Jumat, 01 Januari 2016

FOKLORE INDONESIA kelas b- ANISA RIZKI PUTRI



TUGAS-3 “FOKLORE INDONESIA”
FOKLORE LEGENDA MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”FOKLORE LEGENDA MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar program studi Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta (khususnya Pak Shobirien) yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Jakarta, 27 Desember 2015
Penyusun


Anisa Rizki Putri


PEMBAHASAN
Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.
Cerita rakyat yang mirip juga dapat ditemukan di negara-negara lain di Asia Tenggara. Di Malaysia cerita serupa berkisah tentang Si Tenggang yang berasas dari kisah lebih awal lagi pada 1900 dalam buku Malay Magic yang ditulis oleh Walter William Skeat sebagai satu cerita rakyat berjudul Charitra Megat Sajobang. Cerita Si Tenggang pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta pada 1975 sebagai judul Nakoda Tenggang: sebuah legenda dari Malaysia.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
PENELITIAN
A.    LATAR TEMPAT
Pantai Air Manis, merupakan salah satu pantai  yang terdapat di Kota Padang yang menarik untuk dikunjungi. Pantai ini memiliki  pesona pantai yang indah dengan gulungnan ombak yang semilir. Ketika pantai dihembus angin sepoi-sepoi, terdengar suara ombak yang lembut menyusuri pantai, sehingga membuat nuansa menjadi sejuk dan tenteram. Jika air laut sedang surut, para wisatawan bisa berjalan kaki menyusuri bibir pantai yang cukup luas sembari melihat pemandangan laut yang terbentang luas di depan mata.
Pantai Air Manis memiliki pasir yang berwarna coklat keputih-putihan yang terhampar luas dan landai di sepanjang bibir pantai. Oleh  karenanya, pantai ini sangat cocok untuk tempat piknik.Di Pantai Air Manis, juga terdapat prasasti “si  anak durhaka Malin Kundang”. Prasasti tersebut berupa batu dari puing-puing bekas kapal dan jasad si Malin Kundang. Ketika ombak menghempas batu tersebut, terdengar suara gemercik air yang membahana seperti suara ratapan dan tangisan. Para wisatawan juga bisa menyaksikan dari dekat Batu Malin Kundang yang melegenda tersebut.
Tidak jauh dari bibir pantai, nampak sebuah pulau yang berdiri dengan anggunnya sehingga menarik untuk dikunjungi. Pulau ini dikenal dengan Pulau Pisang Kecil. Pulau ini terlihat seperti dua buah pulau yang terpisah walaupun sebenarnya tergabung menjadi satu. Jika berkunjung ke Pulau Pisang Kecil itu, wisatawan akan menjumpai banyak monyet yang berkeliaran. Meski tidak  jinak, monyet tersebut tidak mengganggu para wisatawan.
Lokasi Pantai Air Manis terletak di Kecamatan  Padang Selatan, Kota Padang, Sumatra  Barat, Indonesia.
Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat, akan membenahi fasilitas objek wisata sebagai upaya meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung.

"Kami akan bangun berapa fasilitas seperti menara keamanan, WC umum, gazebo, dan lainya," Kata Kepala Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Padang Dian Fakri di Padang, Senin (25/5).

Didampingi Kepala Bidang Objek dan Sarana Wisata Robert Candra Ep, ia mengatakan untuk kawasan Pantai Air Manis akan dibangun menara keamanan atau menara pantau dengan anggaran sebesar Rp180 juta.

"Ini upaya meningkatkan keamanan karena cukup banyak pengunjung yang melakukan olahraga selancar air sehingga mudah dipantau," katanya.

Kemudian, untuk Pantai Muaro Lasak, Kelurahan Flamboyan Baru, Kecamatan Padang Barat, akan dibangun fasilitas WC umum dengan anggaran sebesar Rp151 juta.

Lalu, pada kawasan pantai Pasir Jambak, Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, akan dibangun gazebo dengan anggaran Rp67 juta.

Ia menyebutkan pada tahun ini Pemerintah Kota Padang telah mengalokasikan anggaran sebanyak Rp1,7 miliar untuk menjaga kebersihan di seluruh kawasan pantai Padang, lanjutnya.

Pada sisi lain ia mengatakan saat ini juga sedang mengupayakan pembebasan lahan untuk area olahraga paralayang di Bukit Gado-Gado Pantai Air Manis.

"Kami sudah usulkan kepada dinas terkait agar lokasi itu menjadi kawasan wisata yang dikelola oleh pemerintah kota ," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga mengusulkan ke dinas terkait untuk membeli sebagian tanah di kawasan Pantai Air Manis sebagai upaya perluasan kawasan pantai tersebut.

Sementara itu Refi Yana (24), salah satu pengunjung di kawasan Pantai Muaro Lasak menyambut baik rencana pembangunan WC umum di kawasan itu.
 "Bagus, karena selama ini fasilitas WC umum sangat terbatas, jadi pengunjung lebih nyaman" ujarnya.

Untuk menuju ke pantai Air Manis, para wisatawan dapat menggunakan angkutan darat. Dari Bandara Ketaping menuju lokasi, banyak  kendaraaan yang melayani rute tersebut. para wisatawan bisa memanfaatkan angkutan umum khusus bandara, maupun angkutan umum yang melayani rute tersebut dengan  waktu tempuh sekitar 30 menit.
Di sekitar Pantai Air Manis Padang tersedia beberapa penginapan yang rata-rata dikelola oleh masyarakat setempat, sehingga harga sewanya tidak bagitu mahal. Begitu juga dengan tempat makan. Di sepanjang pantai terdapat warung makan yang bisa dimanfaatkan untuk tempat bersantap ria. Di samping itu juga tersedia beberapa fasilitas wisata, seperti tempat parkir kendaraan bermotor, jalan lingkar pantai, payung atap pantai, kerajinan hasil laut,  kamar mandi dan mushalla.
Untuk menuju ke pantai Air Manis, para wisatawan dapat menggunakan angkutan darat. Dari Bandara Ketaping menuju lokasi, banyak  kendaraaan yang melayani rute tersebut. para wisatawan bisa memanfaatkan angkutan umum khusus bandara, maupun angkutan umum yang melayani rute tersebut dengan  waktu tempuh sekitar 30 menit.
B.     REKONSTRUKSITop of Form
Bottom of Form
Top of Form
Rekonstruksi Cerita Rakyat dalam Upaya Pembentukan Nilai
Dari 116 cerita rakyat yang disebarkan kepada 125responden, ada dua cerita rakyat yang paling dikenal oleh para responden, yakni Malin Kundang dan Sangkuriang. Dengan terpilihnya Malin Kundang sebagai salah satu ceritarakyat yang paling dikenal membuktikan bahwa Malin Kundang telah diakui sebagaicerita rakyat yang meng-Indonesia.Alasan berikutnya adalah kenyataan bahwa cerita Malin Kundang sudah sangat meresap kedalam psikis masyarakat Indonesia. Media, kolom psikologi, dan internet banyak memberitakan fenomena adanya anak yang gagal, tidak berkembang, bangkrut, atau bahkan berbentuk menjadi seperti binatang sehingga tidak produktif lagi gara-garadikutuk oleh orang tuanya. Misalnya, ada seorang wanita yang menuliskan masalahnyadalam kolom Psikologi di harian Kompas, bahwa hidupnya hancur sejak dikutuk ibunya(Citraningtyas, 2004). Di internet dikabarkan ada seorang anak yang dikutuk ayahnyamenjadi mirip monyet (sejak 2009—sekarang). Di Labuhanbatu dikabarkan ada seoranganak menjadi kepala anjing setelah dikutuk ibunya (2012). Kutukan Malin Kundang telah menjadi referensi bagi masyarakat Indonesia untuk melakukan tindakan disipliner dari figur otoritas pada subordinitas (Citraningtyas, 2010).
Malin Kundang dan  Kebutuhan Rekonstruksi
“Literature has the potential to mould nations”,
tulis Ingrid Johnston (2000). Karyasastra terutama cerita rakyat dipercaya mampu membentuk bangsa dan mencerminkanidentitas nasional. Apabila demikian, dan identitas nasional sendiri merupakan sebuahhasil persetujuan atau kesepakatan, maka selayaknya respon pembaca sastra terhadapcerita rakyat juga menjadi penting karena respon pembaca akan mencerminkankesepakatan tersebut.Citraningtyas (2004) meneliti respon pembaca anak terhadap cerita Malin Kundang.Dari 279 siswa kelas 6 SD (162 laki-laki dan 117 perempuan), 99,9% responden setuju apabilaMalin dihukum karena ia telah durhaka terhadap ibunya. Namun, 59% responden tidak 6 setuju apabila Malin dikutuk. Respon para siswa kelas 6 SD ini menunjukkan bahwagenerasi muda sebagai penerus bangsa ini tidak menyetujui hukuman dalam bentuk kutukan meskipun sebuah hukuman sebagai konsekuensi yang harus dipikul karena kesalahan Malin tetap hendak dipertahankan oleh para generasi muda.Aspirasi untuk membebaskan Malin dari kutukan ini memang sangat beralasan. Kutukan atau mengutuk seseorang tidak pernah menyelesaikan masalah. Mengutuk seseorang justru biasanya menimbulkan masalah baru. Dalam cerita Malin Kundang , dengandikutuknya Malin tidak membuatnya menjadi tidak durhaka. Pada versi-versi awal cerita Malin Kundang yang tidak memasukkan elemen Malin yang minta maaf pada ibunya, bisa saja Malin menjadi batu masih dalam keadaan tidak mengakui ibunya. Pada versi cerita Malin Kundang yang lebih baru, biasanya sudah diceritakan bahwa Malin telahmemohon maaf pada ibunya, namun sudah terlambat. Hal ini justru lebih parah karena mengajarkan untuk tidak memberi maaf kepada orang yang bersalah. Meskipun telah meminta maaf, Malin tetap dikutuk (Citraningtyas, 2004).Dengan dikutuknya Malin menjadi batu justru menimbulkan sebuah masalah baru. Malindikutuk menjadi batu, sebuah benda mati yang tidak produktif: keras, dingin, mati.Kutukan menjadi benda mati yang tidak produktif ini mematikan dan membelenggu pihak yang dikutuk dan menjadi tidak bisa produktif kembali (Citraningtyas, 2004). Halini seolah memberi pesan bahwa orang yang bersalah / durhaka tidak memilikikesempatan untuk mencoba lagi. “Mematikan” produktivitas juga tidak sesuai dengantujuan edukasi karena salah satu agenda edukasi seharusnya membimbing ke arah yang benar dan mengkoreksi yang salah. Hukuman sebagai konsekuensi logis bagi yang bersalah seharusnya tetap membangun, dan tidak mematikan. Dengan dikutuknya Malin,Malin tidak diberi kesempatan kedua, kesempatan untuk memperbaiki diri.Oleh karena cerita rakyat kita adalah identitas nasional kita, cerita Malin Kundang yang berakhir kutukan ini perlu direkonstruksi demi pembentukan nilai anak Indonesia yanglebih sesuai dengan tuntutan zaman.
Apa itu rekonstruksi cerita? Kata rekonstruksi diambil dari Bahasa Inggris reconstruct 
, yang menurut kamus Merriam-Webster berarti 7
1.      to establish
‘untuk membentuk’ atau ‘merakit kembali’. Dari artirekonstruksi yang diberikan kamus, Citraningtyas (2012) menyimpulkan bahwarekonstruksi adalah membangun dari yang sesuatu yang sudah ada, untuk menjadikannyalebih baik atau membetulkan sebuah kesalahan. Apabila diterapkan dalam sebuah cerita,maka rekonstruksi cerita adalah merobohkan kemudian membangun kembali sebuahcerita berdasarkan cerita yang sudah ada, dengan tujuan untuk membetulkan sebuahkesalahan dan memperbaiki bagian-bagian yang tidak membangun sehinggamenjadikannya lebih baik.Lalu apa beda rekonstruksi cerita dengan penceritaan kembali? John Stephens danRobbyn McCallum (1998) membagi ”penceritaan kembali” menjadi dua, yakni”reversion” dan”retelling”

2.      Reversion
adalah menceritakan kembali sebuah ceritadengan menggunakan kata-kata pencerita. Seluruh skema cerita secara setia diikuti oleh pencerita.

3.      Retelling 
adalah penceritaan kembali dengan menambah atau mengurangiunsur-unsur tertentu. Skema utama tetap diikuti, namun ada penambahan atau pengurangan detail. Contoh di bawah ini adalah contoh
retelling :
”Kenapa kamu tega berkata seperti itu,anakku? Baiklah, jika kamu benar anakku,aku kutuk kau menjadi batu,” sumpah siibu sambil menangis.Tiba-tiba angin berembus dengan kencang. Badai pun datang menghancurkan kapal  Malin yang besar dan mewah. Perlahantubuh Malin menjadi kaku. Namun, sebelum berubah menjadi batu, Malin sempat berteriak, ”Ibu, maafkan aku. Akumemang Malin nakmu.” Penyesalan Malin sudah terlambat. Ia pun berubahmenjadi batu.
Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya ”Oh Tuhan,kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu.”Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang  kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang.Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahanmenjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnyaberbentuk menjadi sebuah batu karang.Sampai saat ini Batu Malin Kundang masihdapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang,Sumatera Barat.
(Dongeng Nusantara 33 Propinsi diceritakankembali oleh Tim Hi Fest) retelling 
di atas, tidak ada perubahan skema cerita, meskipun ada penambahan unsur permintaan maaf Malin pada versi pertama, dan ada usaha melibatkan Tuhan pada versi kedua. Penambahan dan pengurangan unsur permintaan maaf danTuhan, adalah yang disebut oleh sebagai retelling 

Rekonstruksi cerita melangkah lebih jauh dari sekadar retelling 
Rekonstruksi mengubahskema dan menggantinya dengan yang lebih baik. Penggantian ini selayaknya dilandasidengan dasar bahwa cerita rakyat sebagai cermin identitas nasional bangsa, berubahseiring dengan aspirasi bangsa melalui pembacanya.Apabila menilik cerita Malin Kundang ,hal yang paling krusial untuk direkonstruksiadalah bagian akhir cerita yang mengutuk Malin menjadi batu, menghukumnya menjadisebuah barang mati yang tidak bisa produktif kembali. Sesuai dengan aspirasi pembacaanak Indonesia, maka Malin, anak-anak Indonesia, dan generasi muda Indonesia perludibebaskan dari kutukan ini. Pembebasan Malin dari kutukan ini juga disetujui oleh pakar sastra, sosiologi, media, psikologi, dan pendidikan yang diundang dalam penelitian ini. Sebanyak 90% dari pembaca anak usia 10— 12 tahun juga menyetujui rekonstruksi cerita yang membebaskan Malin ini.Banyak hal positif yang akan bisa dicapai dengan membebaskan Malin dan generasimuda Indonesia dari kutukan. Mereka tidak akan lagi terkukung dalam hukuman yang berlandaskan murka figur otoritas. Dengan tidak terjebak dalam hukuman ”mati”tersebut, mereka diberi kesempatan untuk menjadi lebih baik dan produktif kembali.Selain itu, rekonstruksi cerita yang membebaskan Malin dari kutukan ini juga lebihsejalan dengan pendekatan pendidikan dewasa ini yang cenderung memberikankesempatan kedua bagi anak didik. Aspirasi untuk membebaskan Malin dari kutukan juga menunjukkan bergesernya pandangan masyarakat Indonesia akan kuasa yang bolehdimiliki oleh figur otoritas. Berada pada posisi otoritas dewasa ini tidak lagi dipandangsebagai posisi yang memiliki kuasa untuk menjatuhkan kutukan. Dari kesimpulan menjelaskan bahwa, cerita rakyat bukanlah cerita netral yang bebas dari ajaran. Ceritarakyat mampu mentransformasikan identitas nasional bangsa. Di Indonesia, cerita rakyat Malin Kundang sangat populer dan telah dipercaya bermuatan pesan-pesan yang mampu menyampaikan dan mengasuh identitas nasional bangsa Indonesia. Namun, pesan-pesan tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan aspirasi bangsa.

C.    PESAN MORAL
Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas dan kompleks yang dapat diinterpretasikan secara beragam. Selain kebudayaan universal dikenal pula kebuayaan lokal yang menyimpan kearifan lokal. Sementara kearifan lokal yang kesemuanya merupakan sebuah kompleksitas kebudayaan. Salah satu budaya tradisi lisan seperti cerita rakyat juga mengandung kearifan lokal dalam isi ceritanya.  Cerita rakyat sebagai bagian dari foklore dapat dikatakan menyimpan sejumlah informasi sistem budaya seperti filosofi, nilai, norma, perilaku masyarakat. Dalam Cerita Malin Kundang dan cerita Batu yang Menangis bertemakan tentang anak yang durhaka karena tidak mengakui pada orang tuanya. Hal ini mengajarkan bahwa seorang anak tidak boleh berani bahkan tidak mengakui ibunya meskipun sudah kaya atau berparas cantik.  Selain itu, dalam cerita  Legenda Asal Mula Kalimas mengajarkan kepatuhan seorang patih kepada rajanya, Asal Mula Upacara Kasada, dan Lembusura mengajarkan rela berkorban, ajaran tentang kejujuran tersirat dalam cerita Joko Dolog. Apabila digali lebih jauh sebenarnya cerita rakyat mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam masyarakat pendukungnya. Dalam cerita rakyat mengandung nilai luhur bangsa terutama nilai-nilai budi pekerti  maupun ajaran moral. Apabila cerita rakyat itu dikaji dari sisi nilai moral, maka dapat dipilah adanya  nilai moral individual, nilai moral sosial, dan nilai moral religi.
Adapun nilai-nilai moral individual, meliputi:     
1. kepatuhan,
2. pemberani,
3. rela berkorban,
4. jujur,
5. adil dan bijaksana,
6. menghormati dan menghargai,
7. bekerja keras,
8. menepati janji,
9. tahu Balas Budi,
10. baik budi pekerti,
11. rendah hati, dan
12. hati-hati dalam bertindak.

Sedangkan nilai-nilai moral sosial, meliputi:
1. bekerjasama,
2. suka menolong,
3. kasih sayang,
4. kerukunan,
5. suka memberi nasihat,
6. peduli nasib orang lain, dan
7. suka mendoakan orang lain.
Nilai-nilai moral religi, meliputi:
1. Percaya Kekuasaan Tuhan,
2. Percaya Adanya Tuhan,
3. Berserah Diri kepada Tuhan/Bertawakal, dan
4. Memohon Ampun kepada Tuhan.                
Sampai sekarang masyarakat sekitar masih mempercayai hukum Allah mengenai anak durhaka bahkan di era modern sekarang ini walaupun mustahil nampaknya keajaiban dating secara tiba-tiba tetapi apapun yang kita perbuat nantinya akan tetap dibalas oleh Yang Maha Kuasa.

Sikap dalam memandang kisah malin kundang


Kita semua yang telah lama hidup di Indonesia pastilah tahu akan kisah malin kundang, si anak durhaka. Malin kundang yang pergi merantau dan pulang ke kampungnya dalam keadaan sukses, menyangkal bahwa seorang nenek tua yang datang kepadanya adalah ibunya sehingga ibunya mengutuknya sehingga malin kundang berubah menjadi batu.
Pada umumnya kisah ini diceritakan kepada anak-anak kecil sebagai peringatan dan nasihat bagi mereka agar tidak durhaka terhadap orang tua. Namun, adakah nilai yang bisa dipetik oleh orang dewasa, bahkan orang yang sudah lanjut usia sekalipun dari kisah ini? Saya ingin memberi pendapat.
Memang pada dasarnya malin kundang menyangkal keberadaan ibunya karena malu pada istrinya bahwasanya ia yang sudah sukses ternyata mempunyai ibu yang penampilannya tidak seperti orang berada. Penting bagi kita untuk sadar tentang hal sepele bahwasanya malin kundang merantau sangat jauh, sementara pada zaman itu tidak ada wesel pos, bank, apalagi ATM. Jadi, ibunya tetap hidup miskin karena tidak mendapat “kiriman” dari malin kundang sehingga penampilannya pun demikian. Bagi anda yang sudah sukses, janganlah pernah lupa untuk peduli kepada orang tua anda, setidaknya peliharalah kesejahteraan mereka dimasa tua mereka dengan harta yang anda punya karena memang demikian kewajiban seorang anak kepada orang tua. Kepulangan malin kundang kembali ke kampung halamannya merupakan sebuah indikasi positif bahwasanya ia tidak lupa akan kampung halaman. Bagi anda para perantau, apakah anda masih ingat akan kampung halaman anda diperantauan? Ataukah anda sudah lupa dimana anda biasa bermain, bercanda, dan bergurau bersama teman-teman anda? Bagi anda yang mungkin kampung halamannya masih merupakan daerah tertinggal, alangkah baiknya jika anda sudah sukses, entah meraih gelar akademik atau sukses secara finansial, tidak ada salahnya untuk kembali ke daerah anda dan membangun daerah anda dengan kemampuan yang anda punya.
Sebenarnya tanggapan ibu malin kundang akan perlakuan anaknya tidak patut dicontoh. Untuk anda para orang tua, jika anda mengaku mencintai anak anda, pernahkah anda berikhtiar untuk mengutuk anak anda? Tentu saja tidak. Orang tua harusnya mencintai anak mereka apapun dan bagaimanapun sikap dan keadaan anak mereka. Cinta orang tua akan anak haruslah menjadi cinta sampai akhir hayat. Adalah suatu hal yang tidak patut jika orang tua mengutuki anaknya. Orang tua harusnya memberkati dan mendoakan anak-anak mereka agar kepada anak-anak mereka dianugerahkan segala sesuatu yang baik, bukannya mengutuk. 
Penyesalan selalu datang kemudian. Penyesalan ibu malin kundang ketika tahu anaknya telah berubah menjadi batu adalah tanda bahwa seharusnya dalam mengambil keputusan kita harus menggunakan akal sehat sekalipun berada ditengah sakit hati atau kekecewaan.
Mengampuni kesalahan orang adalah baik. Mari kita lebih melihat hal-hal yang baik dan berpikir lebih jernih sehingga kita tidak jatuh kedalam keputusan yang kelak akan kita sesali.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari uraian pada bab 1 dan bab 2 adalah Malin Kundang yaitu sebuah mitos yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia, berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan akhirnya Malin Kundang itu dikutuk menjadi batu.

Saran
Saran kami sebagai penulis makalah ini, adalah sebagai berikut:
Sebaiknya siswa tidak mengikuti kelakuan buruk dari Malin Kundang seperti dalam cerita tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

·         Yudiono K.S. Pengantar Sejarah Sasstra Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2007
·         Berdasarkan pengalaman penulis selama 10 tahun yang lalu ketika penulis berusia 7 tahun melakukan observasi ke Pantai Air Manis,Sumatra Barat





TUGAS-3 ANISA RIZKI PUTRI



9 komentar:

  1. inspiratif dan sangat naratif, bahasanya rungan jd mudah masuk ke alur wacana... calon jurnalis kece ini😉

    BalasHapus
  2. mengambil pembahasan yang menarik dan inspiratif. saya suka!

    BalasHapus
  3. Apa tidak ada contoh lain selain malin kundang ? Menurut saya itu sudah zaman dahulu ?apakah tidakk ada contoh yang lebih modern ? Terima kasih

    BalasHapus
  4. Mudah2an gak ikutan durhaka yee

    BalasHapus