Folklore Lisan dari Kalimantan Barat
Kata Pengatar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia-Nya,sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Tugas 3 Sejarah
Indonesia mengenai Foklore Indonesia yang saya beri subjudul Foklore Lisan dari
Kalimantan Barat dengan baik. Dalam bentuk apapun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam Hal Foklore Indonesia.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs.
M.Shobiriennur Rasyid,selaku dosen mata kuliah kami yang banyak memberikan
materi pendukung untuk makalah ini.
2. Orang tua
saya dan rekan-rekan satu kuliah saya di jurusan D3 Pariwisata angkatan 2015
yang tidak segan-segan memberikan bantuan,berupa motivasi dan semangat untuk
menyelesaikan Makalah Tugas 3 ini.
Harapan saya, semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Pembahasan
Menurut sumber yang saya baca Foklore berasal dari dua kata
yakni folk dan lore yang meliputi legenda,music,sejarah lisan,takhayul,pepatah
dan dongeng dalam budaya di suatu daerah. Kemudian seorang ahli folklore yang
bernama Djajana (2002) berpendapat folklore terbagi menjadi 3 macam,yaitu :
1. Folklor lisan
Folklor lisan bentuknya murni lisan. Bentuk-bentuk folklore
yang termasuk pada kelompok ini antara lain : (1) bahasa rakyat seperti logat,
julukan, pangkat tradisional, dan title kebangsawanan; (2) ungkapan
tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pomeo; (3) pertanyaan
tradisional, seperti teka-teki; (4) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan
syair; (5) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan (6) nyanyian
rakyat, dan musik rakyat.
2. Folklor sebagian lisan
Folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan
unsure bukan lisan. Kepercayaan rakyat misalnya, yang oleh orang “modern”
seringkali disebut takhyul itu, terdiri dari pernyataan yang bersifat lisan
ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib, seperti tanda
salib bagi orang Kristen Katolik yang dianggap dapat melindungi seseorang dari
gangguan hantu, atau ditambah dengan benda material yang dianggap berkhasiat
untuk melindungi diri atau dapat membawa rezeki, seperti batu-batu permata
tertentu. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok besar ini, selain
kepercayaan rakyat, adalah permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat,
adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.
3. Folklor bukan lisan
Folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara
pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi menjadi
dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Bentukbentuk
folklor yang tergolong yang material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk
rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya), kerajinan tangan
rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan
obat-obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara
lain: gerak isyarat tradisional (gestur), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat.
Selain itu juga folklore juga sebagai kebudayaan yang
kolektif memiliki ciri-ciri sebagai pembeda,yakni :
a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara
lisan,
yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut
(atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu
pengingat) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Folklor bersifat tradisional,
yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam
bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup
lama (paling sedikit dua generasi).
c. Folklor ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang
bebeda.
Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke
mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh
proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklor dengan mudah dapat
mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya
saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.
d. Folklor bersifat anonim,
yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.
Cerita rakyat, misalnya, selalu mempergunakan kata-kata
klise seperti “bulan empat belas” untuk menggambarkan kecantikan seorang gadis
dan “seperti ular berbelit-belit” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau
ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau
kata-kata pembukaan dan penutupan yang baku, seperti kata “sahibul hikayat …
dan mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut empunya cerita …
demikianlah konon” atau dalam dongeng Jawa banyak dimulai dengan kalimat Anuju
sawijining dina (pada suatu hari), dan ditutup dengan kalimat : A lan B urip
rukun bebarengan kayo mimi lan mintuna (A dan B hidup rukun bagaikan mimi
jantan dan mimi betina).
f. Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan
bersama suatu kolektif.
Cerita rakyat, misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat
pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
g. Folklor bersifat pralogis,
yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan
logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan sebagai.
h. Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang
pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang
bersangkutan merasa memilikinya.
i. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga
seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan.
Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak
folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
Selanjutnya,yang saya akan bahas disini adalah folklore
lisan dari Kalimantan Barat. Alasan saya memilih kalimantan barat sebagai bahan
adalah selain merupakan daerah Ibu saya dilahirkan,tentu saja banyak hal selain
folklore yang sangat menarik untuk diketahui. Seperti destinasi wisata daerah
di Kalimantan Barat,macam-macam kuliner,dan sebagainya. Mari kita bahas apa
saja folklore yang berada di daerah Kalimantan Barat atau yang lebih dikenal
dengan West Borneo.
· Di Kalimantan Barat,kebanyakan masyarakatnya
menggunakan bahas melayu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa melayu yang
digunakan memeiliki kesamaan dengan Melayu Sarawak,Malaysia Timur. Bahasa Melayu
ini dipengaruhi oleh Bahasa Dayak dari rumpun Klemantan juga memiliki kesamaan
beberapa kosa kata dengan bahasa melayu yang dituturkan di wilayah Kabupaten
Sambas, Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang.
Dialek ini memiliki keunikan dalam
pengucapan, karena huruf 'r' dalam dialek ini diucapkan seperti R sengau atau
voiced velar fricative (ɣ). Kemudian terdapat tambahan partikel 'bah' sebagai
penegas kata yang diucapkan sebelumnya, seperti yang digunakan dalam
logat-logat bahasa Melayu yang digunakan di bagian utara Pulau Kalimantan
(Sarawak, Brunei, Sabah dan provinsi Kalimantan Utara). Dalam bahasa Melayu
Pontianak tidak mengenal tingkatan berbahasa seperti halus, sebaya atau kasar.
Kasar dan halusnya seseorang berbicara tergantung pada penekanan nada dan
intonasi.
· Logat pengucapan yang unik,seperti penyebutan penyebutan
dalam tatanan keluarga dikenal istilah 'membase' dimana memanggil seseorang sesuai
dengan urutan di dalam keluarga seperti :
Sulung ,biasanya dipanggil Along atau Long ,
Tengah,biasanya dpanggil iAngah atau Ngah ,
Bungsu,biasanya dipanggil Usu atau Su ,
Hitam,biasanya dipanggil Itam atauTam ,
Putih ,biasanya dipanggil Uteh atau Teh ,
Tinggi,biasanya dipanggil Anjjang atau Njang
,
Muda,biasanya dipanggil Ude atau Nde ,
Kecil,biasanya dipanggil Acik atau Cik.
· Selanjutnya terdapat peribahasa dari Kalimantan
Barat,tentu saja terdapat macam peribahasa yang sudah kita dengar dari daerah
Kalimantan Barat. Salah satunya adalah peribahasa
“ Upa janggat makan sepiak (Seperti janggat meraut rotan hanya sebelah saja)” yang
memiliki artinya ungkapan kepada seseorang yang hanya memihak satu belah pihak
saja (tidak adil).
· Di Kalimantan Barat terdapat cerita rakyat yang
di percayai mempunyai asal-usul terbentuknya suatu tempat atau lokasi. Seperti
kisah yang saya ambil mengenai asal-usul sungai landak,berikut sedikit
ceritanya,
Dahulu kala, hidup seorang petani bersama isterinya. Walaupun tidak kaya, mereka suka menolong orang lain.
Suatu malam,
petani sedang duduk di tempat tidur. Di sampingnya, isterinya sudah terlelap.
Tiba-tiba ia dikejutkan oleh seekor kelabang putih yang muncul dari kepala
isterinya. Kelabang putih itu berjalan meninggalkan rumah petani. Petani itu
mengikutinya hingga tiba di sebuah kolam tak jauh dari rumah mereka. Kelabang
itu lalu menghilang. Petani lalu berjalan pulang. Isterinya masih pulas.
Esok paginya,
isteri petani menceritakan mimpinya semalam. “Aku sedang berjalan di padang
rumput, dan ada sebuah danau di sana. Aku melihat seekor landak raksasa di
dalam danau itu. Ia melotot kepadaku, maka aku lari.”
Petani itu lalu
pergi lagi ke kolam. Di dalamnya ia melihat suatu benda yang berkilau. Ia
mengambilnya, ternyata sebuah patung landak dari emas. Patung itu sangat indah,
matanya dari berlian. Petani membawanya pulang.
Malam harinya,
petani didatangi seekor landak raksasa dalam mimpinya. “Ijinkan aku tinggal di
rumahmu. Sebagai balasannya, aku akan memberikan apa saja yang kau minta.”
Landak itu
mengajarkan untuk mengusap kepala patung landak emas dan mengucapkan kalimat
untuk meminta sesuatu. Jika yang diminta sudah cukup, petani harus mengucapkan
kalimat untuk menghentikannya.
Petani
menceritakan mimpinya kepada isterinya. Mereka ingin membuktikan mimpi itu.
Petani mengusap kepala patung dan mengucapkan kalimat permintaan. Ia meminta
beras. Seketika dari mulut patung keluarlah beras! Beras itu terus mengalir
keluar hingga banyak sekali. Petani segera mengucapkan kalimat kedua dan beras
berhenti keluar dari mulut patung landak.
Mereka berdua
kemudian meminta berbagai benda yang mereka butuhkan. Mereka menjadi sangat
kaya. Namun mereka tetap tidak sombong dan makin gemar menolong. Banyak orang
datang untuk meminta tolong.
Seorang pencuri
mengetahui rahasia patung landak. Ia berpura-pura minta tolong dan mencuri
patung itu. Pencuri membawa patung itu pulang. Desanya sedang dilanda
kekeringan. Pencuri mengatakan kepada tetangga-tetangganya bahwa ia dapat
mendatangkan air untuk kampung mereka.
Pencuri memohon
air sambil mengusap kepala patung dan mengucapkan kalimat permintaan. Air
keluar dari mulut patung. Penduduk desa itu sangat senang. Tak lama kemudian,
air yang keluar sudah mencukupi kebutuhan penduduk desa, namun terus mengalir
sehingga terjadi banjir. Pencuri itu tidak tahu bagaimana menghentikan air yang
keluar dari patung. Penduduk desa lari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih
tinggi.
· Selain itu banyaknya macam-macam Tarian
Tradisional,seperti :
Tari Pingan,
Merupakan Tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau dimasa
lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan
masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini
menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan
leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme legitimasi
kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).
Tari Pedang /
Ajat Pedang
merupakan tarian
tunggal terdapat pada Dayak Mualang, tarian ini menceritakan persiapan membela
diri bagi seorang pemuda yang akan turun melakukan ekspedisi Mengayau. penari
melakukan gerakan-gerakan menyerang dan menangkis menggunakan keahlian
tradisionalnya. tarian ini masa lalunya dimulai dengan ritual memuja pedang (
Nyabor bahasa Mualang) dan tarian ini diiringi dengan instrumen musik disebut
Tebah Unop. tersebar di kampung Merbang dan sekitarnya kecamatan Belitang Hilir
dan belitang hulu kampung sebetung.
Tari Jonggan
merupkan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya (
Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak ( Sahapm) yang masih dapat
ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan
kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang
datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.
Tari kondan
merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional
masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau Kapuas, kadang kala kesenian kondan ini
diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap
tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan
cara menari dan berbalas pantun.
Kinyah Uut
Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang
memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini
Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu
menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena
selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang
sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.
Tari Zapin pada
masyarakat Melayu Kalimantan Barat, Zapin merupakan tarian Masyarakat Melayu
Nusantara diadopsi dari timur tengah yaitu Hadramaut, selanjutnya menyebar ke
Riau seterusnya ke Kalbar. Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat,
sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti
Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin
Kipas.
· Alat Musik Tradisional Kalimantan Barat,
Gong/Agukng,
Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan,
merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan
simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum
adat.
Tawaq (sejenis
Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat
Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
Sapek merupakan
alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak
Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya
Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
Balikan/Kurating
merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada
masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
Kangkuang
merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada
masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
Keledik/Kedire
merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara
ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum
di sebut Korondek.
Entebong
merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok
Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
Rabab/Rebab,
yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Dayak Uut Danum. Kohotong, yaitu
alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan
seperti pohon enau. Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang)
terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu
set.
Terah Umat (pada
Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini
terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.
Senjata Tradisional di Kalimantan Barat,
· Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah
sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan
kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang
diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang
sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan
tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tapi mudah patah dan Umat Motihke
yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.
· Keris
· Tumbak
· Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
· Senapang Lantak ( senjata Tradisional )
· Duhung (Uut Danum)
· Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam
(Uut Danum)
· Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu (Uut
Danum)
· Mandau ( sejenis pedang namun berukir pada besi
dan ganggang, bilah besi berbentuk cembung sebelah.
·
Nyabor ( sejenis mandau namun melentik ke atas
bilah besinya memiliki ketajaman yang sama ).
· Sastra Lisan yang berada di Kalimantan Barat,
Bekana merupakan
cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua
Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban , Mualang, Kantuk, Desa
dan lain-lain.
Bejandeh
merupakan sejenis bekana tapi objek ceritanya beda.
Nyangahatn,
yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
Pada suku Dayak
Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum (zaman
ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama adalah
kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua ini
adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit.
Pada zaman ketiga adalah
tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah
berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas
sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang
kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau
Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama
daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga
ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan
sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum
ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta
adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan
kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan
lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan
lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada
gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh
orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau
bergurau.
· Permainan khas Tempong dari Kalimantan Barat,
Tempong adalah
suatu jenis permainan tradisional dari Kabupaten Bengkayang, Provinsi
Kalimantan Barat. Permainan rakyat yang berasal dari tradisi Suku Dayak Iban
ini bersifat kolektif dan harus dilakukan oleh banyak peserta, bahkan, dalam
permainan aslinya, tempong bisa melibatkan ratusan orang.
1. Asal-usul
Tempong berasal dari bahasa Dayak
Iban nempokng atau nimpukng yang artinya “tendang” atau “menendang”. Suku Dayak
Iban adalah salah rumpun Suku Dayak yang tersebar di wilayah perdalaman
Kalimantan Barat, khususnya di Pegunungan Iban (Pegunungan Kapuas Hulu),
sebagian hulu Sungai Kapuas, hingga dataran rendah Berpaya Berlumpur Air Hitam
di Tanjung Keluang (Sujarni Aloy, dkk., 2008). Populasi orang-orang Suku Dayak
Iban juga banyak terdapat di daerah pedalaman Sarawak dan menjadi suku Dayak
terbesar di wilayah Malaysia Timur. Daerah Kapuas merupakan pusat sejarah di
mana tempat ini dianggap sebagai tanah asal oleh orang-orang Dayak Iban
sedangkan wilayah Sarawak dianggap sebagai tempat mencari penghidupan bagi
orang-orang Dayak Iban yang berasal dari Kapuas.
2. Peralatan
· 1 (satu) buah tempong yang terbuat dari
tempurung kelapa,
· 5 (lima) buah perisai yang digunakan untuk alat
bersembunyi para pemain tempong,
· Peluit yang digunakan oleh seorang wasit untuk
mengatur jalannya permainan/pertandingan tempong,
· Celana kapoak (pakaian tempong pada zaman
dahulu) yang dikenakan untuk lebih menghayati permainan,
· Seperangkat alat musik tradisional (gong, tawak,
pabande, gendang, dan lain-lain) untuk mengiringi permainan agar lebih semarak,
· Buku pencatat nilai yang dipegang oleh wasit
untuk mencatat nilai yang diperoleh para pemain,
·
1 (satu) santutut, yakni alat yang digunakan
untuk menutupi muka pangate (Tim Penulis, 2007:19).
3. Pemain
Jumlah peserta yang terlibat
dalam permainan asli tempong tidak terbatas, bahkan bisa mencapai ratusan
orang, yang terdiri dari orang-orang yang bersembunyi untuk menanti kedatangan
musuh. Akan tetapi, jumlah yang tidak terbatas ini kemudian mengalami
penyesuaian menjadi enam orang. Lima orang bertindak sebagai panempong yang
harus mencari tempat persembunyian dan mempersiapkan diri untuk “berduel”
apabila tempat persembunyiannya dan namanya telah diketahui. Satu orang lainnya
bertindak sebagai penjaga tempong atau yang disebut pangate. Pangate bertugas
seorang diri untuk menebak di mana para panempong bersembunyi sekaligus dengan
menyebutkan nama panempong yang telah diketahui tempat persembunyiannya. Jumlah
enam orang ini belum termasuk satu orang yang ditunjuk sebagai wasit/pengadil
yang bertugas untuk mengawasi dan mengatur jalannya permainan tempong serta
mencatat nilai yang berhasil dikumpulkan para pemain.
4. Tempat Permainan
Permainan tempong pada zaman
dahulu dilakukan di halaman botang, yaitu pelataran di permukiman Suku Dayak
Iban. Namun dalam perkembangannya, permainan tempong biasanya dilakukan di
tanah lapang atau di halaman rumah. Pada zaman sekarang, permainan tempong
sering dijadikan sebagai ajang perlombaan atau pengisi acara dalam
agenda-agenda kegiatan budaya/adat dan biasanya dilakukan di dalam gedung
olahraga.
5. Cara Permainan
· Buku Kumpulan Olahraga Tradisional Kalimantan
Barat yang disusun oleh tim penulis dari Badan Pemuda, Olahraga dan
Pemberdayaan Perempuan Provinsi Kalimantan Barat (2007) menyebutkan tahapan
yang harus dilakukan dalam melakukan permainan tempong. Langkah-langkah dalam
permainan tempong tersebut adalah sebagai berikut.
· Semua pemain berkumpul untuk menentukan siapa
yang ditunjuk sebagai wasit yang akan bertugas selama permainan berlangsung.
· Setelah itu, semua perserta bersepakat untuk
menunjuk satu orang yang akan berperan sebagai penjaga tempong atau pangate.
· Sebelum permainan dimulai, pemantra memimpin
ritual berdoa untuk memohon restu kepada Jubata untuk melaksanakan pertandingan
tempong.
· Permainan dimulai dengan menutup mata pangate
dengan alat yang disebut santutut. Mata pangate harus ditutup dengan tujuan
agar pangate tidak bisa melihat para pemain lain yang akan bersembunyi.
· Setelah mata pangate ditutup, para pemain lain
(panempong) segera mencari tempat persembunyian di balik perisai-perisai yang
telah ditancapkan di lapangan pertandingan.
· Sementara para pemain (panempong) mencari tempat
persembunyian, musik mulai dibunyikan untuk memacu semangat para pemain.
Iringan musik yang berasal dari alat-alat musik tradisional ini dibunyikan
selama pertandingan dilaksanakan.
· Setelah semua panempong bersembunyi, maka
penutup mata pangate pun dibuka dan kemudian berusaha mencari panempong yang
bersembunyi. Apabila pangate mengetahui persembunyian seorang panempong, maka
pangate harus menyebutkan nama si panempong lalu berlari untuk menendang
panempong yang dimaksud.
· Di sinilah kemudian terjadi pertarungan antara
pangate dan seorang panempong. Mereka akan saling berusaha menendang terlebih
dulu. Apabila si panempong berhasil menendang pangate terlebih dulu, maka
panempong itu memperoleh nilai 10 (sepuluh). Sebaliknya, apabila pangate yang
berhasil menendang panempong terlebih dulu, maka si penempong dinyatakan mati.
Pangate yang telah dinyatakan mati tidak dapat melanjutkan permainan dan dengan
demikian ia tidak dapat menambah perolehan nilainya.
· Setelah seorang penempong dinyatakan mati, maka
pangete melanjutkan tugasnya untuk mencari para penempong lain yang masih
bersembunyi. Hal ini dilakukan seterusnya sehingga masing-masing penempong
berlomba-lomba mengumpulkan nilai dari jumlah tendangan yang bisa mengenai
pangete. Panempong yang memperoleh nilai tertinggi dinyatakan sebagai pemenang
pertandingan
Penutup
· Kesimpulan
Setelah mengetahui pengertian folklore,macam-macam bentuk dan ciri-ciri
folklore maka akan mudah dalam mengetahui Foklore di suatu daerah. Foklor lisan
merupakan,logat Bahasa,pantun,puisi,syair dan gurindam. Kemudian dongeng,cerita
rakyat,legenda dan mitos. Sementara Foklor sebagian lisan adalah tarian
rakyat,permainan khas rakyat,dan sebagainya. Foklore bukan lisan material
berupa : arsitektur,kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat,
makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang
termasuk yang bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional (gestur),
bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat. Dan Foklore memiliki beberapa ciri-ciri,diantaranya
:
a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara
lisan,
b. Folklor bersifat tradisional,
c. Folklor ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang
bebeda.
d. Folklor bersifat anonim,
e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.
f. Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan
bersama suatu kolektif.
g. Folklor bersifat pralogis,
h. Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
i. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga
seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan.
· Saran
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran mengenai Foklore di daerah Kalimantan Barat dan pada para pembaca,khususnya
para mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Saya sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pengajar,saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,terima
kasih.
Daftar Pustaka
KelasB-Yumna Sakinah
NIM: 4423155012
Wah,jadi tahu lebih banyak tentang Folklore. Terutama Folklore di Kalimantan Barat. lestarikan Floklore di Indonesia and love West Borneo
BalasHapus!!
dapat informasi baru tentang Kalimantan Barat nih,sudah mulai bagus yaa dalam berkata-kata. Maju terus Pariwisata daerah ^^
BalasHapusBagus juga,tapi kurang rapi yaa dalam urutannya
BalasHapusbagus, saya jadi tahu lebih banyak tentang kalimantan barat, tapi lebih baik lagi kalau disusun lebih rapi lagi yaa :)
BalasHapusBerguna sekali artikel ini. Ternyata, banyak sekali hal-hal yang belum kita ketahui tentang daerah kita yang indah, unik, dan memiliki ciri khas ini.
BalasHapusDan kalau saya boleh kasih saran. Artikel kedepannya, bisa lebih baik lagi, baik secara urutan kalimatnya, maupun pungtuasi.
Mari lestarikan salah satu dari banyak kebudayaan Indonesia kita, Kalimantan Barat!