Memperbaiki Fasilitas Tempat Wisata
Buruknya Pariwisata Indonesia
Beragam
produk wisata bisa dikembangkan di Indonesia ini dari Panorama Alam hingga
budaya tradisional, satu daerah dengan daerah lainnya tradisi dan budayanya
berbeda, bahasanya pun berbeda dalam satu propinsi saja bisa bermacam – macam
tradisi, budaya, bahasa berbeda, jadi pengembangan wisata di Tanah air kita ini
sangat potensial karena bukan wisata asing saja yang menjadi sasaran
konsumennya wisatawan domestikpun menjadi sasaran yang potensial karena melihat
jumlah penduduk di Indonesia yang sudah diatas 245 jutaan.
Dalam
sebuah survey yang dilakukan oleh World Economic Forum yang berkedudukan di
Swiss, yang diberi nama Travel and Tourism Competitiveness Report 2009,
Indonesia menempati peringkat dunia nomor 81. Ada kenaikan satu tingkat dari
ranking tahun 2008 yaitu, 82. Negara-negara yang menduduki tiga besar
top-ranking pariwisata dunia adalah Swiss, Austria dan Jerman. Padahal jumlah
kekayaan pariwisata dan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia begitu banyak.
Negara
tetangga kita Singapura berada pada peringkat 10, sementara Malaysia nomor 32,
Thailand nomor 39 dan Brunei pada nomor 69. Negara-negara Asean yang berada
dibawah peringkat Indonesia adalah Filipina nomor 86, Vietnam nomor 89 dan
Kamboja nomor 108.
Singapura,
negara mungil yang jumlah penduduknya setara dengan Yogyakarta ternyata
memiliki Gross National Product (GNP) yang lebih tinggi daripada negara-negara
di sekitarnya seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam. GNP Singapura mencapai
95,5 miliar USD, sementara Malaysia, Filipina, dan Vietnam masing-masing
hanyalah 81,3, 78,9 dan 26,5 miliar USD. Pencapaian GNP Singapura yang cukup
memadai itu tidak terlepas dari keberhasilannya menangani sektor pariwisata.
Pariwisata di Singapura dikembangkan dalam dua jalur, masing-masing jalur
pariwisata alami (natural tourism) serta pariwisata budaya (cultural tourism);
meskipun penekanannya lebih ke pariwisata kultural. Di samping mengembangkan
pariwisata di kawasan darat (main land), Singapura sengaja membangun pulau
khusus sebagai taman rekreasi. Pulau Sentosa namanya, dibangun dan diperluas
dengan tanah yang dibeli dari Riau, Indonesia. Banyak devisa diraup oleh
pemerintah Singapura sehingga ketika tetangganya, Malaysia, Thailand dan
Indonesia meraung disambar krisis maka Singapura tenang-tenang saja.
Tidak
perlu belajar dari Singapura, yang berada diurutan 10, tetapi setidaknya kita
bisa belajar dari Malaysia. Malaysia adalah negara serumpun dengan Indonesia,
Malaysia mungkin tak terlalu unik bagi bangsa kita. Hampir tak ada jenis
kebudayaan Malaysia yang tak kita miliki. Karena hal itu pula, beberapa kali
kita harus bersitegang dengan Malaysia. Perdebatan yang akhirnya menggiring
kita untuk kembali berintrospeksi tentang kekayaan budaya yang dimiliki selama
ini.
Dengan
luas wilayah daratan dan lautan sebesar 329.750 km persegi, wilayah Malaysia
tujuh belas kali lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia. Demikian juga
dengan jumlah sumber daya manusianya yang sangat minim dari segi kuantitas
dibandingkan dengan Indonesia.
Kemajuan
dalam hal kepariwisataan Malaysia terlihat secara nyata dalam bentuk angka
kunjungan wisatawan ke negeri itu. Data Kementerian Pelancongan Malaysia
mencatat, sepanjang April 2008 saja telah tercatat sebanyak 1.760.326 wisatawan
ke Malaysia. Jumlah itu sangat fantastis jika dilihat dari rekapitulasi jumlah
wisatawan dalam empat bulan terakhir selama tahun 2008 (Januari-April) yang mencapai
angka 7.102.617 orang. Jumlah itu meningkat sebesar 0,8 persen dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Padahal, musim liburan baru akan dimulai pada
akhir Juni sampai Juli mendatang. Sepanjang tahun 2008 ini, Malaysia telah
menargetkan kedatangan wisatawan asing sebanyak 22,5 juta orang.
Ironisnya,
wisatawan dari Indonesia menempati urutan kedua yang telah menyumbang devisa
bagi negara jiran ini setelah Singapura. Jumlah wisatawan Indonesia ke Malaysia
rentang Januari-April 2008 tercatat sebanyak 697.339 orang. Wisatawan Indonesia
ke Malaysia berada di peringkat kedua pada satu tahun terakhir, menggeser
kedudukan wisatawan Thailand. Bahkan, Kementerian Pelancongan Malaysia
menargetkan wisatawan Indonesia sebanyak 2 juta orang sepanjang tahun ini. Miriskan...!!!!!!!!!!!Orang
Indonesia lebih suka melancong ke negara lain dibandingkan berpelancong ke
negara sendiri.
Malaysia
sendiri sangat konsen membangun pariwisatanya. Ini terlihat dari seringnya
mereka mengikuti berbagai event berskala internasional sengaja digelar untuk
menarik minat wisatawan asing ke Malaysia. Keadaan itu didukung oleh keadaan
keamanan yang stabil serta mudahnya aksesibilitas penerbangan ke Malaysia.
Keseriusan
pemerintah Malaysia dalam menggenjot angka kunjungan wisata itu berbeda jauh
dengan Indonesia yang sama-sama menetapkan tahun ini sebagai tahun kunjungan
wisata. Jangan dulu bangga kalau Indonesia memiliki Pulau Bali sebagai tujuan
wisata paling eksotis di dunia karena angka statistik justru berkata lain.
Sepanjang tahun 2007 lalu, tercatat hanya sekitar 5,5 juta wisatawan asing yang
datang ke Indonesia. Jika Malaysia menetapkan target 22,5 juta wisatawan selama
tahun 2008, Indonesia hanya mematok angka 7 juta! Atau setara dengan jumlah
wisatawan asing ke Malaysia dalam empat bulan terakhir tahun ini.
Untuk
tahun 2009 ini Depbudpar hanya mampu memenuhi target wisatawan sejumlah 6,5
juta wisman saja. Dan Depbudpar bersama stakeholder pariwisata menetapkan
target jumlah kunjungan wisman dalam lima tahun mendatang adalah 7 juta wisman
(tahun 2010), 7,7 juta wisman (tahun 2011), 8,5 juta wisman (tahun 2012,) 9,3
juta wisman (tahun 2013), dan 10,3 juta (tahun 2014). Hanya segitu saja yang
ditargetkan oleh Depbudpar. Jauh sekali jika dibandingkan dengan Malaysia sudah
menargetkan 22,5 juta wisatawan selama tahun 2008.
Saat ini Malaysia
yang berpenduduk 25 juta jiwa mampu mendatangkan 20 juta turis. Logikanya
Indonesia dengan 245 juta penduduk, harus mampu mendatangkan 200 juta
wisatawan. Masak gak bisa sih?????
Untuk itu
Indonesia tak perlu malu dalam belajar meninggatkan dan memperbaiki
pariwisatanya dari negara lain walaupun juga harus belajar dari negara tetangga
sendiri. Salah satu contoh yang bisa kita pelajari dari Malaysia adalah program
promosi pariwisata Malaysia yang cukup meriah dan menghabiskan anggaran cukup
besar adalah program "Mega Familiarisation" (Mega Fam) untuk event
"Colours of Malaysia" yang semula dikenal dengan nama Citrawarna
Malaysia. Dalam program ini, sebanyak 675 orang perwakilan jurnalis dan agen
wisata dari 45 negara di dunia dikumpulkan di Dataran Perdana Putrajaya, 30 km
sebelah selatan Kuala Lumpur, untuk menyaksikan secara langsung acara
"Colours of Malaysia".
Tak
kurang dari 50.000 penonton menyaksikan langsung pertunjukan ini di Putrajaya.
Malaysia sengaja menyediakan shuttle bus gratis dari berbagai tempat menuju
tempat pertunjukan "Colours of Malaysia" di Putrajaya. Kota pusat
pemerintahan Malaysia ini pun digubah menjadi sangat indah dengan tampilan
artistik di setiap sudutnya.
Wow
Amazingkan. Malaysia mau mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mengembangkan
pariwisatanya dan tidak takut rugi untuk itu. Karena dilihat dari hasilnya
yaitu jumlah wisman yang datang ke Malaysia mencapai 22 juta orang.
Ini
merupakan salah satu pelajaran berharga yang harus mau dipelajari oleh
Indonesia untuk meningkatkan pariwisatanya agar mampu menaikkan jumlah devisa
negara, gak ada ruginya untuk mengeluarkan dana yang cukup besar tetapi nanti
akan dapat yang lebih besar lagi.
Beberapa Permasalahan
Tentang Buruknya Fasilitas
1.Permasalahan Di Bandung
“Kendala
utama yakni kecilnya kapasitas bandara Husein Sastranegara sebagai pintu masuk
wisatawan. Bandara tidak mendukung pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara ke
Jabar,” ucapnya kepada Bisnis, Senin (30/12 Bisnis.jabar.com, BANDUNG -
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jawa Barat meminta pemerintah provinsi
Jabar untuk memerbaiki seluruh kendala pariwisata Jabar pada 2014 unutk
meningkatkan jumlah wisatawan ke Jabar .
Ketua
BPPD Jabar Cecep Rukmana mengatakan kendala yang menjadi penghambat pertumbuhan
jumlah wisatawan ke Jabar yakni buruknya infrastruktur, seperti bandara, jalan,
hingga fasilitas di dalam tempat wisata.
Menurutnya,
kecilnya kapasitas bandara Husein Sastranegara tidak mendukung pertumbuhan
jumlah wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selain masalah kapasitas,
tingkat kenyamanan bandara pun dinilai buruk sehingga dapat membuat wisatawan
enggan berkunjung ke Jabar.
).
Masalah
infrastruktur lainnnya yakni kondisi banyak ruas jalan di Jabar yang rusak.
Padahal tahun depan BPPD Jabar berencana melakukan diferensiasi tujuan wisata
dengan mempromosikan beberapa wilayah yang belum tergali.
“Kami
melihat para wisatawan sudah mulai jenuh dengan wisata belaja di Bandung
sehingga kami harus membuat variasi tujuan wisata dengan mempromosikan
daerah-daerah selain Bandung,” katanya.
Cecep
menambahkan diferensiasi tujuan wisata tersebut dengan mengembangkan wisata
pegunungan dan olahraga air di Jabar. Objek wisatawan yang dinilai berpotensi
menarik wisatawan mancanegara yakni diantaranya arung jeram di Sukabumi dan
Gunung Papandayan di Harut.
Namun
Cecep menilai banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengembangkan wisata
di beberapa wilayah di Jabar. Tantangan tersebar, katanya, adalah kondisi jalan
menuju tempat wisata yang rusak.
“Kami
minta perbaikan jalan ini sudah dilakukan pemprov Jabar paling lambat
pertengahan 2014 sehingga kami dapat segera mempromosikan potensi wisata di
berbagai daerah,” katanya.
Pada
2014, BPPD Jabar berencana membidik pasar wisatawan China serta meningkatkan
pasar wisatawan dari Singapura dan Malaysia. (k10/ija)
2.Permasalahan di Pulau Karimun
Ketika Sabtu (02/01) pagi saya iseng menulis status di facebook
begini, "Bagi masyarakat Karimun dan sekitarnya, berlibur --akhir
tahun-- ke negeri tetangga, tidak sekadar sok ke Luar Negeri yang sesungguhnya
menguras devisa negara juga tapi selain jaraknya yang dekat juga ada rasa aman
dan nyaman. Sudah saatnya pemerintah menciptakan rasa aman dan nyaman juga jika
berlibur di dalam negeri. Dan trevel-trevel dalam negeri harus pula gencar
mempromosikan tour dalam negeri untuk para pencinta wisata itu," ternyata
dari pagi hingga siang, sambutan komentar dari para teman sangat beragam.
Pokoknya sangat antusias mereka mengomentari perihal kurangnya orang kita
berwisata di negeri sendiri karena lebih memilih ke luar negeri.
Di komentar-komentar itu muncul berbagai pernyataan kekecewaan
menyaksikan buruknya fasilitas umum di lokasi-lokasi wisata kita, khususnya di
Karimun. Karimun yang jaraknya sangat berdekatan dengan Singapura dan Malaysia,
ternyata tidak mampu mendatangkan wisata dari dua negara itu secara signifikan
ke negeri berazam ini. Bahkan aneka komentar itu juga menyentil rendahnya minat
wisatawan lokal (daerah sendiri) untuk mengunjungi lokasi wisata kita sendiri.
Ada juga yang jujur mengakui bahwa fasilitas pendukung kepariwisataan kita
memang masih sangat kurang. Intinya betapa masih minimnya kunjungan turis ke
daerah kita.
Apakah obyek wisata kurang jumlahnya, atau kurang menariknya,
baik bagi warga kita maupun bagi warga negara Asing? Ternyata tidak. Untuk
Provinsi Kepri hampir di semua kabupaten terdapat banyak obyek wisata yang
sangat menjanjikan. Saat ini, baru Bintan yang sudah tampil agak meyakinkan dan
ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara selain Kota Batam. Dengan fasilitas
yang agak lengkap di Lagoi, para turis asing memang cukup ramai datang ke sana.
Salain Lagoi ada juga Pantai Trikora serta beberapa obyek wisata lainnya. Yang
pasti, pengelolaan yang lebih apik oleh investor bersama pemerintahnya, telah
menjadikan wisata Lagoi dan lainnya di Bintan menjadi lebih baik.
Tentang Batam? Batam pun begitu juga dengan kelengkapan yang
sudah dipersiapkannya di Kota yang menamakan drinya Kota Madani itu. Dan tidak
heran, dua daerah ini menempati tempat teratas jumlah pengunjung turisnya di
Provinsi Kepri. Daerah-daerah lainnya seperti Karimun, Natuna, Anambas, Lingga
dan Tanjungpinang sebagai Ibu Kota Provinsi, bukan tidak ada obyek wisata yang
hebat-hebatnya. Justeru yang tidak hebat itu adalah fasiltas umum dan
pelayanannya.
Selain di Pulau Moro atau Kundur Kembali ke Karmun, tidak kurang
40-an obyek wisata yang ada di kabupaten pemekaran ini. Obyek-obyek wsata itu
sudah dibeberkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karimun di website Pemda
Karimun. Semua obyek wisata itu dapat ditelusuri di alamat http://kab-karimun.go.id/index.php/info-tempat-wisata yang merupakan website resmi Pemda
Karimun. Ternyata begitu banyaknya obyek wisata yang perlu ditawarkan ke para
turis, terutama dari manca negara. Di Pulau Buru ada masjid tertua kedua
provinsi, Masjid Besar Raja Abdul Gani. Ada juga sumber air panas, makam orang
kuat. Bahwa obyek-obyek wisata itu belum terkelola dengan baik, itulah
sebenarnya masalah utamanya.
juga ada obyek wisata di pulau-pulau lainnya. Di Moro ada pantai
Air Dagang, Pantai Moro dan ada pula Pantai Telunas yang sudah terkenal ke
manca negara di Pulau Sugi, Moro. Pokok eprsoalan dari semua obyek wisata itu
adalah fasilitas pendukungnya. Seperti di Pulau Karimun, Ibu Kota Kabupaten,
fasilitas umumnya sangat menyedihkan.
Jika kita ke Pantai Pongkar (Tebing) atau ke Pantai Pelawan
(Meral) kita akan melihat pantai yang tidak kalah indahnya dengan pantai-panta
yang sudah terkenal di luar sana. Tapi jangan tanya musolla yang bagus (bersih,
terawat, air cukup, dll) di lokasi wisata. Jika ada musolla seperti di Pantai
Pelawan, sangat menyedihkan ketika kita akan solat. Di Bongkar malah harus
solat jauh keluar untuk numpang di masjid masyarakat. Begitu jua keadaan di
lokasi wisata Coastal Area. Walaupun miliaran rupiah sudah ditanam di pantai
yang dulu bernama Tanjung Gelam itu, tapi untuk sebuah musolla yang
representatif sebagai kebutuhan wisatawan, ternyata tidak ada.
Begitu pula untuk bidang pelayanan. Kita belum tahu siapa atau
perusahaan trevel mana yang sudah menyediakan pemandu wisata di Karimun seperti
yang sudah disediakan negara tetangga sana. Untuk mempromosikan dan menjelaskan
40-an obyek wisata itu tentu deperlukan orang yang mengerti dan mampu
menjelaskannya kepada wisatwan. Tapi siapa? Tentu Dinas Pariwisata. Selama ini
sudah bekerja dan melaksanakan tugasnya. Hanya masih jauh dari harapan. Jika
kunjungan wisatawan diinginkan lebih ramai, Pemerintah perlu segera menggandeng
swasta (investor) untuk ikut serta. Pemerintah saja jelas tidak akan kuat. Ayo,
mari bersama kita dukung dan majukan pariwisata daerah kita agar fasiltasnya
lengkap dan tidak terus-menerus menyedihkan.***
3.Permasalahan di Pulau Anambas
Sejumlah tempat wisata di Kepulauan Anambas memang memikat
pelancong. Sayangnya, pemerintah daerah terkesan belum serius mengelola sektor
pariwisata. Infrastruktur di sejumlah lokasi wisatanya masih buruk, bahkan
minim fasilitas umum.
Seperti lokasi wisata air terjun Temburun yang berada di Desa
Temburun, Kecamatan Siantan Selatan. Selain akses jalur darat yang masih sangat
sulit untuk dilalui, fasilitas lainnya seperti WC juga tidak terawat, dan
bahkan dibiarkan begitu saja menjadi bangunan yang terkesan mistis.
"Alamak, nggak ada lagi WC lain, Bang? Masa kayak gini WC
di sini? Jangan salahkan kami kalau buang air sembarangan," kata Bowo,
pelancong dari Jakarta, kepada BATAMTODAY.COM di Desa Temburun, Kamis
(5/3/2015).
Hal serupa juga disampaikan Herfa, warga Desa Tarempa Timur,
Kecamtan Siantan. Menurutnya WC di tempat wisata seperti ini seharusnya
terawat, sehingga para wisatawan lokal maupun asing tidak perlu bingung untuk
buang air.
"Ini nggak, sudahlah WC-nya tak ada air, angker pula
tuh," ujar Herfa.
Minimnya fasilitas ini juga terdapat di beberapa lokasi wisata
lainnya seperti Pulau Durai. Air Terjun Neraja yang berada di Kecamatan Jemaja
Timur ini juga tidak terdapat WC yang memadai sehingga beberapa pengunjung
lebih memilih tempat sekitar yang aman untuk buang air.
"Kalau tak ada WC, mau gimana lagi. Yaa terpaksalah di
semak-semak dulu, atau di batu-batu ini," ujar Herfa.
Sementara hingga Kamis petang pukul 18.32 WIB, Kepala Dinas
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Anambas, Iwan K Roni,tidak
dapat dikonfirmasi dikarenakan sedang menjalankan dinas luar. "Sedang
dinas luar, Bang," ujar salah seorang staf di dinas tersebut.
Solusi
Sudah waktunya diprioritaskan pengadaan fasilitas umum seperti
WC, musolla, kamar mandi, dll di titik-titik lokasi wisata kita. Kurangnya
kunjungan, baik oleh wisatawan dalam negeri (daerah) sendiri maupun dari luar
negeri, sudah diketahui umum. Penyebabnya adalah karena kita memang belum bisa
melengkapkan berbagai fasiltas pokok dan bersifat umum itu. Selain itu,
kebutuhan pendukung lainnya juga belum sebagaimana harapan.
Adanya gotong royong dari semua
pihak dapat memperbaiki fasilitas yang buruk sehingga dapat memajukan
pariwisata Indonesia di mata dunia internasional.
Daftar Pustaka
http://www.kompasiana.com/nanaarif/buruknya-pariwisata-indonesia_54ff4602a33311ad4c50fa13
http://batamtoday.com/berita54537-Lokasi-Wisata-di-Anambas-Minim-Infrastruktur-dan-Fasum-Buruk.html
http://www.kompasiana.com/nanaarif/buruknya-pariwisata-indonesia_54ff4602a33311ad4c50fa13
Kelas A - Farah Aulia