HIDUP PENUH WARNA SELAMA 18 TAHUN
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Nama
saya Adlia Sade Utina, biasa dipanggil Adlia atau Adli, yang kedengarannya
seperti panggilan nama anak laki-laki. Namun kebanyakan dari teman-teman saya
juga ada yang memanggil dengan sebutan “bule”, mungkin karna kulit cerah dan
rambut pirang yang ada di diri saya. Bapak saya bernama Andi Muhammad Samsudin
Utina, seorang laki-laki berdarah Gorontalo yang patut saya kagumi dan saya
jadikan guru bagi kehidupan saya. Ibu saya bernama Dewi Martini Monoarfa,
perempuan berdarah Manado yang bertanggung jawab atas kehidupan saya
sehari-hari, merawat dan menjaga saya dengan sebaik mungkin. Saya anak pertama
dari dua bersaudara. Adik saya laki-laki bernama Dennys Akmal Sade Utina,
sekarang duduk di bangku kelas 1 SMP.
Saya dilahirkan di sebuah gedung rumah sakit sederhana,
RSUD Pasar Rebo yang terletak di Jalan Let. Jend. T.B. Simatupang Nomor 30,
Jakarta. Saya lahir pada hari Sabtu, tanggal 18 Oktober tahun 1997. Saya juga
dibesarkan di ibu kota ini, karena orang tua belum mampu membeli rumah pada
waktu itu saya dan orang tua berpindah-pindah tempat tinggal. Mulai dari daerah
Tanah Abang, Manggarai, Duren Sawit, dan Pulo Gebang. Sampai akhirnya pada saat
saya lulus sekolah dasar, orang tua memiliki rumah di daerah Bekasi. Bapak saya
seorang pegawai swasta, sedangkan ibu saya sekarang ibu rumah tangga yang
sebelumnya bekerja di bidang tour and
travel sejak ia lulus SMA dari Surabaya dan merantau ke Jakarta.
Periode
Balita
Saya dilahirkan dengan sesuatu yang
berbeda di bagian kulit kepala, saya mempunyai beberapa helai rambut berwarna
pirang keputihan dan rambut dominan coklat, juga kulit cerah yang membuat saya
mirip seperti orang bukan Indonesia. Awal saya lahir, ibu dan bapak panik
mengira bahwa saya terkena penyakit atau apapun yang tidak diinginkan sampai
harus beberapa kali dibawa ke rumah sakit untuk periksa. Ternyata bukan penyakit,
di kulit kepala saya ada tanda lahir berwarna putih membuat rambut yang tumbuh
di tanda lahir itu berwarna pirang keputihan.
Ibu saya bilang, saya pernah mengalami tidak tidur
sampai dua malam karena gigi yang tumbuh menyebabkan saya tidak bisa tidur. Sampai
ibu saya juga ikut tidak tidur selama dua malam. Pada masa balita saya juga
sering mengalami masalah kulit yang biasanya orang orang bilang keringet buntet. Ketika mengalami
penyakit itu, saya sangat manja kepada ibu dan juga bapak. Diobati di kulit
yang ada keringet buntetnya itu
perih, saya tidak mau dihadapkan ke kipas, maunya ditiup sama ibu atau bapak. Mengingat
saya anak pertama apalagi perempuan, saya merasa beruntung karena bapak dan ibu
saya sangat menjaga dan menyayangi saya. Apalagi di waktu yang cukup lama, enam
tahun. Enam tahun perbedaan usia saya dan adik laki-laki saya.
Selama masih menjadi anak tunggal,
saya sering sekali diajak berpergian dengan bapak dan ibu bersama keluarga
besar. Keluarga besar itu adalah keluarga bapak yang menjadi keluarga selama bapak
tinggal di Jakarta. Namun, sudah seperti orang tua kandung bapak, memberinya
tempat tinggal, memberi makan, dan merawat. Saya pun sudah dianggap seperti
cucu sendiri oleh mereka. Berpergian keluar kota selama berminggu-minggu itu hal
sering kami lakukan. Semarang, Jogjakarta, Malang, dan banyak kota lain yang
dijadikan tempat tujuan kami dengan sederhana naik mobil. Bukan hanya kami,
anak-anak dari orang tua asuh bapak juga, serta anak-anak asuh yang lain.
Periode
Taman Kanak-kanak
Beranjak lima tahun, saya mulai
belajar di Taman Kanak-kanak. Saya ingat, saya kerap tidak mau masuk kelas
karena takut dan merasa asing. Parahnya, saya ingin ibu ikut saya masuk ke
dalam kelas sampai saya menangis kencang. Saya malu mengingatnya. Terkadang,
ketika saya benar-benar gak mood untuk
belajar, saya malah main perosotan dan jungkat-jungkit di taman ditemani ibu. Seorang
perempuan pemilik taman kanak-kanak itu tertawa melihat saya dan menghampiri
ibu saya. Padahal ibu saya sudah merasa gak enak dan takut, ternyata ibu
pemilik taman kanak-kanak itu mempunyai pendapat yang berbeda, ia malah merasa
senang melihat saya.
Di masa ini, saya banyak mengikuti
kegiatan seperti lomba menari, menggambar dan mewarnai dan mendapatkan
sertifikat. Kemana-mana yang saya ingat, ibu selalumengantar dan menemani. Ibu
memang mempunyai pembantu rumah tangga waktu itu di rumah, hanya untuk
membantunya memasak dan membereskan rumah, namun tidak untuk merawat dan
menjaga saya. Karena menurutnya, ia lah yang harus menjaga saya. Walaupun saat
itu ibu masih mempunyai pekerjaan sebagai tour
planner di sebuah tour & travel.
Sering kali ibu membawa saya ke kantornya. Ketika usia saya beranjak 4 tahun
dan menyelesaikan belajar di taman kanak-kanak, saya diikutkan ke suatu
pengajian atau TPQ. Tempat dimana anak-anak seusia saya belajar mengaji,
mengenal agama, nabi dan rasul, berdoa, bersikap sesuai ajaran agama, dan
lain-lain. Di tempat ini saya juga ikut kegiatan menari, sampai dilombakan.
Periode
Sekolah Dasar
Saat umur saya beranjak enam tahun,
saya masuk ke sekolah dasar. Sekolah Dasar di daerah Jakarta Timur, SD Negeri
Ujung Menteng 04 Pagi. Pada awalnya, sama seperti waktu di taman kanak-kanak,
saya tidak mau masuk kelas karena merasa asing dan takut dengan suasana baru di
sekolah. Sampai harus ditemani ibu lagi. Saya ingat pada waktu itu ibu
dipanggil oleh seorang guru perempuan di sekolah, karena rambut saya yang ada
pirangnya. Seorang guru tersebut memang tidak mengetahui karena mungkin tidak
melihat saya saat pendaftaran sekolah waktu itu. Akhirnya, ibu saya yang menjelaskan,
guru tersebut pun malah menganggap saya lucu dan unik. Di sekolah dasar, saya
mengikuti beberapa kegiatan. Di kelas lima, saya mengikuti ekstrakulikuler marching band, sampai mengikuti lomba yang
diselenggarakan di Senayan tahun 2008. Rasa khawatir, deg-degan karna dilihat
oleh banyak orang belum lagi peserta yang tidak kalah menarik dan kerennya
menampilkan marching band. Setelah itu,
ikut kegiatan pramuka selama dua hari satu malam di PALAD TNI bersama dengan
seluruh Kelompok Pramuka dari tingkat Sekolah Dasar di Jakarta Timur. Merasakan
tidur di bawah tenda, makan seadanya, mandi di kamar mandi yang hanya ada dua
kamar mandi untuk seluruh peserta secara bergantian, dan api unggun.
Di sekolah ini, saya mengenal banyak
teman-teman yang hebat. Bahkan yang saya tau sekarang mereka masuk ke
universitas-universitas favorit. Ada salah satu teman saya di Taman Kanak-kanak
yang saya ingat juga bersamaan masuk ke sekolah dasar ini, namanya Irfan.
Periode
Sekolah Menengah Pertama
Setelah lulus dari sekolah dasar di tahun
2009, di umur 12 tahun saya memasuki sekolah menengah pertama masih di daerah
Jakarta Timur, SMP Negeri 193 Jakarta. Ini adalah masa masa dimana saya
mengenal banyak teman dengan beraneka ragam sifat, mempunyai banyak pengalaman,
mengenal suka dengan lawan jenis, dan masih banyak lagi. Seperti di sekolah
dasar, bukan takut masuk kelas dan merasa asing dengan suasana baru ya, saya
dipanggil oleh seorang guru karena rambut saya yang pirang. Tanpa panjang lebar
menjawab, guru ini pun tidak mau percaya. Besoknya saya membawa ibu saya ke sekolah,
biar ibu yang menjelaskannya. Bahwa rambut saya bukan hasil dibuat ke salon
untuk mengikuti tren.
Di sekolah menengah pertama, saya
mempunyai pengalaman ikut lomba olahraga di Kementerian Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia (KEMENPORA RI) pada tahun 2010. Lomba ini bukan individu
melainkan kelompok, bersama teman-teman yang seangkatan dengan saya.
Yang paling berkenang di masa ini
adalah sahabat yang sampai sekarang masih ada dan kami masih menjalin hubungan
yang baik. Kami berdelapan bersahabat sejak duduk di bangku kelas tujuh SMP. Kami
mengalami persahabatan yang tidak selalu baik-baik saja, mengalami banyak suka
dan duka. Kami sering ditegur oleh guru karna kelakuan kami dan salah satu sahabat
dari kami juga, sampai dipanggil ke ruang BK. Kami pernah mem-bully beberapa dari salah satu orang di
angkatan kami. Bertengkar dengan orang di sosial media dan membicarakannya
bersama-sama, ya itu lah kami. Merasa bahwa jika salah satu dari kami ada
masalah, itu masalah kami juga. Para ibu dari kami pun sudah mengenal dengan baik
seperti apa kami, mereka pun juga bersahabat baik seperti kami. Sampai harus
pisah ketika memutuskan masuk ke SMA yang berbeda bukan karna keinginan, namun
sudah jalannya. Kami tetap berteman dengan baik walaupun juga tetap ada duka
karna jarang bertemu dan sering terjadi kesalahpahaman.
Guru-guru yang perhatian, penyayang
juga pendidik yang baik ada di dalam sekolah ini. Guru yang paling saya ingat
adalah guru BK yang kerap memanggil saya dan teman-teman namun bukan untuk
dimarahi, beliau memang ingin kami berkonsultasi kepada beliau karena beliau
ingin dekat kepada kami anak-anak yang sering berulah. Apalagi kami ini semua
perempuan.
Periode
Sekolah Menengah Atas
Setara dengan tingkat SMA, saya
masuk ke sekolah SMIP atau Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata masih di Jakarta
Timur. Namun sekarang sekolahnya menjadi SMK karena ada jurusan yang baru yaitu
multimedia. Pada tahun 2012, saya masuk dan duduk di kelas sepuluh. Mempunyai lima
sahabat terdekat dan ada salah satu teman yang dulu sama sama di SMP, namanya
Anggilytha. Tidak disangka menjadi orang yang paling dekat dengan saya sampai
kami sekarang sama-sama kuliah di sebuah universitas di Jakarta.
Pada tahun 2014 awal, angkatan saya
pergi untuk melakukan Overland Tour Jawa-Bali selama sepuluh hari dihitung
dengan perjalanan pulang dan pergi. Naik bus sampai ke Bali menyebrang dengan
menaiki kapal. Kami sampai di Bali dan saya sekamar dengan tiga teman saya
termasuk Anggilytha. Setiap hari berangkat tour pagi buta dan pulang larut
malam sampai masih harus mengerjakan tugas dan laporan atas penelitian
seharian. Ada suatu kejadian lucu, kami berempat bisa sampai mengumpat di kamar
mandi di dalam kamar teman laki-laki kami. Karena kami tidak boleh terlalu
bising di hotel dan tidur larut malam oleh para guru, salah satu guru melakukan
patroli keliling kamar untuk mengecek apakah para siswanya sudah tenang. Salah satu
teman kamar saya, seorang ketua rombongan, mempunyai kewajiban mengecek dan
mengamankan para pesertanya sedangkan dia berbohong kepada guru yang melakukan
patroli tersebut. Bahwa teman sekamarnya sudah tidur, padahal kami bersembunyi
di kamar laki-laki dengan alasan hanya kamar tersebut yang paling dekat dari
tempat kami mengerjakan tugas saat guru melewati koridor lantai itu.
Mengunjungi banyak objek wisata selama tour, yang paling berkesan bagi saya
adalah di Blitar. Di makam Ir. Soekarno. Pemakamannya dibuat dengan megah dan
bagus di kota Blitar membuat saya terkagum melihatnya. Di tahun 2014 pertengahan sampai akhir, angkatan saya banyak
melakukan kegiatan observasi ke objek wisata sampai ke Garuda Indonesia
Training Center.
Begitu banyak keluh dan kesah yang
saya alami di sekolah ini, terutama soal biaya dan juga fasilitas di sekolah
ini. Biaya dan fasilitasnya sangat tidak sesuai. Bahkan kamar mandi yang setiap
hari kotor dan juga di sekolah ini tidak ada tempat untuk melakukan ibadah
solat. Saya berpikir, apa karena seorang pemilik sekolah ini bukan seorang
muslim? Makanya tidak memikirkan hal tersebut? Baiklah saya tidak akan membahas
hal tersebut lebih jauh.
Sampai akhirnya, saya menyelesaikan
wajib sekolah dua belas tahun. Lulus SMIP di tahun 2015 dan masuk ke Perguruan
Tinggi Negeri. Saya sadar bahwa anak-anak dari sekolah swasta apalagi bukan SMA
biasanya sulit untuk masuk ke dalam perguruan tinggi negeri namun saya tidak
memikirkan hal tersebut, demi keinginan ayah saya supaya anaknya bisa kuliah
sebelum bekerja. Langkah pertama adalah mengikuti tes di Universitas Indonesia
melalui jalur SIMAK (seleksi masuk) dan gagal. Anehnya ibu saya senang dengan
gagalnya saya masuk ke universitas tersebut dengan alasan ibu saya lebih senang
apabila saya tidak sekolah jauh-jauh. Memang sejak Taman Kanak-kanak saya tidak
pernah sekolah yang jaraknya bisa ditempuh sampai satu jam dari rumah itu tidak
pernah. Jarak dari rumah ke sekolah selalu dekat dan bisa ditempuh paling lama
setengah jam. Setelah itu, saya mengikuti tes di Universitas Negeri Jakarta. Karena
yang paling penting adalah izin orang tua, saya meminta pendapat kepada ibu
saya. Ibu saya sangat senang dan mengizinkan, menurutnya karena dekat. Bukan karena
bisa ditempuh dengan waktu cepat namun katanya karena masih bisa diantar dan
dijemput oleh ibu. Saya sempat mempunyai pikiran, apabila saya memang tidak
diizinkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri, saya akan
mengambil pekerjaan daripada harus ke
perguruan tinggi swasta yang akan sangat menguras biaya.
Dengan mengucap syukur
sebanyak-banyaknya ketika melihat saya diterima di Universitas Negeri Jakarta, pagi
itu saya memberi tahu bapak yang saat itu sedang minum teh mau berangkat kerja
dan saya melihat ekspresi bapak yang sangat senang. Saat itu ibu sedang pergi
mengantar adik ke sekolah. Harapan saya tidak akan terkabul tanpa doa kedua
orang tua saya, terutama ibu. Sekarang saya masih menjadi mahasiswa yang bisa
dibilang baru di UNJ, baru sebulan lebih beberapa minggu belajar di UNJ. Bersama
dengan teman yang paling dekat dengan saya setiap saat, Anggilytha.
Oh iya, di biografi saya ini tidak
lengkap kalau tidak menulis hobi dan kesukaan ya sepertinya. Hobi saya
mendengarkan musik pop, rnb atau hip-hop, ballad juga suka,
membaca roman, menonton film-film yang bergenre roman, mencoba makanan baru dan
hal baru. Saya suka makan. Saya paling suka makan ikan bandeng dan kerang. Hampir
setiap hari oma memasak bandeng atau kerang untuk saya. Saya gak suka durian
dan alpukat. Saya suka warna hitam, putih, hijau muda, pink, biru laut atau
toska. Saya suka warna-warni deh, lebih bagus.
Sekian autobiografi saya, untuk menutup saya ingin
mengucapkan Terima Kasih kepada Allah SWT, orang tua saya serta adik saya, juga
keluarga lain yang selalu ikut mengurus saya yaitu oma, sahabat dan teman-teman
saya, tanpa orang-orang yang mensupport saya sehari-hari saya tidak mungkin
bisa sampai sekarang. Tanpa perhatian orang-orang yang peduli terhadap saya.
Saya sangat bersyukur atas apapun yang telah terjadi pada hidup saya, saya
percaya Allah mempunyai rencana yang baik untuk kebaikan umatNya. Saya berharap
saya dapat menyelesaikan kuliah saya tepat waktu, selama kuliah bisa
mendapatkan banyak pengalaman dengan ikut organisasi dan kegiatan, saya
berharap mempunyai teman-teman yang baik dan memberikan saya banyak pelajaran
berharga dengan adanya pertemanan kami. Saya juga berharap kami masih berteman
di masa depan.
Kelas A-Adlia Sade Utina
Kelas A-Adlia Sade Utina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar