Folklore Asal-usul Telaga Pasir Sarangan
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayatnya kepada penulis , hanya kepada-Nya syukur
diucapkan atas selesainya Tugas mata kuliah Sejarah Indonesia mengenai Folklore
Indonesia dengan judul “ Folklore
asal-usul Telaga Pasir Sarangan”. Makalah ini dibuat dalam untuk memenuhi
tugas 3 mata kuliah Sejarah Indonesia. Dalam proses pembuatan tugas ini penulis
mengakui bahwa banyak kesulitan yang dihadapi dalam penulisan, tetapi factor
kesulitan itu lebih banyak datang dari sendiri. Semua keberhasilan yang dicapai
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses penyelesaian tugas mata
kuliah Sejarah Indonesia ini, terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
memberi dukungan dan samngat, kepada seluruh pengajar dan staf di Prodi Usaha
Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta terutama kepada Bapak Shobierien
selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan mengajarkan penulis
selama ini. Penulis mengakui masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tugas
ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran agar
kedepannya dapat membuat tugas yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan memberikan informasi
lebih.
Jakarta, 30 Desember 2015
Penyusun
A. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki
beragam budaya dan tradisi yang sejak awal sudah ada, banyak mitos-mitos yang
ada di Indonesia ini yang terkadang jika di kaitkan dengan nalar semua kurang
masuk akal, namun itulah Indonesia dengan berbagai keunikan dan keanehannya. Dengan
berbagai budaya yang dimiliki Indonesia kaya akan kebudayaan dan tidak akan
pernah kehabisan kebudayaan, karena terdiri dari pulau yang banyak, suku yang
banyak dan bahasa yang berbeda dari setiap daerah menjadikan masing-masing
daerah punya kebudayaannya sendiri
Salah satu yang
dimiliki Indonesia adalah Folklore Kata folklor merupakan pengindonesiaan dari
kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang berasal dari dua kata folk dan lore. Kata folk sama
artinya dengan kolektif atau kebersamaan. Menurut Alan Dudes (dalam James
Danandjaja, 2007) folk diartikan
sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan
sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri itu
bisa berupa; warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, bahasa, taraf
pendidikan, dan agama. Sementara kata lore merupakan tradisi yang diwariskan
secara turun temurun. Jadi, folklore adalah
tradisi kolektif sebuh bangsa yang disebarkan secara lisan, diwariskan turun
temurun. Sedangakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, folklor adalah
adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun
temurun, tetapi tidak dibukukan. Folklore yang meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan
kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau
kelompok.
Folklore juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi
sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang mempelajari
folklor disebut folkloristika. Istilah filklor berasal dari bahasa Inggris,
folklore, yang pertama kali
dikemukakan oleh sejarawan Inggris William Thoms dalam sebuah surat yang diterbitkan
oleh London Journal pada tahun 1846. Folklor berkaitan erat dengan mitologi.
Ciri-ciri Folklore:
- Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara
lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut.
- Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam
bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
- Folklor ada (exis) dalam versi-versi bahkan
varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya
dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman,
sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi
(interpolation).
- Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah
tidak diketahui orang lagi.
- Folkor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola,
dan selalu menggunakan kata-kata klise.
- Folklor mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik,
pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
- Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika
sendiri yang tidak sesuai logika umum. Ciri pengenalan ini terutama
berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
- Folklor menjadi milik bersama (collective) dari
kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang
pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang
bersangkutan merasa memilikinya.
- Folklor pada umumnya bersifar polos dan lugu, sehingga
seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti
apabila mengingat bahwa banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia
yang paling jujur manisfestasinya.
Jika berbicara cerita pasti
diantara kita pernah bercerita dan pasti kita semua pernah mendengar
cerita-cerita sewaktu kita kecil, mungkin ada yang sering diceritakan tentang
dongeng luar negeri atau tentang dongeng Indonesia. Kalau saya lebih menyukai
dongeng Indonesia karena banyak pengetahuan yand di dapat dari membaca dan
mendengarkan dongeng Indonesia. Cerita ini sebelumnya belum pernah saya dengar
dan saya baca sewaktu saya kecil, karena sekarang saya kuliah di jurusan
Pariwisata jadi saya ingin belajar mengenai tempat-tempat yang ada di Indonesia
dengan semua kebudayaannya. Saya sangat suka dengan kebudayaan Jawa karena saya
berasal dari suku Jawa. Kalau ditanya mengapa suka budaya Jawa karena sewaktu
kecil saya sering mendengar dongeng-dongeng yang berasal dari Jawa. Dalam tugas
Folklore ini saya memilih Telaga Pasir Sarangan yang terletak di Magetan, Jawa
Tengah untuk di jadikan bahan tugas saya. Karena ceritanya meanrik dan membuat
saya berfikir apakah benar terjadi seperti itu di zaman dahulu. Untuk melihat
keseruan cerita ini mari kita sama-sama simak cerita mengenai asal-usul Telaga
Pasir Sarangan
B. PEMBAHASAN
Pembahasan yang akan di bahas adalah mengenai Telaga
Pasir Sarangan yang menyimpan cerita-cerita unik menenai asal-usulnya.
1. Lokasi
Telaga Pasir Sarangan
Kabupaten
Magetan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Magetan. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Ngawi di utara, Kota Madiun dan Kabupaten Madiun di timur,Kabupaten Ponorogo, serta Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri (keduanya termasuk provinsi Jawa Tengah).
Telaga Sarangan, juga
dikenal sebagai Telaga Pasir
salah satu objek wisata yang bisa dikunjungi jika berkunjung ke Magetan, Jawa
Timur. Telaga Pasir Sarangan adalah telaga alami
yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut dan terletak di
lereng Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan,
Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Telaga ini berjarak sekitar 16 kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini luasnya sekitar 30
hektare dan berkedalaman 28 meter. Dengan suhu udara antara 15 hingga 20
derajat Celsius, Telaga Sarangan mampu menarik
ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya.
Tempatnya yang indah, sejuk juga
menjadi lokasi favorite bagi para wisatawan dan Telaga Pasir Sarangan juga
sangat cocok di kunjungi saat liburan bersama keluarga Berdasarkan informasi yang
didapat dari petugas setempat, ditambah info dari tokoh dan wan warga setempat,
nama lain dari Telaga Sarangan adalah Telaga Pasir. Hal ini karena berkaitan
dengan cerita asal mula Telaga Sarangan.
2. Cerita Asal-usul Telaga
Pasir Sarangan
Telaga Pasir atau yang lebih dikenal Telaga Sarangan adalah
salah satu obyek wisata air di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga seluas 30
hektar dengan kedalaman 30 meter ini tepatnya berada di kaki Gunung Lawu,
Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan atau sekitar 18 kilometer arah barat Kota
Magetan. Menurut cerita, awalnya telaga ini berupa ladang milik seorang petani
bernama Kyai Pasir. Suatu ketika, terjadi sebuah peristiwa yang menimpa Kyai
Pasir dan istrinya yang mengakibatkan ladang mereka berubah menjadi telaga.
Peristiwa apakah itu? Temukan jawabannya dalam cerita Legenda Telaga Pasir
berikut ini!
* * *
Di suatu tempat di kaki Gunung Lawu, Magetan, hiduplah
sepasang suami istri bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Mereka tinggal di
sebuah gubuk di tepi hutan. Meskipun hanya terbuat dari kayu dan beratapkan
dedaunan, gubuk mungil itu sudah cukup aman bagi Kyai Pasir dan istri
tercintanya dari gangguan binatang liar. Dinding gubuk itu terdiri dari susunan
kulit kayu yang diikatkan pada tiang kayu dengan menggunakan rotan. Di antara
dinding-dinding kayu itu diberi sedikit celah sebagai ventilasi sehingga udara
segar dapat keluar dan masuk ke dalam gubuk.
Pekerjaan sehari-hari Kyai Pasir adalah petani ladang. Dari
hasil ladang itulah ia dan istrinya dapat bertahan hidup, walaupun hanya
pas-pasan. Ladang milik Kyai Pasir terletak di tepi hutan, tidak jauh dari
tempat tinggalnya. Suatu hari, lelaki tua yang sudah mulai renta itu berangkat
ke ladang dengan membawa kapak. Ia bermaksud membabat hutan untuk membuat
ladang baru di dekat ladang miliknya. Ketika hendak menebang salah satu pohon
besar, tiba-tiba Kyai Pasir melihat sebutir telur besar berwarna putih
tergeletak di bawah pohon itu.
“Hai, telur binatang apa itu?” gumamnya dengan heran.
Kyai Pasir amat penasaran terhadap telur besar itu. Ia pun
mengambil telur itu seraya mengamatinya dengan seksama.
“Ah, tidak mungkin ini telur ayam. Mana ada ayam berkeliaran
di tempat ini?” Kyai Pasir kembali bergumam, “Lagi pula, telur ini lebih besar
dari telur ayam.”
Kyai Pasir tidak mau pusing memikirkan itu telur binatang
apa. Baginya, telur itu adalah lauk yang enak jika dimasak. Oleh karena itu, ia
hendak membawa pulang telur itu untuk lauk makan siang bersama istrinya di
rumah. Ketika hari menjelang siang, ia pun membawa pulang sambil telur itu dan
menyerahkannya kepada istrinya.
“Bu, tolong masak telur itu untuk makan siang kita!” ujar
Kyai Pasir.
“Wah, besar sekali telur ini. Baru kali ini aku melihat
telur sebesar ini,” ujar Nyai Pasir dengan heran saat menerima telur itu, “Dari
mana telur ini, Pak?”
Kyai Pasir pun menceritakan bagaimana ia menemukan telur
itu. Setelah itu, ia kembali meminta istrinya agar segera memasak telur itu
karena sudah kelaparan. Ia juga sudah tidak sabar ingin segera menyantap telur
itu. Namun, sang istri masih saja terus bertanya kepadanya mengenai telur itu.
“Ini telur binatang apa, Pak?” tanya Nyai Pasir.
“Sudahlah, Bu. Tidak usah banyak tanya!” ujar Kyai Pasir
mulai kesal. “Cepatlah kamu masak telur itu, perutku sudah keroncongan!”
Nyai Pasir pun cepat-cepat membawa telur itu ke dapur untuk
dimasak. Sambil menunggu telur matang, Kyai Pasir merebahkan tubuh sejenak
karena kecapaian. Tak berapa lama kemudian, istrinya pun selesai memasak.
“Pak, hidangan makan siang sudah siap. Mari, makan dulu!”
ajak Nyai Pasir.
Kyai Pasir pun beranjak dari tidurnya. Ia bersama istrinya
segera menyantap telur itu dengan lahap. Telur rebus tersebut mereka bagi dua
sama rata. Usai makan siang, Kyai Pasir kembali ke hutan untuk melanjutkan
pekerjaannya. Di tengah perjalanan, ia masih merasakan nikmatnya telur rebus
tadi. Namun, ketika ia sampai di ladang, tiba-tiba sekujur tubuhnya terasa
sakit, panas, dan kaku. Matanya pun mulai berkunang-kunang dan sekujur tubuhnya
dibasahi keringat dingin. Ia pun merintih kesakitan.
“Aduh, kenapa tiba-tiba seluruh tubuhku sakit begini,” ratap
Kyai Pasir.
Semakin lama, rasa sakit di tubuhnya semakin menjadi-jadi.
Kyai Pasir pun tidak mampu menahan rasa sakit itu sehingga rebah ke tanah dan
berguling-guling ke sana kemari. Selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba
seluruh tubuhnya berubah menjadi seekor ular naga yang besar. Sungutnya amat
tajam dan keras. Wujudnya pun amat mengerikan. Kyai Pasir yang telah menjelma
menjadi seekor naga jantan itu terus berguling-guling tanpa henti.
Pada saat yang bersamaan, Nyai Pasir yang berada di rumah
juga mengalami nasib yang sama. Rupanya, telur yang telah mereka tadi adalah
telur naga. Nyai Pasir yang merasa sekujur tubuhnya terasa sakit segera berlari
ke ladang untuk meminta tolong kepada Kyai Pasir. Alangkah terkejutnya ia saat
tiba di ladang. Ia mendapati suaminya telah berubah menjadi naga yang
menakutkan. Ia pun hendak melarikan karena ketakutan. Namun karena tidak
sanggup lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, istri Kyai Pasir itu pun
rebah dan berguling-guling di tanah. Tak lama kemudian, seluruh tubuhnya
ditumbuhi sisik hingga akhirnya berubah menjadi seekor naga betina.
Kedua naga itu berguling-guling sehingga tanah di sekitarnya
berserakan dan membentuk cekungan seperti habis digali. Lama-kelamaan, cekungan
tanah itu semakin luas dan dalam. Setelah itu, muncullah semburan air yang amat
deras dari dasar cekungan tanah itu. Semakin lama semburan air itu semakin
deras sehingga cekungan itu dipenuhi air dan berubah menjadi telaga.
Oleh masyarakat setempat, telaga itu dinamakan Telaga Pasir
yaitu diambil dari nama Kyai dan Nyai Pasir. Namun, karena lokasinya berada di
Kelurahan Sarangan sehingga telaga ini biasa juga disebut Telaga Sarangan.
***
Cerita Legenda Telaga Pasir dari daerah Jawa Timur.
Hingga saat ini, legenda ini masih digemari oleh masyarakat Jawa Timur,
khususnya masyarakat Magetan. Kini, Telaga Pasir atau Sarangan ini menjadi
salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Magetan.
Banyak perbedaan versi cerita tentang asal-usul terbentuknya
Telaga Sarangan, selain cerita diatas ada cerita lain yang dikisahkan,
Berikut cerita dengan versi berbeda dengan cerita yang
sebelumnya
Menurut penduduk setempat mereka sering menyebut
Telaga Sarangan sebagai Telaga Pasir. Pulau yang ada di tengah telaga tersebut
adalah tempat bersemayamnya roh leluhur pencipta Telaga Sarangan, yaitu Kyai
Pasir dan Nyai pasir. Bisa disebut sebagai Telaga Pasir karena menurut legenda
hingga sampai detik ini masih dipercayai oleh masyarakat sekitar telaga
tersebut bahwa terbentuknya telaga tersebut berasal dari cerita sepasang suami
istri yang bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir.
Pasangan ini bertahun-tahun hidup berdampingan
tetapi belum dikaruniai seorang anak pun. Lalu untuk mewujudkan agar pasangan
ini mendapatkan keturunan, Kyai dan Nyai Pasir bersemedi dan memohon kepada
Sang Hyang Widhi. Setelah mereka melakukan semedinya itu akhirmya mereka pun
mendapatkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Joko Lelung. Agar keluarga
itu bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, sehari-hari mereka bercocok tanam dan
berburu. Karena menurut mereka pekerjaan yang di kerjakan itu sangatlah berat,
maka pasangan ini memutuskan untuk bersemedi lagi untuk memohon kesehatan dan
panjang umur kepada Sang Hyang Widhi.
Dalam semedinya kali itu, pasangan suami tersebut
mendapatkan wasiat agar keinginannya bisa terwujud, pasangan ini harus dapat
menemukan dan memakan telur yang ada didekat ladang mereka. Akhirnya pasangan
suami istri itu berhasil menemukan telur itu dan langsung di bawa pulang dan
memasaknya. Lalu telur yang sudah matang itu dibagi untuk keduanya . setelah
memakannya pasangan itu merasakan panas dan gatal di seluruh tubuhnya setelah
ia pergi ke ladangnya. Pasangan suami itu terus menggaruk tubuhnya yang terasa
gatal hingga menimbulkan luka lecet di seluruh tubuh mereka. Lama kelamaan
keduanya berubah menjadi ular naga yang sangat besar. Lalu kedua ular tersebut
berguling-guling di pasir sehingga menimbulkan cekungan yang kemudian
mengeluarkan air yang sangat deras dan menggenamgi cekungan yang di buat oleh
ular naga tersebut.
Akhirnya pasangan tersebut menyadari kemampuan yang
mereka miliki, mereka berniat untuk membuat cekungan yang banyak untuk
menenggelamkan Gunung Lawu. Mengetahui kedua orang tuanya tiba-tiba berubah
menjadi naga dan memiliki niat yang buruk, maka anaknya yaitu Joko Lelung pun
juga bersemedi memohon agar niat kedua orang tuanya tersebut dapat digagalkan,
dan semedi Joko Lelung pun diterima oleh Hyang Widhi. Saat keduan orang tuanya
sedang berguling-guling membuat cekungan baru, lalu timbul wahyu kesadaran agar
Kyai dan Nyai Pasir mengurungkan niat mereka untuk menenggelamkan Gunung Lawu.
C. PENJELASAN
Dari dua cerita diatas mempunya jalan yang cerita yang berbeda, dalam cerita yang pertama di jelaskan bahwa yang kyai pasir tidak sengaja menemukan terur dan pada cerita pertama juga tidak di ceritakan bahwa Kyai Pasir dan Nyai Pasir mempunyai anak, namun pada cerita kedua dijelaskan bahwa Kyai Pasir dan Nyai Pasir mempunyai anak dan telur yang menyebabkan mereka bersua menjadi sepasang naga karena adanya wasiat agar keinginannya terwujud
Dari dua cerita diatas mempunya jalan yang cerita yang berbeda, dalam cerita yang pertama di jelaskan bahwa yang kyai pasir tidak sengaja menemukan terur dan pada cerita pertama juga tidak di ceritakan bahwa Kyai Pasir dan Nyai Pasir mempunyai anak, namun pada cerita kedua dijelaskan bahwa Kyai Pasir dan Nyai Pasir mempunyai anak dan telur yang menyebabkan mereka bersua menjadi sepasang naga karena adanya wasiat agar keinginannya terwujud
Perbedaan cerita diatas memang tidak diketahui asalnya
mana yang benar-benar terjadi dan mana yang hanya karangan, mungkin saja
keduanya memang hanya mitos, namun kita tidak bisa memutusakan apakah keduanya
benar hanya mitos atau memang pernah terjadi.
Karena Zaman dahulu cerita ynag disampaikan hanya
menggunakan lisan dan belum ada media seperti buku atau cara penyampaian
menggunakan tulisan. Jadi jika ada satu penyampai yang salah menyampaikan
informasi akan berdampak seperti cerita diatas memiliki versi yang
berbeda-beda.
Namun semua cerita yang disampaikan ada kegunaanya
dan mengandung nilai budaya tersendiri, cerita-cerita rakyat seperti ini bisa
dijadikan bahan pengenalan kepada anak-anak yang ingin dan belum mengetahui
asal mula atau sejarah suatu tempat dengan cara mendengarkan atau membaca cerita
seperti Asal Mula Telaga Pasir Sarangan dapat mempermudah dalam pemahaman,
namun harus dijelaskan bahwa cerita-cerita yang dibaca belum tentu benar dan
nyata karena anak-anak mudah sekali percaya jika mereka tidak di beri pemahaman
mungkin mereka akan takut untuk datang ke Telaga Pasir Sarangan atau ke tempat
lainnya yang mempunyai cerita yang sama karena membaca cerita-cerita tersebut.
Mungkin ada yang takut dengan naga atau jika mereka benar-benar menemukan telur
yang padahal telur tersebut belum tentu telur yang sama seperti yang
diceritakan akan memberi asumsi negative pada pemikiran mereka dan mereka
enggan untuk datang lagi.
Di setiap cerita pasti ada pesan-pesannya
tersendiri, setiap yang kita tulis atau kita lihat dan kita dengar semua pasti bertujuan
baik untuk memberikan pesan-pesan moral, adapun pesan moral yang dapat
dipetik dari cerita legenda di atas adalah bahwa hendaknya kita lebih
berhati-hati dan lebih teliti sebelum mengambil sesuatu yang belum kita ketahui
asal usulnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan selalu
bertanya terlebih dahulu serta menelususri apakah itu semua benar atau hanya
jebakan untuk diri kita sendiri.
Selain itu juga ada cerita
mistis dari setiap tempat-tempat, cerita mistis juga dimiliki oleh Telaga Pasir
Sarangan, Cerita
misteri masih berlanjut, datang dari pulau kecil di tengah Telaga Pasir. Konon
pulau tersebut dijadikan sebagai tempat berdoa dan memohon sesuatu dan bahkan
sampai memberikan berupa tumbal untuk apa yang diinginkan dan juga terdapat
sebuah makam dari tokoh agama yang bernama Syech Muhdur.
Menurut ekpedisi Sholeh Pati dalam acara Mr tukul jalan-jalan. Pada telaga Sarangan terdapat dua penunggu gaib yang berwujud naga yang diyakininya sebagai perwujudan dari Kyai Pasir dan Nyai Pasir.
sedangkan dari pulau kecil tersebut di jaga oleh orang suci yang mempunyai kendaraan se ekor harimau putih dan juga terdapat 3 makam, Makam syech Muhdur, Makam nyai Ramping dan juga makam Joko lelono beliau seorang pengelana agama. Tetapi sosok-sosok dari telaga sarangan tersebut tidak pernah mengganggu dan menampakkan diri.
Menurut ekpedisi Sholeh Pati dalam acara Mr tukul jalan-jalan. Pada telaga Sarangan terdapat dua penunggu gaib yang berwujud naga yang diyakininya sebagai perwujudan dari Kyai Pasir dan Nyai Pasir.
sedangkan dari pulau kecil tersebut di jaga oleh orang suci yang mempunyai kendaraan se ekor harimau putih dan juga terdapat 3 makam, Makam syech Muhdur, Makam nyai Ramping dan juga makam Joko lelono beliau seorang pengelana agama. Tetapi sosok-sosok dari telaga sarangan tersebut tidak pernah mengganggu dan menampakkan diri.
Dan hingga saat ini pada hari jumat pon bulan ruwah
di telaga ini diadakan upacara larung sejaji/larung tumpeng. upacara dilakukan
sebagi bentuk syukur kepada sang pencipta atas berkah yang diberikan pada
telaga sarangan dan sekitarnya.
Sebelum Tumpeng raksasa di larung di tengah telaga terlebih dahulu di bacakan doa di wilayah punden atau pohon besar yang berada di timur telaga yang diyakini masyarakat sekitar sebagai tempat hilangnya misterius kyai pasir dan nyai pasir.
Hingga saat ini perwujudan naga dari kyai pasir dan nyai pasir dipercayai sebagai penjaga Telaga saranga.
Sebelum Tumpeng raksasa di larung di tengah telaga terlebih dahulu di bacakan doa di wilayah punden atau pohon besar yang berada di timur telaga yang diyakini masyarakat sekitar sebagai tempat hilangnya misterius kyai pasir dan nyai pasir.
Hingga saat ini perwujudan naga dari kyai pasir dan nyai pasir dipercayai sebagai penjaga Telaga saranga.
C.
PENUTUP
Memiliki banyak pulau-pulau menjadikan
Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan, salah satunya cerita rakyat yang
ceritamya belum tentu kebenarannya atau masih bisa dikatakan itu hanya mitos, Istilah mitos sudah lama dikenal, bisa
dikatakan mitos ialah sesuatu berupa wacana (bisa berupa cerita, asal-usul,
atau keyakinan) yang keberadaannya satu paket dengan pantangan yang tidak boleh
dilanggar. Orang bilang menentang mitos itu ”pamali” (dosa) bisa kualat.
Keberadaan mitos sangat erat kaitannya dengan adat istiadat yang masih bersifat
tradisional. Terutama pada sebagian masyarakat yang masih meyakini ajaran
animisme dan dinamisme. Mitos dengan aturan yang telah lampau tidak bisa begitu
saja disisihkan, akan banyak hal yang harus dilalui untuk menciptakan perubahan
itu. Tetunya tidak semudah menutup buku. Cerita tentang asal-usul Telaga Pasir
Saragan termasuk cerita Rakya dari daerah Jawa Timur karena letak Telaga Pasir
Sarangan yang berada di Magetan, Jawa Timur. Banyak cerita-cerita lainnya yang
dapat di gali dari cerita rakya Jawa Timur selain Telaga Pasir.
Perbedaan bahasa, perbedaan daerah dan perbedayaan
budaya mungkin salah satu factor yang menjadikanversi dari setiap cerita
berbeda-beda, mungkin setiap penyampai dan yang disampaikan berbeda penagkapan
dan itulah penyebab kesalahan kominikasi, namun dari semua perbedaan kita
tetaplah Indonesia yang mempunyai bbudaya dan bangsa yang beragam dan kita
patut untuk bangga.
D. SARAN
Bagaimana ceritanya? Menarik ya untuk disimak dan menambah pengetahuan
kita. Saya jadi ingin sekali berkunjung ke Telaga Pasir Sarangan untuk melihat
langsung dan mendengar cerita langsung dari penduduk sekitar tentang cerita
Telaga Pasir Sarangan.
Dengan melihat pesan moral diatas dapat menjadikan suatu tambahan
informasi yang dapat diambil, tidak semua yang ada harus kita percayai dan
meyakini benar adanya namun harusnya sikap yang kita lakukan adalah menjaga dan
bangga dengan kekayaan budaya yang Negara kita miliki. Melestarikan kebudayaan
harusnya yang dapat dilakukan oleh anak-anak bangsa Indonesia, kekayaan budaya,
tradisi, suku dll harus kita jaga keutuhannya agar tidak punah dan terus bisa
di teruskan oleh generasi-generasi yang akan datang.
Mungkin cerita-cerita rakyat hanya mitos, namun itu semua harus kita
lestarikan dan kita turunkan kepada generasi berikutnya. Kita harus patut
bangga denga apa yang Indonesia punya dan mungkin masih banyak dari kita yang
belum tahu seutuhnya tentang cerita-cerita rakyat dan masih belum mengenalnya.
Mungkin saja diantara ribuan bangsa Indonesia generasi-generasi mudanya lebih
suka mendengar dongeng-dongeng luar seperti Cinderella,
Rapunzel, Aladdin dll ketimbang dongeng-dongeng dari Indonesia. Padahal
dongeng Indonesia sangat menarik dan jika di resapi banyak pesan moral yang
terkandung di dalamnya.
Jika kita sudah suka membaca folklore dari Indonesia kita akan terus di
buat ketagihan untuk membaca cerita yang lainnya, banyak sekali folklore yang
Indonesia punya, Nah! jangan hanya sampai disini membaca Folklorenya, mari
membaca folklore Indonesia lainnya agar pengetahuan kita tentang folklore
Indonesia kita bertambah dan kita bisa ikut melestarikan dan menjaga kebudayaan
dan kekayaan yang Indonesia miliki
Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan mengenai Folore Telaga
Pasir Sarangan kurang lebihnya mohon maaf dan semoga di waktu lain saya dapat
menceritalan hal lainnya, Terima Kasih sudah membaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://ceritarakyatnusantara.com/e/search.php?q=telaga%20sarangan ( Diakses tanggal
31 Desember 2015 pukul 08.37)
http://laraasih.com/tag/pandangan-masyarakat-terhadap-mitos
(Diakses tanggal 31 Desember
pukul 10.45)
http://www.kompasiana.com/meinorma/rahasia-di-balik-telaga-sarangan (Diakses
tanggal 31 Desember pukul 08.40)
RAKHMAWATI DWI QORIYATI
(4423154392)
KELAS A UJP 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar