Selasa, 05 Januari 2016

Tugas-2 Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia


SOLUSI UNJ UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA



Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pariwisata termasuk salah satu dari sasaran program pembangunan Indonesia. Peluang pariwisata dalam mendukung pendapatan Negara sangat besar. Namun sayang, hingga saat ini realisasi di lapangan masih belum maksimal. Padahal, kalau kita telaah, satu-satunya sektor pembangunan berbasis muatan lokal hanya ada di bidang pariwisata. Melalui pariwisata, kearifan lokal, sejarah, seni dan budaya, sumberdaya alam dan potensi ekonomi kreatif dapat dikembangkan secara menyeluruh sehingga mendukung dalam menambah nilai pendapatan Negara.


Pariwisata dapat memberikan efek Domino terhadap sektor-sektor lainnya. Dalam pengembangannya, pariwisata tidak dapat berdiri sendiri. Ia membutuhkan dukungan dan kerjasama secara simultan dari sektor-sektor lainnya agar dapat diperoleh tujuan dan hasil yang maksimal. Artinya, pariwisata dapat memberikan efek atau pengaruh bagi sektor-sektor lainnya. Misalnya, pariwisata membutuhkan sektor ekonomi dalam upaya pembangunannya, membutuhkan suhu politik yang baik, membutuhkan pengembangan sektor sosial budaya, membutuhkan situasi keamanan dalam negeri yang aman, membutuhkan sektor pendidikan dalam meningkatkan sumberdaya manusianya, membutuhkan sektor kesehatan dalam mengupayakan sanitasi yang baik di lokasi pariwisata, dll.


Pemerintah sebenarnya sudah memahami efek Domino pariwisata terhadap sektor-sektor lainnya. Maka pada INPRES RI Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata, telah dibahas secara mendetil bagaimana peran serta seluruh elemen kepemerintahan dalam upaya mendukung kemajuan pariwisata Indonesia. Masing-masing elemen memiliki tugas dan tanggungjawab yang telah diatur dalam INPRES RI tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan pariwisata tidak dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan satu atau dua sektor saja. Jikalau bisa, maka tentu ini tidak akan maksimal. Sementara, mengerjakan sesuatu dengan tidak maksimal tidak ubahnya seperti membuat kue setengah matang. Bisa dibayangkan, berapa biaya yang akan terbuang untuk hasil yang “setengah-setengah” ?

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, program pembangunan urusan pariwisata dikelompokkan dalam program pembangunan urusan pilihan bersama dengan urusan kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, ESDM, industri, perdagangan dan transmigrasi. Artinya, pariwisata merupakan sektor pembangunan pilihan selain pembangunan yang bersifat wajib seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, tata ruang, dll. Karena itulah, sudah saatnya pemerintah “tidak bekerja sendiri” melainkan turut melibatkan semua sektor kepemerintahan dan seluruh elemen masyarakat, baik sebagai pelaku utama pariwisata, stakeholder maupun pelaku pendukungnya.
saya melihat 5 persoalan yang di hadapi oleh industri pariwisata Indonesia, akan saya jabarkan sebagai berikut:

Hambatan

11.   Rendahnya promosi berbagai destinasi wisata dan pengelolaan yang tidak optimal diluar Bali.
22.   Masih berlaku nya trend mass tourism.
33. Sampai saat ini sebagian besar perbankan di Indonesia belum memahami potensi industri kreatif karena konsep perbankan yang mengikuti permintaan pasar.
44.  Industri kreatif belum sepenuhnya terlindungi secara hukum.
55.  Pemberitaan media yang berlebihan soal negeri barbar dan suka pada kekerasan.


Maka setiap hambatan perlu dicarikan solusinya, antara lain:

Solusi


1. Perlu aturan yang mewajibkan setiap Pemda mengelola, mengembangkan destinasi wisata       dan ekonomi kreatif di daerah masing-masing, misalnya minimal kelancaran akses menuju tempat wisata serta pengelolaan kebersihan yang diawasi. Promosi destinasi dan pengawasan bisa melalui Blog dan atau Sosial media (twitter/facebook). Sangat perlu ada Lomba promosi wisata tiap daerah agar ada persaingan, dan penghargaan tingkat nasional.

2. Ubah trend dari mass tourism menjadi responsible tourism. Trend wisatawan cukup senang berkunjung beramai-ramai ke suatu tempat hanya untuk sekedar berfoto, menjadi berkulit gelap akibat mandi matahari, harus diubah. Libatkan turis dengan melihat (dan mempelajari) museum, galeri seni, membatik, kerajinan tangan dsb, mereka kemudian mengubah tujuannya untuk mencoba memahami budaya setempat, kemudian menjadi suatu kebanggaan bagi para wisatawan itu sendiri. Workshop dan kolaborasi seni menjadi bagian penting dari proses ini sehingga komunitas pun akan tetap hidup walaupun wisatawan meninggalkan tujuan wisatanya.

3. Perbankan perlu mendampingi dan memberikan edukasi terus-menerus kepada para pelaku usaha agar konsep ekonomi kreatif dipahami dengan lebih baik berikut aspek hukumnya. Sehingga mereka mampu membaca pasar, dan perbankan tidak ragu-ragu lagi memberikan pembiayaan kepada pelaku industri kreatif di Indonesia.

4. Perlu disadari bahwa industri kreatif sarat akan eksploitasi ide dan kekayaan intelektual. Oleh karena itu, perlindungan hak atas kekayaan intelektual akan menjadi persoalan penting ketika industri tersebut kian besar dan meluas. Pemerintah perlu mengantisipasi hal-hal yang mungkin timbul dari sengketa hak atas kekayaan intelektual. Perbankan perlu mengingatkan para pelaku usaha juga perlu sejak awal agar mengantisipasi kemungkinan sengketa terkait dengan hal tersebut. Jangan sampai tersandung oleh hal-hal serius yang semula dianggap sepele sehingga mengganggu kelancaran usaha.
5. Peran media perlu menumbuhkan keramahtamaan bangsa ini. Pariwisata hanya berkembang di negeri yang indah dan damai. Harus ada ketegasan sanksi terhadap berita kekerasan secara terus-menerus. Masyarakat kreatif dalam dunia pariwisata harus berbasis budaya lokal. Strategi apapun membutuhkan dukungan pembangunan infrastruktur yang memadai. Sehingga muncul keyakinan bahwa pengembangan wisata dan sektor kembali menjadi penyumbang devisa terbesar ketiga bagi negeri ini.

3 program utama pengembangan pariwisata indonesia (dokpri)


Dalam RPJMD 2014, pembangunan urusan pariwisata dititikberatkan pada tiga program utama, yaitu :
1. Program pengembangan pemasaran pariwisata
2. Program pengembangan destinasi pariwisata
3. Program pengembangan kemitraan Dengan tidak lari dari program-program yang telah

disusun oleh pemerintah, maka disini saya ingin urun rembug, berbagi masalah dan berbagi solusi sebagai wujud kepedulian saya terhadap potensi berkembangnya pariwisata Indonesia bukan hanya di kancah lokal tapi juga internasional. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Kata kunci dari program ini adalah pemasaran yang dimaknai sebagai “menjual” atau dapat diartikan secara luas “mempromosikan” pariwisata di Indonesia baik ke tingkat lokal maupun internasional. Saat ini banyak cara untuk melakukan promosi pariwisata. Tidak hanya sebatas berpromosi secara offline tapi juga online. Perkembangan teknologi dan kemudahan akses berinternet harusnya disambut dengan positif, sebab media-media tersebut yang akan menjadikan proses promosi pariwisata lebih efektif dan efisien. Lantas, apa saja ide-ide yang dapat disumbangkan untuk mendukung kementerian pariwisata terkait dengan upaya program pengembangan pemasaran pariwisata Indonesia ?

 a. Promosi offline

1. Gerai Wisata pembuatan pamflet, brosur, peta wisata, dll adalah salah satu bentuk promosi yang paling mendasar. Model pamflet dan brosur yang unik dan menarik sangat diperlukan untuk menarik perhatian dari setiap orang yang memperoleh/membacanya. Namun, seringkali kita terfokus hanya pada pembuatan pamflet dan brosur, tapi lemah dalam penyebarannya. Setelah pamflet dan brosur selesai dicetak, cenderung tidak disebarkan secara maksimal. Akibatnya, hanya menjadi onggokan kertas yang seolah-olah “tidak berguna”. Padahal, harusnya pamflet dan brosur harus disebarkan secara terus-menerus, agar proses pemasaran juga tidak mandeg pada satu masa saja. Caranya ? kalau mau efektif, tentu saja penyebaran dilakukan di tempat yang memang ramai/ banyak dikunjungi masyarakat seperti mall, tempat wisata, bandara, stasiun ataupun terminal bis. Gerai-gerai wisata yang berisi tentang berbagai informasi pariwisata di suatu daerah sudah saatnya diadakan di setiap spot keramaian. Gerai wisata ini ditujukan untuk mendekatkan diri dengan masyarakat sehingga dapat mempermudah masyarakat yang ingin melakukan perjalanan wisata lengkap dengan estimasi akomodasi, menjadi panduan berwisata bagi masyarakat sekaligus mempromosikan dan merekomendasikan suatu destinasi wisata kepada masyarakat luas.

2. Sosialisasi Pariwisata Sosialisasi pariwisata ini bertujuan untuk menyampaikan informasi “sadar wisata” kepada seluruh lapisan masyarakat, mulai di tingkat sekolah, desa, kecamatan sampai kabupaten dan provinsi. Materi sosialisasi meliputi tentang bagaimana memiliki kesadaran tentang pentingnya pengembangan pariwisata di setiap daerah. Komponennya sangat banyak dan luas, mulai dari mengenal spot-spot pariwisata di Indonesia, peran serta aktif masyarakat dalam mempromosikan pariwisata Indonesia, bangga dengan pariwisata lokal Indonesia serta merencanakan wisata lokal, menyampaikan ide kreatif tentang pariwisata Indonesia sampai bagaimana menjaga potensi wisata dengan tidak membuang sampah sembarangan, menjaga fasilitas sanitasi yang ada, tidak mencorat-coret di lokasi wisata, dll.

3. Pemilihan Duta Wisata Duta wisata ini bukan hanya sekadar ajang keelokan semata, tapi juga ajang “kecerdasan”. Cerdas dalam mendukung upaya pemerintah mengembangkan pariwisata. Diharapkan, duta-duta wisata terpilih ini akan dapat membantu mempromosikan pariwisata Indonesia hingga ke mancanegara.

 4. Pameran Wisata Pameran wisata ini intinya merupakan ajang untuk mendatangkan masyarakat yang ingin mengetahui lebih detil tentang destinasi wisata serta promo-promo paket wisata. Tujuannya untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan referensi wisata serta mengajak masyarakat untuk memiliki antusiasme dalam sektor pariwisata.

b. Promosi online

1. Pembuatan website Tidak dapat dimungkiri, internet adalah jendela dunia. Sebuah informasi yang diunggah melalui internet akan dengan sangat cepat menyebar. Di era ini, saya harus mengakui bahwa dengan internet upaya promosi (wisata) akan dapat lebih efektif dan efisien. Pembuatan website resmi tentang pariwisata di Indonesia menjadi langkah awal dalam mempromosikan pariwisata Indonesia secara online. Tentu saja website ini harus bersifat up to date, dikemas secara menarik serta dikelola oleh admin yang mumpuni. Tujuannya apa ? agar masyarakat yang sudah masuk ke website merasa nyaman dan ‘akrab’. Kenapa saya bilang begitu ? sebab, pengalaman saya masuk ke beberapa website instansi kepemerintahan (daerah) seringkali website dalam keadaan “tidur” alias sepi bahkan tidak aktif. Akhirnya, saya pun jadi malas untuk berinteraksi di dalamnya. Jika ini sampai terjadi di website yang telah dibuat untuk promosi pariwisata Indonesia akan sangat disayangkan, sebab kita tidak pernah tahu diantara para pengunjung website adalah “calon” wisatawan yang menjadi sasaran kita.
2. Media sosial Selain website, media sosial juga berperan penting dalam mempromosikan pariwisata Indonesia. Media sosial disini yang saya maksud seperti facebook, twitter, path, google+, Instagram, dll. Bedanya dengan website, media sosial ini mungkin lebih bersifat “tidak formal”. Interaksi dengan pengunjung media sosial akan terasa lebih bebas dan luas. Meski pada akhirnya pengunjung akan diarahkan untuk (juga) mengunjungi website yang resmi. Selain itu, isi/materi di media sosial lebih singkat sedangkan di website akan lebih mendetil. Jadi, memanfaatkan media sosial adalah langkah promosi online yang tepat. Program pengembangan destinasi pariwisata Kalau selama ini dunia hanya mengenal “Bali” atau “Jogjakarta”, maka kini sudah saatnya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata melebarkan sayap pariwisata Indonesia. Sebuah PR yang tidak mudah, tapi juga bukan hal yang mustahil yaitu tentang bagaimana menjadikan Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi, Kalimantan dan Papua serta daerah-daerah lainnya memiliki sense of famous layaknya Bali dan Jogjakarta. Kepakkan sayap dan kembangkan destinasi pariwisata Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Alangkah kayanya Indonesia di sektor pariwisata jika expand of tourism dilakukan dengan maksimal. Caranya bagaimana ? dengan FGB, yaitu Find, Get and Build.

a     a.  Find Temukan spot-spot pariwisata baru di seluruh wilayah Indonesia dengan mengeksplorasi setiap potensi di daerah. Caranya tentu saja dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat dan menampung setiap usulan dan atau informasi dari masyarakat luas. Mengapa ini perlu ? sebab kenyataannya, masih banyak spot pariwisata berpotensi di Indonesia yang belum “tersentuh” secara serius oleh pemerintah, sehingga spot seperti ini menjadi mangkrak. Sangat disayangkan


contoh spot wisata pantai yang belum disentuh secara serius sehingga terkesan

b. Get Setelah menemukan, jangan hanya dijadikan arsip semata tapi ditindaklanjuti dengan “mendapatkan” spot tersebut. Mendapatkan disini yang dimaksud adalah mengunci spot pariwisata yang telah ditemukan tadi dan bersiap untuk dieksplorasi secara bijak.

c. Build Langkah yang terakhir adalah membangun spot pariwisata tersebut menjadi sebuah destinasi pariwisata. Artinya apa ? kriteria-kriteria destinasi wisata harus dipenuhi, seperti pembangunan infrastruktur, akses jalan, transportasi, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, sanitasi, dll. Pembangunan secara menyeluruh ini sangat penting sebagai wujud kesiapan sebuah destinasi pariwisata untuk dipromosikan. Dalam program membangun ini sangat dibutuhkan keseriusan pemerintah serta kerjasama dari masyarakat (khususnya masyarakat lokal setempat) agar impian menjadikan sebuah destinasi pariwisata yang dapat diandalkan selain “Bali” dan “Jogjakarta” dapat diwujudkan. Program pengembangan kemitraan Seperti diulas di awal tentang efek Domino dari sektor pariwisata. Dimana membicarakan pariwisata maka akan berimbas pada sektor-sektor lainnya juga. Oleh sebab itu, mengembangkan pariwisata tidak dapat dilakukan “sendiri”. Butuh kerjasama dan dukungan dari seluruh pihak dan elemen masyarakat. Selain “berbagi tugas” di kalangan kepemerintahan sendiri, kerjasama juga dilakukan dalam bentuk kemitraan, dimana mereka berada di posisi sebagai stakeholder. Ada banyak “mitra” yang dapat dirangkul oleh pemerintah (dalam hal ini kementerian pariwisata) seperti jasa tour and travel berpengalaman, masyarakat dan potensi usaha berbasis kearifan lokal (koperasi desa, paguyuban seni dan budaya lokal, pengusaha-pengusaha lokal, pengrajin lokal, dll) serta yang tidak kalah pentingnya adalah “bermitra” dengan para blogger sebagai penggiat online. Bentuk kemitraan sangat beragam. Jika jasa tour and travel bermitra dalam bentuk jasa layanan tiket atau paket pariwisata, koperasi desa dalam bentuk penerapan ekonomi kreatif lokal, paguyuban seni budaya dengan kerjasama berbentuk atraksi seni budaya lokal, pengusaha lokal sebagai “bapak angkat” sentra industri kecil dan pengrajin lokal mendukung dengan kreatifitas serta loyalitas mereka terhadap budaya kearifan lokal, maka wujud kemitraan dengan para pelaku pariwisata dapat dilakukan dengan menggelar aksi lomba menulis serta membentuk komunitas traveller (penggiat pariwisata Indonesia) yang berhubungan langsung dengan pemerintah (kementerian pariwisata). Kemitraan ini bukan saja hanya dipandang sebagai “upaya bisnis” tapi juga sebagai bentuk pendekatan diri antara pemerintah (kementerian pariwisata) dengan masyarakat luas. Pada akhirnya, dari kedekatan ini akan meningkatkan “rasa memiliki” di setiap masyarakat. Ketika rasa memiliki sudah terpatri, maka kecintaan, kebanggaan dan ketulusan akan tercipta dalam kerjasama di bidang pengembangan pariwisata Indonesia ini.

Demikianlah gambaran efek Domino dari sektor pariwisata terhadap sektor-sektor lainnya, uraian persoalan dan ide solusi pemecahannya. Pada dasarnya, pengembangan pariwisata Indonesia tidak dapat “berdiri sendiri”. Sudah saatnya pemerintah melalui kementerian pariwisata menggugah hati siapa saja untuk turut serta bekerjasama dan mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata di Indonesia. Sebuah PR yang menjadi tanggungjawab kita bersama bahwa pariwisata di Indonesia bukan hanya “Bali” atau “Jogjakarta” tapi masih banyak daerah lainnya yang dapat menjadi destinasi wisata unggulan. Kita sama-sama mengupayakannya dengan program pengembangan pemasaran, pengembangan destinasi pariwisata dan pengembangan kemitraan. Harapannya, pariwisata Indonesia dapat lebih berkembang luas sehingga dapat meningkatkan pendapatan Negara untuk kemakmuran dan kesejahteraanindonesia!

DAFTAR PUSTAKA

Diakses (11 Januari 2015)

Diakses (14 Oktober 2014)


Nama   : Riza Erfandia Nidaurrizki
Kelas UJP A 2015
NIM     : 4423154466

Tidak ada komentar:

Posting Komentar