TUGAS-3
“FOKLORE INDONESIA”
FOKLORE
LEGENDA MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak
nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji
hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”FOKLORE LEGENDA MALIN KUNDANG SI ANAK
DURHAKA”.
Dalam penyusunannya, penulis
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga
besar program studi Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta (khususnya
Pak Shobirien) yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Jakarta, 27 Desember 2015
Penyusun
Anisa Rizki Putri
PEMBAHASAN
Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat,
Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka
pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air
Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang. Cerita rakyat yang mirip juga dapat ditemukan di negara-negara lain di Asia Tenggara. Di Malaysia cerita serupa berkisah tentang Si Tenggang yang berasas dari kisah lebih awal lagi pada 1900 dalam buku Malay Magic yang ditulis oleh Walter William Skeat sebagai satu cerita rakyat berjudul Charitra Megat Sajobang. Cerita Si Tenggang pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta pada 1975 sebagai judul Nakoda Tenggang: sebuah legenda dari Malaysia.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
PENELITIAN
A. LATAR TEMPAT
Pantai
Air Manis, merupakan salah satu pantai yang terdapat di Kota Padang yang
menarik untuk dikunjungi. Pantai ini memiliki pesona pantai yang indah
dengan gulungnan ombak yang semilir. Ketika pantai dihembus angin sepoi-sepoi,
terdengar suara ombak yang lembut menyusuri pantai, sehingga membuat nuansa
menjadi sejuk dan tenteram. Jika air laut sedang surut, para wisatawan bisa
berjalan kaki menyusuri bibir pantai yang cukup luas sembari melihat
pemandangan laut yang terbentang luas di depan mata.
Pantai Air Manis memiliki pasir yang berwarna coklat
keputih-putihan yang terhampar luas dan landai di sepanjang bibir pantai.
Oleh karenanya, pantai ini sangat cocok untuk tempat piknik.Di Pantai Air
Manis, juga terdapat prasasti “si anak durhaka Malin Kundang”.
Prasasti tersebut berupa batu dari puing-puing bekas kapal dan jasad si Malin
Kundang. Ketika ombak menghempas batu tersebut, terdengar suara gemercik air
yang membahana seperti suara ratapan dan tangisan. Para wisatawan juga bisa
menyaksikan dari dekat Batu Malin Kundang yang melegenda tersebut.
Tidak jauh dari bibir pantai, nampak sebuah pulau yang
berdiri dengan anggunnya sehingga menarik untuk dikunjungi. Pulau ini dikenal
dengan Pulau Pisang Kecil. Pulau ini terlihat seperti dua buah pulau yang
terpisah walaupun sebenarnya tergabung menjadi satu. Jika berkunjung ke Pulau
Pisang Kecil itu, wisatawan akan menjumpai banyak monyet yang berkeliaran.
Meski tidak jinak, monyet tersebut tidak mengganggu para wisatawan.
Lokasi Pantai Air Manis terletak di Kecamatan Padang
Selatan, Kota Padang, Sumatra Barat, Indonesia.
Pemerintah Kota Padang, Sumatera
Barat, akan membenahi fasilitas objek wisata sebagai upaya meningkatkan
keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung.
"Kami akan bangun berapa
fasilitas seperti menara keamanan, WC umum, gazebo, dan lainya," Kata
Kepala Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Padang Dian Fakri di Padang, Senin
(25/5).
Didampingi Kepala Bidang Objek dan
Sarana Wisata Robert Candra Ep, ia mengatakan untuk kawasan Pantai Air Manis
akan dibangun menara keamanan atau menara pantau dengan anggaran sebesar Rp180
juta.
"Ini upaya meningkatkan
keamanan karena cukup banyak pengunjung yang melakukan olahraga selancar air sehingga
mudah dipantau," katanya.
Kemudian, untuk Pantai Muaro Lasak,
Kelurahan Flamboyan Baru, Kecamatan Padang Barat, akan dibangun fasilitas WC
umum dengan anggaran sebesar Rp151 juta.
Lalu, pada kawasan pantai Pasir
Jambak, Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, akan dibangun gazebo
dengan anggaran Rp67 juta.
Ia menyebutkan pada tahun ini
Pemerintah Kota Padang telah mengalokasikan anggaran sebanyak Rp1,7 miliar
untuk menjaga kebersihan di seluruh kawasan pantai Padang, lanjutnya.
Pada sisi lain ia mengatakan saat
ini juga sedang mengupayakan pembebasan lahan untuk area olahraga paralayang di
Bukit Gado-Gado Pantai Air Manis.
"Kami sudah usulkan kepada
dinas terkait agar lokasi itu menjadi kawasan wisata yang dikelola oleh
pemerintah kota ," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga
mengusulkan ke dinas terkait untuk membeli sebagian tanah di kawasan Pantai Air
Manis sebagai upaya perluasan kawasan pantai tersebut.
Sementara itu Refi Yana (24), salah
satu pengunjung di kawasan Pantai Muaro Lasak menyambut baik rencana
pembangunan WC umum di kawasan itu.
"Bagus, karena selama ini
fasilitas WC umum sangat terbatas, jadi pengunjung lebih nyaman" ujarnya.
Untuk menuju ke pantai Air Manis, para wisatawan dapat
menggunakan angkutan darat. Dari Bandara Ketaping menuju lokasi, banyak
kendaraaan yang melayani rute tersebut. para wisatawan bisa memanfaatkan
angkutan umum khusus bandara, maupun angkutan umum yang melayani rute tersebut
dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Di sekitar Pantai Air Manis Padang tersedia beberapa
penginapan yang rata-rata dikelola oleh masyarakat setempat, sehingga harga
sewanya tidak bagitu mahal. Begitu juga dengan tempat makan. Di sepanjang
pantai terdapat warung makan yang bisa dimanfaatkan untuk tempat bersantap ria.
Di
samping itu juga tersedia beberapa fasilitas wisata, seperti tempat parkir
kendaraan bermotor, jalan lingkar pantai, payung atap pantai, kerajinan hasil
laut, kamar mandi dan mushalla.
Untuk menuju ke
pantai Air Manis, para wisatawan dapat menggunakan angkutan darat. Dari Bandara
Ketaping menuju lokasi, banyak kendaraaan yang melayani rute tersebut.
para wisatawan bisa memanfaatkan angkutan umum khusus bandara, maupun angkutan
umum yang melayani rute tersebut dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
B.
REKONSTRUKSI
Rekonstruksi
Cerita Rakyat dalam Upaya Pembentukan Nilai
Dari 116 cerita rakyat yang disebarkan kepada 125responden, ada dua cerita rakyat yang
paling dikenal oleh para responden, yakni
Malin Kundang dan
Sangkuriang. Dengan terpilihnya Malin Kundang sebagai salah satu
ceritarakyat yang paling dikenal membuktikan
bahwa Malin Kundang telah
diakui sebagaicerita rakyat yang meng-Indonesia.Alasan berikutnya adalah
kenyataan bahwa cerita Malin Kundang sudah sangat meresap kedalam psikis masyarakat Indonesia. Media, kolom psikologi, dan
internet banyak memberitakan
fenomena adanya anak yang gagal, tidak berkembang, bangkrut, atau bahkan
berbentuk menjadi seperti binatang sehingga tidak produktif lagi gara-garadikutuk oleh orang tuanya. Misalnya, ada seorang
wanita yang menuliskan masalahnyadalam kolom Psikologi di harian Kompas, bahwa hidupnya hancur sejak dikutuk
ibunya(Citraningtyas, 2004). Di internet dikabarkan ada seorang anak yang
dikutuk ayahnyamenjadi mirip monyet (sejak 2009—sekarang). Di
Labuhanbatu dikabarkan ada seoranganak
menjadi kepala anjing setelah dikutuk ibunya (2012). Kutukan Malin
Kundang telah menjadi referensi bagi
masyarakat Indonesia untuk melakukan tindakan disipliner dari figur
otoritas pada subordinitas (Citraningtyas, 2010).
Malin Kundang dan Kebutuhan Rekonstruksi
“Literature has
the potential to mould nations”,
tulis Ingrid
Johnston (2000). Karyasastra terutama
cerita rakyat dipercaya mampu membentuk bangsa dan mencerminkanidentitas
nasional. Apabila demikian, dan identitas nasional sendiri merupakan sebuahhasil persetujuan atau kesepakatan, maka
selayaknya respon pembaca sastra terhadapcerita rakyat juga menjadi penting karena respon pembaca akan
mencerminkankesepakatan tersebut.Citraningtyas (2004) meneliti respon
pembaca anak terhadap cerita Malin Kundang.Dari 279 siswa kelas 6 SD (162
laki-laki dan 117 perempuan), 99,9% responden setuju apabilaMalin dihukum karena ia telah durhaka terhadap
ibunya. Namun, 59% responden tidak 6 setuju apabila Malin dikutuk. Respon para siswa kelas 6 SD ini
menunjukkan bahwagenerasi muda
sebagai penerus bangsa ini tidak menyetujui hukuman dalam bentuk kutukan
meskipun sebuah hukuman sebagai konsekuensi yang harus dipikul karena kesalahan
Malin tetap hendak dipertahankan oleh para generasi muda.Aspirasi untuk
membebaskan Malin dari kutukan ini memang sangat beralasan. Kutukan atau mengutuk seseorang tidak pernah menyelesaikan
masalah. Mengutuk seseorang justru biasanya menimbulkan masalah baru.
Dalam cerita Malin Kundang , dengandikutuknya
Malin tidak membuatnya menjadi tidak durhaka. Pada versi-versi awal cerita
Malin Kundang yang tidak memasukkan
elemen Malin yang minta maaf pada ibunya, bisa saja Malin menjadi
batu masih dalam keadaan tidak mengakui ibunya. Pada versi cerita Malin Kundang yang lebih baru, biasanya sudah diceritakan bahwa
Malin telahmemohon maaf pada ibunya, namun sudah terlambat. Hal ini justru
lebih parah karena mengajarkan untuk tidak memberi maaf kepada orang yang
bersalah. Meskipun telah meminta maaf, Malin tetap dikutuk
(Citraningtyas, 2004).Dengan dikutuknya Malin menjadi batu justru menimbulkan
sebuah masalah baru. Malindikutuk menjadi
batu, sebuah benda mati yang tidak produktif: keras, dingin, mati.Kutukan
menjadi benda mati yang tidak produktif ini mematikan dan membelenggu pihak
yang dikutuk dan menjadi tidak bisa produktif kembali (Citraningtyas, 2004).
Halini seolah memberi pesan bahwa orang
yang bersalah / durhaka tidak memilikikesempatan
untuk mencoba lagi. “Mematikan” produktivitas juga tidak sesuai dengantujuan
edukasi karena salah satu agenda edukasi seharusnya membimbing ke arah yang benar
dan mengkoreksi yang salah. Hukuman sebagai konsekuensi logis bagi
yang bersalah seharusnya tetap membangun, dan tidak mematikan. Dengan
dikutuknya Malin,Malin tidak diberi kesempatan kedua, kesempatan untuk
memperbaiki diri.Oleh karena cerita rakyat
kita adalah identitas nasional kita, cerita
Malin Kundang yang berakhir kutukan ini perlu direkonstruksi demi
pembentukan nilai anak Indonesia yanglebih
sesuai dengan tuntutan zaman.
Apa itu
rekonstruksi cerita? Kata rekonstruksi diambil dari Bahasa
Inggris reconstruct
, yang menurut kamus
Merriam-Webster berarti 7
1.
to establish
‘untuk
membentuk’ atau ‘merakit kembali’. Dari artirekonstruksi yang diberikan kamus,
Citraningtyas (2012) menyimpulkan bahwarekonstruksi adalah membangun
dari yang sesuatu yang sudah ada, untuk menjadikannyalebih baik atau
membetulkan sebuah kesalahan. Apabila diterapkan dalam sebuah cerita,maka rekonstruksi cerita adalah merobohkan
kemudian membangun kembali sebuahcerita
berdasarkan cerita yang sudah ada, dengan tujuan untuk membetulkan sebuahkesalahan dan memperbaiki bagian-bagian yang tidak
membangun sehinggamenjadikannya lebih baik.Lalu apa beda rekonstruksi cerita dengan penceritaan kembali? John
Stephens danRobbyn McCallum (1998)
membagi ”penceritaan kembali” menjadi dua, yakni”reversion” dan”retelling”
2.
Reversion
adalah menceritakan kembali sebuah
ceritadengan menggunakan kata-kata pencerita.
Seluruh skema cerita secara setia diikuti oleh pencerita.
3.
Retelling
adalah penceritaan kembali dengan
menambah atau mengurangiunsur-unsur
tertentu. Skema utama tetap diikuti, namun ada penambahan atau pengurangan detail. Contoh di bawah ini adalah contoh
retelling :
”Kenapa kamu
tega berkata seperti itu,anakku? Baiklah, jika kamu benar
anakku,aku kutuk kau menjadi batu,” sumpah
siibu sambil menangis.Tiba-tiba angin berembus dengan
kencang. Badai pun datang menghancurkan kapal Malin yang besar
dan mewah. Perlahantubuh Malin menjadi kaku.
Namun, sebelum berubah menjadi batu, Malin sempat berteriak,
”Ibu, maafkan aku. Akumemang Malin nakmu.”
Penyesalan Malin sudah terlambat. Ia pun berubahmenjadi batu.
Karena kemarahannya yang memuncak,
ibu Malin menyumpah anaknya ”Oh Tuhan,kalau
benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu.”Tidak berapa lama
kemudian Malin Kundang kembali pergi
berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang.Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahanmenjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnyaberbentuk menjadi sebuah batu karang.Sampai saat ini Batu Malin Kundang masihdapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai
Aia Manih, di selatan kota Padang,Sumatera Barat.
(Dongeng Nusantara 33 Propinsi diceritakankembali
oleh Tim Hi Fest) retelling
di atas, tidak
ada perubahan skema cerita, meskipun ada penambahan
unsur permintaan maaf Malin pada versi pertama, dan ada usaha melibatkan Tuhan pada versi kedua. Penambahan dan pengurangan
unsur permintaan maaf danTuhan, adalah yang disebut oleh sebagai retelling
Rekonstruksi
cerita melangkah lebih jauh dari sekadar retelling
Rekonstruksi mengubahskema dan
menggantinya dengan yang lebih baik. Penggantian ini selayaknya dilandasidengan dasar bahwa cerita rakyat sebagai cermin
identitas nasional bangsa, berubahseiring dengan aspirasi bangsa melalui
pembacanya.Apabila menilik cerita
Malin Kundang ,hal yang paling krusial
untuk direkonstruksiadalah bagian
akhir cerita yang mengutuk Malin menjadi batu, menghukumnya menjadisebuah
barang mati yang tidak bisa produktif kembali. Sesuai dengan aspirasi pembacaanak Indonesia, maka Malin, anak-anak Indonesia,
dan generasi muda Indonesia perludibebaskan dari kutukan ini. Pembebasan Malin
dari kutukan ini juga disetujui oleh pakar sastra, sosiologi,
media, psikologi, dan pendidikan yang diundang dalam penelitian ini. Sebanyak
90% dari pembaca anak usia 10— 12 tahun juga menyetujui rekonstruksi
cerita yang membebaskan Malin ini.Banyak hal
positif yang akan bisa dicapai dengan membebaskan Malin dan generasimuda Indonesia dari kutukan. Mereka tidak akan
lagi terkukung dalam hukuman yang berlandaskan murka figur
otoritas. Dengan tidak terjebak dalam hukuman ”mati”tersebut, mereka diberi kesempatan untuk menjadi lebih baik dan
produktif kembali.Selain itu,
rekonstruksi cerita yang membebaskan Malin dari kutukan ini juga lebihsejalan dengan pendekatan pendidikan dewasa ini
yang cenderung memberikankesempatan
kedua bagi anak didik. Aspirasi untuk membebaskan Malin dari kutukan juga
menunjukkan bergesernya pandangan masyarakat Indonesia akan kuasa yang
bolehdimiliki oleh figur otoritas. Berada pada posisi otoritas dewasa ini tidak
lagi dipandangsebagai posisi yang memiliki kuasa untuk menjatuhkan kutukan.
Dari kesimpulan menjelaskan bahwa, cerita rakyat bukanlah cerita netral yang
bebas dari ajaran. Ceritarakyat mampu mentransformasikan identitas nasional
bangsa. Di Indonesia, cerita rakyat Malin Kundang sangat populer dan telah
dipercaya bermuatan pesan-pesan yang mampu menyampaikan dan mengasuh identitas
nasional bangsa Indonesia. Namun, pesan-pesan tersebut
harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan aspirasi bangsa.
C.
PESAN MORAL
Kebudayaan merupakan konsep yang
sangat luas dan kompleks yang dapat diinterpretasikan secara beragam. Selain
kebudayaan universal dikenal pula kebuayaan lokal yang menyimpan kearifan
lokal. Sementara kearifan lokal yang kesemuanya merupakan sebuah kompleksitas
kebudayaan. Salah satu budaya tradisi lisan seperti cerita rakyat juga
mengandung kearifan lokal dalam isi ceritanya. Cerita rakyat sebagai
bagian dari foklore dapat dikatakan menyimpan sejumlah informasi sistem budaya
seperti filosofi, nilai, norma, perilaku masyarakat. Dalam Cerita Malin Kundang
dan cerita Batu yang Menangis bertemakan tentang anak yang durhaka karena tidak
mengakui pada orang tuanya. Hal ini mengajarkan bahwa seorang anak tidak boleh
berani bahkan tidak mengakui ibunya meskipun sudah kaya atau berparas
cantik. Selain itu, dalam cerita Legenda Asal Mula Kalimas
mengajarkan kepatuhan seorang patih kepada rajanya, Asal Mula Upacara Kasada,
dan Lembusura mengajarkan rela berkorban, ajaran tentang kejujuran tersirat
dalam cerita Joko Dolog. Apabila digali lebih jauh sebenarnya cerita rakyat
mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam masyarakat
pendukungnya. Dalam cerita rakyat mengandung nilai luhur bangsa terutama
nilai-nilai budi pekerti maupun ajaran moral. Apabila cerita rakyat itu
dikaji dari sisi nilai moral, maka dapat dipilah adanya nilai moral
individual, nilai moral sosial, dan nilai moral religi.
Adapun nilai-nilai moral
individual, meliputi:
1. kepatuhan,
2. pemberani,
3. rela berkorban,
4. jujur,
5. adil dan bijaksana,
6. menghormati dan menghargai,
7. bekerja keras,
8. menepati janji,
9. tahu Balas Budi,
10. baik budi pekerti,
11. rendah hati, dan
12. hati-hati dalam bertindak.
Sedangkan nilai-nilai moral
sosial, meliputi:
1. bekerjasama,
2. suka menolong,
3. kasih sayang,
4. kerukunan,
5. suka memberi nasihat,
6. peduli nasib orang lain, dan
7. suka mendoakan orang lain.
Nilai-nilai moral religi, meliputi:
1. Percaya Kekuasaan Tuhan,
2. Percaya Adanya Tuhan,
3. Berserah Diri kepada
Tuhan/Bertawakal, dan
4.
Memohon Ampun kepada Tuhan.
Sampai sekarang masyarakat
sekitar masih mempercayai hukum Allah mengenai anak durhaka bahkan di era
modern sekarang ini walaupun mustahil nampaknya keajaiban dating secara
tiba-tiba tetapi apapun yang kita perbuat nantinya akan tetap dibalas oleh Yang
Maha Kuasa.
Sikap dalam memandang kisah malin kundang
Kita semua yang telah lama hidup di Indonesia pastilah tahu akan kisah malin kundang, si anak durhaka. Malin kundang yang pergi merantau dan pulang ke kampungnya dalam keadaan sukses, menyangkal bahwa seorang nenek tua yang datang kepadanya adalah ibunya sehingga ibunya mengutuknya sehingga malin kundang berubah menjadi batu.
Pada umumnya kisah ini
diceritakan kepada anak-anak kecil sebagai peringatan dan nasihat bagi mereka
agar tidak durhaka terhadap orang tua. Namun, adakah nilai yang bisa dipetik
oleh orang dewasa, bahkan orang yang sudah lanjut usia sekalipun dari kisah
ini? Saya ingin memberi pendapat.
Memang pada dasarnya
malin kundang menyangkal keberadaan ibunya karena malu pada istrinya bahwasanya
ia yang sudah sukses ternyata mempunyai ibu yang penampilannya tidak seperti
orang berada. Penting bagi kita untuk sadar tentang hal sepele bahwasanya malin
kundang merantau sangat jauh, sementara pada zaman itu tidak ada wesel pos,
bank, apalagi ATM. Jadi, ibunya tetap hidup miskin karena tidak mendapat
“kiriman” dari malin kundang sehingga penampilannya pun demikian. Bagi anda
yang sudah sukses, janganlah pernah lupa untuk peduli kepada orang tua anda,
setidaknya peliharalah kesejahteraan mereka dimasa tua mereka dengan harta yang
anda punya karena memang demikian kewajiban seorang anak kepada orang tua.
Kepulangan malin kundang kembali ke kampung halamannya merupakan sebuah
indikasi positif bahwasanya ia tidak lupa akan kampung halaman. Bagi anda para
perantau, apakah anda masih ingat akan kampung halaman anda diperantauan?
Ataukah anda sudah lupa dimana anda biasa bermain, bercanda, dan bergurau
bersama teman-teman anda? Bagi anda yang mungkin kampung halamannya masih merupakan
daerah tertinggal, alangkah baiknya jika anda sudah sukses, entah meraih gelar
akademik atau sukses secara finansial, tidak ada salahnya untuk kembali ke
daerah anda dan membangun daerah anda dengan kemampuan yang anda punya.
Sebenarnya tanggapan
ibu malin kundang akan perlakuan anaknya tidak patut dicontoh. Untuk anda para
orang tua, jika anda mengaku mencintai anak anda, pernahkah anda berikhtiar
untuk mengutuk anak anda? Tentu saja tidak. Orang tua harusnya mencintai anak
mereka apapun dan bagaimanapun sikap dan keadaan anak mereka. Cinta orang tua
akan anak haruslah menjadi cinta sampai akhir hayat. Adalah suatu hal yang
tidak patut jika orang tua mengutuki anaknya. Orang tua harusnya memberkati dan
mendoakan anak-anak mereka agar kepada anak-anak mereka dianugerahkan segala
sesuatu yang baik, bukannya mengutuk.
Penyesalan selalu
datang kemudian. Penyesalan ibu malin kundang ketika tahu anaknya telah berubah
menjadi batu adalah tanda bahwa seharusnya dalam mengambil keputusan kita harus
menggunakan akal sehat sekalipun berada ditengah sakit hati atau kekecewaan.
Mengampuni kesalahan
orang adalah baik. Mari kita lebih melihat hal-hal yang baik dan berpikir lebih
jernih sehingga kita tidak jatuh kedalam keputusan yang kelak akan kita sesali.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari
uraian pada bab 1 dan bab 2 adalah Malin Kundang yaitu sebuah mitos yang
berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia, berkisah tentang seorang anak
yang durhaka pada ibunya dan akhirnya Malin Kundang itu dikutuk menjadi batu.
Saran
Saran kami sebagai penulis makalah
ini, adalah sebagai berikut:
Sebaiknya siswa tidak mengikuti
kelakuan buruk dari Malin Kundang seperti dalam cerita tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
·
Yudiono K.S. Pengantar Sejarah Sasstra
Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2007
·
Berdasarkan pengalaman penulis selama 10
tahun yang lalu ketika penulis berusia 7 tahun melakukan observasi ke Pantai
Air Manis,Sumatra Barat
TUGAS-3 ANISA RIZKI PUTRI
inspiratif dan sangat naratif, bahasanya rungan jd mudah masuk ke alur wacana... calon jurnalis kece ini😉
BalasHapus:D
BalasHapus:D
BalasHapusBatunya masih sujud wkwkwk
BalasHapusBatunya masih sujud wkwkwk
BalasHapusmengambil pembahasan yang menarik dan inspiratif. saya suka!
BalasHapusApa tidak ada contoh lain selain malin kundang ? Menurut saya itu sudah zaman dahulu ?apakah tidakk ada contoh yang lebih modern ? Terima kasih
BalasHapusCakep banget daahhh
BalasHapusMudah2an gak ikutan durhaka yee
BalasHapus