Jumat, 09 Oktober 2015

Tugas-1 Autobiografi Adlia Sade Utina

HIDUP PENUH WARNA SELAMA 18 TAHUN

 

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Nama saya Adlia Sade Utina, biasa dipanggil Adlia atau Adli, yang kedengarannya seperti panggilan nama anak laki-laki. Namun kebanyakan dari teman-teman saya juga ada yang memanggil dengan sebutan “bule”, mungkin karna kulit cerah dan rambut pirang yang ada di diri saya. Bapak saya bernama Andi Muhammad Samsudin Utina, seorang laki-laki berdarah Gorontalo yang patut saya kagumi dan saya jadikan guru bagi kehidupan saya. Ibu saya bernama Dewi Martini Monoarfa, perempuan berdarah Manado yang bertanggung jawab atas kehidupan saya sehari-hari, merawat dan menjaga saya dengan sebaik mungkin. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya laki-laki bernama Dennys Akmal Sade Utina, sekarang duduk di bangku kelas 1 SMP.
Saya dilahirkan di sebuah gedung rumah sakit sederhana, RSUD Pasar Rebo yang terletak di Jalan Let. Jend. T.B. Simatupang Nomor 30, Jakarta. Saya lahir pada hari Sabtu, tanggal 18 Oktober tahun 1997. Saya juga dibesarkan di ibu kota ini, karena orang tua belum mampu membeli rumah pada waktu itu saya dan orang tua berpindah-pindah tempat tinggal. Mulai dari daerah Tanah Abang, Manggarai, Duren Sawit, dan Pulo Gebang. Sampai akhirnya pada saat saya lulus sekolah dasar, orang tua memiliki rumah di daerah Bekasi. Bapak saya seorang pegawai swasta, sedangkan ibu saya sekarang ibu rumah tangga yang sebelumnya bekerja di bidang tour and travel sejak ia lulus SMA dari Surabaya dan merantau ke Jakarta.

Periode Balita
          Saya dilahirkan dengan sesuatu yang berbeda di bagian kulit kepala, saya mempunyai beberapa helai rambut berwarna pirang keputihan dan rambut dominan coklat, juga kulit cerah yang membuat saya mirip seperti orang bukan Indonesia. Awal saya lahir, ibu dan bapak panik mengira bahwa saya terkena penyakit atau apapun yang tidak diinginkan sampai harus beberapa kali dibawa ke rumah sakit untuk periksa. Ternyata bukan penyakit, di kulit kepala saya ada tanda lahir berwarna putih membuat rambut yang tumbuh di tanda lahir itu berwarna pirang keputihan.
Ibu saya bilang, saya pernah mengalami tidak tidur sampai dua malam karena gigi yang tumbuh menyebabkan saya tidak bisa tidur. Sampai ibu saya juga ikut tidak tidur selama dua malam. Pada masa balita saya juga sering mengalami masalah kulit yang biasanya orang orang bilang keringet buntet. Ketika mengalami penyakit itu, saya sangat manja kepada ibu dan juga bapak. Diobati di kulit yang ada keringet buntetnya itu perih, saya tidak mau dihadapkan ke kipas, maunya ditiup sama ibu atau bapak. Mengingat saya anak pertama apalagi perempuan, saya merasa beruntung karena bapak dan ibu saya sangat menjaga dan menyayangi saya. Apalagi di waktu yang cukup lama, enam tahun. Enam tahun perbedaan usia saya dan adik laki-laki saya.
            Selama masih menjadi anak tunggal, saya sering sekali diajak berpergian dengan bapak dan ibu bersama keluarga besar. Keluarga besar itu adalah keluarga bapak yang menjadi keluarga selama bapak tinggal di Jakarta. Namun, sudah seperti orang tua kandung bapak, memberinya tempat tinggal, memberi makan, dan merawat. Saya pun sudah dianggap seperti cucu sendiri oleh mereka. Berpergian keluar kota selama berminggu-minggu itu hal sering kami lakukan. Semarang, Jogjakarta, Malang, dan banyak kota lain yang dijadikan tempat tujuan kami dengan sederhana naik mobil. Bukan hanya kami, anak-anak dari orang tua asuh bapak juga, serta anak-anak asuh yang lain.






Periode Taman Kanak-kanak
            Beranjak lima tahun, saya mulai belajar di Taman Kanak-kanak. Saya ingat, saya kerap tidak mau masuk kelas karena takut dan merasa asing. Parahnya, saya ingin ibu ikut saya masuk ke dalam kelas sampai saya menangis kencang. Saya malu mengingatnya. Terkadang, ketika saya benar-benar gak mood untuk belajar, saya malah main perosotan dan jungkat-jungkit di taman ditemani ibu. Seorang perempuan pemilik taman kanak-kanak itu tertawa melihat saya dan menghampiri ibu saya. Padahal ibu saya sudah merasa gak enak dan takut, ternyata ibu pemilik taman kanak-kanak itu mempunyai pendapat yang berbeda, ia malah merasa senang melihat saya.
            Di masa ini, saya banyak mengikuti kegiatan seperti lomba menari, menggambar dan mewarnai dan mendapatkan sertifikat. Kemana-mana yang saya ingat, ibu selalumengantar dan menemani. Ibu memang mempunyai pembantu rumah tangga waktu itu di rumah, hanya untuk membantunya memasak dan membereskan rumah, namun tidak untuk merawat dan menjaga saya. Karena menurutnya, ia lah yang harus menjaga saya. Walaupun saat itu ibu masih mempunyai pekerjaan sebagai tour planner di sebuah tour & travel. Sering kali ibu membawa saya ke kantornya. Ketika usia saya beranjak 4 tahun dan menyelesaikan belajar di taman kanak-kanak, saya diikutkan ke suatu pengajian atau TPQ. Tempat dimana anak-anak seusia saya belajar mengaji, mengenal agama, nabi dan rasul, berdoa, bersikap sesuai ajaran agama, dan lain-lain. Di tempat ini saya juga ikut kegiatan menari, sampai dilombakan. 




Periode Sekolah Dasar
            Saat umur saya beranjak enam tahun, saya masuk ke sekolah dasar. Sekolah Dasar di daerah Jakarta Timur, SD Negeri Ujung Menteng 04 Pagi. Pada awalnya, sama seperti waktu di taman kanak-kanak, saya tidak mau masuk kelas karena merasa asing dan takut dengan suasana baru di sekolah. Sampai harus ditemani ibu lagi. Saya ingat pada waktu itu ibu dipanggil oleh seorang guru perempuan di sekolah, karena rambut saya yang ada pirangnya. Seorang guru tersebut memang tidak mengetahui karena mungkin tidak melihat saya saat pendaftaran sekolah waktu itu. Akhirnya, ibu saya yang menjelaskan, guru tersebut pun malah menganggap saya lucu dan unik. Di sekolah dasar, saya mengikuti beberapa kegiatan. Di kelas lima, saya mengikuti ekstrakulikuler marching band, sampai mengikuti lomba yang diselenggarakan di Senayan tahun 2008. Rasa khawatir, deg-degan karna dilihat oleh banyak orang belum lagi peserta yang tidak kalah menarik dan kerennya menampilkan marching band. Setelah itu, ikut kegiatan pramuka selama dua hari satu malam di PALAD TNI bersama dengan seluruh Kelompok Pramuka dari tingkat Sekolah Dasar di Jakarta Timur. Merasakan tidur di bawah tenda, makan seadanya, mandi di kamar mandi yang hanya ada dua kamar mandi untuk seluruh peserta secara bergantian, dan api unggun.
            Di sekolah ini, saya mengenal banyak teman-teman yang hebat. Bahkan yang saya tau sekarang mereka masuk ke universitas-universitas favorit. Ada salah satu teman saya di Taman Kanak-kanak yang saya ingat juga bersamaan masuk ke sekolah dasar ini, namanya Irfan.



Periode Sekolah Menengah Pertama
            Setelah lulus dari sekolah dasar di tahun 2009, di umur 12 tahun saya memasuki sekolah menengah pertama masih di daerah Jakarta Timur, SMP Negeri 193 Jakarta. Ini adalah masa masa dimana saya mengenal banyak teman dengan beraneka ragam sifat, mempunyai banyak pengalaman, mengenal suka dengan lawan jenis, dan masih banyak lagi. Seperti di sekolah dasar, bukan takut masuk kelas dan merasa asing dengan suasana baru ya, saya dipanggil oleh seorang guru karena rambut saya yang pirang. Tanpa panjang lebar menjawab, guru ini pun tidak mau percaya. Besoknya saya membawa ibu saya ke sekolah, biar ibu yang menjelaskannya. Bahwa rambut saya bukan hasil dibuat ke salon untuk mengikuti tren.
            Di sekolah menengah pertama, saya mempunyai pengalaman ikut lomba olahraga di Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (KEMENPORA RI) pada tahun 2010. Lomba ini bukan individu melainkan kelompok, bersama teman-teman yang seangkatan dengan saya.
            Yang paling berkenang di masa ini adalah sahabat yang sampai sekarang masih ada dan kami masih menjalin hubungan yang baik. Kami berdelapan bersahabat sejak duduk di bangku kelas tujuh SMP. Kami mengalami persahabatan yang tidak selalu baik-baik saja, mengalami banyak suka dan duka. Kami sering ditegur oleh guru karna kelakuan kami dan salah satu sahabat dari kami juga, sampai dipanggil ke ruang BK. Kami pernah mem-bully beberapa dari salah satu orang di angkatan kami. Bertengkar dengan orang di sosial media dan membicarakannya bersama-sama, ya itu lah kami. Merasa bahwa jika salah satu dari kami ada masalah, itu masalah kami juga. Para ibu dari kami pun sudah mengenal dengan baik seperti apa kami, mereka pun juga bersahabat baik seperti kami. Sampai harus pisah ketika memutuskan masuk ke SMA yang berbeda bukan karna keinginan, namun sudah jalannya. Kami tetap berteman dengan baik walaupun juga tetap ada duka karna jarang bertemu dan sering terjadi kesalahpahaman.
            Guru-guru yang perhatian, penyayang juga pendidik yang baik ada di dalam sekolah ini. Guru yang paling saya ingat adalah guru BK yang kerap memanggil saya dan teman-teman namun bukan untuk dimarahi, beliau memang ingin kami berkonsultasi kepada beliau karena beliau ingin dekat kepada kami anak-anak yang sering berulah. Apalagi kami ini semua perempuan.

 


Periode Sekolah Menengah Atas
            Setara dengan tingkat SMA, saya masuk ke sekolah SMIP atau Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata masih di Jakarta Timur. Namun sekarang sekolahnya menjadi SMK karena ada jurusan yang baru yaitu multimedia. Pada tahun 2012, saya masuk dan duduk di kelas sepuluh. Mempunyai lima sahabat terdekat dan ada salah satu teman yang dulu sama sama di SMP, namanya Anggilytha. Tidak disangka menjadi orang yang paling dekat dengan saya sampai kami sekarang sama-sama kuliah di sebuah universitas di Jakarta.
            Pada tahun 2014 awal, angkatan saya pergi untuk melakukan Overland Tour Jawa-Bali selama sepuluh hari dihitung dengan perjalanan pulang dan pergi. Naik bus sampai ke Bali menyebrang dengan menaiki kapal. Kami sampai di Bali dan saya sekamar dengan tiga teman saya termasuk Anggilytha. Setiap hari berangkat tour pagi buta dan pulang larut malam sampai masih harus mengerjakan tugas dan laporan atas penelitian seharian. Ada suatu kejadian lucu, kami berempat bisa sampai mengumpat di kamar mandi di dalam kamar teman laki-laki kami. Karena kami tidak boleh terlalu bising di hotel dan tidur larut malam oleh para guru, salah satu guru melakukan patroli keliling kamar untuk mengecek apakah para siswanya sudah tenang. Salah satu teman kamar saya, seorang ketua rombongan, mempunyai kewajiban mengecek dan mengamankan para pesertanya sedangkan dia berbohong kepada guru yang melakukan patroli tersebut. Bahwa teman sekamarnya sudah tidur, padahal kami bersembunyi di kamar laki-laki dengan alasan hanya kamar tersebut yang paling dekat dari tempat kami mengerjakan tugas saat guru melewati koridor lantai itu. Mengunjungi banyak objek wisata selama tour, yang paling berkesan bagi saya adalah di Blitar. Di makam Ir. Soekarno. Pemakamannya dibuat dengan megah dan bagus di kota Blitar membuat saya terkagum melihatnya.  Di tahun 2014 pertengahan sampai akhir, angkatan saya banyak melakukan kegiatan observasi ke objek wisata sampai ke Garuda Indonesia Training Center.
            Begitu banyak keluh dan kesah yang saya alami di sekolah ini, terutama soal biaya dan juga fasilitas di sekolah ini. Biaya dan fasilitasnya sangat tidak sesuai. Bahkan kamar mandi yang setiap hari kotor dan juga di sekolah ini tidak ada tempat untuk melakukan ibadah solat. Saya berpikir, apa karena seorang pemilik sekolah ini bukan seorang muslim? Makanya tidak memikirkan hal tersebut? Baiklah saya tidak akan membahas hal tersebut lebih jauh.





            Sampai akhirnya, saya menyelesaikan wajib sekolah dua belas tahun. Lulus SMIP di tahun 2015 dan masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Saya sadar bahwa anak-anak dari sekolah swasta apalagi bukan SMA biasanya sulit untuk masuk ke dalam perguruan tinggi negeri namun saya tidak memikirkan hal tersebut, demi keinginan ayah saya supaya anaknya bisa kuliah sebelum bekerja. Langkah pertama adalah mengikuti tes di Universitas Indonesia melalui jalur SIMAK (seleksi masuk) dan gagal. Anehnya ibu saya senang dengan gagalnya saya masuk ke universitas tersebut dengan alasan ibu saya lebih senang apabila saya tidak sekolah jauh-jauh. Memang sejak Taman Kanak-kanak saya tidak pernah sekolah yang jaraknya bisa ditempuh sampai satu jam dari rumah itu tidak pernah. Jarak dari rumah ke sekolah selalu dekat dan bisa ditempuh paling lama setengah jam. Setelah itu, saya mengikuti tes di Universitas Negeri Jakarta. Karena yang paling penting adalah izin orang tua, saya meminta pendapat kepada ibu saya. Ibu saya sangat senang dan mengizinkan, menurutnya karena dekat. Bukan karena bisa ditempuh dengan waktu cepat namun katanya karena masih bisa diantar dan dijemput oleh ibu. Saya sempat mempunyai pikiran, apabila saya memang tidak diizinkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri, saya akan mengambil pekerjaan daripada  harus ke perguruan tinggi swasta yang akan sangat menguras biaya.
            Dengan mengucap syukur sebanyak-banyaknya ketika melihat saya diterima di Universitas Negeri Jakarta, pagi itu saya memberi tahu bapak yang saat itu sedang minum teh mau berangkat kerja dan saya melihat ekspresi bapak yang sangat senang. Saat itu ibu sedang pergi mengantar adik ke sekolah. Harapan saya tidak akan terkabul tanpa doa kedua orang tua saya, terutama ibu. Sekarang saya masih menjadi mahasiswa yang bisa dibilang baru di UNJ, baru sebulan lebih beberapa minggu belajar di UNJ. Bersama dengan teman yang paling dekat dengan saya setiap saat, Anggilytha.




            Oh iya, di biografi saya ini tidak lengkap kalau tidak menulis hobi dan kesukaan ya sepertinya. Hobi saya mendengarkan musik pop, rnb atau hip-hop, ballad juga suka, membaca roman, menonton film-film yang bergenre roman, mencoba makanan baru dan hal baru. Saya suka makan. Saya paling suka makan ikan bandeng dan kerang. Hampir setiap hari oma memasak bandeng atau kerang untuk saya. Saya gak suka durian dan alpukat. Saya suka warna hitam, putih, hijau muda, pink, biru laut atau toska. Saya suka warna-warni deh, lebih bagus.
Sekian autobiografi saya, untuk menutup saya ingin mengucapkan Terima Kasih kepada Allah SWT, orang tua saya serta adik saya, juga keluarga lain yang selalu ikut mengurus saya yaitu oma, sahabat dan teman-teman saya, tanpa orang-orang yang mensupport saya sehari-hari saya tidak mungkin bisa sampai sekarang. Tanpa perhatian orang-orang yang peduli terhadap saya. Saya sangat bersyukur atas apapun yang telah terjadi pada hidup saya, saya percaya Allah mempunyai rencana yang baik untuk kebaikan umatNya. Saya berharap saya dapat menyelesaikan kuliah saya tepat waktu, selama kuliah bisa mendapatkan banyak pengalaman dengan ikut organisasi dan kegiatan, saya berharap mempunyai teman-teman yang baik dan memberikan saya banyak pelajaran berharga dengan adanya pertemanan kami. Saya juga berharap kami masih berteman di masa depan.

Kelas A-Adlia Sade Utina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar