Menjelang akhir sekolah, tepatnya saat acara perpisahan adalah hari yang sangat mengesankan. Semua murid, para orangtua dan guru hadir dalam acara tersebut. Dalam acara tersebut, murid-murid memberikan persembahan khusus kepada guru sebelum berpisah. Semua larut dalam kesedihan.

 MASA SMP


Lalu, ketika umur 12 tahun saya melanjutkan ke SMP Negeri 73 Jakarta. Alhamdulillah, saya mendapatkan hasil ujian yang bagus sehingga dapat diterima di sekolah unggulan itu. Saya pun dipertemukan kembali dengan teman-teman dekat saya di sd. Kita bersekolah di SMP yang sama, namun berbeda kelas. Selama bersekolah saya mengikuti berbagai macam ekstrakulikuler, seperti paskibra dan pmr. Selama paskibra, saya pernah mengisi acara 17 Agustus di sekolah saya. Sebuah pengalaman yang mengesankan bagi saya. Selama 3 tahun, saya ditempatkan di kelas VII-C,VIII-D, dan IX-H dan selama 3 tahun berturut-turut saya selalu di tempatkan di kelas unggulan.
Ketika saya kelas VIII, sekolah saya mengadakan sebuah acara yang bertema kewirausahawan dan semua murid harus turut serta dalam acara tersebut. Setiap kelas harus membuat stand untuk mejual barang/makanan apapun dan mendekorasi stand tersebut dengan cantik. Lalu, terdapat pula acara hiburan yang disediakan, yaitu pertunjukan pentas seni yang diikuti oleh para murid pula. Biasanya, acara itu diselenggarakan ketika pengambilan rapor. Ketika itu, kita menjadi kelas dengan hasil penjualan terbanyak. Lalu, terdapat pula sebuah lomba kebersihan yang selalu diadakan setiap bulannya oleh sekolah. Karena itu, para murid selalu pulang lebih lama untuk membersihkan kelasnya masing-masing. Kelas saya pun kerap menjadi juara lomba tersebut.
Ketika di kelas, tak jarang kita sering membuat guru-guru kesal hingga keluar dari kelas dan tidak mau mengajar, seringkali pun kita tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan namun meskipun begitu kita dapat membuktikan dengan nilai-nilai yang kita peroleh. Banyak guru yang sering memuji murid-murid di kelas saya. Di kelas VIII ini, saya mendapatkan teman-teman yang sangat baik dan kompak. Tak jarang kita menghabiskan waktu bersama seperti mengerjakan tugas ataupun jalan-jalan bersama. Di umur saya yang ke-14 saya mendapatkan sebuah kejutan ulangtahun dari teman-teman kelas VIII saya. Awalnya, saya tidak mengira akan diberikan sebuah kejutan pasalnya ulangtahun saya sudah lewat beberapa hari. Mata saya di tutup dan diarahkan ke sebuah tempat parkir di belakang sekolah, dan ternyata disana teman-teman saya sudah berkumpul. Di atas meja, sudah disediakan kue dan lilin. Saya pun juga diberikan sebuah kado berupa boneka dari mereka.
Namun, ketika naik ke kelas IX saya harus berpisah dengan mereka. Di kelas IX saya memiliki 3 sahabat dekat. Ketika di kelas saya sering bersenda gurau dengan mereka, membicarakan hal-hal penting sampai ke ha-hal yang sangat tidak penting. Apabila, kita sudah berkumpul terkadang kita sering tidak dapat mengontrol diri kita sendiri, tertawa terbahak-bahak hingga perut sakit. Hanya dengan mereka, saya bisa melakukan hal-hal konyol yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saat ulangtahun yang ke-15, mereka memberikan saya sebuah kejutan ulangtahun.
Di malam ulangtahun saya, mereka menyempatkan waktunya untuk datang ke rumah dan memberikan sebuah kejutan kecil. Bahkan, ketika mereka datang saya sempat menitikan air mata sebab saya tidak menyangka mereka begitu perhatian dengan saya padahal kita belum lama mengenal. Lalu, beberapa teman-teman saya yang lain pun turut hadir memberikan kejutan. Untuk saya, tidak lah begitu berharga sebuah hadiah namun ucapan yang tulus dan perhatian yang mereka berikan kepada saya itu lah yang sangat berarti. Masa-masa SMP pun telah usai, kami pun melanjutkan ke SMA.

MASA SMA


Saya bersyukur mendapatkan hasil ujian yang tinggi, sehingga saya dapat diterima di SMA Negeri 26 Jakarta. Meskipun begitu, saya sedih karena harus berpisah dengan 2 sahabat saya yang berbeda sekolah dengan saya. Sehingga, saya hanya berdua dengan sahabat saya yang bersekolah di SMA 26. Awal-awal masa SMA adalah masa-masa terberat saya. Saya sempat tidak dapat menyesuaikan diri dengan suasana baru, teman-teman baru, guru-guru baru, bahkan dengan pelajaran-pelajarannya. Seringkali saya mengeluhkan ke orangtua saya. Bahkan, setiap malam saya sering menangis. Sampai akhirnya, ketika kenaikan kelas nilai saya turun drastis. Ibu saya memberikan nasehat supaya saya mengambil jurusan ips. Namun, saat itu saya tetap berkeinginan untuk memilih jurusan ipa. Alhasil, nilai rapor saya tidak memenuhi untuk masuk jurusan ipa. Ternyata, nasehat ibu saya itu benar setelah saya masuk di jurusan ips, saya lebih semangat untuk bersekolah, jarang menangis setiap malam, mendapatkan teman-teman yang menyenangkan dan perhatian. Mereka sangat kompak, saling membantu satu sama lainnya.
Itu lah yang tidak saya temui ketika saya di kelas X, pasalnya ketika kelas X teman-teman saya cenderung individualis dan ditambah dengan saya harus mempelajari semua bidang pelajaran termasuk ipa dan ips. Seketika, masa-masa SMA berubah indah dan saya tidak merasa terbebani sedikit pun setelah masuk di jurusan ips. Di kelas XI saya memiliki banyak teman-teman yang menyenangkan dan perhatian. Di kelas, tidak ada istilah pelit dalam berbagi ilmu. Kita saling membantu satu sama lainnya. Di kelas XI teman sebangku saya adalah murid yang pintar, namun tidak sedikit pun ia pelit dalam berbagi ilmu.
Terkadang, ketika tidak ada guru saya dan teman-teman seringkali bersenda gurau, membicarakan hal-hal aneh, bahkan sampai ke hal pribadi. Guru-guru di jurusan ips pun mayoritas sangat menyenangkan, hanya beberapa guru saja yang tegas. Salah satu guru favorit saya di SMA adalah Pak Kiswandi. Ia mengajar Sosiologi. Sebenarnya, ia sudah tua namun ia dapat memposisikan dirinya sama seperti anak muda.
Banyak hal-hal yang menyenangkan sampai hal yang mengerikan terjadi di kelas XI. Salah satu mata pelajaran yang saya tidak sukai adalah ekonomi. Guru yang mengajar ekonomi saya sangat galak, bahkan saya sering gugup dan takut ketika presentasi di hadapan beliau. Saya pun masih ingat ketika saya di marahi di depan anak-anak kelas lain oleh beliau, hanya karena lupa mengumpulkan soal ulangan. Itu lah sebabnya saya tidak suka ketika ia sedang mengajar.
Lalu, ketika naik ke kelas XII saya aktif menjadi panitia acara di sekolah saya. Acara itu semacam perlombaan-perlombaan antar SMA. Biasanya diselenggarakan selama 2 atau 3 minggu. Biasanya, di hari terakhir acara, kita menyelenggarakan sebuah konser musik kecil yang menampilkan artis-artis ibukota. Di kelas XII, saya sekelas dengan teman sebangku saya di kelas XI. Alhasil, kita duduk sebangku selama 2 tahun. Meskipun kelas XII disibukkan dengan berbagai macam pendalaman materi, namun itu tidak membuat kita terlalu terbebani. Menurut saya, materi di kelas XII tidak terlalu banyak sehingga seringkali banyak guru yang tidak masuk kelas. Oleh karena itu, kita sering menonton video di depan kelas bersama-sama, bernyanyi dan bermain gitar bersama, bersenda gurau, dll.
Lalu, di akhir masa SMA, kita membuat sebuah acara prom&night sebagai acara perpisahan bagi kita. Dalam acara tersebut, sangat terasa kehangatan satu sama lain, kita pun melihat awal perjalanan kita masuk SMA hingga akhir. Oleh sebab itu, masa SMA adalah masa yang indah untuk saya. Disini saya mulai mencari jati diri, belajar tentang banyak hal, mendapatkan sebuah keluarga baru pula. Sampai akhirnya, kita lulus bersama-sama dan diterima di universitas yang berbeda-beda. Bagi saya, untuk meneruskan perjuangan saya masuk ke universitas negeri tidak lah mudah. Saya harus belajar dengan keras, mengikuti beberapa tes masuk perguruan tinngi, bahkan beberapa kali ditolak dan gagal. Saya sempat putus asa, saya hanya berdoa dan meminta kepada Allah agar memberikan hasil yang terbaik untuk saya.

 Semua orang terus mendukung saya, dari orangtua, saudara, dan para sahabat. Tidak jarang pula, saya harus mengikuti belajar intensif di tempat les, datang kerumah teman sebangku saya untuk meminta diajarkan. Serigkali, merasa sedih dan iri dengan teman-teman yang telah mendapatkan universitas-universitas impian mereka. Ibu saya pun sudah mulai ragu dengan saya, karena seringkali ditolak. Bahkan, ia pun telah mencarikan saya sebuah universitas swasta. Namun, Allah berkehendak lain, atas izin-Nya saya mampu membuktikan ke semua orang termasuk Ibu saya bahwa saya mampu menaklukan Universitas Negeri Jakarta. Kini, saya pun sudah resmi menjadi mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, jurusan Sejarah, dan prodi Usaha Jasa Pariwisata.

3 komentar:

  1. Kisah hidupnya cukup inspiratif, banyak lika-liku yang Anda lewati. Dari kekurangan yang Anda miliki seharusnya Anda dapat mengambil sisi positifnya agar menjadi pribadi yang lebih baik. Tetap lah semangat dalam menggapai impianmu, semoga dilancarkan dan sukses ke depannya! ;)

    BalasHapus
  2. Akhirnya perjuangan dan kerja keras selama ini membuahkan hasil :) tangis dan tawa bercampur menjadi pengalaman. Tetap percaya akan kuasa-Nya. Dan jadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah guru yang berharga
    Btw, kangen SMA :( kangen pake seragam :( kangen eyang kiswandi!!

    BalasHapus
  3. Dengan usaha anda yang maksimal, anda mampu menjalani lika-liku kehidupan yang anda jalani selama ini. Rasa takut anda terkalahkan oleh semangat anda. Sangat inspiratif. Dengan beberapa kegagalan yang pernah anda alami, anda dapat mengambil hikmah yang ada. Keep your spirit! :)

    BalasHapus