18 Tahunku
Terlahir di Jakarta pada tanggal 17
Mei 1997 secara Caesar di salah satu Rumah Sakit di Jakarta, Dari pasangan
Bambang Winardi dan Febrina Listiandini yang kemudian diberi nama Nadia Rizki
Winardi. Saya yang biasa disapa dengan nama Nadia adalah anak ke dua dari dua
bersaudara. Saya mempunyai kakak laki-laki yang bernama Arkan Arif Eka Renaldi
yang usianya terpaut 4 tahun dari saya.
Ayah saya berkerja sebagai
pegawai swasta di salah satu perusahaan di Jakarta, dan ibu saya adalah seorang
ibu rumah tangga.
Saya adalah cucu perempuan pertama yang terlahir
dikeluarga Rihardi. saya tumbuh dan berkembang dengan penuh kasih sayang dari
ibu dan ayah saya dengan bantuan nenek dan kakek yang menyayangi saya dengan
tulus dan ikhlas.
Foto diatas adalah
pada saat saya berulang tahun yang ke lima tahun.
Diumur saya yang ke lima tahun, kedua orang tua saya
menyekolahkan saya di Taman Kanak Tunas Muda yang letaknya tak jauh dari rumah
saya. Meskipun jarak dari rumah ke sekolah saya pada saat itu sangat dekat,
namun saya selalu menangis apabila saya tidak dijemput untuk pulang.
Dibangku TK Saya
mulai dibimbing untuk bisa mengenal macam warna gambar dan tulisan sambil
bermain bersama teman-teman yang menyenangkan. Kemudian ketika saya berumur
tujuh tahun saya melanjutkan pendidikan saya di SDN 02 Kalisari tanpa melalui
tes apapun.
Saya bukanlah anak yang tegolong
pintar dikelas namun perlahan ternyata saya mulai menunjukan perkembangan saya
dan saya selalu mendapat peringkat walaupun hanya 10 besar dikelas. Waktu pun berlalu
saya tumbuh menjadi anak yang sangat ceria dan mempunyai banyak teman.
Sampai pada saat saya duduk dibangku kelas 5 SD Kedua
orang tua saya memutuskan untuk berpisah karena sesuatu hal yang tidak bisa diselesaikan.
Saya dan kakak saya sangat terpukul dengan kejadian itu. saya dan kakak saya sepertinya
mengalami banyak masalah dan penurunan
prestasi dalam belajar karena hal tersebut. Saya yang tak lagi ceria, dan kakak
saya di keluarkan dari sekolah karena suatu hal. Sejak saat itu saya tinggal
bersama ayah dan almarhumah nenek saya, sedangkan kakak saya ikut dengan ibu
saya. Dikarenakan ayah saya yang sibuk bekerja, kemudian saya dirawat dan di
didik oleh nenek saya. Beliau adalah seorang nenek yang luar biasa, yang
mengajarkan saya banyak hal meskipun kadang cerewet namun saya tau beliau
sangat menyayangi saya. Sampai pada
akhirnya beliau meninggalkan kami semua saat saya duduk dibangku kelas dua SMA
tanpa pertanda apapun, beliau meninggal dengan tenang tanpa penyakit apapun. Sedih
dan terpukul sangat hati saya pada saat itu, kehilangan sosok pengganti seorang
ibu yang sejak kecil merawat dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran.
Foto berikut
adalah foto ayah saya dengan Almarhummah nenek saya.
Sejak saya duduk di bangku
sekolah dasar saya sangat suka menari kemudian saya mengikuti kegiatan ekstrakuler
menari dan saya selalu terpilih untuk mewakili sekolah saya mengikuti dan
memenangkan berbagai macam perlombaan baik disekolah-sekolah maupun diluar
acara sekolah.
Pada saat saya duduk dikelas
enam SD ayah saya memutuskan untuk menikah lagi. Saya dan kakak saya yang
awalnya tidak menyetujui hal tersebut akhirnya mengikhlaskan itu semua karena
kami sadar, ini demi kebahagiaan ayah saya kelak. Terpukul memang harus
menerima kenyataan sepahit itu saat saya harus menjalankan ujian nasional yang
tak lama lagi akan di laksanakan namun, hal tersebut ternyata tidak mematahkan semangat
saya, saya berhasil membuktikan kepada keluarga saya kalau saya tetap bisa
berprestasi dan lulus ujian dengan hasil yang memuaskan.
saya berhasil lulus dengan
nilai akhir 27,45.
Dan saya juga berhasil
diterima di salah satu sekolah favorit di Jakarta Timur yakni SMPN 103 jakarta
yang telah saya idam-idamkan
sejak lama.
Di
bangku SMP saya kembali mengikuti ekstrakulikuler menari, bedanya adalah khusus
tarian tradisional. Disinilah saya mulai membangun cita-cita, mimpi dan harapan
saya kedepan.
Cita-cita berawal dari mimpi
Ketika saya duduk dibangku kelas satu SMP, saya mendapat sebuah pertanyaan yang sebenarnya sering saya dengar dan sering pula saya jawab, namun tak pernah memikirkannya lebih jauh lagi. Pertanyaannya sederhana, tetapi tetap saja membuat saya berpikir 1000 kali lagi untuk menjawabnya, pertanyaan itu adalah: cita-cita kamu mau jadi apa? …
Saya ingat, pertanyaan tadi sebenarnya sudah terlontar sejak saya masih kanak-kanak dan saat itu pula saya sudah bisa menjawabnya. Bedanya dengan sekarang, saya menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah keyakinan atas dasar pemikiran saya sendiri.
Dulu, saya menjawabnya asal. Hari ini saya jawab ingin menjadi dokter, besok saya jawab ingin menjadi guru, esoknya lagi saya menjawab menjadi penata busana, esoknya lagi saya jawab ingin menjadi arsitektur, begitulah seterusnya.
Setelah itu, sayapun lebih berhati-hati dalam menentukan cita-cita juga mencari jati diri saya. Alhamdulillah, sayapun kini menemukannya.
Saya ingin menjadi seorang pramugari.
Cita-cita berawal dari mimpi
Ketika saya duduk dibangku kelas satu SMP, saya mendapat sebuah pertanyaan yang sebenarnya sering saya dengar dan sering pula saya jawab, namun tak pernah memikirkannya lebih jauh lagi. Pertanyaannya sederhana, tetapi tetap saja membuat saya berpikir 1000 kali lagi untuk menjawabnya, pertanyaan itu adalah: cita-cita kamu mau jadi apa? …
Saya ingat, pertanyaan tadi sebenarnya sudah terlontar sejak saya masih kanak-kanak dan saat itu pula saya sudah bisa menjawabnya. Bedanya dengan sekarang, saya menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah keyakinan atas dasar pemikiran saya sendiri.
Dulu, saya menjawabnya asal. Hari ini saya jawab ingin menjadi dokter, besok saya jawab ingin menjadi guru, esoknya lagi saya menjawab menjadi penata busana, esoknya lagi saya jawab ingin menjadi arsitektur, begitulah seterusnya.
Setelah itu, sayapun lebih berhati-hati dalam menentukan cita-cita juga mencari jati diri saya. Alhamdulillah, sayapun kini menemukannya.
Saya ingin menjadi seorang pramugari.
Dibangku SMP pula saya menemukan sahabat-sahabat yang sampai saat
ini menjadi sahabat terbaik dalam hidup saya, yang sama seklai tidak pernah
mengkhianati saya, mereka adalah Nabila
Lalitya dan Amelia Rizkina.
Mereka adalah orang-orang yang selalu ada disamping saya
disaat saya senang maupun susah begitupun sebaliknya. Rumah kami juga saling
berdekatan, bahkan bisa dibilang satu komplek, maka dari itu kita selalu
bermain bersama. Namun setelah lulus SMP kami tidak lagi satu sekolah
terkecuali aku dan Amel. Nabila diterima di SMAN 105 sedangkan aku dan Amel diterima
SMAN 98 Jakarta. Namun ternyata hal itu tidak membatasi persahabatan kami, kami
masih bisa bertemu dan masih bisa meluangkan waktu kami untuk sekedar hang out
bersama, meskipun masing-masing dari kami telah memiliki teman-teman baru. Tak lama setelah saya menduduki bangku kelas satu
SMA, ayah dan ibu tiri saya memutuskan untuk mengangkat seorang anak dari keluarga
yang kurang mampu yang meminta pada keluarga saya agar bayinya dirawat oleh
keluarga saya. Bayi itu diadopsi sejak ia lahir ke dunia dan kemudian diberi
nama Muhammad Alfarel Winardi yang kini berusia tiga tahun.
Dia tumbuh menjadi
anak yang sangat lincah, lucu dan menggemaskan, saya dan kakak sayapun
menganggapnya seperti adik kandung kami sendiri. Kehadirannya telah banyak
merubah suasana didalam keluarga kami menjadi semakin lebih berwarna.
Saat SMA lagi-lagi saya kembali
mengikuti ekstrakulikuler tari tradisional sampai akhirnya saya terpilih untuk
menjadi ketua dalam organisasi tersebut.
Dibangku SMA pula saya menemukan teman-teman baru yang
tak kalah asik, seru dan baik.
Mereka adalah Fira Zennira, Fadhillah, Danu, dan Ario.
Mereka adalah teman satu kelas
saya pada waktu kelas dua sampai dengan kelas tiga SMA.
Tak heran jika kami sangat akrab. Kemana mana selalu
bersama baik diskolah maupun diluar sekolah. Mulai dari mengerjakan tugas
bersama sampai dihukum bersama pun kami pernah alami. Masa-masa itu adalah masa
yang sulit untuk kami lupakan. Tak hanya mereka di SMA saya juga menemukan
teman-teman wanita yang sifatnya beragam, terdiri dari 13 orang yang mempunyai
karakter berbeda-beda. Saya mengenal mereka sejak kelas satu SMA dan kami semua
dari jurusan IPS yang berbeda-beda kelas. Tak jarang kami pun sering bertengkar
karena suatu hal, namun tak lama pasti kembali normal. Kami sering menhabiskan
waktu bersama misalnya pada jam istirahat, jam kosong, maupun diluar jam
sekolah hanya untuk sekedar berbincang-bincang bersama.
Berikut ini ada
foto kam ketika sedang melaksanakan pengambilan foto untuk buku tahunan di
sekitar sekolah.
Masa-masa
SMA mungkin adalah masa-masa terindah dalam hidup saya. Disana saya banyak
sekali mendapat berbagai macam pelajaran, baik itu formal maupun non-formal. Selain
itu saya juga banyak mendapat pengalaman baru tentang hidup mulai dari
percintaan, pertemanan, permusuhan dan hal-hal lainnya. Saat ini saya duduk dibangku kelas tiga SMA masih dengan
jurusan IPS, yang insyaallah dalam jangka waktu dekat saya akan menghadapi
sederet peristiwa mengerikan namun juga tak kalah penting. Yaitu; Ujian
Praktik, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional.
Saya juga sangat ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah, kemudian Saya mengikuti program snmptn. Hari berganti hari, waktu demi waktu pun berlalu tak terasa 3 tahun terindah dalam hidup saya hampir usai. Hingga tiba waktunya pengumuman kelulusan dan kami semua dinyatakan lulus 100% saat itu saya dan fira tak kuat menahan air mata, entah mengapa perasaan saya saat itu sangat kacau, anatara sedih karena harus berpisah dan bahagia karena berhasil lulus.
Saya juga sangat ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah, kemudian Saya mengikuti program snmptn. Hari berganti hari, waktu demi waktu pun berlalu tak terasa 3 tahun terindah dalam hidup saya hampir usai. Hingga tiba waktunya pengumuman kelulusan dan kami semua dinyatakan lulus 100% saat itu saya dan fira tak kuat menahan air mata, entah mengapa perasaan saya saat itu sangat kacau, anatara sedih karena harus berpisah dan bahagia karena berhasil lulus.
Sampai tiba saatnya satu persatu
dari teman-teman saya harus pergi untuk
melanjutkan pendidikannya masing-masing.
Danu di Universitas Palangkaraya, Fadhillah di Padjajaran
Bandung, Ario di Banten, dan Fira di Tanggerang. Saya ? Jujur saja saat itu
saya belum tau kemana akan melanjutkan kuliah. Saya telah mencoba mendaftar di
Universitas Indonesia namun hasilnya 0. Saya
pun juga sempat mencoba mengikuti seleksi sebagai pramugari di Garuda Indonesia
Airlines, karena dulu saya sempat berkeinginan untuk menjadi seorang pramugari.
Namun lagi-lagi takdir berkata lain. Saya gagal disalah satu tahapan seleksi tersebut.Disinilah
saya mengurungkan niat saya untuk menjadi seorang pramugari Garuda Indonesia
Airlines dan memutuskan untuk berhijab. Sampat suatu saat teman saya mengajak
saya untuk mengikuti ujian mandiri atau biasa disebut jalur penmaba di
Universitas Negeri Jakarta, dan setelah berfikir lama akhirnya saya pun
mendaftar ujian tersebut dan diberi kesempatan untuk memilih beberapa prodi. Jujur
saja saat itu saya sangat bingung harus
memilih jurusan apa, namun akhirnya saya memutuskan untuk memilih jurusan usaha
jasa pariwisata dan manajemen marketing. Dengan persiapan seadanya, saya mengikuti
tes ujian mandiri tersebut. Beberapa hari kemudian saya membuka web yang telah
disediakan untuk melihat pengumuman dan ternyata hasilnya saya diterima sebagai
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Alhamdulillah.. Harapan saya
tak akan terkabul tanpa restu dari orang-orang yang saya sayangi, yang utama
adalah kedua orangtua saya, lalu saudara, guru dan sahabat-sahabat saya yang
senantiasa berbagi cerita dengan saya. Dan yang utama dari yang utama adalah
Allah swt. tanpaNya aku lemah, tanpaNya aku sesat, tanpaNya aku bukan
siapa-siapa.
Terimakasih yang tak terhingga untuk Allah swt. dan kedua orangtua saya. Terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk orang-orang yang selalu mendukung saya. Terimakasih.
Terimakasih yang tak terhingga untuk Allah swt. dan kedua orangtua saya. Terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk orang-orang yang selalu mendukung saya. Terimakasih.
Setelah
itu saya mulai sibuk mengurus segala keperluan yang dibutuhkan untuk mendaftar
ulang. Seperti berkas-berkas, uang pendaftaran dan sebagainya. Kemudian setelah
berkasnya lengkap seluruh calon mahasiswa baru di Universitas Negeri Jakarta
diwajibkan untuk mengikuti MPA ( Masa Pengenalan Akademik) yang berlangsung
selama kurang lebih tiga hari. Disana saya mengenal banyak senior, dosen, serta
direksi-direksi yang ada di Universitas Negeri Jakarta dan saya juga diajak
berkeliling gedung Universitas tersebut. Dimasa tersebut pula saya mendapat
beberapa teman baru diantaranya Zena Fitriani, Syalby Vienna dan Medina
Nasution yang juga berasal dari prodi yang sama yaitu Usaha Jasa Pariwisata. Hingga
akhirnya masa Masa Pengenalan Akademik pun selesai. Kami pun telah resmi
menjadi mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Pembagian
kelaspun diumumkan tak disangka-sangka saya sekelas dengan Zena dan Syalby.
Yang InsyaAllah akan menjadi teman seperjuangan saya dikelas
B Usaha Jasa pariwisata untuk tiga tahun kedepan. Semoga kami selalu diberi
kelancaran dalam masa perkuliahan ini dan dimudahkan segal-galanya agar dapat
lulus tepat waktu dan menggapai segala impian kami.
Sekian
biografi singkat dari saya, mohon maaf bila ada kesalahan kata. Terima kasih J
Nadia Rizki Winardi
Usaha Jasa Pariwisata
Kelas B
Sangat mengesankan cerita nya nud. Sukses kuliah nya:)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSubhanaAllah, indah sekali kata-katanya, masterpiece yg luar biasa dr seorang nadia.
BalasHapusSuper sekali nadia ceritanya👏
BalasHapusKeren naadd, sukses ya kuliahnyaa
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSuksees terus nadiaa, see you on top nad
BalasHapusWarbyaza sist. Tapi gak ada namaku ya yang selalu menemanimu di situasi apapun. Ah sudahlah. Tingkatkan terus minta dan bakatmu👏🏻
BalasHapusIhiwww ada namakuu
BalasHapus