17 Tahun Yang Tak Akan Terlupakan
Suara takbir berkumandang saat malam
sebelum hari kemenangan umat muslim yaitu Idul Fitri dan saya terlahir ke dunia
pada tanggal 29 Januari 1998, menjadi anak tunggal dari Bapak Zainal Arifin Hutagalung dan Ibu Dehlina Sitanggang dan cucu pertama dari
keluarga besar saya dan diberi nama Zena Fitriani oleh ayah saya. Saya lahir di
Jakarta, kota tempat saya tinggal hingga saat ini. Ayah dan Ibu saya, yang
terlahir di Medan, Sumatra Utara memiliki marga atau nama keluarga berbeda,
namun Ibu saya pastinya akan mendapatkan marga Ayah saya.
![]() |
Saya bersama Ibu dan Ayah |
Ayah menamakan saya karena ia melihat
satu film dari Negara tetangga berjudul Senna, yang mengartikan gadis yang kuat
seperti prajurit-prajurit kerajaan pada zaman dahulu.
Sejak kecil, Ibu saya sering mengajari saya
bernyanyi sehingga muncul lah keinginan saya untuk belajar bernyanyi seperti
ibu saya. Ayah, yang sangat gemar membaca juga membuatku tertarik untuk ikut
membaca bersamanya, entah itu membaca buku-buku tua nya atau sekedar membaca
Koran. Namun, kebahagiaanku tak seperti yang kuharapkan. Tepat saat umur saya
yang ke dua tahun, Ayah dan Ibu saya memilih untuk berpisah dan berada di jalan
mereka masing-masing. Jujur saja, saya yang tak tahu menahu tentang hal itu
hanya bisa terdiam dan mengikuti alur yang ada karena tidak tahu apa arti dari
perpisahan.
Saya akhirnya hanya tinggal dengan Ibu
lantas Ayah tinggal di sebuah kontrakkan dekat dengan tempat ia bekerja. Saya
memulai pendidikkan saya di Taman Kanak-Kanak An-Nursiyah. Saya mulai mengenal
hal-hal baru, belajar membaca dan menulis juga mendapat teman-teman bermain
yang asyik. Ibu tak pernah sekali pun lupa untuk mengantar saya setiap paginya
dengan berjalan kaki, sekolahku dulu tak begitu jauh dari rumah. Setiap hari,
tangan mungilku di genggam Ibu untuk berjalan mencapai sekolahku, “demi masa depanmu”
begitu ibu berkata.
![]() |
Semasa saya di TK |
Ibu mendaftarkan saya dalam kontes
bernyanyi, kontes peragaan busana dan lain-lain, ia menginginkan saya dapat
menumpahkan kelebihan saya di berbagai bidang dengan belajar untuk berani
mengikuti kontes-kontes yang ada.
Setelah lulus dari jenjang Taman
Kanak-Kanak, saya terdaftar menjadi murid di Sekolah Dasar Swasta Perguruan
Rakyat 3, di Utan Kayu. Ibu lagi-lagi masih mengantar saya unutk pergi ke
sekolah baru saya dan kami masih berjalan kaki. Saya masih ingat bagaimana
kesan pertama kali memasukki kelas dengan anak-anak yang tak saya kenal dan
guru yang sangat membuat saya ketakutan saat itu. Semua anak duduk dengan
rapih, begitu juga dengan saya yang dengan sabar ikut duduk diantara mereka
yang ketakutan saat ditatap oleh guru yang ada didepan. Saya tersenyum begitu
beberapa anak memperkenalkan diri mereka pada saya setelah kelas usai, namun
ada juga beberapa yang langsung berlari keluar unutk menemukan ibu mereka.
Naik hingga beberapa tingkat, saya akhirnya berada di kelas 4, saya memiliki sahabat bernama Risa Putri dan Aden Jazmi yang hingga kini perhasabatan kami masih terjalin dan saya harap terus terjalin hingga maut memisahkan. Saya sekelas dengan Risa bahkan berada dalam satu meja kala itu. Saya dan Risa sering meributkan hal-hal kecil seperti penempatan bangku atau tas, tapi hal itu yang membuat kami semakin lama semakin bersatu menjadi sahabat. Ia adalah sosok seperti kakak di hidup saya, mengajarkan saya banyak hal terutama pada hal kesabaran.
![]() |
Saya dan Risa |
![]() |
Saya bersama Risa dan Aden |
Naik hingga ke kelas 6, tingkat akhir
pada Sekolah Dasar, saya disibukkan dengan tugas-tugas yang diberikan guru-guru
juga beberapa praktek yang harus saya ikuti sebagai ketentuan untuk lulus dari
sekolah. Saya dengan giat belajar setiap
malamnya dengan Ibu yang kadang membantu, namun terkadang juga saya belajar
sendiri karena ibu harus bekerja hingga larut malam.
Dan saya lulus dengan nilai yang cukup
baik saat itu, lalu meneruskan ke jenjang SMP atau Sekolah Menengah Pertama.
Saya terdaftar menjadi siswi di SMP 18 Jakarta dan memulai kehidupan sekolah
saya lagi. Saya bertemu banyak teman baru dan mulai beradaptasi dengan
lingkungan baru. Dari semua teman saya di sekolah dasar, hanya saya yang masuk
ke SMP itu karena kami terpisah dengan pilihan kami masing-masing. Risa,
sahabat saya di sekolah dasar pun tak masuk dalam daftar siswi disini karena ia
memilih sekolah pilihannya. Semasa kelas 7, saya mengenal teman sekelas saya
dengan baik, mereka adalah teman-teman saya yang tak akan saya lupakan. Namun
di saat akan adanya kenaikkan kelas, Ayah saya menghubungi Ibu saya dan meminta
saya untuk tinggal bersama dengan dirinya, Ibu menyetujui dan saya akhirnya
tinggal bersama ayah. Denan terpaksa saya harus pindah dari sekolah yang selama
setahun menjadi tempat saya menambah ilmu dan belajar ilmu-ilmu pengetahuan
yang baru dan saya juga meninggalkan teman-teman saya.
Ayah saya memindahkan saya di SMP
swasta di Tanjung Priok, daerah dimana ayah bekerja. Saya akhirnya berusaha
unutk beradaptasi dengan lingkungan baru dan berkenalan dengan orang baru yang
sifatnya jauh berbeda dari teman-teman saya di sekolah sebelumnya. Sangat
terasa bahwa mereka tidak begitu menyukai kedatangan saya karena mereka telah
berada dikelas yang sama selama hampir setahun.
Baru beberapa bulan berada di rumah Ayah, tiba-tiba saya mendapat kabar
bahwa Ibu saya akan pergi meninggalkan Jakarta dan menetap di Pekanbaru, Riau.
Itu menjadi suatu pukulan untuk saya karena tak akan bertemu ibu lagi dalam
waktu yang lama. Walaupun masih bisa saling menghubungi lewat telepon namun itu
bukan yang saya mau.
Lalu naik kekelas 9, ayah saya
menyadari bahwa saya tak begitu nyaman dengan lingkungan yang saya tempati
akhirnya kami pindah untuk kembali ke rumah yang lama, rumah kakek saya yang
berada di kayu manis, kediaman saya saat ini. Saya pindah ke sekolah yang baru
yaitu SMPN 97 Jakarta dan lagi-lagi harus beradaptasi pada lingkungan baru dan
mengenal teman-teman baru. Saya mendapatkan teman baru bernama Rizka, ia adalah
orang yang baik dan sangat ramah pada siapapun juga pintar dalam hal pelajaran.
Saya senang bertemu dengannya karena kami bisa belajar bersama dan saya bisa
beradaptasi dengan pelajaran disekolah baru saya dengan cepat.
Saya lulus dari jenjang SMP dan
berpencar dengan teman-teman yang lain karena kami memilih SMA yang
berbeda-beda. Namun karena nilai yang saya peroleh saat UN atau Ujian Nasional
kecil, saya akhirnya memutuskan untuk masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan
Jayawisata 1 Menteng dan memilih jurusan Pariwisata karena saya menyukai
hal-hal berbau alam atau tempat wisata. Lantas, ayah saya menyetujui dan tidak
terlalu memaksa saya dengan kemauannya, Ayah menginginkan saya masuk ke sekolah
negeri dan mengambil jurusan IPA atau IPS namun saya menolak dengan alasan
bahwa saya tak punya ketertarikan pada jurusan itu. Ayah saya akhirnya mengerti
dan saya menjadi siswi di SMK Jayawisata 1 Menteng atau yang dikenal sebagai
Jawis.
Setelah melewati rangkaian kegiatan
pra masuk sekolah, saya akhirnnya resmi menjadi siswi disana dan bertemu lebih
banyak orang baru. Saya tak terlalu kesulitan beradaptasi mengingat niat saya
untuk mendalami hal tentang kepariwisataan di sekolah itu. Di kelas satu, saya
bertemu dengan teman sekelas saya (di sekolah saya hanya ada 1 kelas yang di campur antara perhotelan dan
pariwisata), mereka juga sama seperti saya, sangat antusias untuk belajar
tentang kepariwisataan. Pada pertengahan tahun guru bahasa inggris saya
mengikuti lomba debat bahasa inggris, dilihat dari nilai-nilai yang saya
peroleh di kelas dan prestasi yang saya dapatka selama ini di bahasa inggris
akhirnya ia menunjuk saya dan kedua teman saya yang lain untuk ikut di
perlombaan tersebut. Kami bertigas masuk pada babak awal namun kalah dengan
sekoah lain pada babak kedua. Agaknya kami kecewa namun tak apa karena
hitung-hitung itu adalah pengalaman untuk kami, terutama untuk saya.
Lalu di kelas 1, saya dan teman
sekelas saya menjalankan kegiatan JBOT(Java-Bali Overland Tour) selama 5 hari
berturut-turut. Kami menjelajahi Pulau
Jawa, mendaki gunung Bromo, mengunjungi banyak tempat wisata di Bali dan
terakhir mengunjungi candi-candi yang ada di Yogyakarta. Saya belajar banyak
hal tentang sejarah Indonesiam terutama pada keragaman suku bangsa yang ada.
Itu adalah salah satu pengalaman yang tak akan terlupakan. Kelas 2, saya dan
teman-teman sejurusan saya di pariwisata mendapati kesempatan untuk menjalani
kegiatan SMT(Singapore-Malaysia-Thailand) Study Tour, saya dan teman-teman saya
sangat senak dan tak sabar menunggu kegiatan itu yang pada akhirnya ami jalani
dan menghabiskan waktu sekitar delapan hari disana. Dari kegiatan itu saya juga
belajar banyak tentang keragaman bangsa Negara-negara luar, bagaimana mereka
bisa menjadi Negara maju dan saya snagat beruntung bisa mengunjungi
tempat-tempat wisata yang cukup terkenal disana.
Setelah Study Tour itu selesai, saya
juga teman sekelas lainnya di haruskan untuk melakukan OJT(On The Job Training)
yang harus di lakukan selama 4 bulan di travel yang sudah ditentukan. Jujur,
pertama kali buat saya untuk terjun langsung di tempat kerja yang saya
bayangkan dulu. Saya belajar bagaimana menjadi ticketing yang baik, bagaimana membuat tour dan meng-handle masalah-masalah yang ada. Mental
saya sangat diuji begitu pula dengan pengetahuan saya, saya semakin mendapati
banyak pengetahuan yang membuat saya bangga akan hal itu.
Setelah 4 bulan terlewati, saya
akhirnya melewati ujian kenaikkan kelas dan saya bersyukur bisa naik ke tingkat
akhir di sekolah menengah kejuruan. Saya dan teman-teman saya menjalani
ujian-ujian yang diberika guru.
Dan di tingkat akhir itu pula saya
menemukan sahabat-sahabat saya yang baru, mereka adalah salah satu penyemangat
saya untuk masuk sekolah dan belajar giat agar bisa lulus dengan nilai yang
baik.
![]() |
Saya bersama sahabat semasa SMK |
Dengan rasa syukur yang tak pernah
berhenti, saya akhirnya lulus dengan nilai yang baik dari SMK dan saya berniat
untuk melanjutkan pendidikkan saya ke jenjang sekolah tinggi. Saya tidak
mengikuti SNMPTN atau SBM, tapi saya mencoba untuk mendaftar kuliah pada
beberapa sekolah tinggi pariwisata yang berujung pada penolakkan, entah karena
pengetahuan saya yang kurang atau memang lawan yang banyak karena datang dari
berbagai daerah di Indonesia.
Akhirnya saya mencoba mendaftar di jalur PENMABA
di Universitas Negeri Jakarta, dan disinilah saya sekarang.
Saya terdaftar sebagai mahasiswa di
jurusan Pariwisata, jurusan yang saya minati sejak dahulu dan akan terus saya
gali pengetahuan saya pada hal itu. Senangnya saya bertemu teman-teman baru
bernama Syalby dan Nadia. Saya berharap saya dan teman-teman seangkatan saya bisa lulus dalam 3 tahun kedepan, menjadi
lulusan terbaik dan menjadi kebanggaan orang-orang terdekat saya.
![]() |
Saya bersama Syalby dan Nadia |
Kelas A- Zena Fitriani
good writing zena. very good.
BalasHapusaaaaaaaaa om zenal aaaaaaaa
BalasHapusaaaaaa aden ganteng aaaaaaa
BalasHapusSuka sama pilihan bahasanya ! Sukses selalu, bestie!
BalasHapus