Kamis, 31 Desember 2015

folklore indonesia

Pengaruh Peradaban Budaya Banjar Terhadap Bahasa Pamali

Pendahuluan

Masyarakat Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan religi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.
Salah satu contoh adalah : Tradisi lisan Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya MelayuArab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adala h Madihin dan Lamut.
Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (ﻤﺪﺡ) yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklore Banjar di Kalsel.
Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.
Dari berbagai bahasa banjar yang dipakai, bahasa-bahasa tersebut mengandung makna tersendiri, yang dimana kita akan bahas dalam budaya atau folklore di daerah banjar Kalimantan selatan
Berbicara masalah folklore daerah Banjar, maka kita akan berbicara pula tentang tradisi tutur yang terdapat pada masyarakat Banjar. Apa yang terdapat dalam folklore Banjar juga tidak lepas kaitannya dengan ajaran atau nasihat yang selalu dituturkan secara turun-temurun dengan ragam tujuan serta ragam budaya masyarakat yang mempengaruhinya.

Pendapat Fraze (dalam Polak, 1966) memandang bahwa setiap anggota masyarakat dalam dirinya memiliki kepercayaan kepada hal-hal gaib yang disebut magis sebagai sumber kepercayaan asal kepada yang gaib-gaib.

Berdasarkan pendapat Jan Harold Brunvand (dalam Danandjaja, 2002), folklore adalah suatu budaya kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun secara tradisional dalam versi berbeda, baik lisan maupun dalam contoh gerak, isyarat, atau alat pembantu pengingat.


Di sisi lain, manusia memilki kemampuan yang disebut religi yaitu perilaku yang bersifat religius. Berangkat dari pendapat ini memang tidak mengherankan apabila dalam folklore Banjar mengandung pengaruh-pengaruh budaya yang membentuk masyarakat itu sendiri sebagai kumpulan manusia-manusia yang terdiri dari individu, keluarga dan masyarakat. Adapun unsur budaya yang mempengaruhi tersebut adalah unsur religi atau agama, kepercayaan, maupun tata nilai yang bersifat positif. Kronologis lapisan budaya yang berpengaruh dapat diperinci pada keterangan di bawah ini:

• Unsur-unsur asli, yang terdiri atas agama Balian atau agama Balian atau agama Kaharingan serta unsur-unsur religi lainnya.

• Unsur Melayu dan Jawa Budha.

• Unsur Islam dengan segala manifestasinya di bawah raja-raja Banjar.

• Unsur modern/sekarang.

Kategorisasi Pamali Banjar kalimatan selatan

James Dananjaya (dalam Dundes, 1961:25-26) menulis: “takhyul adalah ungkapan tradisional
dari satu atau lebih syarat dan satu atau lebih akibat, beberapa syarat–syarat itu bersifat tanda sedangkan yang lain bersifat sebab”.

Pamali yang dianggap takhyul ini sangat luas penyebarannya di kalangan masyarakat. Pamali merupakan takhyul dalam salah satu golongan besar yang berhubungan dengan masalah hidup manusia sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Wayland D. Hand dalam bukunya The Frank C. Brown Collection of North Carolina Folklore.

Sebagaimana fungsi folklor ini sendiri secara umum telah dikemukan oleh Bascom dalam Danandjaja (2002:32), folklor lisan pada umumnya memiliki fungsi sebagai sistem proyeksi, alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, alat pendidikan anak dan masyarakat, alat pemaksa dan pengawas norma masyarakat agar selalu dipatuhi.

Adapun salah satu folklor dari Kalimantan Selatan ini adalah sastra lisan berbentuk kalimat larangan atau pantangan (pamali). Dalam kalimat pamali ini mengandung nilai-nilai tradisional maupun modern yang sangat tepat untuk dilestarikan keberadaannya meskipun sebagian besar kalimat pamali terasa mengandung ketakhayulan, namun justru di balik “kepamalian” yang ada dalam tuturan lisan masyarakat Banjar memiliki sesuatu yang tersembunyi dari segi tujuan atau manfaat yang disesuaikan dengan pengadabtasian power nalar yang ada.

Berdasarkan pendapat Hand ini pula penge kelompokan Pamali dalam masyarakat Banjar dibagi 12 kategori, yaitu:

Contoh kalimat pamali ini adalah:

Berhubungan dengan kehamilan.

Contohnya adalah:

1.      Urang batianan pamali bajalan malam, diganggu urang halus.
yang arti nya (Orang hamil jangan keluar malam, diganggu makhluk halus).

2.      Urang batianan pamali barabah di galuling, anaknya bisa tahalang
yang arti nya (Orang hamil jangan berbaring di guling, anaknya tidak bisa keluar karena posisinya melintang).

3.      Urang batianan pamali makan sambil badiri, pas tabahera
yang arti nya (Orang hamil jangan makan sambil berdiri, saat melahirkan bisa buang air besar).

• Berhubungan dengan kelahiran.

Contohnya adalah:

1.      Pamali duduk di tangga, bisa ngalih baranak
Yang arti nya (Jangan duduk di tangga, nanti sulit melahirkan).

2.      Pamali maandak wancuh di dalam panci nang batutup, bisa ngalih baranak
Yang arti nya (Jangan meletakkan sendok nasi di dalam panci tertutup, nanti sulit melahirkan).

3.      Pamali mangantup lawang, lamari atawa lalungkang, parahatan ada nang handak baranak, bisa ngalih baranak
Yang arti nya (Jangan menutup pintu, lemari atau jendela saat ada yang mau melahirkan, nanti sulit melahirkan).

• Berhubungan dengan masa anak-anak.

Contohnya adalah :

1.      Kakanakan imbah basunat pamali kaluar rumah, kaina lambat waras
Yang arti nya (Anak-anak yang baru dikhitan jangan keluar rumah, nanti tidak cepat sembuh).

2.      Kakanakan pamali bapenanan di barumahan, bisa babisul kapala
Yang arti nya (Anak-anak jangan bermain di kolong rumah, nanti bisa tumbuh bisul di kepalanya).

3.      Kakanakan nang balum bisa bajalan pamali mancaraminakan kakanakan nang balum bisa bajalan, kaina kakanaknya pangguguran
Yang arti nya (Anak kecil yang belum bisa berjalan jangan mencerminkan anak kecil yang belum bisa berjalan, nanti anak tersebut akan sering terjatuh).

• Berhubungan dengan pekerjaan rumah.

Contohnya adalah :

1.      Imbah makan pamali langsung barabah, bisa pangoler
Yang arti nya (Setelah makan jangan langsung berbaring, pemalas).

2.      Pamali mamirik sambal bagagantian, kaina sambalnya bisa kada nyaman
Yang arti nya (Jangan mengulek sambal berganti-ganti, nanti rasa sambalnya tidak enak).

3.      Pamali mancatuk burit urang, bamasak bisa kada nyaman
Yang arti nya (Jangan memukul pantat orang, memasak bisa tidak enak)

• Mata pencaharian atau rezeki.

Contohnya adalah :

1.      Pamali bagandang di meja atawa di tawing, bisa magiaw hutang
Yang arti nya (Jangan menabuh meja atau dinding, bisa memanggil hutang).

2.      Pamali bahamburan nasi waktu makan, rajaki bisa tahambur-hambur ka lain
Yang arti nya (Jangan menghamburkan nasi saat makan, rezekinya bisa berhamburan ke tempat lain).

3.      Pamali bahera waktu sanja, hilang rajakinya
Yang arti nya (jangan buang air besar saat senja hari, hilang rezekinya),

• Berhubungan sosial.

Contohnya adalah :

1.      Pamali mahirup gangan di wancuh, calungap sandukan
Yang arti nya (Jangan menyeruput kuah sayur di sendok nasi, suka menyela pembicaraan orang).

• Berhubungan dengan cinta kasih.

Contohnya adalah :

1.      Babinian bujang bujang pamali maandak wancuh di dalam panci nang batukup, bisa lambat balaki
Yang arti nya (Bujangan jangan meletakkan sendok nasi di dalam panci yang bertutup, sebab akan lama mendapatkan jodoh).

• Berhubungan dengan kematian.

Contohnya adalah :

1.      Pamali bacaramin sambil barabah, bisa mati ditembak pater
Yang arti nya (Pantang bercermin sambil berbaring, bisa ditembak petir).

2.      Pamali bagambar batiga, bisa tapisah, nang di tangah badahulu mati
Yang arti nya (pantang berfoto bertiga, bisa terpisah, yang di tengah duluan mati).

• Berhubungan dengan pemeliharaan tubuh.

Contohnya adalah :

1.      Kakanak nangkuitannya tulak haji pamali mangibah kalambu, kaina kuitannya kaributan di tangah laut
Yang arti nya (Anak-anak yang orang tuanya pergi haji pantang mengibaskan kelambu, nanti orang tuanya kena badai topan di laut).

• Berhubungan dengan kehidupan rumah tangga.

Contohnya adalah:

1.      Pamali diumpati urang bacaramin, kaina laki/bini bisa dirabuti urang
Yang arti nya (Pantang diikuti orang bercermin, nanti suami/istri bisa direbut orang).

• Berhubungan dengan alam gaib.

Contohnya adalah :


1.      Pamali badadakuan malam, bisa dimainakan hantu
Yang arti nya (Pantang bermain daku di malam hari, bisa dimainkan hantu).

2.      Pamali bajalan bajejer, bisa taranjah hantu
Yang arti nya (Pantang berjalan berjejer, bisa ditabrak hantu).

• Berhubungan dengan agama atau religi.

Contohnyaadalah :

1.      Pamali badadakuan malam, bisa dimainakan hantu
Yang arti nya (Pantang bermain daku di malam hari, bisa dimainkan hantu).

Demikianlah, ke-12 kategori ini memang tidak bisa dipisahkan dari kepercayaan dan budaya masyarakat Banjar yang menjadi latar belakang munculnya kalimat pamali itu sendri.

Oleh karena itu tak mengherankan fungsi pamali ini selain sebagai sarana pendidikan anak-anak dan remaja agar memiliki adab dan adat yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitar yaitu Banjar atau bisa pula sekadar hiburan semata dalam artian kalimat pamali tersebut digunakan untuk hiburan karena alasan tertentu yang ada dalam kalimat yang dilantunkan oleh para tetua “Banjar” juga sekaligus sebagai penebal emosi keagamaan atau kepercayaan.

Hal ini disebabkan manusia yakin akan adanya kekuatan supranatural yang berada di luar alam mereka. Selain itu, masyarakat Banjar memang pada umumnya sangat kental akan pengaruh agama Islam dan kepercayaan lainnya.

Penutup

Pamali sebagai salah satu folklor lisan daerah Banjar ini memang pantas untuk dilestarikan sebagai aset daerah karena mengandung fungsi tertentu sekaligus refleksi atau mencerminkan salah satu sisi budaya yang dimiliki masyarakat Banjar.


Dengan demikian lewat pendokomentasian pamali Banjar sebagai salah satu fenomena folklor Banjar yang untuk sekaran sangat minimalis penggaliaannya ini maka diharapkan akan mampu membendung interpolasi masyarakat Banjar terhadap budaya dan lingkungannya dari generasi ke generasi.


Kesimpulan

Dari kesimpulan di atas bahwa daerah banjar alimantan selatan mempunyai tutur kata bahasa yang sebagai mana di jadikan kode atau isarat buat masyarakat nya untuk tidak melakukan yang di larang sebagai mana oleh adat istiadat orang sana.

Serta disana juga mengutamakan tradisi atau kepercayaan yang di larang dari nenek moyang nya, dan apabila salah satu mayarakat nya melanggar atau tidak nurut untuk di bilangin nya, itu akan di biarkan karna memang biyar yang maha kuasa yg menghukum nya.


Saran

Tetap terus pertahan an tradisi-tradisi budaya kita agar supaya budaya dan trads yang dimly suatu daerah tida akan hilang atau d ambil oleh Negara lan atau budaya lain













Daftar Pustaka

· Dalam/bukunya/The Frank C.Brown/Collection/of/North/Carolina/Folklore.
· Dalam/buku/Polak,thn/1966
  Dalam/buku/Danand/jaja,thn/2002

· Dalam/buku/Dundes,thn/1961:25-26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar