19 Tahun lika-liku kehidupanku
Periode balita
Namaku Syalby Viena Fadillah, aku lahir di Jakarta pada hari
rabu tanggal 11 September 1996 pukul 14.47 di R.S. Harapan Kita Jakarta Barat
dan dokter yang menangani ibuku adalah dokter Edwin dengan berat 3240 gram
serta panjang 49 cm. Aku adalah anak pertama yang lahir dari pasangan ibu dan
ayah yang bernama Luliyanti dan Syarifadillah. Belum menginjak usia dua tahun
nyawaku hampir terancam akibat tragedi 12 May 1998 yang pada saat itu saya dan
orang tua tinggal di daerah Tomang.
Periode TK
Lalu pada tahun ketiga usia saya, saya mulai tertarik dengan
sekolah. Orang tua saya mencoba untuk mendaftarkan saya ke Raudhatul Athfal
Al-Falah saat itu saya senang sekali bisa bersekolah, bersosialisasi, dan
tentunya menambah ilmu. Tidak lama setelah saya bersekolah ibu saya mengandung
anak ke dua dan lahir pada tanggal 07 April 2000 yang bernama Syafa Dwina
Fadillah dengan berat 3210 gram dan panjang 49 cm dengan jenis kelamin
perempuan. Senang sekali rasanya memiliki adik perempuan pada saat itu. Setelah
tamat belajar pada tahun 2001 yang seharusnya saya melanjutkan ke tingkat
sekolah dasar pada saat itu ibu saya bingung karna saya tamat pada usia lima
tahun sedangkan untuk masuk sekolah dasar negeri minimal usia enam atau tujuh
tahun, lalu ibu saya mengurungkan niat menyekolahkan saya ke jenjang sekolah
dasar dan mendaftarkan saya untuk ikut pengajian anak-anak di masjid dekat
rumah.
Periode SD
Setahun setelahnya senang sekali saya bisa naik ke tingkat
yang lebih tinggi yaitu sekolah dasar pada saat itu saya di hadapkan pada dua
pilihan oleh ayah saya, saya harus memilih di sekolah dasar negeri 01 atau
sekolah dasar Muhammadiyah 27. Entah apa yang saya pikirkan saat ayah saya
menanyakan hal tersebut, lantas saya memilih bersekolah di sekolah dasar
Muhammadiyah 27. Memasuki sekolah dasar saya harus mengikuti serangkaian tes
yang di berikan sekolah untuk mengukur kemampuan baca, Kepala Sekolah yang
bernama ibu Indah saat itu yang menguji. Sosok ibu-ibu yang baik, ramah, serta
murah senyum tidak membuat saya takut ataupum malu menjawab pertanyaan yang
diajukan olehnya. Awal saya masuk kelas saya merasa agak malu tidak memiliki
teman karena kebanyakan teman sekelas saya mengenal satu sama lain yang
kebanyakan satu tk sebelumnya. Tapi itu semua tidak berlangsung lama setelah
saya memiliki teman yang bernama Nadya sosok anak gemuk yang menjadi teman saya
saat itu. Tetapi tidak berlangsung lama nadya pindah sekolah karena ikut dengan
ibunya yang kebetulah sudah bercerai dengan ayahnya. Tidak hanya Nadya yang
menjadi teman saya saat itu, satu per
satu mulai banyak yang saya kenal seperti Arin, Syafa, dan si kembar Astri
& Rizka. Saat kelas dua ada beberapa tambahan murid pindahan seperti Ado
dan Rais, terkejut rasanya saat mengetahui bahwa Ado anak yang dapat menyaingi
kepintaran Arin. Saat memasuki kelas tiga terkejut rasanya mengetahui bahwa
Arin dan Syafa akan pindah sekolah, berkurang keramaian kelas. Memasuki kelas
empat ada anak baru yang bernama Amanda yang menjadi teman sebangku saya saat
itu. Setelah empat tahun kami semua sekelas banyak kegiatan baru yang dilakukan
sekolah kami seperti setiap hari sabtu pagi kami melakukan senam lalu
setelahnya pentas seni perkelas yang kebanyakan anak perempuan yang menari
dengan lagu yang sedang tren saat itu. Kami lakukan kegiatan itu hingga kelas
enam sd. Enam tahun menuntut ilmu di sekolah dasar banyak sekali kejadian yang
terjadi seperti pada saat saya kelas satu sd, ayah saya mengalami kecelakaan
yang menyebabkan kakinya patah. Saat sedang belajar dan diberitahukan hal
tersebut saya sangat sedih dan segera dipulangkan untuk menengok ayah saya. Lalu
saat kelas dua sd saya mengalami kecelakaan motor bersama ayah saya saat akan pergi
sekolah, walaupun saya tidak terluka saya selalu ingat kejadian tersebut hingga
sekarang.
Periode SMP
Lulus
dari sekolah dasar dengan hasil ujian akhir sekolah berstandar nasional 22,60
yang pada saat itu tidak terlalu besar ataupun kecil membuat saya sedih karna
sudah pasti sekolah menengah pertama favorit yang sudah pasti pesaingnya
memiliki nilai yang lebih tinggi dari saya. Saat itu saya memilih sekolah
menengah pertama 111, lalu saya memilih sekolah menengah pertama 89, dan yang
terakhir sekolah menengah pertama 88. Dan hasilnya saya bertahan di SMP Negeri
88 yang berada di Slipi. Saya merasa sedih mendapatkan sekolah itu pada saat
kelas satu saya tidak belajar di gedung smpnya melainkan di sekolah lain yang
dekat dengan smp saya, terlebih setiap pulang sekolah saya harus naik angkutan
umum. Setelah beberapa bulan bersekolah disana kesedihan saya pun perlahan
sirna karna mendapatkan teman yang baik seperti Nana Yang kebetulan namanya
Nadya seperti teman sd saya, dia teman sekelas saya juga dan kami duduk sebangku.
Selain Nana ada juga Rina, Nadira, Sinta, dan lain lain. Saat kelas satu pula
saya diajarkan ayah saya mengendarai motor, selang beberapa hari lancer membawa
motor dan diberi kepercayaan untuk menjemput adik saya pulang les, saya
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tangan kiri saya tidak bisa bergerak
dan pergeseran tulang. Berminggu-minggu tidak dapat menggunakan tangan kiri dan
menjalani terapi dengan urut membuat saya kapok untuk membawa motor setelahnya.
Mendengar kabar bahwa saat kelas dua nanti di campur anak muridnya tidak
seperti saat kelas satu membuat saya malu untuk berbaur lagi. Nyatanya itu
salah besar, di kelas dua inilah saya mendapatkan teman sekelas yang sangat
menyenangkan saya sebangku dengan Asha dia dulu sekelas dengan saya kami duduk
di barisan paling belakang karna saya cukup tinggi dan asha cukup besar. Dan di
kelas dua pula saya mengenal Tata dan Aulia yang menjadi teman dekat saya
hingga sekarang. Banyak hal yang kami lakukan sekelas seperti berkunjung ke
rumah teman yang beberapa kali kami lakukan dengan jumlah yang cukup banyak.
Lalu kami mengerjakan tugas PLKJ yang membawa kami ke Taman Mini Indonesia
Indah. Lalu kami membuat Yupitarium di kelas , itu merupakan yupi yang diemut
lalu di lempar ke langit langit kelas. Bahkan saat pulang sekoah hampir setiap
hari saya dan aulia pulang ke rumah tata hingga sekitar pukul lima sore. Sungguh tahun yang sangat menyenangkan karna
saya di percayai ayah saya untuk memegang handphone pertama saya yaitu
Blackberry. Naik ke kelas tiga saya harus lebih serius dan giat belajar
mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional dan jua menyiapkan tenaga
yang cukup karena awal bulan kelas tiga kami diungsikan ke smp 61 dan masuk
siang kelas saya berada di lantai empat sangat melelahkan. Beberapa bulan tidak
mengungsi di sekolah lain saya harus mengikuti Pendalaman materi setiap harinya
yang mangharuskan saya pulang sekolah pukul 15.00 cukup membuat saya lelah. Dan pada saat itu ibu saya mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki pada tanggal 11 Juni 2010 yang bernama Gifary Gibran Fadillah.
Periode SMA
Setelah mendengar pengumuman lulus sekolah saya berfikir
bahwa setelah SMP pasti masuk SMA karna saya berfikir jika anak-anak SMK itu
kampungan. Tetapi ayah saya bersih keras menerangkan bahwa tidak semua anak SMK
seperti yang saya bayangkan dan saat itu saya sangat berasumsi bahwa SMK itu
setelah lulus kerja, ya memang sih mereka di persiapkan seperti itu tetapi ayah
saya beri penjelasan bahwa bisa lanjut kuliah juga. Ayah saya menjelaskan
secara detail bahwa pariwisata aspek yang akan berkembang di Indonesia nantinya
jadi beliau menyarankan saya untuk masuk SMK Pariwisata. Sempat sedih, dan
tidak mau, ayah saya bersih keras membujuk hingga pada akhirnya saya memilih
SMK Negeri 57 yang letaknya di Jakarta Selatan cukup jauh dari rumah saya.
Karena pada saat itu sekolah tersebut berstatus RSBI jadi saya harus
menyerahkan berkas lebih awal dan mengikuti serangkaian tes yang dilakukan
beberapa hari. Saya memilih jurusan Usaha Jasa Pariwisata dan entah mukjizat
dari mana saya lolos dan menjadi murid di sekolah itu. Padahal sebelumnya saya
sempat mendaftar ke sekolah pariwisata swasta dan juga sempat diberitahukan
bahwa ada SMK Negeri pariwisata yang lebih dekat dari rumah saya yaitu SMK 27
Jakarta Pusat. Setelah beberapa bulan bersekolah saya bertemu dengan dua orang
yang ternyata rumahnya di Jakarta barat juga yaitu Ellen dan Sekar. Kami selalu
pulang bersama naik Transjakarta. Sering sekali saat kami pulang terjadi demo
didepan DPR, yang mengakibatkan kami lama sekali sampai dirumah. Pagi terakhir
setelah ayah saya mengantarkan saya ke sekolah yang pada sat itu baru beberapa
bulan setelah saya duduk di bangku kelas satu ayah saya meninggal dunia pada
tanggal 28 September 2011 bertepatan dengan ulang tahun sahabat saya yang
bernama aulia, karena serangan jantung saat menyetir mobil bersama paman saya
yang pada saat itu ingin menghadiri acara keluarga. Di akhir semester satu
angkatan kami pergi overland ke Bali yang merupakan program wajib dari sekolah
sebagai anak pariwisata. Sebagai anak UJP kami tidak hanya duduk di bangku bis
seperti turis, kami harus memandu teman-teman satu bis kami dan menjadi Tour
leader, menurut saya menjadi tour leader memiliki tanggung jawab yang besar
karna harus menjaga kebersihan dan memperhatikan kesehatan dalam satu bus
tersebut. Saat perjalanan menuju bali kami lewat jalur Alas Roban pada malam
hari, sungguh itu merupakan malam yang cukup mengerikan karena ada beberapa
murid didalam bus yang kesurupan tidak lama kami sampai tempat makan untuk
makan malam dan para guru menyembuhkan murid-murid yang kesurupan. Hingga saat
bus ingin menyebrang dari pulau Jawa ke puau Bali kami menyebrang melalui
pelabuhan Ketapang menuju pelabuhan Gilimanuk yang merupakan pengalaman pertamaku naik kapal
feri. Hingga akhirnya kami kembali ke Jakarta banyak cerita yang kami bagikan
kepada keluarga. Beberapa bulan setelah overland, anak-anak UJP pergi ke
Bandung dan kali ini ada beberapa orang yang ditugaskan untuk memesan bus,
memesan sarapan, dan jugga memesan hotel untuk akomodasi kami disana. Tour kali
ini beda dari yang sebelumnya, jika ada yang telat maka akan ditinggal. Ya
benar saja ada beberapa teman saya yang mengejar ngejar bus hingga akhirnya
mereka diperbolehkan masuk. Saya senang sekali karna pada tour kali ini kami
bisa mengunjungi Saung angklung Udjo, pengalaman yang tidak dapat saya lupakan
hingga kini dan hingga kini saya masih merasa bahwa pertunjukannya sangat
mengagumkan. Tidak kalah dari objek wisata yang di kunjungi setelahnya kami
menginap di Marbella hotel. Lalu pada keesokan paginya saya harus ditinggal bus
karena saya telat, beberapa teman yang telat bersama saya harus menyusul
menggunakan taksi menuju objek selanjutnya. Hingga akhirnya saya tidak ingin
telat dan ditinggal lagi oleh guru saya dan teman-teman. Saat duduk di kelas
dua saya harus melakukan PKL atau Praktik Kerja Lapang, saat itu pkl dilakukan
saat semester dua yang dibagi menjadi dua tempat pkl. Sebulan pkl di objek
wisata, dan lima bulan berikutnya di travel. Sebulan saya pkl di Monumen
Nasional atau monas merupakan pengalaman luar biasa yang pernah terjadi di
hidup saya karena disana saya di bebaskan untuk memandu siapa saja yang
sekiranya ingin dipandu dan juga menyobek tiket karcis dengan bekerja dari
pukul 08.00-15.00 dan saya hanya mendapatkan libur di hari senin. Dan beberapa
hari akan berakhirnya saya pkl di monas Jakarta dilanda hujan deras dan
berakhir banjir pada 2013 saat itu saya dan teman-teman akan pulang kerumah
namun akses kami untuk pulang banjir. Hingga akhirnya saya jalan kaki menuju
rumah dan keesokan harinya kami libur. Setelah usai pkl di monas saya pkl di
panorama tours selama lima bulan. Saya ditempatkan di kantor pusat panorama
yang terletak dekat dengan rumah saya. Tidak terasa lima bulan saya pkl di
travel saya harus kembali ke sekolah dengan naiknya tingkatan kelas yaitu kelas
tiga. Saat kelas tiga ini saya merasa cepat sekali waktu yang saya lalui dan hingga tugas akhir dari pelajaran mice datang, saya seangkatan ngerjakan tugas mice dengan membuat acara pentas seni yang kami beri nama Govenace kebersamaan sangat terasa saat proses pelaksanaanya. Tidak terasa
waktu begitu cepat hingga saya lulus sekolah sengan nilai yang cukup memuaskan.
Kelas B-Syalby Viena Fadillah
Vien tulisannya indah sekali menarik tidak bosan jika dibaca berkali-kali.
BalasHapusWah tinggal ditomang yah...
BalasHapusPerjalanan hidup yg sangat menarik.
Saya juga pernah bersekolah dan kuliah di tomang.
Siapatahu ada angin keberuntungan, siapatahu bisa bertemu, jangan enggan untuk menyapa saya.
Sri Bagoes Widjanarko, 23 Tahun, Single
Sungguh tercengang diri ini akan sebuah nama yg kau selipkan diantara goresan tinta indahmu itu, suatu mahakarya yg harus dunia tau. Keindahan luar biasa ciptaan seorang gadis yg sekarang sudah mulai beranjak dewasa dalam kehidupan penuh warna. Sebuah karya sastra mencengangkan akan hal yang tak bisa diungkapkan lagi dengan kata kata
BalasHapusBagaimana cara mendaftar pkl di cabang panoram tour? Thanks
BalasHapus