SOLUSI UNJ UNTUK PENGEMBANGAN
PARIWISATA INDONESIA
Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor
pariwisata termasuk salah satu dari sasaran program pembangunan Indonesia.
Peluang pariwisata dalam mendukung pendapatan Negara sangat besar. Namun
sayang, hingga saat ini realisasi di lapangan masih belum maksimal. Padahal,
kalau kita telaah, satu-satunya sektor pembangunan berbasis muatan lokal hanya
ada di bidang pariwisata. Melalui pariwisata, kearifan lokal, sejarah, seni dan
budaya, sumberdaya alam dan potensi ekonomi kreatif dapat dikembangkan secara
menyeluruh sehingga mendukung dalam menambah nilai pendapatan Negara.
Pariwisata dapat memberikan efek
Domino terhadap sektor-sektor lainnya. Dalam pengembangannya, pariwisata tidak
dapat berdiri sendiri. Ia membutuhkan dukungan dan kerjasama secara simultan
dari sektor-sektor lainnya agar dapat diperoleh tujuan dan hasil yang maksimal.
Artinya, pariwisata dapat memberikan efek atau pengaruh bagi sektor-sektor
lainnya. Misalnya, pariwisata membutuhkan sektor ekonomi dalam upaya
pembangunannya, membutuhkan suhu politik yang baik, membutuhkan pengembangan
sektor sosial budaya, membutuhkan situasi keamanan dalam negeri yang aman,
membutuhkan sektor pendidikan dalam meningkatkan sumberdaya manusianya,
membutuhkan sektor kesehatan dalam mengupayakan sanitasi yang baik di lokasi
pariwisata, dll.
Pemerintah sebenarnya sudah memahami
efek Domino pariwisata terhadap sektor-sektor lainnya. Maka pada INPRES RI
Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata,
telah dibahas secara mendetil bagaimana peran serta seluruh elemen
kepemerintahan dalam upaya mendukung kemajuan pariwisata Indonesia.
Masing-masing elemen memiliki tugas dan tanggungjawab yang telah diatur dalam
INPRES RI tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan pariwisata tidak
dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan satu atau dua sektor saja. Jikalau
bisa, maka tentu ini tidak akan maksimal. Sementara, mengerjakan sesuatu dengan
tidak maksimal tidak ubahnya seperti membuat kue setengah matang. Bisa
dibayangkan, berapa biaya yang akan terbuang untuk hasil yang
“setengah-setengah” ?
Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah, program pembangunan urusan pariwisata dikelompokkan
dalam program pembangunan urusan pilihan bersama dengan urusan kelautan dan
perikanan, pertanian, kehutanan, ESDM, industri, perdagangan dan transmigrasi.
Artinya, pariwisata merupakan sektor pembangunan pilihan selain pembangunan
yang bersifat wajib seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan
umum, tata ruang, dll. Karena itulah, sudah saatnya pemerintah “tidak bekerja
sendiri” melainkan turut melibatkan semua sektor kepemerintahan dan seluruh
elemen masyarakat, baik sebagai pelaku utama pariwisata, stakeholder maupun
pelaku pendukungnya.
saya melihat 5 persoalan yang di
hadapi oleh industri pariwisata Indonesia, akan saya jabarkan sebagai berikut:
Hambatan
11. Rendahnya promosi berbagai destinasi
wisata dan pengelolaan yang tidak optimal diluar Bali.
22. Masih berlaku nya trend mass
tourism.
33. Sampai saat ini sebagian besar
perbankan di Indonesia belum memahami potensi industri kreatif karena konsep
perbankan yang mengikuti permintaan pasar.
44. Industri kreatif belum sepenuhnya
terlindungi secara hukum.
55. Pemberitaan media yang berlebihan
soal negeri barbar dan suka pada kekerasan.
Maka setiap hambatan perlu dicarikan solusinya, antara lain:
Solusi
1. Perlu aturan yang mewajibkan
setiap Pemda mengelola, mengembangkan destinasi wisata dan ekonomi kreatif di daerah
masing-masing, misalnya minimal kelancaran akses menuju tempat wisata serta
pengelolaan kebersihan yang diawasi. Promosi destinasi dan pengawasan bisa
melalui Blog dan atau Sosial media (twitter/facebook). Sangat perlu ada Lomba
promosi wisata tiap daerah agar ada persaingan, dan penghargaan tingkat
nasional.
2. Ubah trend dari mass tourism
menjadi responsible tourism. Trend wisatawan cukup senang berkunjung
beramai-ramai ke suatu tempat hanya untuk sekedar berfoto, menjadi berkulit gelap
akibat mandi matahari, harus diubah. Libatkan turis dengan melihat (dan
mempelajari) museum, galeri seni, membatik, kerajinan tangan dsb, mereka
kemudian mengubah tujuannya untuk mencoba memahami budaya setempat, kemudian
menjadi suatu kebanggaan bagi para wisatawan itu sendiri. Workshop dan
kolaborasi seni menjadi bagian penting dari proses ini sehingga komunitas pun
akan tetap hidup walaupun wisatawan meninggalkan tujuan wisatanya.
3. Perbankan perlu mendampingi dan
memberikan edukasi terus-menerus kepada para pelaku usaha agar konsep ekonomi
kreatif dipahami dengan lebih baik berikut aspek hukumnya. Sehingga mereka
mampu membaca pasar, dan perbankan tidak ragu-ragu lagi memberikan pembiayaan
kepada pelaku industri kreatif di Indonesia.
4. Perlu disadari bahwa industri
kreatif sarat akan eksploitasi ide dan kekayaan intelektual. Oleh karena itu,
perlindungan hak atas kekayaan intelektual akan menjadi persoalan penting
ketika industri tersebut kian besar dan meluas. Pemerintah perlu mengantisipasi
hal-hal yang mungkin timbul dari sengketa hak atas kekayaan intelektual.
Perbankan perlu mengingatkan para pelaku usaha juga perlu sejak awal agar
mengantisipasi kemungkinan sengketa terkait dengan hal tersebut. Jangan sampai
tersandung oleh hal-hal serius yang semula dianggap sepele sehingga mengganggu
kelancaran usaha.
5. Peran media perlu menumbuhkan
keramahtamaan bangsa ini. Pariwisata hanya berkembang di negeri yang indah dan
damai. Harus ada ketegasan sanksi terhadap berita kekerasan secara terus-menerus.
Masyarakat kreatif dalam dunia pariwisata harus berbasis budaya lokal. Strategi
apapun membutuhkan dukungan pembangunan infrastruktur yang memadai. Sehingga
muncul keyakinan bahwa pengembangan wisata dan sektor kembali menjadi
penyumbang devisa terbesar ketiga bagi negeri ini.
3 program utama pengembangan
pariwisata indonesia (dokpri)
Dalam RPJMD 2014, pembangunan urusan
pariwisata dititikberatkan pada tiga program utama, yaitu :
1. Program pengembangan pemasaran
pariwisata
2. Program pengembangan destinasi
pariwisata
3. Program pengembangan kemitraan
Dengan tidak lari dari program-program yang telah
disusun oleh pemerintah, maka disini
saya ingin urun rembug, berbagi masalah dan berbagi solusi sebagai wujud
kepedulian saya terhadap potensi berkembangnya pariwisata Indonesia bukan hanya
di kancah lokal tapi juga internasional. Program Pengembangan Pemasaran
Pariwisata Kata kunci dari program ini adalah pemasaran yang dimaknai sebagai
“menjual” atau dapat diartikan secara luas “mempromosikan” pariwisata di
Indonesia baik ke tingkat lokal maupun internasional. Saat ini banyak cara
untuk melakukan promosi pariwisata. Tidak hanya sebatas berpromosi secara
offline tapi juga online. Perkembangan teknologi dan kemudahan akses berinternet
harusnya disambut dengan positif, sebab media-media tersebut yang akan
menjadikan proses promosi pariwisata lebih efektif dan efisien. Lantas, apa
saja ide-ide yang dapat disumbangkan untuk mendukung kementerian pariwisata
terkait dengan upaya program pengembangan pemasaran pariwisata Indonesia ?
a. Promosi offline
1. Gerai Wisata pembuatan pamflet,
brosur, peta wisata, dll adalah salah satu bentuk promosi yang paling mendasar.
Model pamflet dan brosur yang unik dan menarik sangat diperlukan untuk menarik
perhatian dari setiap orang yang memperoleh/membacanya. Namun, seringkali kita
terfokus hanya pada pembuatan pamflet dan brosur, tapi lemah dalam
penyebarannya. Setelah pamflet dan brosur selesai dicetak, cenderung tidak
disebarkan secara maksimal. Akibatnya, hanya menjadi onggokan kertas yang
seolah-olah “tidak berguna”. Padahal, harusnya pamflet dan brosur harus
disebarkan secara terus-menerus, agar proses pemasaran juga tidak mandeg pada
satu masa saja. Caranya ? kalau mau efektif, tentu saja penyebaran dilakukan di
tempat yang memang ramai/ banyak dikunjungi masyarakat seperti mall, tempat
wisata, bandara, stasiun ataupun terminal bis. Gerai-gerai wisata yang berisi
tentang berbagai informasi pariwisata di suatu daerah sudah saatnya diadakan di
setiap spot keramaian. Gerai wisata ini ditujukan untuk mendekatkan diri dengan
masyarakat sehingga dapat mempermudah masyarakat yang ingin melakukan
perjalanan wisata lengkap dengan estimasi akomodasi, menjadi panduan berwisata
bagi masyarakat sekaligus mempromosikan dan merekomendasikan suatu destinasi
wisata kepada masyarakat luas.
2. Sosialisasi Pariwisata
Sosialisasi pariwisata ini bertujuan untuk menyampaikan informasi “sadar
wisata” kepada seluruh lapisan masyarakat, mulai di tingkat sekolah, desa,
kecamatan sampai kabupaten dan provinsi. Materi sosialisasi meliputi tentang
bagaimana memiliki kesadaran tentang pentingnya pengembangan pariwisata di
setiap daerah. Komponennya sangat banyak dan luas, mulai dari mengenal
spot-spot pariwisata di Indonesia, peran serta aktif masyarakat dalam
mempromosikan pariwisata Indonesia, bangga dengan pariwisata lokal Indonesia
serta merencanakan wisata lokal, menyampaikan ide kreatif tentang pariwisata
Indonesia sampai bagaimana menjaga potensi wisata dengan tidak membuang sampah
sembarangan, menjaga fasilitas sanitasi yang ada, tidak mencorat-coret di
lokasi wisata, dll.
3. Pemilihan Duta Wisata Duta wisata
ini bukan hanya sekadar ajang keelokan semata, tapi juga ajang “kecerdasan”.
Cerdas dalam mendukung upaya pemerintah mengembangkan pariwisata. Diharapkan,
duta-duta wisata terpilih ini akan dapat membantu mempromosikan pariwisata
Indonesia hingga ke mancanegara.
4. Pameran Wisata Pameran wisata ini intinya
merupakan ajang untuk mendatangkan masyarakat yang ingin mengetahui lebih detil
tentang destinasi wisata serta promo-promo paket wisata. Tujuannya untuk
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan referensi wisata serta
mengajak masyarakat untuk memiliki antusiasme dalam sektor pariwisata.
b. Promosi online
1. Pembuatan website Tidak dapat
dimungkiri, internet adalah jendela dunia. Sebuah informasi yang diunggah
melalui internet akan dengan sangat cepat menyebar. Di era ini, saya harus
mengakui bahwa dengan internet upaya promosi (wisata) akan dapat lebih efektif
dan efisien. Pembuatan website resmi tentang pariwisata di Indonesia menjadi
langkah awal dalam mempromosikan pariwisata Indonesia secara online. Tentu saja
website ini harus bersifat up to date, dikemas secara menarik serta dikelola
oleh admin yang mumpuni. Tujuannya apa ? agar masyarakat yang sudah masuk ke
website merasa nyaman dan ‘akrab’. Kenapa saya bilang begitu ? sebab,
pengalaman saya masuk ke beberapa website instansi kepemerintahan (daerah)
seringkali website dalam keadaan “tidur” alias sepi bahkan tidak aktif.
Akhirnya, saya pun jadi malas untuk berinteraksi di dalamnya. Jika ini sampai
terjadi di website yang telah dibuat untuk promosi pariwisata Indonesia akan
sangat disayangkan, sebab kita tidak pernah tahu diantara para pengunjung
website adalah “calon” wisatawan yang menjadi sasaran kita.
2. Media sosial Selain website,
media sosial juga berperan penting dalam mempromosikan pariwisata Indonesia.
Media sosial disini yang saya maksud seperti facebook, twitter, path, google+,
Instagram, dll. Bedanya dengan website, media sosial ini mungkin lebih bersifat
“tidak formal”. Interaksi dengan pengunjung media sosial akan terasa lebih
bebas dan luas. Meski pada akhirnya pengunjung akan diarahkan untuk (juga)
mengunjungi website yang resmi. Selain itu, isi/materi di media sosial lebih
singkat sedangkan di website akan lebih mendetil. Jadi, memanfaatkan media
sosial adalah langkah promosi online yang tepat. Program pengembangan destinasi
pariwisata Kalau selama ini dunia hanya mengenal “Bali” atau “Jogjakarta”, maka
kini sudah saatnya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata melebarkan
sayap pariwisata Indonesia. Sebuah PR yang tidak mudah, tapi juga bukan hal
yang mustahil yaitu tentang bagaimana menjadikan Jawa Timur, Sumatera Utara,
Sulawesi, Kalimantan dan Papua serta daerah-daerah lainnya memiliki sense of
famous layaknya Bali dan Jogjakarta. Kepakkan sayap dan kembangkan destinasi
pariwisata Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Alangkah kayanya Indonesia di
sektor pariwisata jika expand of tourism dilakukan dengan maksimal. Caranya
bagaimana ? dengan FGB, yaitu Find, Get and Build.
a a. Find Temukan spot-spot pariwisata
baru di seluruh wilayah Indonesia dengan mengeksplorasi setiap potensi di
daerah. Caranya tentu saja dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat
dan menampung setiap usulan dan atau informasi dari masyarakat luas. Mengapa
ini perlu ? sebab kenyataannya, masih banyak spot pariwisata berpotensi di
Indonesia yang belum “tersentuh” secara serius oleh pemerintah, sehingga spot
seperti ini menjadi mangkrak. Sangat disayangkan
contoh spot wisata pantai yang belum
disentuh secara serius sehingga terkesan
b. Get Setelah menemukan, jangan
hanya dijadikan arsip semata tapi ditindaklanjuti dengan “mendapatkan” spot
tersebut. Mendapatkan disini yang dimaksud adalah mengunci spot pariwisata yang
telah ditemukan tadi dan bersiap untuk dieksplorasi secara bijak.
c. Build Langkah yang terakhir
adalah membangun spot pariwisata tersebut menjadi sebuah destinasi pariwisata.
Artinya apa ? kriteria-kriteria destinasi wisata harus dipenuhi, seperti
pembangunan infrastruktur, akses jalan, transportasi, sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia, sanitasi, dll. Pembangunan secara menyeluruh ini sangat
penting sebagai wujud kesiapan sebuah destinasi pariwisata untuk dipromosikan.
Dalam program membangun ini sangat dibutuhkan keseriusan pemerintah serta
kerjasama dari masyarakat (khususnya masyarakat lokal setempat) agar impian
menjadikan sebuah destinasi pariwisata yang dapat diandalkan selain “Bali” dan
“Jogjakarta” dapat diwujudkan. Program pengembangan kemitraan Seperti diulas di
awal tentang efek Domino dari sektor pariwisata. Dimana membicarakan pariwisata
maka akan berimbas pada sektor-sektor lainnya juga. Oleh sebab itu,
mengembangkan pariwisata tidak dapat dilakukan “sendiri”. Butuh kerjasama dan
dukungan dari seluruh pihak dan elemen masyarakat. Selain “berbagi tugas” di
kalangan kepemerintahan sendiri, kerjasama juga dilakukan dalam bentuk
kemitraan, dimana mereka berada di posisi sebagai stakeholder. Ada banyak
“mitra” yang dapat dirangkul oleh pemerintah (dalam hal ini kementerian
pariwisata) seperti jasa tour and travel berpengalaman, masyarakat dan potensi
usaha berbasis kearifan lokal (koperasi desa, paguyuban seni dan budaya lokal,
pengusaha-pengusaha lokal, pengrajin lokal, dll) serta yang tidak kalah
pentingnya adalah “bermitra” dengan para blogger sebagai penggiat online.
Bentuk kemitraan sangat beragam. Jika jasa tour and travel bermitra dalam
bentuk jasa layanan tiket atau paket pariwisata, koperasi desa dalam bentuk
penerapan ekonomi kreatif lokal, paguyuban seni budaya dengan kerjasama
berbentuk atraksi seni budaya lokal, pengusaha lokal sebagai “bapak angkat”
sentra industri kecil dan pengrajin lokal mendukung dengan kreatifitas serta
loyalitas mereka terhadap budaya kearifan lokal, maka wujud kemitraan dengan para
pelaku pariwisata dapat dilakukan dengan menggelar aksi lomba menulis serta
membentuk komunitas traveller (penggiat pariwisata Indonesia) yang berhubungan
langsung dengan pemerintah (kementerian pariwisata). Kemitraan ini bukan saja
hanya dipandang sebagai “upaya bisnis” tapi juga sebagai bentuk pendekatan diri
antara pemerintah (kementerian pariwisata) dengan masyarakat luas. Pada
akhirnya, dari kedekatan ini akan meningkatkan “rasa memiliki” di setiap
masyarakat. Ketika rasa memiliki sudah terpatri, maka kecintaan, kebanggaan dan
ketulusan akan tercipta dalam kerjasama di bidang pengembangan pariwisata
Indonesia ini.
Demikianlah gambaran efek Domino
dari sektor pariwisata terhadap sektor-sektor lainnya, uraian persoalan dan ide
solusi pemecahannya. Pada dasarnya, pengembangan pariwisata Indonesia tidak
dapat “berdiri sendiri”. Sudah saatnya pemerintah melalui kementerian
pariwisata menggugah hati siapa saja untuk turut serta bekerjasama dan
mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata di Indonesia.
Sebuah PR yang menjadi tanggungjawab kita bersama bahwa pariwisata di Indonesia
bukan hanya “Bali” atau “Jogjakarta” tapi masih banyak daerah lainnya yang
dapat menjadi destinasi wisata unggulan. Kita sama-sama mengupayakannya dengan
program pengembangan pemasaran, pengembangan destinasi pariwisata dan
pengembangan kemitraan. Harapannya, pariwisata Indonesia dapat lebih berkembang
luas sehingga dapat meningkatkan pendapatan Negara untuk kemakmuran dan
kesejahteraanindonesia!
DAFTAR PUSTAKA
Diakses (11 Januari 2015)
Diakses (14 Oktober 2014)
Nama : Riza Erfandia Nidaurrizki
Kelas UJP A 2015
NIM :
4423154466
Tidak ada komentar:
Posting Komentar