18
Tahun Penuh Cerita
Nama
saya adalah Herlina Indah Puspari. Saya lahir pada tanggal 24 Oktober 1997,
tepatnya pada hari Jumat sekitar pukul 06.30. Kelahiran saya tentunya membuat
orangtua saya senang sebab mereka membutuhkan waktu selama 7 tahun untuk memiliki
anak perempuan. Kedua orangtua saya bernama Slamet Supriyadi dan Nurhayati.
Saya pun memiliki kakak yang bernama Dani Hindrawan.
MASA BALITA
Saya lahir di Bekasi,
namun ketika umur saya menginjak 1 tahun keluarga saya pindah ke Jakarta. Rumah
saya berdekatan dengan rumah kakek dan saudara-saudara dari ayah saya. Oleh
sebab itu, masa kecil saya cukup bahagia. Ibu saya pernah berkata bahwa ketika
kecil banyak orang yang menyayangi saya.
Saya sering digendong, dibelikan mainan, dll. Saat itu saya mulai belajar
merangkak dan mulai diajarkan menyebut kata “ibu” dan “ayah”, walaupun masih belum terlalu jelas.
Kemudian, saat umur saya 1 tahun pula saya harus kehilangan kakek saya. Beliau
meninggal saat usianya 68 tahun, penyebabnya karena penyakit diabetes.
Ketika menginjak umur 2
tahun, saya sudah mulai bisa berjalan, mulai bisa berbicara walaupun masih
belum terlalu jelas. Namun, orangtua saya tidak pernah lelah mengajari saya dan
menghadapi tingkah laku saya. Saya bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari
kedua orangtua saya dan kakak saya. Saya masih ingat sekali ketika saya pergi
ketempat pusat perbelanjaan untuk bermain bom bom car bersama kakak saya, saya
hanya duduk dan ia yang menngendarainya. Saat itu, saya sangat senang bisa
bermain sepuasnya. Mencoba semua permainan yang ada disana. Saya anak bungsu
dan anak perempuan satu-satunya. Tentunya, saya sangat dimanja sekali, terlebih
oleh ayah saya. Saya diberikan kasih sayang yang lebih dari ayah saya, dibelikan
apa yang saya inginkan, menuruti apapun permintaan saya. Oleh sebab itu, kakak
saya sering iri terhadap saya. Walaupun ia iri, tapi tidak mengurangi rasa
sayang ia kepada saya.
Lalu, ketika umur saya
menginjak umur 3 tahun, saya mulai berbicara dengan jelas , mulai meniru apa
yang dilakukan oleh orang-orang, mulai belajar menulis, mulai bernyanyi. Saat itu,
saya sudah mulai aktif sama seperti balita-balita lainnya. Saya menghabiskan
waktu saya untuk bermain dengan saudara-saudara dan teman-teman. Tidak seperti
balita-balita saat ini yang menghabiskan masa kecilnya dengan sekolah.
Terkadang saya miris melihatnya, seharusnya anak yang kurang dari 6 tahun tidak
disarankan untuk bersekolah terlebih dahulu. Seharusnya mereka diberikan waktu
yang banyak untuk bermain dengan teman-teman sebayanya, bukannya dipaksa untuk
menerima materi-materi pelajaran.
Lalu, ketika saya
menginjak umur yang ke 4 perkembangan saya sudah sangat meningkat. Saya masih
ingat ketika sore hari saya sedang berada di halaman dan disuapi sate oleh ibu
saya. Saat itu, saya sedang dipangkuan ibu sebab saya sedang sakit. Saya
melihat saudara-saudara saya sedang bermain bersama-sama. Ketika itu, saya
hanya bisa melihat mereka bermain, sebab tidak diizinkan oleh ibu saya untuk
bermain terlebih dahulu. Saat itu, saudara saya yang bernama Pia sedang menaiki
motor ayahnya. Pia adalah anak dari adik ayah saya. Ia seumuran dengan saya,
bahkan tanggal lahirnya hanya berbeda satu hari saja dengan saya.
Ketika melihat Pia
sedang duduk di motor sendirian, tanpa sadar saya melepas tangan ibu saya yang
saat itu sedang memangku saya dan langsung menghampiri Pia. Saya berusaha untuk
mencapai jok yang sedang diduduki oleh Pia. Sebenarnya sebelum saya mencapai
jok, motor sudah mulai miring. Namun saya tidak menghiraukannya, saya tetap
berusaha mencapai jok itu. Alhasil, ketika saya dan Pia sudah mulai duduk di
jok, motor itu mulai goyang dan akhirnya terjatuh. Meskipun kita jatuh berdua,
namun keadaan saya yang lebih parah. Hampir seluruh badan saya yang kecil itu
tertimpa oleh motor yang sangat berat. Telunjuk tangan saya, tertimpa plat
nomor.
Alhasil, tangan saya mengeluarkan darah yang
cukup banyak. Badan saya terasa sakit dan nyeri, saya hanya bisa menangis
sekencang mungkin memanngil nama ibu. Saya menangis dan terus menangis terlebih
ketika melihat darah yang terus mengucur dari tangan. Saat itu, hanya tangisan
satu-satunya yang saya bisa lakukan. Saya masih ingat, saat itu semua orang
menghampiri saya dan terlihat ibu saya yang sangat panik dan menangis
terisak-isak. Ia terus menangis sambil memanggil nama saya. Setelah itu, saya
tidak sadarkan diri untuk beberapa jam. Orangtua saya membawa saya ke RS Cipto
Mangunkusumo yang berada di Jalan Diponegoro
nomer 71, Senen, Jakarta Pusat. Ketika sedang menuju rumah sakit, saya sempat
sadar. Saya melihat bahwa darah saya terus mengalir sepanjang perjalanan. Dokter
mengatakan bahwa tangan saya harus dioperasi, orangtua saya pun menyetujuinya.
Masa SD
2 Tahun kemudian, saya berumur 6 tahun. Itu
adalah tahun pertama saya masuk sekolah dasar. Saya bersekolah di SD Negeri 18
Jakarta. Selama sekolah saya memiliki guru–guru favorit salah satunya adalah
Pak Parno. Beliau adalah guru yang mengajar di kelas VI. Dalam memberikan
materi, seringkali diselingi dengan beberapa lelucon sehingga murid-murid tidak
merasa terbebani menerima materi yang disampaikan. Bahkan, terkadang ketika
beliau berulangtahun kita sering memberikan kejutan kepada beliau. Namun, kini
beliau sudah pensiun.
Saya termasuk orang
yang pemalu di sekolah. Namun, saya memiliki teman-teman dekat dan hingga kini
hubungan pertemanan kita masih terjalin dengan baik. Ketika bersekolah, saya
termasuk siswi yang rajin dan penurut. Saya selalu mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan dan selalu memperhatikan guru yang sedang mengajar. Sehingga saya
pernah mendapatkan ranking di kelas.Namun, saya pun pernah melakukan hal-hal
nakal ketika bersekolah, saya pernah berpura-pura sakit agar saya bisa pulang,
tidak masuk sekolah, dan tidak mengikuti pendalaman materi. Menjelang akhir
sekolah, tepatnya saat acara perpisahan adalah hari yang sangat mengesankan.
Semua murid, para orangtua dan guru hadir dalam acara tersebut. Dalam acara
tersebut, murid-murid memberikan persembahan khusus kepada guru sebelum
berpisah. Semua larut dalam kesedihan.
MASA SMP
Lalu, ketika umur 12
tahun saya melanjutkan ke SMP Negeri 73 Jakarta. Alhamdulillah, saya
mendapatkan hasil ujian yang bagus sehingga dapat diterima di sekolah unggulan
itu. Saya pun dipertemukan kembali dengan teman-teman dekat saya di sd. Kita
bersekolah di SMP yang sama, namun berbeda kelas. Selama bersekolah saya
mengikuti berbagai macam ekstrakulikuler, seperti paskibra dan pmr. Selama
paskibra, saya pernah mengisi acara 17 Agustus di sekolah saya. Sebuah
pengalaman yang mengesankan bagi saya. Selama 3 tahun, saya ditempatkan di
kelas VII-C,VIII-D, dan IX-H dan selama 3 tahun berturut-turut saya selalu di
tempatkan di kelas unggulan.
Ketika saya kelas VIII,
sekolah saya mengadakan sebuah acara yang bertema kewirausahawan dan semua
murid harus turut serta dalam acara tersebut. Setiap kelas harus membuat stand
untuk mejual barang/makanan apapun dan mendekorasi stand tersebut dengan
cantik. Lalu, terdapat pula acara hiburan yang disediakan, yaitu pertunjukan
pentas seni yang diikuti oleh para murid pula. Biasanya, acara itu diselenggarakan
ketika pengambilan rapor. Ketika itu, kita menjadi kelas dengan hasil penjualan
terbanyak. Lalu, terdapat pula sebuah lomba kebersihan yang selalu diadakan
setiap bulannya oleh sekolah. Karena itu, para murid selalu pulang lebih lama
untuk membersihkan kelasnya masing-masing. Kelas saya pun kerap menjadi juara
lomba tersebut.
Ketika di kelas, tak
jarang kita sering membuat guru-guru kesal hingga keluar dari kelas dan tidak
mau mengajar, seringkali pun kita tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
namun meskipun begitu kita dapat membuktikan dengan nilai-nilai yang kita
peroleh. Banyak guru yang sering memuji murid-murid di kelas saya. Di kelas
VIII ini, saya mendapatkan teman-teman yang sangat baik dan kompak. Tak jarang
kita menghabiskan waktu bersama seperti mengerjakan tugas ataupun jalan-jalan
bersama. Di umur saya yang ke-14 saya mendapatkan sebuah kejutan ulangtahun
dari teman-teman kelas VIII saya. Awalnya, saya tidak mengira akan diberikan
sebuah kejutan pasalnya ulangtahun saya sudah lewat beberapa hari. Mata saya di
tutup dan diarahkan ke sebuah tempat parkir di belakang sekolah, dan ternyata
disana teman-teman saya sudah berkumpul. Di atas meja, sudah disediakan kue dan
lilin. Saya pun juga diberikan sebuah kado berupa boneka dari mereka.
Namun, ketika naik ke
kelas IX saya harus berpisah dengan mereka. Di kelas IX saya memiliki 3 sahabat
dekat. Ketika di kelas saya sering bersenda gurau dengan mereka, membicarakan
hal-hal penting sampai ke ha-hal yang sangat tidak penting. Apabila, kita sudah
berkumpul terkadang kita sering tidak dapat mengontrol diri kita sendiri, tertawa
terbahak-bahak hingga perut sakit. Hanya dengan mereka, saya bisa melakukan
hal-hal konyol yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saat ulangtahun yang
ke-15, mereka memberikan saya sebuah kejutan ulangtahun.
Di malam ulangtahun
saya, mereka menyempatkan waktunya untuk datang ke rumah dan memberikan sebuah
kejutan kecil. Bahkan, ketika mereka datang saya sempat menitikan air mata
sebab saya tidak menyangka mereka begitu perhatian dengan saya padahal kita
belum lama mengenal. Lalu, beberapa teman-teman saya yang lain pun turut hadir
memberikan kejutan. Untuk saya, tidak lah begitu berharga sebuah hadiah namun
ucapan yang tulus dan perhatian yang mereka berikan kepada saya itu lah yang
sangat berarti. Masa-masa SMP pun telah usai, kami pun melanjutkan ke SMA.
MASA SMA
Saya bersyukur
mendapatkan hasil ujian yang tinggi, sehingga saya dapat diterima di SMA Negeri
26 Jakarta. Meskipun begitu, saya sedih karena harus berpisah dengan 2 sahabat
saya yang berbeda sekolah dengan saya. Sehingga, saya hanya berdua dengan
sahabat saya yang bersekolah di SMA 26. Awal-awal masa SMA adalah masa-masa
terberat saya. Saya sempat tidak dapat menyesuaikan diri dengan suasana baru,
teman-teman baru, guru-guru baru, bahkan dengan pelajaran-pelajarannya.
Seringkali saya mengeluhkan ke orangtua saya. Bahkan, setiap malam saya sering
menangis. Sampai akhirnya, ketika kenaikan kelas nilai saya turun drastis. Ibu
saya memberikan nasehat supaya saya mengambil jurusan ips. Namun, saat itu saya
tetap berkeinginan untuk memilih jurusan ipa. Alhasil, nilai rapor saya tidak
memenuhi untuk masuk jurusan ipa. Ternyata, nasehat ibu saya itu benar setelah
saya masuk di jurusan ips, saya lebih semangat untuk bersekolah, jarang
menangis setiap malam, mendapatkan teman-teman yang menyenangkan dan perhatian.
Mereka sangat kompak, saling membantu satu sama lainnya.
Itu lah yang tidak saya
temui ketika saya di kelas X, pasalnya ketika kelas X teman-teman saya
cenderung individualis dan ditambah dengan saya harus mempelajari semua bidang
pelajaran termasuk ipa dan ips. Seketika, masa-masa SMA berubah indah dan saya
tidak merasa terbebani sedikit pun setelah masuk di jurusan ips. Di kelas XI
saya memiliki banyak teman-teman yang menyenangkan dan perhatian. Di kelas,
tidak ada istilah pelit dalam berbagi ilmu. Kita saling membantu satu sama
lainnya. Di kelas XI teman sebangku saya adalah murid yang pintar, namun tidak
sedikit pun ia pelit dalam berbagi ilmu.
Terkadang, ketika tidak
ada guru saya dan teman-teman seringkali bersenda gurau, membicarakan hal-hal
aneh, bahkan sampai ke hal pribadi. Guru-guru di jurusan ips pun mayoritas
sangat menyenangkan, hanya beberapa guru saja yang tegas. Salah satu guru
favorit saya di SMA adalah Pak Kiswandi. Ia mengajar Sosiologi. Sebenarnya, ia
sudah tua namun ia dapat memposisikan dirinya sama seperti anak muda.
Banyak hal-hal yang menyenangkan sampai hal yang
mengerikan terjadi di kelas XI. Salah satu mata pelajaran yang saya tidak sukai
adalah ekonomi. Guru yang mengajar ekonomi saya sangat galak, bahkan saya
sering gugup dan takut ketika presentasi di hadapan beliau. Saya pun masih
ingat ketika saya di marahi di depan anak-anak kelas lain oleh beliau, hanya
karena lupa mengumpulkan soal ulangan. Itu lah sebabnya saya tidak suka ketika
ia sedang mengajar.
Lalu, ketika naik ke
kelas XII saya aktif menjadi panitia acara di sekolah saya. Acara itu semacam perlombaan-perlombaan
antar SMA. Biasanya diselenggarakan selama 2 atau 3 minggu. Biasanya, di hari
terakhir acara, kita menyelenggarakan sebuah konser musik kecil yang
menampilkan artis-artis ibukota. Di kelas XII, saya sekelas dengan teman
sebangku saya di kelas XI. Alhasil, kita duduk sebangku selama 2 tahun.
Meskipun kelas XII disibukkan dengan berbagai macam pendalaman materi, namun
itu tidak membuat kita terlalu terbebani. Menurut saya, materi di kelas XII tidak
terlalu banyak sehingga seringkali banyak guru yang tidak masuk kelas. Oleh
karena itu, kita sering menonton video di depan kelas bersama-sama, bernyanyi
dan bermain gitar bersama, bersenda gurau, dll.
Lalu, di akhir masa
SMA, kita membuat sebuah acara prom&night sebagai acara perpisahan bagi
kita. Dalam acara tersebut, sangat terasa kehangatan satu sama lain, kita pun
melihat awal perjalanan kita masuk SMA hingga akhir. Oleh sebab itu, masa SMA
adalah masa yang indah untuk saya. Disini saya mulai mencari jati diri, belajar
tentang banyak hal, mendapatkan sebuah keluarga baru pula. Sampai akhirnya,
kita lulus bersama-sama dan diterima di universitas yang berbeda-beda. Bagi
saya, untuk meneruskan perjuangan saya masuk ke universitas negeri tidak lah
mudah. Saya harus belajar dengan keras, mengikuti beberapa tes masuk perguruan
tinngi, bahkan beberapa kali ditolak dan gagal. Saya sempat putus asa, saya
hanya berdoa dan meminta kepada Allah agar memberikan hasil yang terbaik untuk
saya.
Semua orang terus mendukung saya, dari
orangtua, saudara, dan para sahabat. Tidak jarang pula, saya harus mengikuti
belajar intensif di tempat les, datang kerumah teman sebangku saya untuk
meminta diajarkan. Serigkali, merasa sedih dan iri dengan teman-teman yang
telah mendapatkan universitas-universitas impian mereka. Ibu saya pun sudah
mulai ragu dengan saya, karena seringkali ditolak. Bahkan, ia pun telah
mencarikan saya sebuah universitas swasta. Namun, Allah berkehendak lain, atas
izin-Nya saya mampu membuktikan ke semua orang termasuk Ibu saya bahwa saya
mampu menaklukan Universitas Negeri Jakarta. Kini, saya pun sudah resmi menjadi
mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, jurusan Sejarah, dan prodi Usaha Jasa
Pariwisata.
Kisah hidupnya cukup inspiratif, banyak lika-liku yang Anda lewati. Dari kekurangan yang Anda miliki seharusnya Anda dapat mengambil sisi positifnya agar menjadi pribadi yang lebih baik. Tetap lah semangat dalam menggapai impianmu, semoga dilancarkan dan sukses ke depannya! ;)
BalasHapusAkhirnya perjuangan dan kerja keras selama ini membuahkan hasil :) tangis dan tawa bercampur menjadi pengalaman. Tetap percaya akan kuasa-Nya. Dan jadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah guru yang berharga
BalasHapusBtw, kangen SMA :( kangen pake seragam :( kangen eyang kiswandi!!
Dengan usaha anda yang maksimal, anda mampu menjalani lika-liku kehidupan yang anda jalani selama ini. Rasa takut anda terkalahkan oleh semangat anda. Sangat inspiratif. Dengan beberapa kegagalan yang pernah anda alami, anda dapat mengambil hikmah yang ada. Keep your spirit! :)
BalasHapus