Minggu, 03 Januari 2016

Tugas 2 - Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia

Menelaah Kesiapan Masyarakat Dalam Menghadapi Objek Wisata Setempat


Pariwisata Indonesia bisa dibilang sedang naik daun ,para wisatawan asing berbondong – bondong mengunjungi Indonesia untuk mengexplore daerah – daerah yang ada di Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke. Para wisatawan lokal pun tidak kalah banyak nya dengan wisatawan asing yang mengunjungi daerah – daerah yang ada di Indonesia, namun sangat disayangkan sebagian wisatawan lokal lebih tertarik untuk keluar negeri seperti Singapore, Malaysia, Thailand, dll. Padahal di Indonesia pun tak kalah indah nya dengan Negara lain, tapi balik lagi kepada pribadi masing – masing.
Berbicara tentang daerah objek wisata, di Indonesia masih banyak daerah objek wisata yang bisa dibilang belum matang untuk di pasarkan, karena SDM yang kita miliki untuk membangun Industri Pariwisata masih kurang. Berikut adalah salah satu masalah yang ada di pulau Bangka Belitung
PROVINSI Kepulauan Bangka Belitung atau dikenal juga dengan sebutan Provinsi Babel adalah sebuah provinsi ke 31 Indonesia yg berdiri sejak 21 November 2000. Provinsi ini sudah sejak lama terkenal dari ditemukannya Timah yang menjadikan Pulau ini sebagai penghasil  Timah dunia dan mempunyai peranan yang penting terhadap industri dunia. Jauh sebelum daerah ini kembali diperkenalkan potensi nya dalam film “Laskar Pelangi” pulau ini hanya dikenal sebagai daerah tambang bukanlah sebagai daerah wisata. 
                                                                                      
Dua Tahun yang lalu tepatnya ketika kembali ke pulau ini ada beberapa hal yang terlihat tak biasa ketika melihat bagaimana cara daerah ini menjadikan dirinya sebagai sebuah destinasi wisata andalan baru Indonesia, Sebenarnya ini adalah sebuah langkah yg patut kita apresiasi secara bijaksana karena dengan melihat potensi yg kita miliki. Hal di atas bukanlah sebuah mimpi semata tetapi sebuah mimpi yang bisa kita wujudkan secara bersama-sama. Sebuah permasalahan tetaplah ada di dalam mewujudkan sesuatu apalagi dengan pertimbangan kita adalah sebuah provinsi baru dan mungkin SDM yang kita miliki untuk membangun Industri Pariwisata ini adalah orang-orang baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang minim untuk mengerti apa itu industri dan bagaimana cara untuk membesarkan sebuah industri tersebut. Sebuah kesalahan fatal jika fakta di atas itu dikesampingkan dan kemudian dengan beraninya memutuskan membangun sesuatu tanpa adanya studi dan analisa dan perencanaan yang tepat. 

Terlihat tak biasa bukan lah satu hal yang tidak beralasan, semuanya sedikit demi sedikit semakin terkuak dan kuat ketika mulai menelusuri  perkembangan industri pariwisata kita. Pariwisata adalah sebuah produk dimana sebuah produk itu berkaitan erat dengan merk dan citranya, kualitas produk, pemasaran, dan membangun hubungan emosional jangka panjang kepada pelanggan atau bisa kita sebut sebagai wisatawan. Mari kita lihat bersama-sama dan bersama-sama pula kita harus dengan gentle untuk mengakui kalau kita belumlah lah siap menjadi daerah wisata dan menggantungkan hidupnya dari industri pariwisata ini. Ini bisa dilihat dari bagaimana provinsi ini membangun industri pariwisata-nya. Dari belum siap-nya masyarakat sebagai pelaku utamanya, belum adanya infrastruktur yg baik dan menunjang, begitu pula dengan bagaimana cara didalam mencitrakan produk wisatanya yang tentu berhubungan dengan program promosi yang terkesan dipaksakan ketika provinsi ini tidak berhasil membuat sebuah program promosi yang baik dan efektif jika dilihat dari tidak tersedianya foto produk wisata yang layak, peta wisata yang layak, advertisement yang layak dan event promosi yang kurang tepat sasaran. Bahkan jika kita telusuri lebih dalam lagi seharusnya ada beberapa pulau-pulau kecil lagi yang bisa dijadikan sebagai objek wisata andalan baru. 

Ada hal yang nampak tak biasa juga ketika provinsi ini memperkenalkan Pulau Bangka sebagai daerah wisata Bahari, sebuah pernyataan yg terkesan mengada-ngada ketika kita melihat kenyataan di lapangan ketika hampir sebagian besar laut di Pulau Bangka dihiasi oleh ribuan TI apung dan puluhan kapal isap, kerusakan terumbu karang yang hampir mencapai 50 persen (penelitian Universitas Bangka Belitung 2007-2010) adalah salah satu dasar dimana bisa dikatakan kalau menjadikan Bangka sebagai daerah industri pariwisata bahari adalah sebuah kekeliruan yang harus segera dibenarkan. Selain hal itu mari pula kita tengok pembangunan masyarakat wisatanya atau kita sebut sebagai masyarakat adat, Apakah pembuat kebijaksanaan di daerah kita ini sudah memiliki rencana atau agenda jangka panjang untuk membangun masyarakat adat melayu melalui kelompok-kelompok seni melayunya untuk siap sebagai sebuah produk wisata yang siap dijual di tengah persaingan industri wisata nasional dan dunia yang sangat ketat dan menuntut profesionalitas dan detail produk yang luar biasa.

Hal kedua yang nampak tak biasa dan sedikit keliru buat orang-orang yang mengerti pemasaran adalah ketika provinsi ini mencitrakan Pulau Belitung sebagai “Negeri Laskar Pelangi” terlepas dari booming-nya film Laskar Pelangi pada waktu itu, ada beberapa hal yang seharusnya bisa lebih dicermati oleh pemangku kepentingan disini, untuk lebih dalam mempelajari bagaimana cara membangun sebuah merk pariwisata dan pengikutnya, sebuah cara untuk membangun hubungan emosional terhadap pencitraan produk di mata wisatawan dan sebuah kekuatan yang kuat sebagai daerah pilihan wisatawan. Sangat disayangkan karena potensi terbesar industri pariwisata di provinsi ini adalah di pulau Belitung mengingat telah rusaknya laut Bangka oleh penambangan laut. Ahli marketing manapun tidak akan pernah mau membuat sebuah pencitraan produk yang memiliki persamaan dengan produk lain yang dulu lebih popular. Hal ini akan berimbas terhadap persepsi calon konsumen dan pilhan konsumen yang nantinya akan mempengaruhi  jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke pulau ini. Ketika kita berhadapan dengan calon wisatawan baru dan mempresentasikan Belitung sebagai Negeri Laskar Pelangi ada beberapa hal yang seharusnya patut dijadikan sebagai dasar pertimbangan di dalam mencitrakan pulau ini sebagai Negeri Laskar Pelangi. 

Yang pertama adalah kita harus tahu Laskar Pelangi itu sendiri apa, Laskar Pelangi sejatinya adalah sebuah novel dimana novel adalah sebuah karya sastra fiksi prosa yang ditulis secara naratif, dimana Fiksi adalah sebuah istilah sastra yang berarti tidak benar terjadi atau sebuah karangan belaka atau khayalan, jadi bisa diartikan dengan pencitraan Belitung sebagai Negeri laskar Pelangi adalah memposisikan Pulau Belitung sebagai sebuah negeri khayalan, negeri yg tidak ada. Dengan pertimbangan ini apakah ada wisatawan yang mau mengunjungi negeri khayalan, negeri yang tidak ada? Sebuah pertanyaan besar buat kami kenapa tidak memilih nama lain yang lebih menjual dan mencitrakan Pulau Belitung secara benar. 

Yang kedua adalah kita harus mengerti juga kalau keberhasilan Film Laskar Pelangi ini adalah ceritanya bukan keindahan alam Belitung nya. Hal ini juga berimbas terhadap lahirnya persepsi dan memposisikan Pulau Belitung hanyalah daerah yang terkenal karena cerita Laskar Pelangi-nya bukan dari cerita keindahan alamnya. Pertanyaan kami sekali lagi,apa benar keindahan pulau Belitung ini kalah keren dibanding ceritanya Laskar Pelangi? Kami menilai keindahan pulau Belitung jauh lebih keren dibandingkan cerita film ini. Perlu dipelajari juga booming-nya film ini bukan semata-mata cerita film ini luar biasa keren-nya, kita harus sadar kalau industri film Indonesia sebelum adanya film Laskar Pelangi diisi dengan film-film yang didominasi oleh kisah cinta dan misteri. Sebuah perilaku konsumen yang wajar ketika ada satu produk yang tidak serupa muncul di pasaran, sama hal nya ketika J.CO Donuts menjadi produk donut yang booming di Indonesia menggeser Dunkin Donuts, konsumen akan memilih sesuatu yang tidak biasa ketika adanya kebosanan terhadap produk yang mereka konsumsi. 

Yang ketiga akan menjadi sebuah masalah ketika kita dihadapi dengan kompetitor yang mengusung pencitraan yang lebih baik. Kita ambil contoh ketika Belitung Negeri Laskar Pelangi disandingkan dengan kompetitior yang mengusung Billitone The Exotic Islands, tentu wisatawan yang tidak tahu apa-apa soal kedua pulau tadi akan memilih pulau yang eksotis ketimbang pulau khayalan.

Tidaklah terlambat untuk berbenah dan menjadi dewasa dengan menerima kritik dan masukan dari siapapun. Re-branding itu adalah hal yang biasa dan wajar didalam pemasaran sebuah produk. Diindustri manapun termasuk industri pariwisata yang terlebih dahulu dijual dan ditawarkan kepada konsumen adalah image atau citranya, jadi sangat disayangkan dengan fakta-fakta diatas kita tidak mencitrakan ulang produk pariwisata kita secara baik dan benar, siap di pasarkan dan mampu bersaing dengan daerah pariwisata lain-nya. 

Secara garis besar bisa disimpulkan bahwa pembangunan industri pariwisata Bangka Belitung tidak memiliki master plan yang jelas, baik ditinjau dari bagaimana cara provinsi ini membangun industri pariwisatanya, berikut juga masih ada kebijaksanaan pada industri pertambangan timah yang bertolak belakang dengan industri pariwisata itu sendiri. Pertanyaan besar yang harus dijawab oleh Pemerintah Provinsi kita adalah mau dibawa kemana industri pariwisata Bangka Belitung? Jangan sampai industri pariwisata ini hanya dijadikan pengalihan persepsi saja atas rusaknya lingkungan Bangka Belitung oleh aktivitas penambangan timah di darat dan laut. Dan melihat kenyataan diatas sudah selayaknya provinsi ini menggandeng pihak-pihak yang lebih professional di dalam menjual produk pariwisata Bangka Belitung.

Dan tidak lupa juga provinsi ini harus mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada photographer-photographer lokal dan mancanegara yang telah menceritakan keindahan Bangka Belitung ini kepada dunia luar melalui karya-karyanya, berikut juga dengan pemuda-pemudi lokal yang berada di negeri rantauan yang telah menceritakan dan mengajak teman-teman nya untuk berkunjung ke Bangka Belitung. Berikut juga kepada wisatawan-wisatawan yang telah berkunjung dan menceritakan bagaimana indahnya Bangka Belitung ini baik di ceritakan di dalam social media, menulisnya di dalam blog atau website pribadi. Begitu juga kepada para penggiat-penggiat wisata di Bangka Belitung yang telah berjuang mempromosikan potensi wisata Peranan mereka lah yang selama ini lebih terasa didalam membangun Industri Pariwisata di Bangka Belitung ini.

Dan terakhir semoga masih ada jalan untuk menuju perubahan demi suksesnya industri pariwisata Bangka Belitung di masa yang akan datang. Ada baiknya juga kita mulai membuat sebuah tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh daerah ini, begitu juga dengan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dibawah ini adalah solusi yang sekira nya dapat di terapkan pada masyarakat sekitar :
Masalah SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan pariwisata, karena SDM sangat menentukan segala sesuatu yang perhubungan dengan pariwisata. Pariwisata sangat mementingkan profesionalisme baik dalam pengelolaan investasi maupun dalam bidang perhotelan, transportasi, komunikasi dan informasi. Selain itu, walaupun pariwisata telah membuka peluang pasar bagi sektor-sektor lain, akibat dari rendahnya SDM peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. SDM yang rendah dapat menyebabkan mutu barang-barang kerajinan menurun, teknik pemasaran kurang tepat, kurang tepat membaca trend pasar, dan lain-lain. Sehubungan masalah SDM
Akibat rendahnya SDM dan kurangnya modal dalam negeri akan membuka kemungkinan bahwa pariwisata akan dikuasai oleh pihak asing yang memiliki SDM yang lebih baik dan lebih siap dari segi modal. Untuk itu dibutuhkan upaya-upaya khusus untuk menghindari hal tersebut.
Dan juga sistem informasi yang kurang memadahi juga tantangan yang perlu mendapat perhatian serius dalam pengelolaan pariwisata. Hal ini menjadi penting agar pengalaman masa lalu tidak terulang. Akibat sistem informasi yang kurang memadahi pandangan dunia terhadap Indonesia menjadi miring, celakanya lagi ketika Jakarta atau daerah-daerah tertentu rusuh, dunia menganggap bahwa seluruh Indonesia rusuh sehingga mengeluarkan larangan berkunjung ke Indonesia. Padahal DTW bukan hanya ada satu di Indonesia, dan belum tentu semua DTW mengalami kerusuhan secara serentak. Untuk itu maka diperlukan suatu sistem informasi yang profesional, mantap visinya serta terampil dan cekatan dalam gerak langkahnya. Sistem informasi ini antara lain bertugas untuk memberikan klarifikasi, sekaligus secara proaktif menyiapkan dan memberikan informasi tentang obyek wisata, kesiapan sarana, prasarana dan lain-lain. Selain itu, juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia ke negara-negara lain.
Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam kerangka itu pariwisata perlu mengembangkan paket-paket wisata baru seperti agrowisata atau ekowisata. Jenis wisata semacam ini selain tidak membutuhkan modal yang besar juga dapat berpengaruh langsung bagi masyarakat sekitar. Masyarakat dapat diikutsertakan dan keuntungan yang diperolehpun dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Kita juga harus waspada adanya kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya, seperti pergeseran nilai upacara adat yang dapat mengarah kepada komersialisasi, timbulnya industri seks, dan sebagainya. Hal ini harus diwaspadai dengan agar keutuhan dan nilai-nilai budaya tetap diperhatikan, perlu ditetapkan berbagai peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak pada kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu perlu diambil tindakan yang tegas bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan. Pengelolaan pawisata harus melibat masyarakat setempat dan kegiatan promosi yang dilakukan harus beragam.
Perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua DTW yang ada di seluruh Indonesia. Dalam hal ini pemerintah juga harus memberikan perhatian yang sama kepada semua DTW. Perhatian terhadap DTW yang sudah mandiri hendaknya dikurangi dan memberikan perhatian yang lebih terhadap DTW yang memerlukan perhatian lebih.
menggugah masyarakat sekitar DTW agar menyadari peran, fungsi dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memasarkan produk-produk lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengadaan modal bagi usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan.
 sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk menunjang kelancaran pariwisata. Pengadaan dan perbaikan jalan, telephone, angkutan, pusat perbelanjaan wisata dan fasilitas lain disekitar lokasi DTW sangat diperlukan.
Dengan memperhatikan beberapa saran ini kiranya dapat membantu bagi penyelengaraan pariwisata yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Tentunya saran-saran tersebut tidak berlaku untuk semua DTW, hal itu sangat tergantung pada kebutuhan DTW masing-masing yang memiliki permasalahannya sendiri dari waktu ke waktu dan lingkungan yang berbeda-beda.

Daftar pustaka:
http://analisispengembanganpariwisata.blogspot.co.id
http://www.radarbangka.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar