Jumat, 01 Januari 2016

Folklore Indonesia

Pesan Moral dari Legenda Putri Pukes



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai Folklore Indonesia “Pesan Moral dari Legenda Putri Pukes”.

Makalah ini dibuat sebagai tugas 3 mata kuliah Sejarah Indonesia di Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Negeri Jakarta.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Shobirin, dosen Pembimbing Mata Kuliah Sejarah Indonesia. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mohon kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penyusun.
2. Keluarga dan rekan mahasiswa satu angkatan yang telah mendukung dan memotivasi dalam menyusun makalah ini.

27 Desember 2016
Penyusun

PEMBAHASAN




1.       Lokasi Gua Putri Pukes


Gua Putri Pukes merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Kampung Mendale, Kecamatan Kebayakan. Goa ini berada di pinggiran Danau Laut Tawar. Untuk menuju ke Goa Putri Pukes perlu melewati jalan pinggiran Danau Laut Tawar.
Tempat tersebut pada zaman kerajaan terletak di kampung Nosar. Menurut Mukhlis dalam Kasim  (1980: 46).  Kampung Nosar merupakan pusat kerajaan Syiah Utama. Kerajaan tersebut merupakan salah satu kerajaan kecil dari beberapa kerajaan lainnya. Kerajaan Syiah Utama masih memiliki pusat kerajaan besarnya yang terletak di Buntul Linge yang bernama Kerajaan Linge.

Kampung Nosar pada awal terbentuknya kabupaten Aceh Tengah masuk ke wilayah Kecamatan Bintang. Nosar merupakan kampung yang wilayahnya sangat luas, ketika dipecahkan menjadi beberapa desa kecil sehingga Goa Putri Pukes masuk ke wilayah kampung Mendale. Kemudian setelah adanya pemekaran kecamatan, daerah Gua Putri Pukes masuk ke wilayah kecamatan Kebayakan. Gua Putri Pukes terletak di pinggir jalan raya, sehingga wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut mudah untuk mendapatkannya. Selain itu juga jalan menuju tempat tersebut mudah dilalui oleh transportasi apapun, baik roda dua maupun roda empat serta bus pariwisata.

2.       Objek wisata Gua Putri Pukes dan Danau Laut Tawar




Gua Putri Pukes dijadikan sebagai objek wisata karena menarik untuk dikunjungi. Karena jika dikaji lagi secara mendalam tentang asal usul Gua Putri Pukes, objek wisata tersebut memiliki nilai budaya dan nilau moral serta memiliki sejarah secara cerita rakyat. Wisata alam merupakan objek wisata yang berhubungan dengan keindahan alam yang telah ada kemudian dikelola dengan baik sehingga menjadi tempat pariwisata. Gua Putri Pukes adalah salah satu goa yang ditata oleh masyarakat setempat, sehingga tempat tersebut menjadi objek wisata. Selain bentuk goanya yang indah isi di dalam gua juga menjadi daya tarik wisatawan mengunjunginya.

Gua Putri Pukes menurut cerita rakyat setempat, gua dan patung yang ada di dalamnya sangat berarti dalam budaya Gayo. Karena kisah tersebut secara tidak langsung telah menguraikan adat perkawinan di daerah Gayo. Sehingga wisatawan yang berkunjung ke Gua Putri Pukes mendapat pengetahuan tentang nilai budaya di tempat tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan wisatawan untuk mengunjungi objek wisata budaya. Secara historis memang Gua Putri Pukes tidak memiliki bukti yang kaut (secara tertulis), sampai saat sekarang ini kisah tentang putri pukes menjadi batu hanya berdasarkan cerita rakyat secara turun-temurun. Kemudian di sekitar goa baik di dalam maupun diluar tidak ada tulisan-tulisan yang menandakan kisah tersebut benar-benar terjadi. Namun bukti tersebut belum memenuhi kriteria sebuah sejarah. Sehingga kisah Putri Pukes digolongkan kepada legenda atau cerita rakyat. Bagi masayarakat setempat yang terpenting adalah hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut bukan benar adanya atau tidak.

Disamping itu, ada Danau Laut Tawar merupakan danau sekaligus tempat wisata. Biasanya laut pasti memiliki air yang rasanya asin, tapi berbeda dengan laut yang ada di danau ini. Seperti nama nya, Dabau Laut Tawar, memiliki rasa air tawar. Lebih khusus danau ini posisinya berada dilembah yang dikelilingi oleh deretan pengunungan. Danau yang terkenal memiliki pemandangan yang indah, juga memiliki legenda-legenda yang mewarnai keberadaan danau tersebut dalam kehidupan masyarakat yang berada diseputaran danau itu.

3.       Sejarah Gua Putri Pukes dan Danau Laut Tawar

  • Gua Putri Pukes
Putri Pukes merupakan nama seorang gadis kesayangan dan anak satu-satunya yang berasal dari sebuah keluarga di sebuah kerajaan kecil.  Suatu hari putri tersebut menyukai seorang pangeran dari kerajaan lain. Awalnya, kedua orangtuanya tidak merestui karena negeri tempat tinggal pangeran itu jauh. Namun, karena kegigihan Putri Pukes dan Pangeran, orangtua putri pun merestui dan menikahkan mereka. Pernikahan pun dilaksanakan, berdasarkan adat setempat. Mempelai wanita harus tinggal dan menetap di tempat mempelai pria. Setelah resepsi pernikahan di rumah mempelai wanita selesai, selanjutnya kedua mempelai diantar menuju tempat tinggal pria. Pihak mempelai wanita diantar yang dalam bahasa Gayo disebut ‘munenes’ ke rumah pihak pria ke  Samar Kilang. Pada acara ‘munenes’ pihak keluarga mempelai wanita dibekali sejumlah peralatan rumah tangga seperti kuali, kendi, lesung, alu, piring, periuk dan sejumlah perlengkapan rumah tangga lainnya. Adat ‘munenes’ biasanya dilakukan pada acara perkawinan yang dilaksanakan dengan sistem ‘juelen’, dimana pihak wanita tidak berhak lagi kembali ke tempat orang tuanya. Berbeda dengan sistem ‘kuso kini’ (kesana kemari) atau ‘angkap’. Kuso kini, pihak wanita berhak tinggal di mana saja, sesuai kesepakatan dengan suami. Sementara sistem ‘angkap’, adalah kebalikan dari ‘juelen’, pada sistem perkawinan ini, pihak lelaki diwajibkan tinggal bersama keluarga pihak wanita, disebabkan pihak wanita yang mengadakan lamaran terlebih dahulu. (Marina Asril Reza, 2010: 10).
Pernikahan ini juga disebabkan beberapa hal antara lain, mempelai pria sebelumnya meminta atau mengemis kepada wali mempelai wanita untuk dinikahkan dengan putrinya, dengan alasan sangat mencintainya. Sehingga sebagai persyaratannya, pihak pria harus tinggal bersama keluarga mempelai wanita. Disinilah detik-detik terjadinya peristiwa sehingga nama Putri Pukes terkenal hingga sekarang, saat akan melepas Putri Pukes dengan iringan-iringan pengantin, ibu Putri Pukes berpesan kepada putrinya yang sudah menjadi istri sah mempelai pria. “Nak… sebelum kamu melewati daerah Pukes yaitu daerah rawa-rawa sekarang menjadi Danau Laut Tawar. Kamu jangan penah melihat ke belakang,” kata ibu Putri Pukes. . (Marina Asril Reza, 2010: 10)
Dijelaskan oleh Danurfan (2013 ) Sang putri berjalan sambil menangis dan menghapus air matanya yang keluar terus menerus. Karena tidak sanggup menahan rasa sedih, membuat putri lupa dengan pantangan yang disampaikan oleh ibunya tadi. Secara tak sengaja putri menoleh ke belakang, Tiba-tiba, datanglah petir menyambar dan hujan yang sangat lebat. Putri Pukes dan rombongannya segera berteduh di dalam sebuah goa.
Menurut Suherman Amin (2009) Putri Pukes di dalam goa, berdiri di sudut untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Perlahan-lahan,  tubuh Putri Pukes mengeras. Menurut cerita masyarakat setempat Putri Pukes sangat terkejut dan menangis. Ternyata, tubuhnya berubah menjadi batu. Putri Pukes menyesal, karena tidak mengindahkan pesan orangtunya. Seharusnya, ia tidak menoleh ke belakang selama dalam perjalanan. Setelah mereasa cukup lama beristirahat dan hujan mulai reda, mereka berniat melanjutkan perjalanan. Para pengawal memanggil Putri Pukes, Berkali-lkali pengawalnya memanggil, tetapi tetap tidak terdengar jawaban. Para pengawal pun menghampiri tempat Putri Pukes berdiri. Mereka terus memanggil, tetapi Putri Pukes hanya diam. Saat dilihat dengan jelas, para pengawal sangat terkejut melihat tubuh Putri Pukes telah mengeras dan menjadi batu. Sampai sekarang, batu Putri Pukes masih bisa dilihat. Bentuknya membesar di bagian bawah, tetap bentuk sanggul dan kepala Putri masih bisa dikenali.

Di dalam gua, selain melihat batu seorang putri, masih ada benda lain yang dapat dilihat. Beberapa benda tersebut diantaranya sumur besar, kendi yang sudah menjadi batu, tempat duduk untuk bertapa orang masa dahulu, alat pemotong zaman dahulu.  Air sumur tersebut kata penjaga gua tersebut dapat dijadikan sebagai obat berbagai macam penyakit, sumur ini tiga bulan sekali ada air (Danurfan, 2013)

  • Danau Laut Tawar
Konon dahulu kala ada sebuah desa yang tersembunyi di atas gunung. Gunung-gunung melengkung memagari wilayah tersebut. Hasil alam yang berlimpah ruah, masyarakatnya hidup serasi dengan alam. Tersebutlah dataran Gayo, dataran tinggi di mana kemakmuran melingkupi penduduknya. Dahulu di daerah ini, ada sebuah kolam kecil di tengah hutan yang luas lagi lebat yang di dalamnya hanya hidup beberapa ikan saja. Airnya memancar keluar dari dalam tanah seperti air yang mendidih sangat jernih sekali, sehingga seluruh hewan yang menghuni hutan tersebut sangat suka meminum air dari kolam itu. Bukan saja hewan yang acap datang ke kolam itu,  bidadari dari kayangan pun konon sering mengunjungi kolam tersebut untuk sekedar mandi sambil bermain dan bercanda sesama mereka. Menurut cerita, Putri Bensu adalah salah satu nama dari bidadari tersebut yang turut mandi bersama dengan kakak-kakaknya sambil berluluran di atas batu besar yang ada di tepi kolam. Sementara di sebelah bebatuan yang besar lainnya biasanya ada seorang pemuda bernama Malim Dewa yang selalu meniup seruling dengan merdunya untuk memikat hati sang bidadari terutama Putri Bensu. Setelah mandi para bidadari ini akan kembali ke langit yang lebih dikenal dengan nama Negeri Antara.
Di pinggiran kolam yang jernih ini pun tumbuh sebatang pohon yang sangat besar batangnya, banyak buahnya serta rimbun daunnya. Tempat  dimana segala jenis binatang yang hidup di hutan tersebut untuk berteduh dari teriknya matahari dan derasnya hujan sambil beristirahat sejenak setelah melalang buana mencari makanan, sekaligus tempat menghilangkan rasa dahaga karena kolam tersebut airnya sangat jernih serta berada tepat di samping pohon besar. Begitu pun dengan burung-burung yang bermain dari cabang satu ke cabang yang lainnya lagi sambil mencari makanan di atas pohon kayu yang besar tadi. Mereka memakan buahnya sembari mencari ulat-ulat kecil yang merayap di atas cabang serta daunnya yang rimbun sebagai makanan tambahan. Tidak hanya ada pohon besar itu di pinggir kolam tersebut, tumbuhan lainpun hidup subur mengelilingi kolam walau memang tidak sebesar pohon yang satu itu.
Pada zaman itu hiduplah seorang  ulama yang sangat disegani dan sangat di hormati oleh masyarakat Gayo karena keta’atannya dalam beribadah, arif dalam mendudukkan perkara lagi bijaksana dalam bersikap, ulama ini  bernama Aulia. Sang Ulama memiliki ciri badan yang sangat berbeda dari manusia sekarang, beliau berbadan sangat besar dan tinggi, memiliki langkah kaki yang sangat lebar, tidaklah seberapa tingginya gunung-gunung yang menjulang di muka bumi serta dalam, panjang dan luasnya lautan di samudra. Seperti itulah kira-kira besar badannya, luas langkahnya, hanya khayalan kita saja yang bisa menyimpulkannya. Sehingga sang Ulama di juluki dengan nama Unok . Sampai sekarang julukan Unok masih melekat di antara masyarakat Gayo. Biasanya diberikan kepada mereka yang berbadan besar, tinggi dan mempunyai langkah kaki yang lebar.
Ketaatan Sang Unok dalam beribadah kepada Allah SWT menjadi tauladan di dataran tinggi Gayo. Banyak kabaran mengatakan kalau Unok sering terlihat di tanah suci untuk beribadah apalagi ketika hari Jum’at tiba beliau selalu mengerjakan shalat Jum’at di Mekkah, sehabis mandi beliau mengenakan pakaian yang sangat bagus lagi bercahaya harum pula wangi tubuhnya padahal jarak Mekkah dan Gayo sangat lah jauh bila di ukur dengan angka-angka skala, tetapi tidak bagi Unok dengan sekejap mata beliau bisa sampai di Mekkah. Unok tidak berlama-lama berada di Mekkah, sehabis melaksanakan kewajibannya menunaikan ibadah beliau langsung kembali lagi ke dataran tinggi Gayo, tak pernah ada yang mengetahui dengan cara apa beliau bisa sampai di Mekkah, atau mahluk apakah yang beliau tunggangi. Mungkinkah Unok mengendarai Burak seperti kendaraan Nabi pada saat pergi menuju Sidratul Muntaha, atau mungkin beliau terbang, karena belum pernah ada yang melihat secara langsung. Namun menurut kabaran beliau biasanya hanya berjalan kaki menuju ke Masjidil Haram.
Pada suatu hari yang mana menurut penanggalan sebagai hari serta bulan yang baik, turunlah sebuah ilham atau amanah kepada Sang Ulama bahwa nanti suatu hari akan turun cobaan dari Allah SWT kepada seluruh mahluk hidup yang ada di bumi untuk menguji siapa-siapa saja yang beriman dan siapa-siapa yang tidak di antara mereka. Apabila dia beriman maka dia akan selamat dari cobaan ini karena memegang teguh amanat atau perintah Tuhan, sementara yang tidak, pasti akan mendapat azab dariNya karena ingkar serta durhaka terhadap perintahNya. Cobaan yang maha dahsyat itu berupa banjir besar yang akan menenggelamkan semua yang ada di bumi baik daratan maupun gunung-gunung yang tinggi sekalipun. Semua akan ikut tenggelam saat air itu datang, dunia akan tergenang bak lautan yang luas.
Dalam ilham tersebut Unok diperintahkan untuk membuat sebuah perahu yang sangat besar agar bisa melindungi dan menyelamatkan mahluk hidup yang beriman. Di dalam perahu itulah nanti seluruh mahluk hidup akan tinggal sementara, makan dan minum serta bisa mengangkut bekal makanan karena tidak ada yang mengetahui sampai kapan banjir itu akan surut atau berhenti. Entah berapa bulan atau mungkin berbilang tahun. Perahu besar pun harus segera di buat dan akan diletakkan di sebuah tempat yang berdekatan dengan Mekkah.

Pada hari baik, setelah ada kesepakatan untuk membuat perahu yang besar, mulailah Unok dan orang-orang yang percaya akan alamat ilham Sang Unok mengumpulkan perkakas dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat perahu besar tersebut. Pohon-pohon mulai di tebang, tali tambang mulai di rajut. Membuat perahu yang besar di perlukan pohon yang besar serta banyak pula, maka Unok memutuskan untuk memilih batang pohon besar yang ada di samping kolam ikan di tengah hutan. Dengan segera mulailah Unok menarik kuat batang pohon tersebut karena memang sangat besar dan berumur sangat tua. Unok hampir kehabisan tenaga namun terus menarik batang pohon tersebut, begitu kuatnya Unok menarik hingga batang pohon tersebut tercabut beserta dengan akar-akarnya yang mengurat dalam di tanah. Setelah batang pohon besar tadi berhasil di cabut oleh Unok maka ia membawanya dengan cara menyeret ke  tanah sampai ke tepi pantai Laut Aceh dan meneruskanya hingga menyeberangi lautan yang luas sehingga hampir mendekati Mekkah. Bekas akar pohon besar tadi yang tanahnya terbongkar sehingga membentuk lubang yang sangat besar serta sangat dalam, lama-kelamaan air kolam memenuhi lubang tersebut, airnya pun semakin hari semakin banyak hingga kolam tersebut berubah menjadi danau yang dikenal dengan nama Danau Laut Tawar dan kabarnya bekas batang pohon besar yang diseret Unok itu kini telah menjadi Arul (sungai) yang bernama sungai Peusangan yang mengalirkan air dari Danau Laut Tawar menuju pesisir Aceh saat ini.

4.       Pandangan Masyarakat Terhadap Legenda-legenda Tersebut

Menurut masyarakat Gayo di Aceh Tengah, benar ada atau tidaknya cerita ini tidak menjadi masalah yang sangat penting. Cerita Putri Pukes telah menjadi cerita turun terumurun sampai sekarang. Yang paling terpenting di sini adalah nilai etika berupa pesan moral yang disampaikan dalam cerita tersebut. Cerita putri pukes, menyadarkan manusia dalam kehidupannya. Menjalankan perintah orang tua merupakan salah satu kewajiban manusia sebagai insan. Nilai  itulah yang disampaikan dalam cerita tersebut sejak dahulu sampai sekarang.
Cerita Putri Pukes bukan hanya memberikan nasehat tentang menjalankan perintah orang tua. Akan tetapi ada nilai lain yang ingin disampaikan berupa nilai adat istiadat di daerah tersebut. Berdasarkan asal usul putri pukes di atas, legenda ini bercerita tentang adat perkawinan. Kemudian sistem perkawinannya Juelen (pihak istri tinggal di rumah suami). Kemudian mahar yang dibayar oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sangat mahal.
Menurut masyarakat setempat menjeleskan bahwa pada zaman dahulu pernikahan Putri Pukes lantaran jauh dengan tempat tinggalnya dan pihak laki-laki juga meminta sistem perkawinannya juelen. Sehingga keluarga dari Putri Pukes meminta mahar sebanyak 20 kerbau ditambah kebun dan perhiasan lainnya. Dengan syarat apabila Putri Pukes telah dibawa ke tempat laki-laki, apabila tidak diijinkan oleh suaminya untuk pulang maka putri pukes tidak boleh pulang. Perjanjian itu akhirnya manjadi kutukkan karena tidak diijinkan oleh yang maha kuasa.
Itulah pelajaran yang dapat diambil dari cerita Putri Pukes, bahwa suatu perkawinan bukanlah memutuskan silaturrahmi. Namun mempereart silaturrahmi antara kedua keluarga. Kemudian anak gadis bukanlah barang yang diperjualbelikan dan maharnya sangat mahal. Dengan adanya kisah tersebut menyadarkan masyarakat setempat. Sehingga mahar perkawinan pada saat sekarang hanya sewajarnya berdasarkan peraturan agama Islam.


Di Danau Laut Tawar terdapat penunggu, yaitu Lembide. Berdasarkan cerita rakyat yang beredar di Gayo, “Lembide” adalah sejenis makhluk air yang kerap meminta korban nyawa manusia, cerita yang berkembang bentuk rupa Lembide ini biasanya menyerupai “alas” (tikar) yang saat beraksi menggulung korbannya kemudian menghisap darah korbannya melalui bagian diantara dua jari kaki, biasanya jempol yang ditandai dengan adanya lubang seperti bekas gigitan. Bila ada kejadian orang tenggelam di Danau dan meninggal saat ditemukan, maka masyarakat Aceh Tengah umumnya selalu menyebut ipangan, i ketni Lembide (dimakan, digigit Lembide). Orang-orang tua dulu selalu mengingatkan anak-anak yang mandi di Danau dengan mengamanahkan “inget ipangan lembide” (awas dimakan Lembide).
Binatang ini setiap tahunnya meminta tumbal (baca: korban). Dan biasanya bila telah ada korban yang meninggal di danau tersebut dengan kondisi tubuh lembam biru yang ditemukan di dasar danau itu dengan posisi terjepit tersangkut dibebatuan, maka masyarakat meyakini bahwa itu karena dibawa gulungan Lembide.

Tapi, ada sebahagian pendapat mengatakan, bahwa Lembede itu merupakan kumpulan plankton-plankton yang hidup di dalam danau itu. Kumpulan plankton-plankton  itu bila bergerak bergulung-gulung membentuk seperti tempikar. Maka bila ada sebuah benda yang menghadangnya (baca: menyentuhnya) maka plankton-plankton tersebut akan menariknya ke dasar danau tersebut.


 PENUTUP
  • Kesimpulan
Indonesia memiliki beragam tempat pariwisata, baik wisata alam, wisata budaya, wisata relegius, wisata bersejarah, wisata cerita rakyat atau mitos, dan tempat beberapa tempat wisata lain nya yang dapat dijadikan sebagai tempat pariwisata. Tempat wisata yang menyimpan cerita rakyat atau mitos tidak kalah menarik nya dengan wisata-wisata lain. Karena dengan mengunjungi tempat tersebut dan mengetahui legenda atau mitos yang dipercayai oleh penduduk sekitar, kita bisa tahu keunikan dari tempat tersebut. Wisata Gua Putri Pukes merupakan wisata alam dan wisata cerita rakyat. Karena tempat wisata tersebut masih asli, yaitu gua dengan di dalam nya terdapat patung Putri Pukes. Bisa dikatakan sebagai wisata cerita rakyat atau mitos, karena patung tersebut menurut masyarakat Gayo merupakan Putri Pukes yang menjadi patung. Tempat ini dijadikan sebagai tempat wisata oleh penduduk agar wisatawan tahu bahwa tanah Gayo memiliki banyak cerita yang unik dan menarik. Dan cerita-cerita tersebut memiliki pesan moral masing-masing.
Selain bentuk goanya yang indah isi di dalam gua juga menjadi daya tarik wisatawan mengunjunginya. Gua Putri Pukes menurut cerita rakyat setempat sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa goa dan patung yang ada di dalamnya sangat berarti dalam budaya Gayo. Karena kisah tersebut secara tidak langsung telah menguraikan adat perkawinan di daerah Gayo. Sehingga wisatawan yang berkunjung ke Gua Putri Pukes mendapat pengetahuan tentang nilai budaya di tempat tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan wisatawan untuk mengunjungi objek wisata budaya.
Secara historis memang Gua Putri Pukes tidak memiliki bukti yang kaut (secara tertulis), sampai saat sekarang ini kisah tentang putri pukes menjadi batu hanya berdasarkan cerita rakyat secara turun-temurun. Kemudian di sekitar goa baik di dalam maupun diluar tidak tulisan-tulisan yang menandakan kisah tersebut benar-benar terjadi. Namun bukti tersebut belum memenuhi kriteria sebuah sejarah. Sehingga kisah Putri Pukes digolongkan kepada legenda atau cerita rakyat. Bagi masayarakat setempat yang terpenting adalah hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut bukan benar adanya atau tidak.

2.       Saran


Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu untuk para pembaca apabila menemui beberapa kesalahan dalam makalah ini maka sayamengaharap kritik dan saranya.



DAFTAR PUSTAKA




http://lintasgayo.co/2014/07/29/legenda-lembide-si-penunggu-lut-tawar (26 Juli 2014)




Nama : Citra Ayu Lusiana (4423155002)


Kelas : Usaha Jasa Pariwisata B 2015 

11 komentar:

  1. wahh kerenn, menarik banget cit ceritanyaaa, sukses yaa, ditunggu karya lainnya hehe

    BalasHapus
  2. ini dia salah satu legenda yg sampe sekarang bahkan blm pernah diangkat ke layar kaca ataupun bentuk cerita anak, pdahal di dlmnya pasti banyak pesan moral yg bisa dipetik
    great job buat sang blogger 😊

    BalasHapus
  3. Wah kapan-kapan masukin legenda di jawa tengah yaa hehe

    BalasHapus
  4. menambah pengetahuan. aku suka gaya km nls cit. santai dan seruuu aku tunggu ya artikel berikutnya

    BalasHapus
  5. Good cit explore terus tempat tempat wisata yg mungkin kurang banyak orang yg tau good lah di tunggu tulisan berikutnya yoo explore terus lah pokoknya budaya indonesia kita 👍👍

    BalasHapus
  6. Tanah Gayo memang kaya akan legenda! Good job

    BalasHapus
  7. Bagus kak citra, bahasanya mudah dipahami, nambah pengetahuan aku juga nih tentang cerita rakyat..
    Semangat yaa kak untuk menggali potensi sumber pariwisata di Indonesia lainnya
    Ditunggu artikel selanjutnya kak..

    BalasHapus
  8. As always cit , more info about indonesia.
    Keep going on ya. Artikel nya bagus-bagus ❤

    BalasHapus
  9. Blog lu bagus2 ya isi nya. Bkin pembaca na jd pgn baca trs. Trs explore ya sejarah di Indonesia dan angkat tempat wisata yg org lain blm tau mnjd tau. Sukses cit..

    BalasHapus
  10. Benar nih, legenda yang terdengar di penduduk gayo ini masih belum banyak yang mengetahui. kembangkan terus tulisan mu ya citra. sukses ya!

    BalasHapus
  11. Wah jadi tau ada cerita rakyat yg lain selain malin kundang sm sangkuriang. Thank you udah bikin wawasan tambah luas. Keep blogging ya cit 😘

    BalasHapus