Kisah putri hijau
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga tugas ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi tugas agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam tugas ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini.
Putri hijau adalah tokoh legenda turun-temurun yang berasal dari daerah Deli,Sumatra. Legenda ini sampai sekarang masih terkenal dikalangan orang-orang deli dan bahkan juga masyarakat melayu di Malaysia.
Abad 15 dan
16 adalah periode paling berdarah di zona dataran rendah Aceh, Sumatera Timur,
dan semenanjung Malaysia. Empat kerajaan saling bantai, berkonspirasi, dan
saling menaklukkan untuk memperebutkan kekuasaan pada zona perdagangan internasional
yang kini dikenal dengan Selat Malaka. Di tengah kecamuk perebutan kue ekonomi
itu, pada tepian sungai Deli–tepatnya sekitar 9 km dari Labuhan Deli–lahirlah
sebuah legenda klasik bernama Puteri Hijau.
Legenda Sang
Puteri yang selalu digambarkan dengan segala kosa kata kecantikan, bertahan
hingga kini dalam dua versi. Versi pertama berasal dari catatan sejarah yang
mirip cerita lisan yang berkembang di masyarakat Melayu Deli. Versi kedua
adalah hikayat dari masyarakat Karo. Keduanya bertentangan dan kelihatan sekali
saling berlomba menonjolkan identitas dan ego suku masing-masing.
Dari versi
lisan Melayu, konon pernah lahir seorang puteri yang sangat cantik jelita di
desa Siberaya, dekat hulu sungai Petani (sungai Deli). Kecantikannya memancarkan
warna kehijauan yang berkilau dan menjadi kesohor ke berbagai pelosok negeri,
mulai dari Aceh, Malaka, hingga bagian utara pulau Jawa. Ia kemudian dinamai
Puteri Hijau. Dalam hikayatnya, Sang Puteri memiliki dua saudara kembar yang
dipercaya adalah seekor naga bernama Ular Simangombus dan sebuah meriam bernama
Meriam Puntung.
Alkisah,
Ular Simangombus memiliki selera makan yang luar biasa. Ia digambarkan seakan
tidak pernah kenyang. Rakyat Siberaya akhirnya tidak sanggup lagi menyediakan
makanan untuk naga ini, sehingga Sang Puteri bersama kedua saudaranya
memutuskan pindah ke hilir sungai dan menetap di sebuah perkampungan baru yang
sekarang dikenal dengan nama Deli Tua. Di sini, para pengikutnya membangun
benteng yang kuat. Dengan demikian, negeri itu cepat makmur.
Kecantikan
Sang Puteri yang menyebar seperti kabar burung ke segala penjuru, suatu ketika
mendarat di telinga Raja Aceh. Ia lantas kepincut dan mengirim bala tentara
untuk meminang Puteri Hijau.
Utusan langsung
dikirim. Pantun bersahut-sahutan. Tapi pinangan ini ditolak dan membuat Raja
Aceh betul-betul dilanda murka. Ia merasa diri dan kerajaannya dihina sehingga
jatuhlah perintah untuk segera menyerang benteng Puteri Hijau. Tapi karena
bentengnya sangat kokoh, pasukan Aceh gagal menembusnya.
Menyadari
jumlah pasukannya makin menyusut setelah banyak yang terbunuh,
panglima-panglima perang Aceh memakai siasat baru. Mereka menyuruh prajuritnya
menembakkan ribuan uang emas ke arah prajurit benteng yang bertahan di balik
pintu gerbang. Suasana menjadi tidak terkendali karena para penjaga benteng itu
berebutan uang emas dan meninggalkan posnya. Ketika mereka tengah sibuk
memunguti uang logam, tentara Aceh menerobos masuk dan dengan mudah menguasai
benteng.
Pertahanan
terakhir yang dimiliki orang dalam adalah salah seorang saudara Puteri Hijau,
yaitu Meriam Puntung. Tapi karena ditembakkan terus-menerus, meriam ini menjadi
panas, meledak, terlontar, dan terputus dua. Bagian moncongnya tercampak ke
Desa Sukanalu Simbelang, Kecamatan Barusjahe. Sedangkan bagian sisanya
terlontar ke Labuhan Deli, dan kini ada di halaman Istana Maimoon Medan.
Melihat
situasi yang tak menguntungkan, Ular Simangombus, saudara Sang Puteri lainnya,
menaikkan Puteri Hijau ke atas punggungnya dan menyelamatkan diri melalui
sebuah terusan (Jalan Puteri Hijau), memasuki sungai Deli, dan langsung ke
Selat Malaka. Dan hingga sekarang kedua kakak beradik ini dipercaya menghuni
sebuah negeri dasar laut di sekitar Pulau Berhala.
Namun sebuah
anak legenda menyebutkan bahwa Puteri Hijau sebenarnya sempat tertangkap. Ia
ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal untuk
seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau
memohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas
permintaannya, ia diberikan berkarung-karung beras dan beribu-ribu telur.
Tetapi baru
saja upacara dimulai, tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat,
disusul gelombang yang tinggi dan ganas. Dari perut laut muncul jelmaan
saudaranya, Ular Simangombus, yang dengan rahangnya mengambil peti tempat
adiknya dikurung. Lalu Puteri Hijau dilarikan ke dalam laut dan mereka
bersemayam di perairan pulau Berhala. Menurut cerita ini, saudara-saudara
Puteri Hijau adalah manusia-manusia sakti yang masing-masing bisa menjelma
menjadi meriam dan naga. Memang, cerita lisan selalu mewariskan banyak versi
sesuai selera masing-masing penceritanya.
Kabarnya,
setelah di bawa pergi oleh Saudaranya, Ulat Simangombus. Sang raja Aceh membawa
sebagian hartanya dan orang orang kepercayaannya. Namun, saat sang Raja pulang.
Sang Raja Aceh tidak membawa harta dan para prajurit pilihannya.
Dikisahkan pula seorang penjalang kapal yang berangkat
dari pulau panang menuju aceh barat.
Kapal itu diterpa angin kencang sehingga terpaksa berhenti di tengah
laut. Ketika angin rebut reda kapal bermaksud untuk melanjutkan perjalanan
namun, jangkar kapal tidak dapat diangkat. Nakhoda meminta anak buahnya turun
ke laut unutk melihat jangkar tersebut. Semua terdiam. Tiba-tiba seorang anak
muda yang bernama akhmad baakri menyelam.
Sesampai didasar laut, ahmad bakari melihat adanya
sebuah cahaya terang. Dia melihat sebuah taman dan istana disitu keadaannya
kering bagai daratan. Jendela istana terbuka dan bakri pun melihat seorang
gadis cantik yang tak lain adalah putri hijau. Putri hijau lalu memberitahukan
kepada bakri bahwa tempat itu adalah tempat terlarang.
Bakri pun menceritakan apa yang terjadi dengan
kapalnya. Lalu putri hijau pun membantu bakri dan memberikannya segenggam
kersik sambil mengatakan apabila ada ynag bertanya kepadanya siapa yang
membantunya katankan namanya putrid hijau. Setelah di kapal bakri menceritakan
kepada nakhoda kapal tentang semua yang di alaminya didasar laut.
Bakri kemudian membuka kersik yang diberikan oleh
putri hijau dan ternyata isinya 1000 butir berlian. Ketika bakri ingin memebagi
berlian itu kepada nakhodanya. Nakhoda itu menolaknya dan menyuruh bakri agar
membuka industry pelayaran agar dapat membantu banyak orang.
Ada pula, versi kisah lain. Bahwa meriam ini pecah karena panas,
akibat sering melontarkan peluru terus-terusan ke tentara Aceh. Sebelum
menjelma menjadi meriam, Pangeran sempat berpesan kepada rakyatnya untuk
menyiram meriam dengan air dingin, jika mereka melihat meriam berwarna
kemerahan. Namun karena ditengah perang, Raja Aceh menebar koin emas, rakyat
menjadi lupa akan keberadaan meriam yang sedang terus-terusan melontarkan
peluru. Hingga akhirnya meriam menjadi merah kepanasan dan pecah.
Selain itu Pada
permulaan syair penulis membuktikan bahwa kisah Putri Hijau itu memang
benar-benar terjadi dengan mengetengahkan pancuran Putri Hijau di Deli tua dan
Meriam Puntung di Istana Maimon dan tempat bekas lalu nya Naga di Sungai Deli.
Sultan Sulaiman memerintah
kerajaan Deli Tua dengan adil dan bijaksana. Ia adalah seorang duda yang
istrinya telah meninggal dunia dan dia tidak pernah menikah lagi. Ada tiga
orang anak raja Deli tua. Pada suatu hari raja jatuh sakit, semakin lama
semakin tak tertolongkan dan akhirnya raja Sultan Sulaiman meninggal dunia dan
digantikan dengan putra sulungnya.
Sementara itu di aceh berdiri suatu kerajaan yang
kuat. Pada suatu jumat malam. Ketika raja Aceh sedang berdiri dimuka pintu dan
memandang laut, terlihat cahaya berwarna hijau dilangit. Raja memanggil wajir
dan mempertanyakan sinar itu kepada wajir. Menurut dugaan wajir, warna itu
adalah cahaya Batara Indra namun, raja Aceh masih sangsi akan dugaan tersebut.
Raja memerintahkan kepada wajir untuk mencari orang yang akan pergi untuk
mencari cahaya hijau itu. Wajir menjawab bahwa dia sendiri yang akan pergi.
Wajir, mentri, dan para pengawalnya berjalan ke
selatan. Malam hari mereka melihat cahaya itu, cahaya hijau yang makin lama
makin jelas. Setelah berhari-hari berjalan, mereka sampai di labuhan deli
dengan menyamar sebagai buruh mereka tau bahwa cahaya itu berada di deli tua.
Lalu mereka berjalan ke deli tua. Mereka terpana ketika bertemu dengan Putri
Hijau. Kecantikan Putri hijau itu luar biasa.
Selanjutnya mereka memutuskan untuk kembali ke Aceh.
Sesampainya di Aceh mereka melaporkan kepada raja Aceh bahwa cahaya hijau
tersebut terdapat pada seorang gadis cantik jelita. Timbullah keinginana raja
untuk memperistri Putri Hijau dari kerajaan Deli Tua itu.
Raja Aceh memerintahkan kepada wajir untuk mempersiapkan
segala kebutuhan untuk meminang Putri Hijau. Setelah berlayar selama beberapa
hari, rombongan itu sampai di labuhan deli. Tembakan meriam yang diluncurkan
dari kapal menyebabkan penduduk bertanya-tanya tentang kedatangan armada itu
lalu, syahbandar pergi ke labuhan dan menanyakan maksud mereka. Setelah
mendengar jawaban mereka dari Aceh dan ingin berlabuh di pelabuhan itu, Syah
Bandar menjadi tenang. Keesokan harinya rombongan itu berangkat ke Deli Tua.
Sesampainya di Istana, rombongan itu menghadap raja dan menceritakan maksud
mereka untuk meminang Putri Hijau untuk dijadikan istri raja Aceh. Raja Deli
Tua sangat senang mendengar maksud mereka. Dia meminta waktu dua hari untuk
memberi jawaban yang pasti dan para rombongan pun bergerak keluar kota dan
bermalam disana.
Raja Deli Tua mencoba untuk meyakinkan adiknya
mengenai pinangan raja Aceh itu. Namun, Putri hijau mengatakan kepada abangnya
untuk menolak lamaran raja Aceh dengan alasan Putri Hijau merasa belum matang
untuk menjadi seorang istri raja, Putri Hijau juga masih berduka karna teringat
akan almarhum ayah dan ibunya.
Ketika utusan raja Aceh memohon untuk menghadap raja
deli tua mengatakan kepada utusan itu bahwa dia tidak dapat mengabulkan
pinangan tersebut. Utusan Aceh merasa terkejut mendengar jawaban raja deli tua.
Keesokan harinya rombongan kembali ke aceh kemudian wajir menhadap raja Aceh.
Wajir memanas-manasi rajanya dengan mengatakan bahwa raja deli tua memandang
raja Aceh seperti anak-anak yang dapat dipermainkan. Mendengar itu, raja
menjadi marah dan menjadi malu atas penolakan tersebut. Lalu, diperintahkannya
para hulubalang untuk mengumpulkan segala kekuatan dan dalam waktu tiga hari
lagi mereka akan berangkat menyerang kerajaan deli tua. Perang pun terjadi
antara Laskar aceh dan Laskar Deli tua.
Setelah berhari-hari berlalu tidak diketahui siapa
pemenang dari perang itu. Raja Aceh mengadakan musyawarah dengan wajir dan para
hulubalangnya. Seorang mentri mengajukan usul meriam-meriam raja Aceh
memuntahkan peluru yang berisikan uang emas. Usulan itu diterima raja.
Akibatnya, lascar deli tua sibuk mengutib uang emas yang berserakan ditanah
sehingga mereka menjadi lengah. Lascar aceh pun menyerang lascar deli tua
dengan mudahnya. Raja deli tua merasa sangat terpukul dia lalu memanggil kedua
adiknya kepada raja Putri Hijau meminta agar adiknya menyerahkan kota itu dan
bersedia menjadi istri raja aceh apabila laskarnya kalah.
Namun, dia juga meminta adikknya agar mengajukan
syarat kepada raja aceh. Yaitu
menyediakan satu keranda kaca dan rakyat aceh membawa sengenggam bertih
dan sebutir telur apabila dia sampai di pelabuhan aceh. Setalah itu raja deli
tua meninggalkan istana tinggallah kedua adiknya. Putri Hijau menyarankan agar
mereka pergi lari kehutan sebelum raja aceh datang. Namun adiknya putri hijau
memintanya bersabar karna dia ingin menuntut balas. Putra bungsu pun pergi
keluar dan bertafakun.
Tiba-tiba dia menjelma menjadi sepucuk meriam, lalu
memuntahkan pelurunya berkali-kali sehingga banyak lascar aceh yang gugur.
Namun meriam itu pecah menjadi dua bagian karena meriam itu menjadi panas.
Setelah tidak mendengar tembakan meriam raja aceh menemui putri hijau dia
membujuk putri hijau agar bersedia menjadi istrinya.
Putri hijau tidak menolak dan juga mengajukan beberapa
permintaan sebagaimana yang telah
dikatakan oleh abangnya raja deli tua. Keesokan harinya putri hijau pergi
membersihkan diri kepancuran yang dipinggirnya tumbuh pohon limau yang
digunakan putrid untuk berkeramas. Ketika memetik sebuah limau putri hijau
bersumpah tidak aka nada seorang gadispun yang cantik secantik dia, dan apabila
gadis itu cantik pasti aka nada cacatnya.
Agar tidak ada seorang gadis pun yang mengalami
kesedihan sepertinya. setelah membersihkan diri putri hijau segera memasuki
keranda kaca dan membaringkan diri disitu. Lalu, keranda itu dimasukkan kedalam
kereta dan mereka bergerak ke labuhan deli.
Setelah berlayar beberapa hari sampailah armada
kerajaan aceh kepelabuhan jambu aie .
ketika diajaknya putri hijau untuk turun dari kapal putri hijau meminta raja
aceh agar rakyatnya yang berduyun-duyun ketepi pantai sambil membawa sengenggam
bertih dan sebutir telur lalu membuangnya ke laut. Pada saat raja meninggalkan
putri hijau lalu putrid hijau keluar dari keranda kacanya lalu membakar
kemenyan sambil menyebut nama abangnya. Dia telah memutuskan lebih baik mati
dari pada menikah dengan orang yang tidak dicintainya.
Beberapa saat kemudian badai datang sehingga banyak
kapal yang terlempar kepantai. Ditengah cuaca yang buruk itu muncul seekor
naga. Putri hijau kembali ke keranda kacanya. Raja aceh dan penduduknya
menyelamatkan diri. Sedangkan sang naga menghancurkan kapal-kapal yang ada
disitu. Ketika kapal yang dinaiki putri hijau turut hancur dan tenggelam.
Keranda kaca selamat dan mengapung di permukaan laut.lalu naga tersebut
memebawa keranda kaca ketengah luat dan menghilang ketengah laut. Membuta raja
aceh merasa kecewa.
Putri hijau dibawa kedasar laut, disana telah berdiri
istana untuk tempat tinggal putri hijau. Ketika putri hijau sedang termenung
memikirkan apa ynag terjadi, tiba-tiba seorang lelaki muncul. Abangnya
mengatakan bahwa istana itu adalah tempat tinggal putri hijau dan apabila putri
hijau memerlukan bantuan agar dia membakar kemenyan dan memanggil nama
abangnya. Kemudian mambang yazid hilang dari pandangan putri hijau.
Mambang yazid kembali ke deli tua. Disana dilihatnya
bekas kerajaannya hancur dia merasa sangat berduka. Suatu ketika dia melihat
sebuah gua dan dia tertarik untuk melihat isi gua itu. Ternyata didalam gua itu
keadaanya terang benderang. Disana terdapat sebuah taman yang indah sekali.
Lalu disuatu tempat disana dilihatnya da sebuah meriam yang tidak utuh lagi dan
seketika dia merasa kalau itu adalah adikknya. Dipeluknya lah meriam itu sambil
menyebut nama adiknya mambnag khazali. Tidak lama kemudian muncullah adiknya
mambang khazali dan mereka pun berpelukan. Mambang khazali pun menyampaikan
maksud nya untuk berdiam di gunung sibayak. Mambang yazid pun setuju dan
mengirim adikknya ke gunung sibayak.
Itulah
kisah dari Putri Hijau yang menjadi tokoh legendaris di Tanah Deli,ada banyak
versi dari cerita ini karena banyak yang menyesuaikan dengan minat pembaca.
Tetapi satu hal yang pasti adalah Putri Hijau memiliki 2 saudara yang sangat
menyayanginya dan rela berkorban untuk dia.
Dan
ke egoisan dari raja Aceh membuat kerajaannya sendiri berada dalam bahaya.
Membuat kita sadar bahwa kita harus menerima dengan lapang dada kekalahan kita
dan tidak menyimpan dendam yang hanya akan membuat kita jatuh dalam
kesengsaraan.
Karena disebut sebagai legenda,banyak orang yang
tidak percaya dengan keberadaannya. Ya,legenda biasanya hanya karangan
orang-orang jaman dahulu yang kisah dibaliknya banyak memiliki
nasihat/wejangan.
Tetapi
dapat dibilang kalau Putri Hijau adalah legenda yang sepertinya beneran
terjadi. Kenapa? Karena banyak ditemukan peninggalan-peninggalan yang
mencerminkan keberadaan kisah tersebut.
Diantara
peninggalan-peninggalan tersebut ada yang banyak dikenal yaitu wujud dari
saudara Putri Hijau yaitu Meriam Puntung. Dikisahkan meriam puntung ini
terpecah menjadi dua bagian karena panas dan terlontar ketika melawan kerajaan
Aceh.
Pecahan bagian kepala, ditemukan didataran tinggi Karo,
hingga saat ini dan bagian ekornya, terlontar hingga Labuhan Deli dan kini
disimpan dihalaman Istana Maimun. Meriam itu, masih dalam wujud aslinya.
Terbuat dari batu,sungguh unik karena nampak terpenggal menjadi dua.
Ditempatkan dibawah sebuah bangunan menyerupai rumah adat
Batak Karo pecahan meriam ini diletakkan diatas 2 buah fondasi beton dan diberi
sesaji berupa air dan bunga. Nampak ada beberapa bekas hio dibakar, didekar
bunga. Ah, rupanya meriam ini masih dipuja. Bisa dimaklumi, bagaimanapun dia
dulu membantu Kesultanan Deli untuk menyerang musuh.
Seorang Bapak bertugas menemani meriam ini setiap hari, mulai
dari jam 9 hingga sekitar 5 sore. Dari Bapak inilah kita bisa bertanya-tanya
mengenai legenda Putri Hijau dan saudara-saudaranya. Atas jasanya mendongeng,
kita beri tips alakadarnya. Bisa juga diletakkan di kotak sumbangan, yang tak
jauh dari letak meriam.
Walau nampaknya hanya sebuah batu yang tidak berdaya, hei..
meriam ini rupanya masih memiliki ‘sisa-sisa’ kesaktian masa lalunya. Pada
sekitar 1995, meriam ini berpindah tempat sendiri dan ditemukan disekitar
sungai Deli (tempat saudara Putri Hijau yang menjelma menjadi naga pergi
kelaut).
Saat ditemukan, meriam tidak bisa dipindahkan. Barulah
setelah beberapa kerabat kerajaan sendiri yang mengangkat, meriam bersedia
kembali ke halaman Istana Maimun. Setelah itupula, meriam diberi pondok kecil
yang bergaya bangun Batak Karo:
Mengenai hal ini, agak seru juga yah! Budaya Melayu, di dalam
halaman istana Melayu, kok diberi rumah-rumahan model Batak Karo.
Tapi, lagi-lagi meriam ini pergi ‘jalan-jalan’. Namun tidak
terlalu jauh. Meriam hanya keluar dari rumah penyimpanannya yang digembok
Yak, si meriam keluar sendiri, ke tempat yang aku tandai
degan bintang pink. Dan lagi-lagi, ga bisa diangkat untuk dikembalikan kedalam
rumah penyimpanan. Barulah setelah 7-10 orang kerabat kerajaan yang mengangkat,
meriam mau dipindahkan. Wow, keren!
Sebuah koran lokal konon sempat memuat kisah ‘perginya’
meriam buntung ini dari ruang penyimpanannya. Sayang, aku ga berhasil menemukan
datanya saat Googling, tapi beberapa kawan di Medan juga cerita mengenai kejadian
ini. Keren!
Dan jika dicermati, ada lubang kecil disisi meriam. Katanya,
jika kita menempelkan telinga didekat lubang itu, kita bisa mendengarkan suara
aliran Sungai Deli. Hm, aku sih engga nempelin telingaku disana, tapi aku
percaya jika aku tempelin telingaku, akan terdengar bunyi yang mirip aliran
air.
Bunyi itu aku percaya sebagai hasil gerak udara yang ada di
‘tabung’ meriam. Teori yang sama juga berlaku seperti saat kita mendekatkan
telinga ke kerang yang berukuran bersar. Akan terdengar bunyi, seperti debur
ombak laut.
Selain meriam tersebut,diceritakan
pula di kisah-kisah rakyat bahwa sampai sekarang masih terdapat kuburan putri
hijau dan menurut masyarakat sekitar,jasad putri hijau tidak pernah membusuk.
Penutup
Demikian yang dapat saya paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam tugas ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul tugas ini.Saya banyak berharap para pembaca mau memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya tugas ini dan dan penulisan tugas di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga tugas ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar