Pesan Moral dari Legenda Putri Pukes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah mengenai Folklore Indonesia “Pesan Moral dari Legenda Putri Pukes”.
Makalah ini dibuat sebagai tugas 3 mata kuliah Sejarah Indonesia
di Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Negeri Jakarta.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:1. Bapak Shobirin, dosen Pembimbing Mata Kuliah Sejarah Indonesia. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mohon kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penyusun.
2. Keluarga dan rekan mahasiswa satu angkatan yang telah
mendukung dan memotivasi dalam menyusun makalah ini.
27 Desember 2016
Penyusun
PEMBAHASAN
1. Lokasi Gua Putri Pukes
Gua
Putri Pukes merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Kampung Mendale,
Kecamatan Kebayakan. Goa ini berada di pinggiran Danau Laut Tawar. Untuk menuju
ke Goa Putri Pukes perlu melewati jalan pinggiran Danau Laut Tawar.
Tempat
tersebut pada zaman kerajaan terletak di kampung Nosar. Menurut Mukhlis dalam
Kasim (1980: 46). Kampung Nosar merupakan pusat kerajaan Syiah
Utama. Kerajaan tersebut merupakan salah satu kerajaan kecil dari beberapa
kerajaan lainnya. Kerajaan Syiah Utama masih memiliki pusat kerajaan besarnya
yang terletak di Buntul Linge yang bernama Kerajaan Linge.
Kampung
Nosar pada awal terbentuknya kabupaten Aceh Tengah masuk ke wilayah Kecamatan
Bintang. Nosar merupakan kampung yang wilayahnya sangat luas, ketika dipecahkan
menjadi beberapa desa kecil sehingga Goa Putri Pukes masuk ke wilayah kampung
Mendale. Kemudian setelah adanya pemekaran kecamatan, daerah Gua Putri Pukes
masuk ke wilayah kecamatan Kebayakan. Gua Putri Pukes terletak di pinggir jalan
raya, sehingga wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut mudah untuk
mendapatkannya. Selain itu juga jalan menuju tempat tersebut mudah dilalui oleh
transportasi apapun, baik roda dua maupun roda empat serta bus pariwisata.
2.
Objek wisata Gua Putri Pukes
dan Danau Laut Tawar
Gua Putri Pukes dijadikan sebagai objek wisata karena menarik
untuk dikunjungi. Karena jika dikaji
lagi secara mendalam tentang asal usul Gua Putri Pukes, objek wisata tersebut
memiliki nilai budaya dan nilau moral serta memiliki sejarah secara cerita
rakyat. Wisata alam merupakan objek wisata yang berhubungan dengan keindahan
alam yang telah ada kemudian dikelola dengan baik sehingga menjadi tempat
pariwisata. Gua Putri Pukes adalah salah satu goa yang ditata oleh masyarakat
setempat, sehingga tempat tersebut menjadi objek wisata. Selain bentuk goanya
yang indah isi di dalam gua juga menjadi daya tarik wisatawan mengunjunginya.
Gua
Putri Pukes menurut cerita rakyat setempat, gua dan patung yang ada di dalamnya
sangat berarti dalam budaya Gayo. Karena kisah tersebut secara tidak langsung
telah menguraikan adat perkawinan di daerah Gayo. Sehingga wisatawan yang
berkunjung ke Gua Putri Pukes mendapat pengetahuan tentang nilai budaya di
tempat tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan wisatawan untuk
mengunjungi objek wisata budaya. Secara historis memang Gua Putri Pukes tidak
memiliki bukti yang kaut (secara tertulis), sampai saat sekarang ini kisah
tentang putri pukes menjadi batu hanya berdasarkan cerita rakyat secara
turun-temurun. Kemudian di sekitar goa baik di dalam maupun diluar tidak ada
tulisan-tulisan yang menandakan kisah tersebut benar-benar terjadi. Namun bukti
tersebut belum memenuhi kriteria sebuah sejarah. Sehingga kisah Putri Pukes
digolongkan kepada legenda atau cerita rakyat. Bagi masayarakat setempat yang
terpenting adalah hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut bukan benar
adanya atau tidak.
Disamping
itu, ada Danau Laut Tawar merupakan danau sekaligus tempat wisata. Biasanya laut pasti memiliki
air yang rasanya asin, tapi berbeda dengan laut yang ada di danau ini. Seperti
nama nya, Dabau Laut Tawar, memiliki rasa air tawar. Lebih khusus danau ini
posisinya berada dilembah yang dikelilingi oleh deretan pengunungan. Danau yang
terkenal memiliki pemandangan yang indah, juga memiliki legenda-legenda yang
mewarnai keberadaan danau tersebut dalam
kehidupan masyarakat yang berada diseputaran danau itu.
3.
Sejarah Gua Putri
Pukes dan Danau Laut Tawar
- Gua Putri Pukes
Putri
Pukes merupakan nama seorang gadis kesayangan dan anak satu-satunya yang
berasal dari sebuah keluarga di sebuah kerajaan kecil. Suatu hari putri
tersebut menyukai seorang pangeran dari kerajaan lain. Awalnya, kedua orangtuanya
tidak merestui karena negeri tempat tinggal pangeran itu jauh. Namun, karena
kegigihan Putri Pukes dan Pangeran, orangtua putri pun merestui dan menikahkan
mereka. Pernikahan pun dilaksanakan, berdasarkan adat setempat. Mempelai wanita
harus tinggal dan menetap di tempat mempelai pria. Setelah
resepsi pernikahan di rumah mempelai wanita selesai, selanjutnya kedua mempelai
diantar menuju tempat tinggal pria. Pihak mempelai wanita diantar yang dalam
bahasa Gayo disebut ‘munenes’ ke rumah pihak pria ke Samar Kilang.
Pada acara ‘munenes’ pihak keluarga mempelai wanita dibekali sejumlah
peralatan rumah tangga seperti kuali, kendi, lesung, alu, piring, periuk dan
sejumlah perlengkapan rumah tangga lainnya. Adat ‘munenes’ biasanya dilakukan
pada acara perkawinan yang dilaksanakan dengan sistem ‘juelen’,
dimana pihak wanita tidak berhak lagi kembali ke tempat orang tuanya. Berbeda
dengan sistem ‘kuso kini’ (kesana kemari) atau ‘angkap’. Kuso
kini, pihak wanita berhak tinggal di mana saja, sesuai kesepakatan dengan
suami. Sementara sistem ‘angkap’, adalah kebalikan dari ‘juelen’,
pada sistem perkawinan ini, pihak lelaki diwajibkan tinggal bersama keluarga
pihak wanita, disebabkan pihak wanita yang mengadakan lamaran terlebih dahulu.
(Marina Asril Reza, 2010: 10).
Pernikahan
ini juga disebabkan beberapa hal antara lain, mempelai pria sebelumnya meminta
atau mengemis kepada wali mempelai wanita untuk dinikahkan dengan putrinya,
dengan alasan sangat mencintainya. Sehingga sebagai persyaratannya, pihak pria
harus tinggal bersama keluarga mempelai wanita. Disinilah detik-detik
terjadinya peristiwa sehingga nama Putri Pukes terkenal hingga sekarang, saat
akan melepas Putri Pukes dengan iringan-iringan pengantin, ibu Putri Pukes
berpesan kepada putrinya yang sudah menjadi istri sah mempelai pria. “Nak…
sebelum kamu melewati daerah Pukes yaitu daerah rawa-rawa sekarang menjadi
Danau Laut Tawar. Kamu jangan penah melihat ke belakang,” kata ibu Putri Pukes.
. (Marina Asril Reza, 2010: 10)
Dijelaskan
oleh Danurfan (2013 ) Sang putri berjalan sambil menangis dan menghapus air
matanya yang keluar terus menerus. Karena tidak sanggup menahan rasa sedih,
membuat putri lupa dengan pantangan yang disampaikan oleh ibunya tadi. Secara
tak sengaja putri menoleh ke belakang, Tiba-tiba, datanglah petir menyambar dan
hujan yang sangat lebat. Putri Pukes dan rombongannya segera berteduh di dalam
sebuah goa.
Menurut
Suherman Amin (2009) Putri Pukes di dalam goa, berdiri di sudut untuk
menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Perlahan-lahan, tubuh Putri Pukes
mengeras. Menurut cerita masyarakat setempat Putri Pukes sangat terkejut dan
menangis. Ternyata, tubuhnya berubah menjadi batu. Putri Pukes menyesal, karena
tidak mengindahkan pesan orangtunya. Seharusnya, ia tidak menoleh ke belakang
selama dalam perjalanan. Setelah mereasa cukup lama beristirahat dan hujan
mulai reda, mereka berniat melanjutkan perjalanan. Para pengawal memanggil
Putri Pukes, Berkali-lkali pengawalnya memanggil, tetapi tetap tidak terdengar
jawaban. Para pengawal pun menghampiri tempat Putri Pukes berdiri. Mereka terus
memanggil, tetapi Putri Pukes hanya diam. Saat dilihat dengan jelas, para
pengawal sangat terkejut melihat tubuh Putri Pukes telah mengeras dan menjadi
batu. Sampai sekarang, batu Putri Pukes masih bisa dilihat. Bentuknya membesar
di bagian bawah, tetap bentuk sanggul dan kepala Putri masih bisa dikenali.
Di
dalam gua, selain melihat batu seorang putri, masih ada benda lain yang dapat
dilihat. Beberapa benda tersebut diantaranya sumur besar, kendi yang sudah menjadi
batu, tempat duduk untuk bertapa orang masa dahulu, alat pemotong zaman dahulu.
Air sumur tersebut kata penjaga gua tersebut dapat dijadikan sebagai obat
berbagai macam penyakit, sumur ini tiga bulan sekali ada air (Danurfan, 2013)
- Danau Laut Tawar
Konon dahulu kala ada sebuah desa yang
tersembunyi di atas gunung. Gunung-gunung melengkung memagari wilayah tersebut.
Hasil alam yang berlimpah ruah, masyarakatnya hidup serasi dengan alam.
Tersebutlah dataran Gayo, dataran tinggi di mana kemakmuran melingkupi penduduknya. Dahulu di daerah ini, ada sebuah kolam
kecil di tengah hutan yang luas lagi lebat yang di dalamnya hanya hidup
beberapa ikan saja. Airnya memancar keluar dari dalam tanah seperti air yang
mendidih sangat jernih sekali, sehingga seluruh hewan yang menghuni hutan
tersebut sangat suka meminum air dari kolam itu. Bukan saja hewan yang acap
datang ke kolam itu, bidadari dari kayangan pun konon sering mengunjungi
kolam tersebut untuk sekedar mandi sambil bermain dan bercanda sesama mereka.
Menurut cerita, Putri Bensu adalah salah satu nama dari bidadari tersebut yang
turut mandi bersama dengan kakak-kakaknya sambil berluluran di atas batu besar
yang ada di tepi kolam. Sementara di sebelah bebatuan yang besar lainnya
biasanya ada seorang pemuda bernama Malim Dewa yang selalu meniup seruling
dengan merdunya untuk memikat hati sang bidadari terutama Putri Bensu. Setelah
mandi para bidadari ini akan kembali ke langit yang lebih dikenal dengan nama
Negeri Antara.
Di
pinggiran kolam yang jernih ini pun tumbuh sebatang pohon yang sangat besar
batangnya, banyak buahnya serta rimbun daunnya. Tempat dimana segala
jenis binatang yang hidup di hutan tersebut untuk berteduh dari teriknya
matahari dan derasnya hujan sambil beristirahat sejenak setelah melalang buana mencari
makanan, sekaligus tempat menghilangkan rasa dahaga karena kolam tersebut
airnya sangat jernih serta berada tepat di samping pohon besar. Begitu pun
dengan burung-burung yang bermain dari cabang satu ke cabang yang lainnya lagi
sambil mencari makanan di atas pohon kayu yang besar tadi. Mereka memakan
buahnya sembari mencari ulat-ulat kecil yang merayap di atas cabang serta
daunnya yang rimbun sebagai makanan tambahan. Tidak hanya ada pohon besar itu
di pinggir kolam tersebut, tumbuhan lainpun hidup subur mengelilingi kolam
walau memang tidak sebesar pohon yang satu itu.
Pada
zaman itu hiduplah seorang ulama yang sangat disegani dan sangat di
hormati oleh masyarakat Gayo karena keta’atannya dalam beribadah, arif dalam
mendudukkan perkara lagi bijaksana dalam bersikap, ulama ini bernama
Aulia. Sang Ulama memiliki ciri badan yang sangat berbeda dari manusia
sekarang, beliau berbadan sangat besar dan tinggi, memiliki langkah kaki yang
sangat lebar, tidaklah seberapa tingginya gunung-gunung yang menjulang di muka
bumi serta dalam, panjang dan luasnya lautan di samudra. Seperti itulah
kira-kira besar badannya, luas langkahnya, hanya khayalan kita saja yang bisa
menyimpulkannya. Sehingga sang Ulama di juluki dengan nama Unok . Sampai
sekarang julukan Unok masih melekat di antara masyarakat Gayo. Biasanya
diberikan kepada mereka yang berbadan besar, tinggi dan mempunyai langkah kaki
yang lebar.
Ketaatan
Sang Unok dalam beribadah kepada Allah SWT menjadi tauladan di dataran tinggi
Gayo. Banyak kabaran mengatakan kalau Unok sering terlihat di tanah suci untuk
beribadah apalagi ketika hari Jum’at tiba beliau selalu mengerjakan shalat
Jum’at di Mekkah, sehabis mandi beliau mengenakan pakaian yang sangat bagus
lagi bercahaya harum pula wangi tubuhnya padahal jarak Mekkah dan Gayo sangat
lah jauh bila di ukur dengan angka-angka skala, tetapi tidak bagi Unok dengan
sekejap mata beliau bisa sampai di Mekkah. Unok tidak berlama-lama berada di
Mekkah, sehabis melaksanakan kewajibannya menunaikan ibadah beliau langsung
kembali lagi ke dataran tinggi Gayo, tak pernah ada yang mengetahui dengan cara
apa beliau bisa sampai di Mekkah, atau mahluk apakah yang beliau tunggangi.
Mungkinkah Unok mengendarai Burak seperti kendaraan Nabi pada saat pergi menuju
Sidratul Muntaha, atau mungkin beliau terbang, karena belum pernah ada yang
melihat secara langsung. Namun menurut kabaran beliau biasanya hanya berjalan
kaki menuju ke Masjidil Haram.
Pada
suatu hari yang mana menurut penanggalan sebagai hari serta bulan yang baik,
turunlah sebuah ilham atau amanah kepada Sang Ulama bahwa nanti suatu hari akan
turun cobaan dari Allah SWT kepada seluruh mahluk hidup yang ada di bumi untuk
menguji siapa-siapa saja yang beriman dan siapa-siapa yang tidak di antara
mereka. Apabila dia beriman maka dia akan selamat dari cobaan ini karena
memegang teguh amanat atau perintah Tuhan, sementara yang tidak, pasti akan
mendapat azab dariNya karena ingkar serta durhaka terhadap perintahNya. Cobaan
yang maha dahsyat itu berupa banjir besar yang akan menenggelamkan semua yang
ada di bumi baik daratan maupun gunung-gunung yang tinggi sekalipun. Semua akan
ikut tenggelam saat air itu datang, dunia akan tergenang bak lautan yang luas.
Dalam ilham tersebut Unok
diperintahkan untuk membuat sebuah perahu yang sangat besar agar bisa
melindungi dan menyelamatkan mahluk hidup yang beriman. Di dalam perahu itulah
nanti seluruh mahluk hidup akan tinggal sementara, makan dan minum serta bisa
mengangkut bekal makanan karena tidak ada yang mengetahui sampai kapan banjir
itu akan surut atau berhenti. Entah berapa bulan atau mungkin berbilang tahun.
Perahu besar pun harus segera di buat dan akan diletakkan di sebuah tempat yang
berdekatan dengan Mekkah.
Pada
hari baik, setelah ada kesepakatan untuk membuat perahu yang besar, mulailah
Unok dan orang-orang yang percaya akan alamat ilham Sang Unok mengumpulkan
perkakas dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat perahu besar
tersebut. Pohon-pohon mulai di tebang, tali tambang mulai di rajut. Membuat
perahu yang besar di perlukan pohon yang besar serta banyak pula, maka Unok
memutuskan untuk memilih batang pohon besar yang ada di samping kolam ikan di
tengah hutan. Dengan segera mulailah Unok menarik kuat batang pohon tersebut
karena memang sangat besar dan berumur sangat tua. Unok hampir kehabisan tenaga
namun terus menarik batang pohon tersebut, begitu kuatnya Unok menarik hingga
batang pohon tersebut tercabut beserta dengan akar-akarnya yang mengurat dalam
di tanah. Setelah batang pohon besar tadi berhasil di cabut oleh Unok maka ia
membawanya dengan cara menyeret ke tanah sampai ke tepi pantai Laut Aceh
dan meneruskanya hingga menyeberangi lautan yang luas sehingga hampir mendekati
Mekkah. Bekas akar pohon besar tadi yang tanahnya terbongkar sehingga membentuk
lubang yang sangat besar serta sangat dalam, lama-kelamaan air kolam memenuhi
lubang tersebut, airnya pun semakin hari semakin banyak hingga kolam tersebut
berubah menjadi danau yang dikenal dengan nama Danau Laut Tawar dan kabarnya
bekas batang pohon besar yang diseret Unok itu kini telah menjadi Arul (sungai)
yang bernama sungai Peusangan yang mengalirkan air dari Danau Laut Tawar menuju
pesisir Aceh saat ini.
4.
Pandangan Masyarakat Terhadap Legenda-legenda
Tersebut
Menurut
masyarakat Gayo di Aceh Tengah, benar ada atau tidaknya cerita ini tidak
menjadi masalah yang sangat penting. Cerita Putri Pukes telah menjadi cerita
turun terumurun sampai sekarang. Yang paling terpenting di sini adalah nilai
etika berupa pesan moral yang disampaikan dalam cerita tersebut. Cerita putri
pukes, menyadarkan manusia dalam kehidupannya. Menjalankan perintah orang tua
merupakan salah satu kewajiban manusia sebagai insan. Nilai itulah yang
disampaikan dalam cerita tersebut sejak dahulu sampai sekarang.
Cerita
Putri Pukes bukan hanya memberikan nasehat tentang menjalankan perintah orang
tua. Akan tetapi ada nilai lain yang ingin disampaikan berupa nilai adat
istiadat di daerah tersebut. Berdasarkan asal usul putri pukes di atas, legenda
ini bercerita tentang adat perkawinan. Kemudian sistem perkawinannya Juelen (pihak
istri tinggal di rumah suami). Kemudian mahar yang dibayar oleh pihak laki-laki
kepada pihak perempuan sangat mahal.
Menurut masyarakat setempat
menjeleskan bahwa pada zaman dahulu pernikahan Putri Pukes lantaran jauh dengan
tempat tinggalnya dan pihak laki-laki juga meminta sistem perkawinannya juelen.
Sehingga keluarga dari Putri Pukes meminta mahar sebanyak 20 kerbau ditambah
kebun dan perhiasan lainnya. Dengan syarat apabila Putri Pukes telah dibawa ke
tempat laki-laki, apabila tidak diijinkan oleh suaminya untuk pulang maka putri
pukes tidak boleh pulang. Perjanjian itu akhirnya manjadi kutukkan karena tidak
diijinkan oleh yang maha kuasa.
Itulah pelajaran yang dapat
diambil dari cerita Putri Pukes, bahwa suatu perkawinan bukanlah memutuskan
silaturrahmi. Namun mempereart silaturrahmi antara kedua keluarga. Kemudian
anak gadis bukanlah barang yang diperjualbelikan dan maharnya sangat mahal.
Dengan adanya kisah tersebut menyadarkan masyarakat setempat. Sehingga mahar
perkawinan pada saat sekarang hanya sewajarnya berdasarkan peraturan agama
Islam.
Di
Danau Laut Tawar terdapat penunggu, yaitu Lembide. Berdasarkan cerita rakyat
yang beredar di Gayo, “Lembide” adalah sejenis makhluk air yang kerap meminta
korban nyawa manusia, cerita yang berkembang bentuk rupa Lembide ini biasanya
menyerupai “alas” (tikar) yang saat beraksi menggulung korbannya kemudian
menghisap darah korbannya melalui bagian diantara dua jari kaki, biasanya
jempol yang ditandai dengan adanya lubang seperti bekas gigitan. Bila ada
kejadian orang tenggelam di Danau dan meninggal saat ditemukan, maka masyarakat
Aceh Tengah umumnya selalu menyebut ipangan,
i ketni Lembide (dimakan, digigit Lembide). Orang-orang tua
dulu selalu mengingatkan anak-anak yang mandi di Danau dengan mengamanahkan “inget ipangan lembide” (awas
dimakan Lembide).
Binatang ini setiap tahunnya
meminta tumbal (baca: korban). Dan biasanya bila telah ada korban yang
meninggal di danau tersebut dengan kondisi tubuh lembam biru yang ditemukan di
dasar danau itu dengan posisi terjepit tersangkut dibebatuan, maka masyarakat
meyakini bahwa itu karena dibawa gulungan Lembide.
Tapi,
ada sebahagian pendapat mengatakan, bahwa Lembede itu merupakan kumpulan
plankton-plankton yang hidup di dalam danau itu. Kumpulan
plankton-plankton itu bila bergerak bergulung-gulung membentuk seperti
tempikar. Maka bila ada sebuah benda yang menghadangnya (baca: menyentuhnya)
maka plankton-plankton tersebut akan menariknya ke dasar danau tersebut.
- Kesimpulan
Indonesia
memiliki beragam tempat pariwisata, baik wisata alam, wisata budaya, wisata
relegius, wisata bersejarah, wisata cerita rakyat atau mitos, dan tempat
beberapa tempat wisata lain nya yang dapat dijadikan sebagai tempat pariwisata.
Tempat wisata yang menyimpan cerita rakyat atau mitos tidak kalah menarik nya
dengan wisata-wisata lain. Karena dengan mengunjungi tempat tersebut dan
mengetahui legenda atau mitos yang dipercayai oleh penduduk sekitar, kita bisa
tahu keunikan dari tempat tersebut. Wisata Gua Putri Pukes
merupakan wisata alam dan wisata cerita rakyat. Karena tempat wisata tersebut
masih asli, yaitu gua dengan di dalam nya terdapat patung Putri Pukes. Bisa
dikatakan sebagai wisata cerita rakyat atau mitos, karena patung tersebut
menurut masyarakat Gayo merupakan Putri Pukes yang menjadi patung. Tempat ini
dijadikan sebagai tempat wisata oleh penduduk agar wisatawan tahu bahwa tanah
Gayo memiliki banyak cerita yang unik dan menarik. Dan cerita-cerita tersebut
memiliki pesan moral masing-masing.
Selain
bentuk goanya yang indah isi di dalam gua juga menjadi daya tarik wisatawan
mengunjunginya. Gua Putri Pukes menurut cerita rakyat setempat sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa goa dan patung yang ada di dalamnya sangat
berarti dalam budaya Gayo. Karena kisah tersebut secara tidak langsung telah
menguraikan adat perkawinan di daerah Gayo. Sehingga wisatawan yang berkunjung
ke Gua Putri Pukes mendapat pengetahuan tentang nilai budaya di tempat tersebut.
Hal tersebut merupakan salah satu tujuan wisatawan untuk mengunjungi objek
wisata budaya.
Secara
historis memang Gua Putri Pukes tidak memiliki bukti yang kaut (secara
tertulis), sampai saat sekarang ini kisah tentang putri pukes menjadi batu hanya
berdasarkan cerita rakyat secara turun-temurun. Kemudian di sekitar goa baik di
dalam maupun diluar tidak tulisan-tulisan yang menandakan kisah tersebut
benar-benar terjadi. Namun bukti tersebut belum memenuhi kriteria sebuah
sejarah. Sehingga kisah Putri Pukes digolongkan kepada legenda atau cerita
rakyat. Bagi masayarakat setempat yang terpenting adalah hikmah yang dapat
diambil dari kisah tersebut bukan benar adanya atau tidak.
2. Saran
Dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu untuk para pembaca apabila menemui beberapa
kesalahan dalam makalah ini maka sayamengaharap kritik dan saranya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lintasgayo.com/33595/legenda-danau-laut-tawar.html (20 Januari 2013)
http://lintasgayo.co/2014/07/29/legenda-lembide-si-penunggu-lut-tawar (26 Juli 2014)
Nama : Citra Ayu Lusiana (4423155002)
Kelas : Usaha Jasa Pariwisata B 2015
wahh kerenn, menarik banget cit ceritanyaaa, sukses yaa, ditunggu karya lainnya hehe
BalasHapusini dia salah satu legenda yg sampe sekarang bahkan blm pernah diangkat ke layar kaca ataupun bentuk cerita anak, pdahal di dlmnya pasti banyak pesan moral yg bisa dipetik
BalasHapusgreat job buat sang blogger 😊
Wah kapan-kapan masukin legenda di jawa tengah yaa hehe
BalasHapusmenambah pengetahuan. aku suka gaya km nls cit. santai dan seruuu aku tunggu ya artikel berikutnya
BalasHapusGood cit explore terus tempat tempat wisata yg mungkin kurang banyak orang yg tau good lah di tunggu tulisan berikutnya yoo explore terus lah pokoknya budaya indonesia kita 👍👍
BalasHapusTanah Gayo memang kaya akan legenda! Good job
BalasHapusBagus kak citra, bahasanya mudah dipahami, nambah pengetahuan aku juga nih tentang cerita rakyat..
BalasHapusSemangat yaa kak untuk menggali potensi sumber pariwisata di Indonesia lainnya
Ditunggu artikel selanjutnya kak..
As always cit , more info about indonesia.
BalasHapusKeep going on ya. Artikel nya bagus-bagus ❤
Blog lu bagus2 ya isi nya. Bkin pembaca na jd pgn baca trs. Trs explore ya sejarah di Indonesia dan angkat tempat wisata yg org lain blm tau mnjd tau. Sukses cit..
BalasHapusBenar nih, legenda yang terdengar di penduduk gayo ini masih belum banyak yang mengetahui. kembangkan terus tulisan mu ya citra. sukses ya!
BalasHapusWah jadi tau ada cerita rakyat yg lain selain malin kundang sm sangkuriang. Thank you udah bikin wawasan tambah luas. Keep blogging ya cit 😘
BalasHapus