Rabu, 04 November 2015

Tugas-1 Autobiografi Muthia Amelinda

Jejak kehidupanku selama 18 tahun

Bagian Pertama : Bayi kecil bernama Muthia

Pada tahun 1997, tepatnya pada 27 Januari aku dilahirkan. Aku lahir di Rumah Sakit Pelni Jakarta. Aku adalah buah hati pertama dari kedua orang tuaku. Pada proses persalinannya tidak  normal, dengan proses patrus vacum dibantu oleh dokter ahli kandungan bernama dokter Parmanto. Semula ibuku ingin melahirkan secara normal tapi karena kondisinya yang lemah maka hal itu tidak dapat dilakukan. Dikarenakan juga pada saat itu ibuku sedang berpuasa maka dari itu dokter menyuruh ibu untuk minum teh manis dan dokter bertindak untuk membantu proses persalinannya. Aku lahir dengan berat badan 3 kg dan normal, walaupun kepalaku menjadi agak panjang akibat proses persalinan yang menggunakan vacum. Pada usia yang masih sangat rentan aku sering sakit sehingga aku pernah di rawat dalam beberapa hari di rumah sakit.


Bagian Kedua : Masa balita, masa tumbuh kembangku

Pada saat umur 1 tahun aku bisa berjalan , walau setapak demi setapak  akhirnya aku bisa berjalan dengan sempurna. Orang tuaku merasa senang  dan pada saat aku berumur 2  tahun aku pindah ke Cinere  Gandul, karena tempatnya dekat dengan kantor ayahku, tepatnya di PLN Gandul . Disana aku tinggal dirumah dinas . Menurut cerita ibuku, dulu aku bisa berbicara pada umur 2 tahun , setiap kalau berbicara mereka smua tertawa karena bahasa cadel dan tidak jelas. Aku tinggal disana hanya sampai umur 4 tahun karena pindah kembali ke Jakarta Selatan. Sejak umur 3 tahun aku sudah mulai belajar mengaji di Taman Pendidikan Anak Islam (TPA Islam). Mulai dari belajar membaca iqra, bacaan shalat, dan cara berwudhu. Aku belajar hingga aku mulai masuk pendidikan Taman Kanak – kanak. 





Bagian Ketiga : Sekolah pertamaku

               Sebelum aku sekolah, ibuku sedang hamil. Di bulan Juni 2001 ibuku melahirkan adik laki – laki. Ia adalah adikku yang bernama Daffa Arianda Saputra.  Dia terlahir tanpa rambut alias botak. Dia sangat lucu, dan membuatku ingin selalu bermain dengannya. Aku pernah mengalami kecelakaan waktu itu, kepalaku bocor akibat terbentur ujung jendela akibat bercanda. Aku dilarikan ke rumah sakit dan mendapat 7 jahitan di bagian belakang kanan. Aku mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak ketika berusia 4,5 tahun. Aku bersekolah di TK Putra Pertiwi di daerah Jakarta Selatan. Pada waktu itu aku tinggal  di Petukangan utara. Beberapa bulan berlalu orang tuaku kembali  pindah ke Cengkareng  di Jakarta Barat. Pada saat itu status  aku masih bersekolah disana, jadi setiap pagi aku berangkat dari Cengkareng  pukul 06.00 pagi naik angkutan umum ke Petukangan diantar ibu dan ibu aku menunggu sampai aku pulang jam 10 .00, begitulah aktifitasku selama  6 bulan sampai akhirnya aku lulus TK tahun 2001.  Selama ibuku mengantarku, adikku diasuh oleh nenekku. Setelah lulus aku melanjutkan studi aku di SDN Kapuk 09 Pagi di daerah Cengkareng.
                 Disini aku memiliki tetangga yang seumuran dengan aku namanya Indah Safitri. Ia tinggal tepat di samping rumah aku. Aku sering bermain dengannya meskipun begitu kami tidak sekolah di tempat yang sama. 































Bagian Keempat : Seragam putih merah

             Kini aku memakai seragam putih merah, dengan semangat aku berangkat ke  sekolah. Sekolahku dekat dari rumah jadi ibu aku tidak perlu mengantarnya. Meskipun pada awalnya aku diantar sekolah oleh nenek, karena masih belum terbiasa. Lambat laun aku mulai terbiasa karena aku mulai dekat dengan teman – teman sekolah, jadi setiap pulang sekolah aku selalu bersama-sama. Pada hari pertama masuk sekolah  Sewaktu SD aku mempunyai sahabat, diantaranya tia,ajeng dan wulan. Kami adalah 4 sekawan yang kompak. Mulai dari mengerjakan pr bersama hingga bermain bersama. Semua berawal ketika ajeng, si anak baru. Dia adalah siswa pindahan dari sekolah Bintang Kejora. Dia adalah salah satu murid yang pintar di kelas. Selain pintar dia juga senang bergaul. Karena kepandaian itu aku sering belajar kelompok dengannya dan menjadi akrab. Selanjutnya adalah tia. Dia adalah seorang yang periang dan supel. Aku dekat dengannya karena Tia suka ikut berdiskusi juga dengan kami. Dan Wulan adalah teman dekat tia sejak awal, jadi wulan ikut bergabung. 

Ketika aku naik ke kelas 3,aku mulai belajar mengaji kembali. Aku mengaji bersama dengan sahabat aku di TPA Nurul Hikmah. Taman pendidikan ini satu naungan juga dengan TPA aku sebelumnya,hanya beda unit saja. Aku adalah salah satu anak kesayangan dari guru ngajiku, tetapi bukan berarti dibedakan dengan yang lain. Pelajaran yang paling aku suka adalah belajar membaca al – quran,aku suka bertilawah dengan nada hingga pada akhirnya aku mengikuti pelajaran tambahan untuk belajar qori. Dengan kemampuan yang aku miliki, aku mengikuti lomba MTQ (Musabaqah Tilawah Qur’an) tingkat desa. Yaitu lomba membaca Al- Quran dengan bacaan mujawad. Maksud mujawwad disini iala cara membaca yang mengandung nilai membaca tajwid,seni  (lagu & suara) dan adab atau etika cara mengaji. Dengan rasa percaya diri aku memenangkan juara pertama selama 2 kali dalam 2 tahun secara berturut- turut. Dengan prestasi yang aku raih,guruku mengusulkan untuk mengikuti lomba tingkat DKI Jakarta tetapi aku gagal, karena pesaingnya begitu ketat. Selain pengalaman itu aku juga pernah mengikuti lomba puisi islam di walikota Jakarta Barat.  
Wisuda Santri TPA

Di kelas 4 aku mengikuti bimbingan belajar bahasa inggris di PEC Cengkareng Indah. Cara belajar disini begitu menarik, tidak seperti sekolah yang sangat monoton. Bentuk duduknya pun seperti bentuk huruf u, jadi kami akrab satu sama lain. Ada games menarik juga yang menambah wawasan, seperti tebak lagu dan acak kata. Semenjak aku belajar bahasa inggris disini, aku mulai suka belajar berbahasa inggris, nilai di sekolah ku pun selalu bagus dan sejak saat itu aku bercita – cita ingin menjadi guru bahasa inggris. Di kelas 6 aku berhenti karena aku berniat untuk sekolah di pesantren.

Foto bersama dengan adikku

Bagian Kelima : Masa Putih Biru

Setelah lulus aku melanjutkan studi aku ke pondok pesantren Ummul Quro Al-Islami di Bogor. Sebelumnya aku daftar sekolah  di SMPN 45 dan diterima tetapi tidak aku ambil. Aku memutuskan untuk pesantren karena ajakan temanku. Sahabat aku Tia juga studi disana. Sahabat aku yang lain seperti ajeng, ia melanjutkan studi di SMPN 100 dan wulan melanjutkan studi di pesantren di daerah Semarang. Pesantren itu adalah salah satu pesantren modern yang lebih menekankan pada bahasa Arab dan Inggris. Jadi disana dibiasakan untuk bercakap-cakap dengan berbahasa asing. Setiap paginya diberikan kosakata yang wajib dihafal, karena kosakata tersebut merupakan kosakata sehari-hari.

Setelah 3 bulan berlalu aku pulang karena libur Lebaran Idul Fitri. Dan ketika aku kembali ke pesantren aku menjadi tidak nyaman berada di pesantren. Kemudian aku memohon kepada orang tua aku untuk pindah sekolah. “Ma, tia mau pindah sekolah aja. Kalau disini jauh dari rumah dan jadi jauh sama mama.”ucapku. dan ibuku menjawab “ Kamu yakin mau pindah, kan kamu yang pengen sekolah disini. Kalaupun mau pindah mungkin bisanya tahun ajaran baru. Nanti mama usahain yaa”. Dan ibuku mencari sekolah. Dia mencoba menghubungi sekolah SMP 45 tetapi dari pihak sekolah ditolak karena semua data siswa baru sudah dilaporkan ke sudin. Dan kemudian mencari ke sekolah SMP 100 dan tetap saja gagal. Hingga akhirnya ibuku mencarikan sekolah ke daerah rumahku dulu di Petukangan Jakarta Selatan. Dan alhamdulillah masih bisa menerima siswa baru. Aku pindah ke Mts Annajah, sekolah ini berbasis islam dan pelajarannya pun sama dengan pelajaranku ketika aku pesantren. Di sekolah ini juga mewajibkan siswi untuk memakai jilbab selama di sekolah, semenjak itu aku mulai nyaman memakainya kemanapun aku pergi, dan aku memutuskan untuk menjalani ajaran Islam memakai jilbab.  Selama sekolah disana aku diantar oleh ayahku, tetapi setahun kemudian ayahku memberi saran untuk tinggal di rumah nenek saja, rumahnya cukup dekat dari sekolah dan aku memutuskan untuk pindah disana sambil menemani nenekku.

Di sekolah aku bukanlah siswi yang aktif tetapi aku mengikuti berbagai macam ekstrakulikuler seperti marching band,paskibra dan paduan suara. Di kelas 2 aku mengikuti kegiatan study tour di Yogyakarta. Disana aku mengunjungi berbagai tempat wisata yang menarik seperti berkunjung ke Candi Prambanan, Borobudur, tempat kerajinan logam dan lain sebagainya. Pengalaman menarik yang sangat menyenangkan. Aku belajar banyak tentang kebudayaan di Yogyakarta. Di sekolah, aku dekat dengan Ega.  Dia adalah teman yang sangat baik dan lucu. Aku mengenalnya sewaktu kelas 1. Di kelas 2 kami tidak satu kelas tetapi ketika di kelas 3 kami sekelas lagi. Kenaikan kelas pun dimulai, kelas dimana sebagai penentu untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Jadwal belajar pun menjadi lebih ekstra, di sekolah diadakan juga pendalaman materi.Selain itu dipersiapkan pula berbagai ujian praktek dan ujian madrasah. Sebelum mengikuti berbagai rangkaian tersebut satu angkatan kami pergi ke suatu tempat untuk pemotretan yang hasilnya akan dibuat untuk buku tahunan sekolah (BTS). Kami pergi ke tempat persawahan di daerah Jawa Barat, disana kami melakukan pemotretan ala petani. Itu merupakan pengalaman yang menarik bagiku.

 Dalam ujian praktek seni budaya guru aku memberi tugas untuk membuat tari kreasi. Kami pun bingung harus menampilkan tari seperti apa, dan temanku memberi usul, “Bagaimana kalau kita bikin kreasinya ala orang panen?” dan temanku yang lainnya heran, “hah? Gimana bikinnya?”. Dan dia menjawab “Jadi kita bikin tarian seperti orang yang sedang panen padi gitu”. Dan kami pun setuju. Tariannya cukup mudah tetapi harus selalu latihan untuk tetap menjaga kekompakkan. Kami berlatih setiap pulang sekolah. Dan ketika pementasan tiba kami menampilkannya dengan sangat baik. Kelompok kami menjadi pementasan terbaik dan itu suatu kebanggaan bagi kami. Kemudian dilanjutkan dengan ujian madrasah dan yang terakhir adalah ujian nasional. Setelah menyelesaikan semua ujian tersebut, tibalah saatnya hari perpisahan. Kami memakai baju kebaya bagi wanita dan bagi laki-laki memakai kemeja putih berdasi serta mengenakan jas. Dengan rasa terharu dan bahagia di saat itu. Ibu dan adik aku pun hadir disini rasanya seperti wisuda strata satu.  Setelah perpisahan, pengumuman kelulusan akhirnya pun tiba dan aku dinyatakan lulus.

 
Kelompok Tari Kreasi Panen

Bagian Keenam : Masa masa terakhir di bangku sekolah

 Setelah kelulusan tersebut aku masih bingung untuk melanjutkan di daerah rumah nenek  aku atau di daerah tempat orang tua aku tinggal, ibuku menyarankan untuk tinggal di rumah orang tua saja agar saya tidak perlu repot bolak balik. Dalam pemilihan sekolah, aku memilih untuk sekolah menengah kejuruan. Awalnya aku berniat untuk satu sekolah dengan sahabatku Indah, karena dari SD hingga SMP kami belum pernah satu sekolah, tetapi karena aku tidak diterima di satu sekolah yang sama akhirnya aku melanjutkan studi aku di SMKN 9 Jakarta jurusan Akutansi yang berlokasi di Bandengan Jakarta Barat.  Pengalaman pertama yang aku dapat adalah mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) karena pada sebelumnya aku tidak pernah mengikuti acara tersebut. Masa orientasi tersebut berlangsung 3 hari bertemakan halloween. Atribut yang dibutuhkan sangatlah banyak, mulai dari membawa makanan yang aneh,memakai pakaian sesuai tema, membuat name tag hingga memakai aksesoris yang aneh.
Siswa baru mendapat kelas siang dikarenakan pada waktu itu sedang renovasi. Kelas siang berlangsung hingga 3 bulan dan kemudian normal menjadi serentak masuk pagi. Di kelas satu aku mengikuti organisasi yaitu English Club dan Rohis. Tetapi English club tidak berlangsung lama karena kakak kelas yang mengajar harus fokus Ujian Nasional. Aku mengikuti kegiatan tari di rohis, yaitu Tari Saman. Biasanya aku tampil di acara kerohanian bersama teman – teman. Di kelas 2 aku melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama tiga bulan. Aku PKL di daerah Permata Hijau Jakarta Selatan. Kantor tersebut merupakan kantor yang bergerak di bidang media cetak tepatnya majalah anak – anak yang bernama majalah Kuark. Majalah ini berisi tentang sains, setiap tahunnya mengadakan olimpiade se-Indonesia tingkat sekolah dasar. Ketika aku magang, kebetulan akan diadakan olimpiade. Aku membantu mempersiapkan kebutuhan seperti name tag, lembar soal dan jawaban dan juga termasuk barang yang akan dibawa untuk berjualan. Dalam babak penyisihan dilakukan di daerah masing – masing dan final akan diadakan di Jakarta. Aku turut menjadi panitia dalam lomba ini. Aku menjadi panitia di daerah Tangerang, aku berangkat dari kantor jam 5 pagi menuju lokasi. Sampai disana aku menyiapkan stand untuk berjualan selama ujian berlangsung. Sekitar jam 2 siang kami bersiap untuk kembali ke kantor. Selain membantu menyiapkan lomba, di kantor aku membantu packing majalah dan juga input data.
Masa – masa terakhir pun tiba, tahun terakhir dimana kami memakai seragam sekolah. Masa dimana kita akan belajar dewasa dan melanjutkan jalan untuk mencapai cita – cita. Guru aku selalu memberi arahan jika lulus nanti, dari mulai kuliah, kuliah sambil bekerja, mengikuti balai latihan kerja dan sebagainya. Di kelas tiga cara belajarnya pun lebih aktif, kami sering berdiskusi bersama karena beberapa bulan lagi akan menghadapi ujian nasional lagi. Setelah ujian berakhir, aku beserta teman – teman mengadakan acara jalan – jalan ke Yogyakarta. Ini adalah kedua kalinya aku pergi kesana. Aku juga pergi ke daerah Dieng, disana udaranya sangat dingin karena dekat dengan puncak gunung. Pada saat disana aku selalu mendekati guruku. Ia adalah guru favoritku. Ia mengajar pelajaran bahasa Inggris, dan aku sangat termotivasi olehnya. Selama perjalanan ke Dieng, dia bercerita “ Ibu udah sering kesini, kalau disini paling bagus pemandangannya saat matahari terbit tapi sayangnya kita disini cuma sebentar ya”. Dan aku menjawab, “iya nih bu, sayang banget yah”. Di sepanjang jalan kami melewati penduduk yang menjual oleh – oleh khas Dieng. “Nanti kamu beli oleh-oleh yang itu tuh, namanya carica. Buahnya khas Dieng”. Ucapnya. Kami berwisata ke Danau Warna dan dilanjutkan ke Candi Arjuna. Di kawasan Candi Arjuna udaranya sangat dingin, karena berada di puncak gunung. Disana kami hanya sebentar karena hari sudah menjelang sore dan kami harus bergegas untuk kembali ke Jakarta. Perjalanan ini menjadi pertemuan terakhir kami di masa sekolah, dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Foto Kenangan SMK


Kelas B - Muthia Amelinda

6 komentar:

  1. menarik juga autobiografinya. Prestasi kamu ternyata banyak :D
    Salut deh ...
    Ini menceritakannya hanya sampai masa SMK, ya? Mungkin karena kuliahnya baru jadi blm banyak cerita xD
    Untuk penulisannya udah rapi kok. Tetep semangat untuk menulis :))
    Makasih untuk ceritanya ...

    BalasHapus
  2. Banyak juga pengalaman & prestasinya, dari kecil pindah pindah mulu gak cape apa yaa?haha
    dalam penulisan lebih teliti lagi yaa selebihnya bagus kok.

    BalasHapus
  3. Autobiografinya menarik,seru bacanya :D namaku disebut disitu jadi inget masa-masa mts hehe :D
    penulisannya diperbaiki yaa agar lebih menarik untuk dibaca,semangat muthiaaa!! :D

    BalasHapus
  4. bagus , tetapi kalau lebih mendalam ceritanya pasti lebih bagus ... (y)

    BalasHapus
  5. menarik jalan hidupnya. . berbakat buat jadi penulis!

    BalasHapus
  6. lumayan bagus .. klo lebih rajin lagi bisalah jadi penulis ..
    pengalaman hidup yg menarik .. semoga pengalaman hidup selanjutnya lebih menarik lagi :D

    BalasHapus