Tugas 2 - Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia
Pencegahan Hilangnya Sosial dan Budaya Lokal
Masyarakat
I. Masalah
Bali
merupakan sebuah pulau yang sangat terkenal dan dapat dikatakan Bali adalah
ujung tombak pariwisata bagi Indonesia. Bali memiliki banyak sekali keanekaragaman
objek wisata, mulai dari wisata tradisional, wisata religi dan juga wisata malam. Tidak hanya objek wisata yang
menarik, tetapi juga kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali yang sangat relijius
dan juga sangat ramah terhadap wisatawan yang berkunjung. Tidak heran jika
pulau yang indah ini sanggup menarik jutaan wisatawan baik asing maupun
domestik setiap tahunnya.
Adat dan
kebudayaan yang ada pada masyarakat Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan
kehidupan relijius masyarakat Hindu. Keduanya telah memiliki akar sejarah yang
sangat panjang dan mencerminkan dengan dominasi nilai dan filosofi relijius
agama Hindu. Dalam susunan tersebut tertuang aspek berupa esensi keagamaan,
pola kehidupan, lembaga kemasyarakatan, maupun kesenian yang ada didalam
masyarakat Bali. Kepariwisataan Bali telah menjadi faktor penting dalam
menunjang perekonomian negara. Bali selalu dianggap sebagai tempat terbaik dan
terindah di nusantara, dan tak heran orang-orang luar banyak yang lebih
mengenal Bali dibandingkan dengan Indonesia sebagai sebuah negara. Ratusan ribu
wisatawan asing datang ke Bali dalam setiap tahunnya karena mereka menganggap
bahwa Bali akan mampu memanjakan segala aspek keindahan alam yang terdapat
didalamnya maupun kulinernya.
Dibalik keindahan
yang terdapat di pulau Dewata, dan perkembangan pariwisata yang sangat pesat
yang diikuti masuknya wisatawan dari luar negeri maupun dalam negeri dengan
membawa nilai-nilai dari daerah asal masing-masing mengakibatkan berbagai dampak
negatif di Bali. Permasalahan-permasalahan di pulau Dewata satu persatu mulai
bermunculan akibat dari perkembangan pariwisata yang sangat pesat. Perkembangan
pesat yang membawa dampak negative bagi lingkungan dan juga kehidupan sosial
masyarakat lokal tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dan juga
kebudayaannya, perkembangan pembangunan yang dilakukan selama ini hanya
memperhatikan keuntungan yang akan didapatkan tanpa meninjau lagi dampak yang akan
terjadi ke depannya. Mungkin dampak yang akan terjadi tidak dirasakan secara
langsung, tetapi apabila dampak tersebut dibiarkan tanpa ada solusi pencegahannya
maka akan menyebabkan kerusakan.
Adapun
dampak negatif perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Bali adalah
terjadinya tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah Bali,
timbulnya komersialisasi terhadap kebudayaan Bali, berkembangnya pola hidup
konsumtif masyarakat Bali, terganggunya lingkungan hidup di Bali, makin
terbatasnya lahan pertanian di Bali, pencemaran budaya, dan terdesaknya
masyarakat Bali.
Menurut pengalaman
saya saat berkunjung dan juga melihat beberapa informasi di televisi, masyarakat
Bali memiliki beberapa kebudayaan yaitu, sikap gotong royong yang sering
dilakukan masyarakat Bali dalam kegiatan apapun. Misalnya gotong royong dalam
membangun rumah, kerja bakti untuk
keperluan agama. Seperti dalam kegiatan
keagamaan membakar mayat (ngaben), saat membangun pure, ataupun membuat peralatan-peralatan
ritual keagamaan. Dan juga sikap sopan santun ini adalah adat dalam berhubungan
dalam sopan pergaulan terhadap lawan jenis. Yaitu saling menghormati terhadap
sesama manusia. Tetapi akibat pariwisata juga menjadikan masyarakat berpikir
individualis dan kapitalis. Nilai-nilai ini tentu bertentangan dengan kebiasaan
masyrakat Bali. Demi keuntungan pariwisata, masyarakat meninggalkan adat,
merusak lingkungan, dan saling bersaing secara tidak sehat. Masing-masing
pemerintah daerah juga berjalan sendiri-sendiri dalam melaksanakan pembangunan,
tanpa ada kesamaan persepsi dan perasaan sebagai kesatuan ruang.
Dalam dunia
yang semakin terintegrasi dalam tatanan global menyebabkan batas-batas
kebudayaan menjadi mencair akibat arus orang, barang, informasi, ide-ide, dan
nilai-nilai yang semakin lancar, padat, dan intensif. Arus keluar-masuk orang
dari dan ke Bali telah menyebabkan sifat-sifat orang Bali mengalami perubahan,
tidak lagi seperti bentuk aslinya, walaupun perubahan itu bisa jadi bermakna
suatu kemajuan dalam bidang kebudayaan (Abdullah, 2006:3). Mengenai perubahan
sifat-sifat orang Bali Triguna (2002 dan 2004) menegaskan bahwa karakter orang
Bali telah mengalami perubahan secara signifikan. Orang Bali tidak lagi
diidentifikasi sebagai orang yang lugu, sabar, ramah, dan jujur sebagaimana
pernah digambarkan Bateson. Orang Bali tidak lagi dikatagorikan sebagai
komunitas eksklusif, melainkan orang Bali telah dipersepsikan oleh orang luar
sebagai orang yang temperamental, egoistik, sensitif, dan cenderung menjadi
human ekonomikus.
Di samping
pariwisata dapat mengembangkan dan melestarikan kebudayaan, sekarang ini yang
sering terjadi malah sebaliknya yaitu tereksploitasinya kebudayaan Bali yang
berlebihan demi kepentingan pariwisata. Hal ini tentu akan berdampak negative
terhadap perkembangan kebudayaan Bali, ini sering terjadi akibat adanya
komersialisasi kebudayaan dalam pariwisata. Artinya, memfungsikan pola-pola
kebudayaan seperti kesenian, tempat-tempat sejarah, adat-istiadat, dan
monument-monumen diluar fungsi utamanya demi kepentingan pariwisata.
Perkembangan
pariwisata memang dapat mengembangkan aspek-aspek kebudayaan seperti kesenian
dan adat-istiadat di Bali. Akan tetapi, di balik itu ternyata muncul
permasalahan akibat tereksploitasinya aspek-aspek kebudayaan tadi. Misalnya,
muncul berbagai kesenian yang awalnya hanya dipentaskan untuk kepentingan
upacara agama, kemudian dipertunjukan untuk kepentingan wisatawan. Demikian
juga dijadikannnya tempat suci sebagai objek wisata. Ini merupakan fakta yang
terjadinya komersialisasi budaya dalam pariwisata di Bali, karena sudah berubah
dari fungsi utamanya.
Disamping
terjadinya komersialisasi, dapat dilihat yang perlu juga menjadi pemikiran
bersama adalah adanya pola pembinaan kebudayaan dalam arti luas sebagai
pendukung kepariwisataan. Sudah menjadi kenyataan devisa yang dihasilkan dari
pengembangan pariwisata digunakan oleh negara untuk melaksanakan pembangunan di
segala bidang. Devisa itu dibagi-bagi kesemua aspek pembangunan, sehingga
dirasakan sangat kecil kembali pada bidang kebudayaan. Padahal seccara nyata
kebudayaan itulah sebagai penopang paling besar dalam pariwisata untuk mendatangkan
devisa.
Kesan yang
ditimbulkan dari kejadian tersebut adalah bukan Pariwisata untuk Kebudayaan
tetapi Kebudayaan untuk Pariwisata hal ini dapat dilihat dari tereksploitasinya
kebudayaan Bali untuk kepentingan promosi tanpa adanya usaha untuk menjaga dan
melestarikannya. Sebagai contoh adalah banyaknya museum-museum di Bali yang
tidak terawat, padahal museum ini merupakan asset budaya Bali yang tidak
ternilai harganya. Hal lain adalah sekarang petani di Bali sudah banyak
termakan bujuk rayu para investor agar petani di Bali mau menjual sawahnya
untuk kepentingan pembangunan akomodasi pariwisata. Padahal pertanian di Bali
merupakan salah satu budaya yang dimiliki karena disini ada Subak yaitu
organisasi pengairan yang hanya ada di pulau Bali. Logika yang dapat dilihat
adalah apabila lahan pertanian sudah habis maka dengan sendirinya subak
tersebut akan hilang.
Pariwisata
di Bali menyebabkan masyarakat Bali mengalihkan semua potensinya untuk
mengembangkan pariwisata, sehingga lebih dari 60 persen perekonomian bergantung
pada pariwisata. Hamparan lahan pertanian kini berubah menjadi gedung, villa,
dan hotel yang dibangun dengan mengesampingkan fungsi lahan itu sendiri. Banyak
lahan-lahan produktif yang dialih fungsikan begitu saja untuk pembangunan
pariwisata, seperti kawasan Ubud, Gianyar serta kawasan Bali selatan dan tempat
lainnya di Bali. Banyak obyek wisata yang dibangun dengan memanfaatkan lahan
produktif. Pembangunan yang mengeksploitasi sumber daya juga menyebabkan
kesuburan tanah berkurang dan pengairan terhambat, sehingga semakin
meminggirkan sektor pertanian.
Pada perkembangan
pariwisata banyak yang mengkhawatirkan akan pengikisan kebudayaan lokal karena
masuknya kebudayaan asing yang menyerbu masuk dan mengakibatkan pendangkalan terhadap
kualitas kebudayaan Bali serta hilangnya bentuk-bentuk sosial yang terbukti
dapat menopang integritas masyarakat Bali.
Permasalahan
yang saya jabarkan di atas mungkin hanya sebagian kecil masalah kepariwisataan
yang terjadi di suatu daerah. Masih banyak masalah sosial dan budaya yang
terkikis oleh budaya asing yang terjadi di daerah lain, tidak hanya di Bali. Bali
hanya salah satu contoh yang saya ambil sebagai studi kasus.
II. Solusi
Saat ini
yang dibutuhkan oleh masyarakat Bali ke depan adalah perencanaan sosial yang
matang terhadap kebudayaan masyarakatnya. Dengan adanya pariwisata yang dapat
memacu masyarakat mengembangkan budayanya, pertama tanamkan rasa bangga
terhadap kebudayaan sendiri, dengan dimulai menanamkan rasa bangga di dalam
diri masyarakat terhadap kebudayan yang mereka miliki sehingga mampu menarik
wisatawan mancanegara. Dan dengan cara tersebut juga masyarakat dapat
memperkokoh kebudayaannya, karena dengan memperkenalkan budaya lokal kepada
wisatawan asing sama saja kita juga dapat melestarikan budaya tersebut.
Ditengah arus
globalisasi dan modernisasi yang terjadi saat ini sebagai akibat perkembangan
pariwisata yang sangat pesat. Untuk mengatasi dampak sosial yang terjadi dapat
dilakukan beberapa hal:
· Masyarakat
lokal diberi pendidikan, pemahaman, dan apresiasi oleh pemerintah terhadap budaya maupun wisatawan asing.
· Wisatawan
harus diberikan informasi mengenai budaya masyarakat lokal, melalui “Tourism
Information Centre”
· Adanya
standarisasi internasional bila terjadi perbedaan kebudayaan antara masyarakat
lokal dengan wisatawan
· Adanya
perundang undangan yang mengatur wisatawan yang datang berkunjung ke Bali,
sehingga wisatawan mempunyai batasan terhadap budaya masyarakat lokal
Dibidang budaya
harus dirintis kembali pengembangan dan peningkatan kehidupan kebudayaan di
kalangan masyrakat secara rutin dan berkesinambungan diberbagai tingkatan
daerah, tidak hanya dipusat daerah yang menjadi pusat wisatawan beraktivitas. “Kekokohan
budaya masyarakat Bali dapat dipahami mulai dari tradisi Bali, yaitu konsepsi
yang dipandang bernilai dalam komunitas orang Bali yang digunakan sebagai
pedoman berperilaku. Ini berarti bahwa kebudayaan, selain berupa nilai yang
dibagi bersama, juga konsepsi itu berwujud suatu cara, pola tindakan, dan
struktur sosial. Oleh karena itu tradisi Bali
diyakini sebagai representasi komitmen dan validitas moral orang Bali
untuk hidup bersama secara damai dan berbudi. Sebagai komitmen dan validitas
moral yang diyakini bernilai sehingga menjadi kewajiban orang Bali memelihara,
melestarikan dan memaknainya. Akan tetapi, relativitas sifat nilai dalam
longgarnya praktiknya sosial dan banyaknya cara untuk memaknai tradisi itu
kemudian, membuka peluang adanya polarisasi cara beragam sehingga menimbulkan
bias terhadap fungsi utama tradisi, yaitu memelihara komitmen dan validitas
moral untuk hidup bersama secara damai dan berbudi.” (menurut salah satu
artikel yang saya baca).
Selain beberapa
solusi di atas, untuk mengatasi
permasalahan ini, maka perlu ada ketegasan dalam penerapan aturan tata ruang,
terutama untuk keperluan pariwisata Bali. Program Bali Clean and Green yang dicanangkan
pemerintah Provinsi Bali perlu diapresiasi dalam mengatasi permasalahan
pencemaran lingkungan. Dukungan dari masyarakat sangat penting untuk
merealisasikan program dari pemerintah ini demi kelangsungan hidup bersama.
Masyarakat jangan secara mudah terpengaruh atas iming-iming uang terhadap
pembangunan pariwisata yang tidak sistematis, sehingga menyebabkan kerusakan
dan keseimbangan terhadap kearifan lokal berkurang. Kebijakan pembangunan
daerah juga harus dilakukan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berwawasan
lingkungan yang bertujuan untuk mengintegrasikan pembangunan ekonomi, sosial
dan lingkungan ke dalam kebijakan. Dalaman tataran konkrit, kebijakan pembangunan
berkelanjutan dilakukan dengan penerapan prosedur perizinan yang lebih ketat,
yang terkoordinasi antara provinsi dan kabupaten atau kota.
Solusi untuk
mengatasi masalah-masalah ideologi yang tidak sesuai dengan ideology pancasila
sebagai ideology Indonesia, harus diimplemantasikan kembali nilai-nilai luhur
Pancasila, yang antara lain dengan melaksanakan perintah agama dengan baik,
yaitu menjauhi hal-hal yang dilarang Tuhan dan melaksanakan perintah-Nya.
NIilai-nillai buruk harus ditinggalkan. Masyarakat yang sebagian besar beragama
Hindu, tentu tahu bahwa ada karma. Demikian pula di agama lain, dikenal konsep
serupa. Perbuatan buruk atau baik akan diterima akibatnya oleh pelaku
dikemudian hari. Dan agar Bali tetap menjadi bagian dari Indoensia maka perlu
pemantapan nilai-nilai kebangsaan kepada para penyelenggara pemerintahan, baik
pusat maupun daerah, serta kepada masyarakat Bali. Harus ditumbuhkan kesadaran
bahwa Bali harus dijaga dengan baik, sebagai bagian dari aset bangsa Indonesia.
Pembangunan Bali harus dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan memperhatikan pemerataan yang berkeadilan. Jangan
sampai kita sebagai pemilik sah Pulau Bali ini hanya bersifat cuek dan gengsi
yang hanya bisa menunjuk para investor yang berbisnis di Bali yang harus
bertanggung jawab dengan segala kerusakan-kerusakan yang terjadi di Bali. Dan tidak
hanya mengandalkan peran pemerintah atau uluran bantuan dari luar dan pihak
swasta kita juga mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan segala permasalahan
yang terjadi di Bali sebagai efek samping dari meningkatnya jumlah wisatawan
yang datang ke Bali.
Tidak hanya
permasalahan kebudayaan yang harus ditanggulangi, tetapi juga masalah sosial
yang terjadi seperti kemacetan, sampah yang berserakan, kurangnya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat lokal dan pengalihan fungsi bangunan juga harus turut
kita temukan solusinya.
Sampah dan
masalah kebersihan di Bali sudah sering kali menjadi keluhan utama para
wisatawan di Pulau Dewata kita. Hal yang sama yang berkesan pada diri saya
berada di Bali adalah terlalu banyaknya terdapat sampah di tempat-tempat
pariwisata terkenal di Bali, seperti daerah di sekitaran Pantai Dreamland,
jalan-jalan disekitaran wisata bedugul, maupun di area-area wisata pura di Bali.
Penanggulangan masalah sampah dan kebersihan lingkungan bisa dilakukan dengan
cara membiasakan kita untuk membersihkan lingkungan rumah sekitar. Jangan malu
untuk mengajak teman-teman kita bersama-sama membersihkan area wisata di Bali.
Semakin bersih Bali, kepercayaan diri kita akan semakin meningkat untuk
mempromosikan Bali sebagai tempat wisata terbaik di dunia yang tentu saja hal
ini dapat meningkatkan perekonomian rakyat Bali. Selain itu, publik Bali harus
bisa menekan jumlah sampah yang berserakan mulai dari perorangan, baik berupa
sampah plastik, lingkungan, maupun sampah hasil persembahyangan.
Sementara
itu, permasalahan transportasi yang berupa kemacetan dan masalah tempat parkir
juga terjadi di Bali. Pengembangan transportasi umum untuk para wisatawan dan
penduduk lokal untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi dan sewaan menjadi
syarat mutlak yang harus diperjuangkan untuk mengatasi kemacetan di Bali.
Transporatasi umum yang ideal adalah sistem transportasi yang bisa menjadi
solusi yang murah dan tidak mengganggu aktivitas trasnportasi kendaraan
lainnya.
Jumlah
penggangguran dari kalangan lulusan perguruan tinggi (S1) di Denpasar mencapai
45 persen dari total angka usia produktif yang tidak bekerja di Pulau Dewata.
Pemerintah, pengusaha dan perguruan tinggi harus bersama-sama berusaha untuk
mencari solusi dan memberikan perhatian yang lebih serius dan lapangan
pekerjaan untuk menyikapi permasalahan ini. Akhir-akhir ini, banyak generasi
muda Bali yang lebih memilih bekerja di kapal pesiar dengan gaji 8 juta
perbulan, yang notabene kita dijadikan budak oleh para pebisnis kapal pesiar.
Akan lebih bijaksana apabila pemerintah mampu memanfaatkan tenaga kerja ini
untuk bersama-sama membangun dan mengatasi segala permasalahan yang ada di
Bali.
Saat saya
berkunjung ke danau-danau di Bali, semua danau di Bali rata-rata mengalami
pendangkalan. Saya berpendapat bahwa kerusakan lingkungan ini bukanlah hal yang
wajar. Semuanya berkaitan dengan prilaku kita yang mengabaikan aspek-aspek
kelestarian lingkungan. Sebagai contoh, semakin banyaknya rumah-rumah dan
fasilitas umum yang di beton dan di aspal. Adapun langkah-langkah yang bisa
kita lakukan dalam menanggulangi permasalahan ini adalah dengan membuat kebun
pada pekarangan rumah, membiarkan sebagian halaman rumah tidak di beton tanpa
mengurangi kebersihan rumah, atau dalam skala pembangunan fasilitas umum dengan
membuat taman kota di tempat-tempat wisata. Dengan pembangunan ini diharapkan
secara tidak langsung kita bisa menjaga air bawah tanah pada daerah-daerah yang
padat penduduk. Akan lebih bijaksana apabila kita selalu membangun rumah atau
infrastruktur lainnya dengan tetap memperhitungkan aspek-aspek kelestarian
lingkungan dan tetap menjaga bangunan
budaya bali.
Kesimpulan
Dari permasalahan
yang saya jabarkan di atas dan juga solusi yang diberikan, Bali adalah aset
nasional yang harus dijaga bersama. Pembangunan Bali harus dilakukan dalam
kerangka NKRI serta dilakukan secara sistematis dan terpadu agar terwujud
kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pembangunan Bali juga harus dilakukan
dengan memperhatikan kepercayaan dan kearifan lokal dalam rangka menjaga
keharmonisan dengan Tuhan, dengan alam, dan dengan sesama. Dengan demikian,
Bali tetap menjadi the last paradise, bukan the lost paradise yang menuju
kehancurannya.
Daftar
Pustaka
Indonesia.go.id
http://balebengong.net
Almira Dwi Susanti
Tourism B
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusjadi menambah pengetahuan tentang Bali ya. semoga sukses ya Mira:)
BalasHapusapakah aku mengenalmu
HapusSaya suka artikel anda. Keep going on . lanjutkan ! Semangat saudaraku
BalasHapusKenapa bali lebih terkenal dari indonesia ? Apa peran pemerintah daerah atau pusat untuk mengenalkan bahwa bali itu di indonesia, bukan indonesia ada di bali ?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmenurut saya, ini adalah artikel yang cukup menarik untuk dibaca. harapan saya selanjutnya, semoga pengarang tidak hanya membicarakan soal Bali saja karena masih banyak lelaki di luar sana. semoga sukses, Almira!
BalasHapusmaksud saya, masih banyak daerah lain yang menarik dan bisa diangkat untuk menjadi tema.
HapusArtikelnya sangat menarik waaw
BalasHapusartikelnya sangat bermanfaat bagi pembaca, bisa menambah wawasan mengenai nilai2 kebudayaan di Bali. Dan saya setuju kepada penulis bahwa Bali merupakan aset Nasional yang harus dilestarikan. Dan kepada penulis ditunggu tulisan menarik berikutnya!^^
BalasHapusartikelnya menarik serta bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai Pariwisata Bali. semangat, Almira!
BalasHapusBahasan yang bagus!! membahas bagaimana cara melestarikan lingkungan dan parawisata di Bali. Semoga solusi ini bisa dikembangkan oleh masyarakat Bali dan masyarakat Indonesia pada umumnya!
BalasHapus